BAB I PENDAHULUAN. perubahan social. Perubahan ke arah kemajuan dan kesejahteraan hidup yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan. Pendidikan bertanggungjawab atas terciptanya generasi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan yang penuh tantangan. membantu anak agar cukup cakap melaksankan tugas hidupnya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. inovatif. Mampu beradaptasi dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. yang cerdas, terbuka dan demokratis. Salah satu diantara masalah besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. harfiah artinya memelihara dan memberi latihan. Pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar haluan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan dalam dunia pendidikan akan selalu muncul hal baru. seiring tuntunan perkembangan zaman karena pada dasarnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. 1 Proses pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan yang modern. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh- sungguh dan terus

BAB I PENDAHULUAN. menamabah jumlah alokasi dana untuk pendidikan, jumlah jam pelajaran, dan

BAB I PENDAHULUAN. macamnya, maka masalah-masalah kehidupan itu pun muncul dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB 1 PENDAHULUAN. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu. mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis. 3

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, kita ingin mengahasilkan manusia yang berkualitas dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak aspek yang harus diperbaiki secara terus-menerus. Diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan potensi diri menjadi kompetensi yang beragam, harus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penguasaan IPTEK oleh masyarakat Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode- metode tertentu sehingga

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. buruknya peradaban suatu masyarakat, suatu bangsa, akan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar haluan Negara

BAB I PENDAHULUAN. professional dalam meningkatkan mutu kehidupan berbangsa dan bernegara.

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kehidupan. Tanpa pendidikan manusia tidak akan hidup teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga atau individu untuk mencapai tujuan tertentu. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bernilai universal, artinya meliputi seluruh dimensi ruang dan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi tersebut bisa berlangsung di lingkungan

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya.1 Pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB1 PENDAHULUAN. meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan, pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem. pendidikan nasional tahun 2003 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk menjalani

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna, sebagaimana tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional, tangguh, dan siap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam pengertian secara umum, yakni proses transmisi

BAB I PENDAHULUAN. yang tak terbantahkan. Aktivitas pendidikan sendiri telah mulai dikenal

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan prestasi manusia melalui pembelajaran disekolah. yang bermanfaat untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan perubahan social. Perubahan ke arah kemajuan dan kesejahteraan hidup yang berkualitas. Pendidikan bertanggung jawab atas terciptanya generasi bangsa yang paripuna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar haluan Negara yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara kesatuan republik Indonesia yang didukung oleh manusia sehat, mandiri, beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasa ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. 1 Sedangkan Langeveld mengatakan: pendidikan adalah suatu usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang di berikan kepada anak tertuju kepada kedewasaan anak itu, atau lebih tepat dapat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari dan sebagainya)dan di tujukan kepada orang belum dewasa. 2 Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses menyampaikan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik yang direncanakan atau di 1 Achmad patoni, Dinamika Pendidikan Anak,(Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 42 2 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan,(Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 4 1

2 desain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar peserta didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, strategi, dan metode pembelajaran, media pembelajaran atau alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan). Kedua, pembelajaran dipandang sebagai proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Dalam proses kegiatan belajar mengajar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain bahkan saling terkait. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak di sebabkan oleh adanya kematangan ataupun perubahan sementara karena suatu hal. 3 Sedangkan mengajar adalah usaha guru untuk menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara murid dengan lingkungan, termasuk guru, alat pelajaran, dan sebagainya yang disebut proses belajar, sehingga tercapai tujuan pelajaran yang telah di tentukan. 4 Berhasil tidaknya suatu pembelajaran akan sangat bergantung pada faktor guru dalam menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan 3 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung : PT Revika Aditama, 2010), hal. 3 4 S. Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), hal. 43

3 terjadinya proses belajar pada siswa. Pada dasarnya, tujuan pembelajaran merupakan tujuan dari setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik. 5 Tujuan belajar secara umum bisa dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu instructional effect dan natural effect. Instructional effect merupakan tujuan belajar yang pencapaiannya diusahakan secara ekplisit yang berupa pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan natural effect merupakan tujuan pengiring yang terbentuk setelah siswa menghidupi suatu sistem pembelajaran tertentu seperti berpikir kritis, kreatif dan lain sebagainya. 6 Dalam menciptakan sistem belajar ini, guru harus melakukan berbagai cara agar materi yang ia bawa bisa diserap oleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkannya. Ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa, karena model dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran yang dilakukannya, guru harus menggunakan metode yang tidak saja membuat proses pembelajaran menarik, tapi juga memberikan ruang bagi siswa untuk berkreativitas dan terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran. 7 Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kurangnya keberhasilan belajar siswa adalah mencari sumber kesulitan belajarnya dan biasanya yang menjadi salah satu faktor kesulitan belajar anak 5 Muhamad Zaini, Pengembangan Kurikulum : Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi, (Yogyakarta : Teras, 2009), cet. 1, hal. 81-82 6 J.J Hasibuan dan Moejono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 3 7 Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2008), hal. 3

4 adalah model pembelajaran guru yang tidak bisa diterima oleh murid dan terkesan kurang menarik. Model pembelajaran guru yang masih didominasi dengan ceramah akan membuat peserta didik merasa jenuh dan bosan sehingga tak jarang saat guru menjelaskan peserta didik akan ceramah sendiri atau malah gaduh di kelas. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. 8 Selama ini guru sering kali langsung mengenalkan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) pada pokok bahasan hanya dengan membahas buku, hal ini sebenarnya kurang efektif, karena seharusnya siswa langsung proses pengidentifikasian. Model-model yang sesuai untuk mengatasi masalah di atas adalah model pembelajaran kooperatif tipe group investivigation yaitu model pembelajaran yang di laksanakan dengan modal mencari dan menemukan informasi (gagasan, opini, data dan solusi) dari berbagai sumber buku-buku di dalam dan di luar kelas. Siswa mengevaluasi mengsistensikan semua informasi yang di sampaikan oleh masing-masing anggota kelompok dan akhirnya menghasilkan produk berupa laporan kelompok. 9 Menurut penuturan dari Ibu Waroh, Pelaksanaan Pembelajaran IPS yang ada di MI Hidayatul Mubtadiin Wates Sumbergempol Tulungagung ini 8 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, hal. 57 9 Nur Asna, Model-Model Pembelajaran Kooperatif,(Jakarta: Dirjen Dikti,2006), hal. 61

5 masih cenderung menggunakan metode ceramah, siswa disuruh mencatat dan mengerjakan buku Lembar Kerja Siswa (LKS) secara individual kemudian dikumpulkan kepada guru. 10 Hal ini dapat menyebabkan siswa kurang terlibat pada kegiatan pembelajaran, siswa takut untuk bertanya maupun mengeluarkan pendapat, siswa kurang bisa bekerja sama dengan kelompoknya dan siswa kurang menghargai teman teman yang bukan teman karibnya. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru dan diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan pertanyan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang dimaksud. 11 Tujuan menggunakan model pembelajaran group investivigation pada mata pelajaran IPS untuk memudahkan siswa dalam belajar memahami materi pelajaran dan menjadikan proses pembelajaran tidak membosankan, sehingga pembelajaran tersebut akan menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi siswa. Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group 10 Wawancara dengan ibu Waroh (Guru IPS Kleas IV MI Hidayatul Mubtadiin Wates Sumbergempol pada Tanggal 20 juli 2013) 11 Agus suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012), hal. 54-55

6 Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas IV Mi Hidayatul Mubtadiin Wates Sumbergempol Tulungagung Tahun Ajaran 2013/ 2014. Pembelajaran kooperatif bergantung pada efektifitas kelompokkelompok siswa tersebut. Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhatu-hati agar semua anggotanya dapat bekerja sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompok. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajari juga. 12 Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah Group Investigation (kelompok investigasi). Strategi ini merupakan strategi kerja kelompok yang terstruktur di dasarkan pada kerjasama dan tanggung jawab. Strategi ini menjamin setiap peserta didik berperan aktif dan memikul suatu tanggung jawab yang signifikan dalam kelompok. 13 Group investigation dirancang untuk memberikan kesempatan belajar yang adil kepada semua siswa. Demikian juga memberikan kesempatan belajar ynag adil kepada semua siswa. Demikian juga memberikan kesempatan yang sama untuk terlihat aktif dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memepelajari bagian materi ajar sehingga ia akan menjadi ahli dibidangnya. Keahlian yang 12 Miftahul Huda, Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2011), cet. 1, hal. 32 13 Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), (Malang: UIN-Malang Press, 2010), cet 1. hal. 149

7 dimiliki tersebut kamudian dibelajarkan kepada rekannya di kelompok lain. Rekannya di kelompok lain juga mempelajari materi ajar yang lain dan menjadi ahli dibidangnya. Interaksi yang terjadi adalah pola pembelajaran salin berbagi (share). Setiap siswa akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi karena memiliki keahlian tersendiri yang diperlukan siswa lain. Setiap siswa akan merasa saling memerlukan dan tergantung dengan siswa lain. Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS marupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. 14 Hal ini merupakan tanggung jawab dari seorang guru. Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu di karenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan 14 Sapriya, Pendidikan IPS. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 1, hal. 7

8 anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis. 15 Agar pembelajaran IPS menjadi menyenangkan dan mudah untuk dipahami oleh siswa, maka guru dapat menerapkan model pembelajaran. Guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi, siswa dan komponen lain dalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif. Tujuan dari penerapan model pembelajaran pada mata pelajaran IPS adalah untuk memperjelas penyajian guru dalam menyampaikan materi pelajaran, mengatasi sikap aktif siswa dan mengatasi keterbatasan ruang sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. Jika penerapan model pembelajaran khususnya dalam hal prnyampaian pesan (materi), maka siswa yang akan merasakan dampak positifnya dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS. Hal seperti ini terjadi di MI Hidayatul Mubtadiin Sumbergempol Tulungagung. Ketidaksenangan siswa terhadap mata pelajaran IPS menjadikan siswa kurang berfikir dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dan lemah dalam hal pengusaan materi. 16 Sehingga mereka menjawab pertanyaan dengan sebisanya saja tanpa memiliki niat untuk lebih giat belajar lagi. Disebabkan juga sebagian besar guru lebih suka menggunakan metode tradisional yakni ceramah ketika mengajar. Hal ini 15 Syaiful Bahri Djamarah Dan Azwar Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hal. 1 16 Wawancara dengan Ibu Waroh(Guru IPS Kelas IV MI Hidayatul Mubtadiin Wates Sumbergempol Tulungagung pada Tanggal maret 2014)

9 dapat dilihat dengan rendahnya nilai rata-rata pelajaran IPS pada materi Koperasi sebelum diadakanya penelitian. Didukung pula dari penuturan guru IPS, faktor penyebab yaitu dalam menyeleseikan soal yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa, siswa selalu menjawab dengan terbalik dan kurang lengkap. Kesulitan siswa dalam memahami dan menghafal materi masih sangat lemah dan memerlukan pendekatan dari guru dalam pembelajaran sehingga siswa terlibat secara utuh dalam menemukan pengetahuannya sendiri. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah peneliti ini adalah: 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada mata pelajaran IPS materi Koperasi kelas IV MI Hidayatul Mubtaddin Wates Sumbergempol Tulungagung? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar belajar siswa dengan di terapkanya pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada mata pelajaran IPS semester 2 pokok bahasan koperasi IV MI Hidayatul Mubtadiin Wates Sumbergempol Tulungagung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu: 1. Menjelaskan penerapan pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada mata pelajaran IPS semester I pokok bahasan koperasi pada siswa kelas IV MI Hidayatul Mubtadiin Wates Sumbergempol Tulungagung.

10 2. Mendiskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dengan di terapkanya pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada mata pelajaran IPS semester I pokok bahasan koperasi pada siswa kelas IV MI Hidayatul Mubtadiin Wates Sumbergempol Tulungagung. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pengembangan ilmu pengetahuan dan untuk memperkaya khasanah ilmiah tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe group investigation untuk meningkatkan hasil belajar. 2. Secara Praktis a. Bagi Kepala MI Hidayatul Mubtadiin Wates Sumbergempol Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun program pembelajaran, sebagai motivasi untuk menyediakan sarana dan prasarana sekolah untuk terciptanya pembelajaran yang optimal, dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu model referensi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas. b. Bagi Guru MI Hidayatul Mubtadiin Wates Sumbergempol Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan program kegiatan belajar mengajar dikelas, untuk mempermudah bagi guru untuk menyampaikan bahan ajar dikelas, dan dapat digunakan sebagai pedoman dalam penggunaan metode yang sesuai dalam proses pembelajaran.

11 c. Bagi Siswa MI Hidayatul Mubtadiin Wates Sumbergempol Memberikan kemudahan bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar IPS dan memberikan motivasi dalam belajar agar memiliki kemampuan yang maksimal sebagai bekal pengatahuan dimasa yang akan datang. Serta sebagai sarana dalam pengembangan kemampuan sesuai bakat dan minat belajar. d. Bagi Perpustakaan IAIN Tulungagung Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan koleksi bagi para pembaca atau pengunjung perpustakaan e. Bagi Peneliti Bagi penulis yang mengadakan penelitian sejenis, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan metode group investigation. E. Hipotesis Tindakan Hipotesis yang diajukan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah jika model pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini diterapkan pada mata pelajaran IPS materi koperasi, maka prestasi belajar siswa kelas IV semester II tahun ajaran 2013/2014 di MI Hidayatul Mubtadiin Wates Sumbergempol Tulungagung akan Meningkat. F. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah dalam memahami skripsi yang akan disusun nantinya, maka peneliti memandang perlu mengemukakan sistematika

12 pembahsan skripsi. Skripsi ini nanti terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut: Bagian awal, terdiri dari: sampul (sampul luar), halaman kosong, halaman judul, nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. Bagian inti terdiri dari lima bab dan masing-masing bab berisi sub-sub bab, antara lain: Bab I Pendahuluan, terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis tindakan dan sistematik pembahasan. Bab II Kajian Pustaka, terdiri dari: kajian teori, penelitian terdahulu, hipotesis tindakan, kerangka pemikiran. Bab III Metodologi Penelitian, terdiri dari: janis penelitian, lokasi dan subyek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data, indikator keberhasilan, tahap-tahap penelitian, Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan, terdiri dari: Deskripsi Hasil Penilaian, Pembahasan Hasil Penelitian. Bab V Penutup, terdiri dari: Kesimpulan dan Saran Bagian akhir terdiri dari: Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran