BAGIAN X EKUITAS X.1. PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PSAK 21 Akuntansi Ekuitas (Accounting for Equity)

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

KEWAJIBAN & MODAL. Dwi Martani. 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan 5 1

BAGIAN IX ASET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perseroan (corporation) adalah badan usaha yang dibentuk berdasarkan

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

Modal pemilik = Aset Kewajiban

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

BAGIAN XVII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 11 EKUITAS. Terdapat 3 bentuk utama badan organisasi bisnis, yaitu : 1. Perusahaan perorangan 2. Persekutuan. 3. Perseroan terbatas

PT GARUDA METALINDO Tbk

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/22/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

JUMLAH ASET LANCAR

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

Catatan 31 Maret Maret 2010

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

30 Juni 31 Desember

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Maret 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 28 Februari 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 30 September 2016

II. LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASURANSI SYARIAH

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

JUMLAH AKTIVA

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Per 31 Maret 2017

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LO DAN BEBAN

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 126,249, Tabungan 150,395, Simpanan berjangka 176,843, Dana investasi revenue sharing

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 140,517, Tabungan 169,907, Simpanan berjangka 177,035, Dana investasi revenue sharing

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 127,892, Tabungan 151,961, Simpanan berjangka 171,717, Dana investasi revenue sharing

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Desember 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Oktober 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Januari 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 28 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 28 FEBRUARI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MEI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2018

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 28 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 28 FEBRUARI 2018

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2018

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2017

ISAK 9/ IFRIC 1: PERUBAHAN ATAS KEWAJIBAN AKTIVITAS PURNA OPERASI, RESTORASI DAN KEWAJIBAN SERUPA

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JULI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JULI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 AGUSTUS (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 AGUSTUS 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 OKTOBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 OKTOBER 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 OKTOBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 OKTOBER 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 SEPTEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 SEPTEMBER 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 SEPTEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 SEPTEMBER 2017

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 NOVEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 NOVEMBER 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 NOVEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 NOVEMBER 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 31 Juli 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 April 2018 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

- 7. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo )

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 30 November 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 November 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Maret 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MEI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 29 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 29 FEBRUARI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

Transkripsi:

BAGIAN X EKUITAS X.1. PENDAHULUAN 01. Ekuitas adalah hak residual atas aset Bank setelah dikurangi semua kewajiban. 02. Unsur ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam neraca menjadi pos-pos ekuitas, misalnya modal disetor, tambahan modal disetor, saldo laba, cadangan umum, dan cadangan tujuan yang disajikan dalam pos-pos terpisah. Klasifikasi semacam itu dapat menjadi relevan untuk pengambilan keputusan pemakai laporan keuangan apabila pos tersebut mengindikasikan pembatasan hukum atau pembatasan lainnya terhadap kemampuan perseroan untuk membagikan atau menggunakan ekuitas. 03. Komponen ekuitas untuk Bank antara lain terdiri dari: a. Modal b. Dana setoran modal ekuitas c. Surplus revaluasi aset tetap d. Saldo laba. 10.1

X.2. MODAL A. Definisi 01. Modal Dasar adalah seluruh nilai nominal saham sesuai dengan Anggaran Dasar. 02. Modal Disetor adalah modal yang telah efektif diterima bank sebesar nilai nominal saham. 03. Tambahan Modal Disetor (Agio Saham), yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh Bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya. 04. Modal Sumbangan, yaitu sumbangan yang berasal dari pemilik Bank dalam bentuk dana atau aset lainnya termasuk pengembalian saham pemilik. B. Dasar Pengaturan 01. SAK ETAP Bab 19 tentang Ekuitas 02. Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas C. Penjelasan 01. Modal Disetor a. Modal disetor merupakan bagian dari modal ditempatkan yang telah disetor penuh oleh pemegang saham. b. Saham yang dikeluarkan dapat berupa saham utama (preferen) dan saham biasa. c. Penambahan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan: i. Jumlah uang yang diterima ii. Besarnya utang yang dikonversi menjadi modal iii. Nilai wajar aset non-kas yang diterima. 02. Tambahan Modal Disetor a. Tambahan Modal Disetor merupakan bagian dari modal ditempatkan yang telah disetor penuh oleh pemegang saham. 10.2

b. Pos Tambahan Modal Disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba atau rugi. 03. Modal sumbangan Modal sumbangan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah dan tidak mengikat. D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran Modal Disetor 01. Modal disetor diakui pada saat penerimaan setoran modal baik berupa dana kas maupun aset non-kas. 02. Modal disetor dicatat berdasarkan: a. Jumlah uang yang diterima. b. Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata. c. Besarnya utang yang dikonversi menjadi modal. d. Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga wajar saham, yaitu nilai wajar yang disepakati RUPS untuk saham. e. Nilai wajar aset non-kas yang diterima. Setoran saham dalam bentuk aset non-kas, menggunakan nilai wajar aset non-kas yang diserahkan, yaitu nilai appraisal tanggal transaksi yang disetujui Dewan Komisaris, atau nilai kesepakatan Dewan Komisaris dan penyetor aset non-kas. 03. Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersangkutan. Apabila jumlah yang diterima dari pengeluaran saham tersebut lebih besar daripada nilai nominalnya, maka selisihnya dibukukan pada akun Agio Saham. Tambahan Modal Disetor (Agio Saham) 10.3

01. Tambahan modal disetor diakui pada saat penerimaan setoran modal dari pihak ketiga baik berupa dana kas maupun aset nonkas. 02. Penambahan pos Tambahan Modal Disetor diakui pada saat: a. dilakukan penambahan setoran kas oleh pemilik sebesar kas yang diterima. b. dilakukan penambahan setoran aset non-kas sebesar nilai wajar aset non-kas yang diterima. Modal Sumbangan 01. Modal sumbangan diakui pada saat diterimanya sumbangan berupa kas atau aset non-kas dari pemilik. 02. Modal sumbangan berupa kas dinilai sebesar kas yang diterima. 03. Sumbangan berupa aset non-kas dinilai sebesar nilai wajar aset non-kas yang diterima. D2. Penyajian 01. Penyajian modal dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan ketentuan pada anggaran dasar Bank dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan hubungan keuangan yang ada. 02. Modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor, nilai nominal dan banyaknya saham untuk setiap jenis saham harus dinyatakan dalam neraca. 03. Tambahan modal disetor disajikan dalam kelompok pos ekuitas. 04. Modal sumbangan disajikan dalam kelompok pos ekuitas sesudah akun Tambahan Modal Disetor. E. Ilustrasi Jurnal Modal Disetor 01. Pada saat penyetoran modal secara tunai pada nilai nominal: Db. Kas/Rekening Kr. Modal disetor 02. Pada saat penyetoran modal secara tunai di atas nilai nominal: 10.4

Db. Kas/Rekening Kr. Modal disetor Kr. Agio saham 03. Pada saat penyetoran modal dalam bentuk barang (aset nonkas): Db. Aset yang diterima (nilai wajar) Kr. Modal disetor 04. Pada saat konversi kewajiban utang menjadi modal: Db. Kewajiban/Utang yang terkait Kr. Modal disetor Modal Sumbangan 01. Pada saat menerima modal sumbangan dari pemilik dalam bentuk kas: Db. Kas (nilai nominal) Kr. Modal sumbangan 02. Pada saat menerima modal sumbangan dari pemilik dalam bentuk aset non-kas: Db. Aset yang diterima (nilai wajar) Kr. Modal sumbangan F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Hak dan keistimewaan dari suatu golongan saham atas dividen dan pelunasan modal pada saat likuidasi, dalam hal terdapat lebih dari satu jenis saham. 02. Pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham, termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali atas modal. 03. Jumlah tunggakan dividen atas saham preferen dengan hak dividen kumulatif tiap saham dan jumlah keseluruhan dividen periode sebelumnya. 04. Perubahan atas modal yang ditanam dalam tahun berjalan. 05. Agio saham. 06. Rincian modal sumbangan. 10.5

07. Nama-nama penyumbang. 10.6

X.3. DANA SETORAN MODAL EKUITAS A. Definisi 01. Dana setoran modal adalah dana yang telah disetor penuh untuk tujuan penambahan modal namun belum didukung dengan kelengkapan persyaratan untuk dapat digolongkan sebagai modal disetor seperti pelaksanaan rapat umum pemegang saham maupun pengesahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang. B. Dasar Pengaturan 01. Ekuitas sebagai bagian hak pemilik dalam entitas harus dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan peraturan perundangan dan akta pendirian yang berlaku. (SAK ETAP paragraf 19.2) C. Penjelasan 01. Dana Setoran Modal adalah dana yang secara efektif telah disetor penuh oleh pemegang saham atau calon pemegang saham dalam rangka penambahan modal, tetapi belum memenuhi aspek legalitas dan kelengkapan persyaratan untuk dapat digolongkan sebagai modal disetor. 02. Untuk dapat diperhitungkan sebagai dana setoran modal maka dana tersebut harus ditempatkan pada rekening khusus (escrow account) dan tidak boleh ditarik kembali oleh pemegang saham. Penggunaan dana dalam escrow account tersebut harus dengan persetujuan Bank Indonesia. 03. Dalam hal dana setoran modal berasal dari calon pemilik BPRS maka jika berdasarkan penelitian Bank Indonesia, calon pemilik BPRS atau dana tersebut tidak memenuhi syarat sebagai pemegang saham atau modal, maka dana tersebut 10.7

tidak dapat dianggap sebagai komponen modal, dan dapat ditarik kembali oleh calon pemilik. D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran 01. Dana Setoran Modal diakui sebesar jumlah dana yang memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku. D2. Penyajian 01. Dana Setoran Modal disajikan dalam pos tersendiri setelah pos Modal. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat Dana Setoran Modal diakui oleh otoritas: Db. Penempatan pada bank umum Kr. Dana Setoran Modal 02. Pada saat Dana Setoran Modal telah didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku: Db. Dana Setoran Modal Kr. Modal disetor F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Rincian dana setoran modal dan pemilik dana. 02. Proses yang telah dilakukan atas dana setoran modal sampai dengan tanggal pelaporan. 03. Dana setoran modal yang telah digunakan oleh Bank. 10.8

X.4. SURPLUS REVALUASI ASET TETAP A. Definisi 01. Surplus Revaluasi Aset Tetap adalah selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap dan inventaris sebelum dilakukan revaluasi. B. Dasar Pengaturan 01. Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena SAK ETAP menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep biaya perolehan di dalam penyajian aset tetap serta pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan entitas. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap diakui dalam ekuitas dengan nama Surplus Revaluasi Aset Tetap. (SAK ETAP paragraf 15.15) 02. Surplus Revaluasi Aset Tetap dalam ekuitas dapat dipindahkan langsung ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal ini meliputi pemindahan sekaligus surplus revaluasi pada saat penghentian atau pelepasan aset tersebut. Namun, sebagian surplus revaluasi tersebut dapat dipindahkan sejalan dengan penggunaan aset oleh entitas. Dalam hal ini, surplus revaluasi yang dipindahkan ke saldo laba adalah sebesar perbedaan antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian aset dengan jumlah penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset tersebut. Pemindahan surplus revaluasi ke saldo laba tidak dilakukan melalui laporan laba rugi. (SAK ETAP paragraf 15.16) 10.9

C. Penjelasan 01. Penyimpangan dan pengaruh dari penggunaan konsep selain biaya perolehan harus dijelaskan dalam laporan keuangan. 02. Surplus revaluasi aset tetap diakui sebagai penambah aset atau pengurang akumulasi penyusutan yang telah dibentuk. D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran 01. Dalam hal Bank melakukan penilaian kembali aset tetap dan inventarisnya, maka selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat sebelum dilakukan revaluasi dicatat pada pos Surplus Revaluasi Aset Tetap. 02. Surplus Revaluasi Aset Tetap akan direklasifikasi ke Saldo Laba pada saat penghentian-pengakuan. 03. Reklasifikasi Surplus Revaluasi Aset Tetap ke Saldo Laba melalui laporan perubahan ekuitas, bukan laporan laba rugi. D2. Penyajian 01. Surplus Revaluasi Aset Tetap disajikan sebagai pos tersendiri dalam ekuitas. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat dilakukan revaluasi aset tetap dan inventaris: Db. Aset tetap dan inventaris/akumulasi penyusutan Kr. Surplus revaluasi aset tetap (ekuitas) 02. Pada saat reklasifikasi surplus revaluasi aset tetap ke saldo laba (saat penghentian-pengakuan) : Db. Kas/Rekening Db. Akumulasi penyusutan Kr. Aset tetap dan inventaris Dapat terjadi keuntungan atau kerugian Db. Surplus revaluasi aset tetap Kr. Saldo laba 10.10

F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Kebijakan akuntansi untuk revaluasi aset tetap dan inventaris. 02. Dasar yang digunakan untuk melakukan revaluasi aset tetap dan inventaris. 03. Tanggal efektif revaluasi aset tetap dan inventaris. 04. Pihak yang melakukan penilaian. 05. Dasar penentuan nilai revaluasi aset tetap dan inventaris. 06. Jumlah tercatat setiap jenis aset tetap dan inventaris sebelum dilakukan revaluasi. 07. Jumlah surplus revaluasi aset tetap yang direklasifikasi ke saldo laba. 10.11

X.5. SALDO LABA A. Definisi 01. Saldo Laba (Laba Ditahan) adalah akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen, koreksi laba rugi periode lalu, dan reklasifikasi surplus revaluasi aset tetap. 02. Saldo laba dikelompokkan menjadi: a. Cadangan tujuan, yaitu cadangan yang dibentuk dari laba neto setelah pajak yang tujuan penggunaannya telah ditetapkan. b. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari laba neto setelah pajak yang dimaksudkan untuk memperkuat modal, dan c. Saldo laba yang belum ditentukan tujuannya, terdiri dari: i. laba rugi periode lalu yang belum ditetapkan penggunaannya; dan ii. laba rugi periode berjalan. B. Dasar Pengaturan 01. SAK ETAP Bab 19 tentang Ekuitas. 02. Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. C. Penjelasan 01. Pos Saldo Laba harus dinyatakan secara terpisah dari pos Modal. Seluruh saldo laba dianggap bebas untuk dibagikan sebagai dividen, kecuali jika diberikan indikasi mengenai pembatasan terhadap saldo laba, misalnya dicadangkan untuk tujuan tertentu, atau untuk memenuhi ketentuan regulasi atau ikatan tertentu. 02. Saldo laba yang tidak tersedia untuk dibagikan sebagai dividen karena pembatasan-pembatasan tersebut dilaporkan dalam pos 10.12

tersendiri yang menggambarkan tujuan pencadangan yang dimaksud. D. Perlakuan Akuntansi D1. Pengakuan dan Pengukuran 01. Saldo laba tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos yang seharusnya diperhitungkan pada laba rugi tahun berjalan. 02. Pembagian dividen diakui sebagai pengurang saldo laba ketika dividen dideklarasikan. a. Dividen dalam bentuk tunai diakui sebesar jumlah yang ditetapkan. b. Dividen dalam bentuk saham diakui sebesar nilai wajar saham saat dividen dideklarasikan. 03. Saldo laba yang belum ditentukan tujuannya direklasifikasi ke cadangan tujuan atau cadangan umum ketika dilakukan pembentukan cadangan sebesar jumlah yang ditentukan. D2. Penyajian 01. Saldo laba disajikan tersendiri dalam bentuk cadangan tujuan, cadangan umum dan saldo laba yang belum ditentukan tujuannya. E. Ilustrasi Jurnal 01. Pada saat pemindahan laba tahun berjalan ke saldo laba: Db. Ikhtisar laba rugi Kr. Saldo laba 02. Pada saat pemindahan rugi tahun berjalan ke saldo laba: Db. Saldo laba Kr. Ikhtisar laba rugi 03. Pembagian dividen tunai a. Pada saat ditetapkan: Db. Saldo laba Kr. Kewajiban segera Utang dividen b. Pada saat dibayar: 10.13

Db. Kewajiban segera Utang dividen Kr. Kas/Rekening 04. Pada saat pembagian dividen saham: Db. Saldo laba Kr. Modal disetor 05. Pada saat pembentukan cadangan: Db. Saldo laba Kr. Cadangan tujuan Kr. Cadangan umum F. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 01. Penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba, penjelasan jenis penjatahan dan pemisahan, tujuan penjatahan dan pemisahan saldo laba, serta jumlahnya, termasuk perubahan akun-akun penjatahan atau pemisahan saldo laba. 02. Peraturan, perikatan, pembatasan dan jumlah pembatasan saldo laba. 03. Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak dengan menjelaskan bentuk kesalahan laporan keuangan terdahulu, dampak koreksi terhadap laba usaha, laba neto dan nilai saham per lembar. 04. Jumlah dividen dan dividen per lembar saham, termasuk keterbatasan saldo laba tersedia bagi dividen. 05. Tunggakan dividen (utang dividen), baik jumlah maupun tunggakan per lembar saham. Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal neraca tetapi sebelum tanggal penyelesaian laporan keuangan. 10.14