ANALISIS LIPUTAN AWAN BERDASARKAN CITRA SATELIT PENGINDERAAN JAUH

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA DAERAH POTENSI BANJIR DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN MENGGUNAKAN CITRA AVHRR/NOAA-16

2 BAB II TEORI DASAR

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

ISTILAH DI NEGARA LAIN

Cara memperoleh Informasi Tidak kontak langsung dari jauh Alat pengindera atau sensor Data citra (image/imagery) a. Citra Foto Foto udara

PENGINDERAAN JAUH D. SUGANDI NANIN T

ANALISA SEBARAN AWAN UNTUK MENENTUKAN PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA PEKANBARU BERDASARKAN DATA PENGINDERAAN JARAK JAUH

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C

penginderaan jauh remote sensing penginderaan jauh penginderaan jauh (passive remote sensing) (active remote sensing).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

MENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI

PENGINDERAAN JAUH. Beberapa satelit yang diluncurkan dari bumi oleh beberapa negara maju antara lain:

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 2 A. PENGINDERAAN JAUH NONFOTOGRAFIK. a. Sistem Termal

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

SATELITCUACA PENGINDERAAN JAUH SATELIT UNTUK LINGKUNGAN ATMOSFER. Meteorologi laut Nov, 21-22/2014

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

Atmosfer Bumi. Meteorologi. Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita. Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni.

Deteksi Hujan Menggunakan Citra Satelit NOAA Frekuensi 137,9 MHz Menggunakan Morfologi Erison

Seputar ATMOSFER Asal katanya dari atmos dan shaira (bahasa Yunani), yang artinya atmos : uap, shaira : bulatan. Jadi, atmosfer adalah lapisan gas

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

LAMPIRAN 1 : Prosedur Identifikasi Awan dengan Citra Satelit MTSAT

Informasi Kanal Sadewa 3.0. Didi Satiadi Bidang Pemodelan Atmosfer Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1

BAB 13 STRUKTUR BUMI DAN STRUKTUR MATAHARI

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

Sistem Pengolahan Data NOAA dan METOP

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

1. PENDAHULUAN 2. TINJAUAN PUSTAKA

ATMOSFER BUMI A BAB. Komposisi Atmosfer Bumi

Di zaman modern seperti sekarang ini, semakin sering. DNB/VIIRS: Menatap Bumi di Malam Hari AKTUALITA

Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS.

Radiasi Elektromagnetik

Pembentukan Hujan 1 KLIMATOLOGI

TINJAUAN PUSTAKA. non hutan atau sebaliknya. Hasilnya, istilah kebakaran hutan dan lahan menjadi. istilah yang melekat di Indonesia (Syaufina, 2008).

Atmosphere Biosphere Hydrosphere Lithosphere

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo)

ACARA I SIMULASI PENGENALAN BEBERAPA UNSUR INTERPRETASI

Kita awali fenomena geosfer dari yang pertama: Atmosfer

I PENDAHULUAN. α =...(1) dimana, α : albedo R s : Radiasi gelombang pendek yang dipantulkan R s : Radiasi gelombang pendek yang datang

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I

Suhu, Cahaya dan Warna Laut. Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221)

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

SUB POKOK BAHASAN 10/16/2012. Sensor Penginderaan Jauh menerima pantulan energi. Sensor Penginderaan Jauh menerima pantulan energi

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Geografi

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN KENCANG DI PRAMBON SIDOARJO TANGGAL 02 APRIL 2018

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : APLIKASI DATA CITRA SATELIT NOAA-17 UNTUK MENGUKUR VARIASI SUHU PERMUKAAN LAUT JAWA

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

I PENDAHULUAN II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar

JENIS CITRA

PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI

POLUSI UDARA DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

GEJALA-GEJALA YANG TERJADI DI ATMOSFER

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Citra Satelit Landsat

A. Definisi (pengertian)

LOGO PEMBAHASAN. 1. Pemetaan Geomorfologi, NDVI dan Temperatur Permukaan Tanah. 2. Proses Deliniasi Prospek Panas Bumi Tiris dan Sekitarnya

TURBULENSI HEBAT di INDONESIA Tahun 2016 M. Heru Jatmika, Heri Ismanto, Zulkarnaen, M. Arif Munandar, Restiana Dewi, Kurniaji

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

Atmosfer Bumi. Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. 800 km. 700 km. 600 km. 500 km. 400 km. Aurora bagian. atas Meteor 300 km. Aurora bagian. bawah.

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Raja Kerajaan Tata Surya

TUGAS PRESENTASI ILMU PENGETAHUAN BUMI & ANTARIKSA ATMOSFER BUMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI ALUN-ALUN KOTA BANJARNEGARA (Studi Kasus Tanggal 08 Nopember 2017)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

VARIASI SPASIAL DAN TEMPORAL HUJAN KONVEKTIF DI PULAU JAWA BERDASARKAN CITRA SATELIT GMS-6 (MTSAT-1R) YETTI KUSUMAYANTI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT TANGGAL 02 NOVEMBER 2017 DI MEDAN DAN SEKITARNYA

Gambar 1. Peta Prakiraan Cuaca Hujan Mei 2018 (Sumber : Stasiun Klimatologi Karangploso Malang)

ATMOSFER I. A. Pengertian, Kandungan Gas, Fungsi, dan Manfaat Penyelidikan Atmosfer 1. Pengertian Atmosfer. Tabel Kandungan Gas dalam Atmosfer

3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1. argon. oksigen. nitrogen. hidrogen

2. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda tergantung pada jenis materi dan kondisinya. Perbedaan ini

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1.

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Mars, Dewa Perang.

STASIUN METEOROLOGI PATTIMURA AMBON

APA ITU FOTO UDARA? Felix Yanuar Endro Wicaksono

TINJAUAN SECARA METEOROLOGI TERKAIT BENCANA BANJIR BANDANG SIBOLANGIT TANGGAL 15 MEI 2016

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Pengamatan kebakaran dan penyebaran asapnya dari angkasa: Sebuah catatan kejadian kebakaran hutan/lahan di Sumatera Selatan tahun 2014

BAB I MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

PEMANTAUAN DEBU KUNING MENGGUNAKAN SATELIT NOAA

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Transkripsi:

ANALISIS LIPUTAN AWAN BERDASARKAN CITRA SATELIT PENGINDERAAN JAUH Muh. Altin Massinai Laboratorium Fisika Bumi dan Lautan Program studi Geofisika FMIPA Universitas Hasanuddin Makassar Abstrak Telah dilakukan analisis terhadap liputan awan berdasarkan citra satelit untuk wilayah Sulawesi Selatan. Analisis tersebut dilasanakan dengan cara mengkaji dan membahas hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan citra satelit, kemudian dikombinasikan dengan hasil penelitian dengan menggunakan radar cuaca. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan dan pemanfaatan data satelit untuk memantau parameter cuaca. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa penggunaan citra satelit untuk pemantauan cuaca dengan menggunakan radar cuaca terdapat kesamaan. Namun hasil pemantauan melalui citra satelit hanya memberikan gambaran tentag pola cuaca seperti liputan awan secara global. Sedangkan hasil pengamatan dengan menggunakan radar cuaca lebih rinci namun cakupannya lebih sempit. 1. PENDAHULUAN Satelit pengideraan jauh (Indraja) semakin besar peranannya dalam berbagai bidang pembangunan. Pada saat ini terdapat banyak satelit penginderaan jauh yang beroperasi dengan masing-masing misi dan karakteristiknya. Salah satu diantaranya ialah satelit lingkungan dan Cuaca NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration). Satelit NOAA membawa lima jenis sensor. Salah satu diantaranya ialah Sensor AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer). Data yang dihasilkan dari satelit penginderaan jauh tersebut dapat digunakan untuk mempelajari parameter meteorologi, yang meliputi pembuatan peta awan, penentuan korelasi antara curah hujan dengan jenis awan dan liputan awan, penentuan variasi tahunan liputan awan, serta pembuatan peta suhu dan peramalan cuaca lainnya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai jenisjenis awan dan liputan awan berdasarkan data citra yang diperoleh dari satelit penginderaan dan dibandingkan dengan data klimatologi untuk wilayah Sulawesi Selatan. 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Teori Umum Terbentuknya adalah suatu kumpulan partikel air atau es tampak di atmosfer. Kumpulan partikel tersebut termasuk partikel yang lebih besar, juga partikel kering seperti terdapat pada asap atau debu, juga terdapat di dalam awan (Susilo Prawirowardoyo, 1996). Ketinggian yang dicapai sehingga udara manjadi jenuh Convektif Condensation Level (CCL). Jika suatu parcel udara lebih panas dari sekelilingnya, maka udara tersebut akan naik. Keadaan tersebut menyebabkan udara menjadi tidak homogen, sehingga berlaku persamaan hidrostatik yang dapat dinyatakan sebagai berikut : dw dt 1 P = g ρ Z (II.1) di mana : W = Kecepatan udara yang bergerak vertical (m/s). t = Waktu (s) ρ = Rapat massa udara (kg/m 3 ). TIS - 208

g = Percepatan gravitasi bumi (m/s 2 ) Z = Ketinggia parcel (m) P = Tekanan parcel udara (N/m 2 ) Sedangkan udara di sekitar parcel udara adalah homogen, sehingga, dw = 0, yang berarti tidak ada dt perubahan kecepatan gerak vertikal udara, maka persamaan hidrostatik menjadi : 1 P 0 = g ρ Z Dengan α = 1/ρ, maka : P = RρT (II.6) Di mana P = Tekanan parcel udara (N/m 2 ) R = Konstanta gas umum = 8,314 J/m o K) T = Temperatur parcel udara ( o K) r = Rapat massa udara (kg/m 3 ) untuk udara di sekitar parcel udara, Persamaan ideal gas ideal adalah : Atau : 1 P = g (II.2) ρ Z Pa = RT Atau P = RrT (II.7) (II.8) dimana : P = Tekanan udara (N/m 2 ) Z = Ketinggian lapisan uddara (m) W = Kecepatan gerak vertical udara (m/s) ρ = Kerapatan massa udara (kg/m 3 ) g = Percepatan gravitasi bumi (m/s 2 ) Hubungan antara laju perubahan kecepatan parcel udara dengan laju perubahan kecepatan udara disekitarnya dapat diperoleh dengan mensubtitusi persamaan (II.2) kepersamaan (II.1), yaitu : dw dt ρ ρ = g ρ (II.3) bila persamaan (II.2) dimasukkan kepersamaan (II.3) diperoleh : dw P 1 1 = ( ) (II.4) dt Z ρ ρ dengan asumsi bahwa P P =, yang berarti Z Z gradien tekanan parcel udara sama dengan gradien tekanan udara lingkungannya. Bila rumus di atas diubah dalam besaran thermis maka berlaku persamaan umum gas ideal sebagai berikut : Pα = RT (II.5) Dimana : P = Tekanan udara disekeliling parcel udara (N/m 2 ) T = Temperatur udara ( o K) R = Konstanta gas umum = 8,314 J/m o K) r = Rapat massa udara (kg/m 3 ) 2.2. Dasar Penginderaan Jauh Secara umum penginderaan jauh (remote sensing) dapat didefenisikan sebagai suatu teknik pengamatan dan pengumpulan informasi data fisik pada sasaran itu sendiri, karena dipisahkan oleh jarak tertentu (Lille-sand & Kiefer, 1990). Antara penginderan dengan objek yang diindera dihubungkan oleh suatu gelombang elektromagnetik. Macam informasi yang dapat diamati bergantung pada macam interaksi antara gelombang elektromagnetik tersebut dengan obyek yang diamati. Gelombang elektromagnetik merupakan gelombag hasil pancaran dari sasaran yang terindera oleh sensor sistem satelit yang berada di ruang angkasa pada ketinggian tertentu. Sistem penginderaan jauh menerima radiasi pancaran dan pantulan yang datang dari sasaran akibat radiasi yang datang padanya. Fluks radiasi yang dipantulkan atau yang dipancarkan oleh obyek umumnya berada dalam spektrum tampak (Visibel) dan inframerah. TIS - 209

Bagian spektrum sinar tampak berkisar antara pajang gelombag 0,4 mm hingga 0,7 mm. Warna biru berada antara 0,4-0,5 mm, hijau antara 0,5-0,6 mm, dan inframerah antara 0,6-0,7 mm. Gelombang mikro berada pada panjang gelombang 1 mm - 1m. Sensor dipasang pada alat pembawa yang disebut wahana (platform), yang dapat berupa roket, pesawat terbang, balon udara ataupun satelit. Satelit cuaca yang beroperasi di atas permukaan bumi memiliki dua orbit yaitu orbit polar dan orbit geostasioner. Satelit seri NOAA adalah termasuk GMS (Geosttionary Meteorological Satellites) adalah satelit berorbit geostasioner. Satelit NOAA-9 memiliki 5 sensor utama yaitu : 1. AVHRR (Advanced Very High Resolution Raduometer), berfungsi untuk merekam data radiometer count parameter permukaan bumi dan awan dengan lima kanal yang berkisar antara spektrum radiasi sinar tampak sampai sinar inframerah. 2. TOVS (Tiros Operational Vertical Sounder), berfungsi untuk mengukur profil suhu udara vertikal dari permukaan bumi sampai ketinggian 10 mb, mengukur kandungan uap air pada tiga lapisan atmosfer, mengukur total konsentrasi ozon pada lapisan atmosfer. 3. DCS (Data Collection System), berfungsi untuk merekam data/parameter yang diperlukan dalam pengolahan data satelit, yaitu untuk proses kalibrasi dan navigasi data. 4. SEM (Space Environment Monitor), berfungsi untuk mengukur proton radiasi surya, partikel alpha, fluks kerapatan elektron, spektrum dan total energi radiasi pada ketinggian satelit. 5. SARSAT (Search and Rescue System Satelit Aide Tracking), berfungsi untuk membantu mengatasi penyimpangan laju satelit dari orbitnya. Data yang diperoleh dari kelima sensor tersebut sangat besar manfatnya antara lain, dalam bidang meteorology, oseanografi, hidrologi, pertanian dan perhubungan. Sensor AVHRR terdiri dari lima kanal radiometer yang bekerja pada daerah panjang gelombang tertentu. Kegunaan dari masing-masing kanal radiometer adalah: Kanal 1 :Untuk pemetaan awan di siang hari, pemantauan salju dan lapisan es Kanal 2 :Pemantauan perkembangan tumbuhtumbuhan. Kanal 3 :Pemetaan awan di malam hari, pengukuran suhu permukaan laut, membedakan daratan dengan air serta pemantauan aktivitas vulkanik penyebaran debu gunung berapi. Kanal 4&5 :Untuk pemantauan awan baik siang maupun malam hari, pengukuran suhu permukaan laut dan penelitian air tanah bagi pertanian. 2.3. Membedakan Jenis pada Citra Satelit Penginderaan Jauh Informasi dari satelit berupa foto awan dalam skala besar jika digabungkan dengan data hasil pengamatan dipermukaan bumi (ground truth) dapat diperoleh analisis sinoptik yang lebih obyektif. Foto awan yang direkam oleh satelit meliputi foto yang diperoleh dari kanal inframerah dan kanal sinar tampak yang dipancarkan oleh permukaan awan. Pada foto infra merah awan dapat dibedakan menurut tingkat keabuannya (gray level). Permukaan yang gelap menggambarkan permukaan yang panas, sedangkan yang lebih dingin tampak lebih putih. Pada foto visible, tingkat keabuan dari gambar awan tergantung pada daya refleksi awan akan tampak semakin putih. 2.4. Pengukuran awan Pengukuran awan biasanya yang ditentukan adalah jumlah awan yang menutupi langit. Untuk itu biasanya dinyatakan dalam satuan oktas, yaitu seperdelapan dari langit di atas suatu horizon jumlah. Jumlah awan yang ada pada pengamatan visual dinyatakan pada tabel 1. Cara hitung tinggi awan seperti pada gambar (II.1). pada penelitian ini digunakan radar cuaca yaitu dengan PHI Scope dan A-Scope. Persamaan yang digunakan adalah : H = (0,3 L sin a + 0,2 L 2 ) dimana : H = Tinggi awan (feet) (II.9) TIS - 210

L = Jarak (Km) α = Sudut elevasi ( o ) 2.5. Meteorology Bahan : Citra Satelit NOAA-11/AVHRR hasil rekaman tanggal 15 September untuk daerah Sulawesi Selatan. Data Klimatologi khususnya keawanan yang diperoleh dari BMG Ujung Pandang. Metode pengkajian dapat dilihat pada skema penelitian secara umum pada gambar 1. Tabel 1. Daftar Nilai Oktas pada Liputan (Tejakusumah, 1982) Perkiraan Liputan (%) Nilai Oktas 0 0 12,5 1 25 2 37,5 3 50 4 62,5 5 75 6 87,5 7 100 8 SKEMA KAJIAN SECARA UMUM STAR LITERATUR LITERATUR AWAN DATA SEKUNDER (DATA INDERAJA & KLIMATOLOGI) KAJIAN PARAMETER AWAN (JENIS, LIPUTAN, SIFAT) ANALISIS HASIL STOP Gambar 1. Skema Penelitian Secara Umum TIS - 211

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Identifikasi Melalui Citra Satelit Citra satelit berwarna mempunyai peranan yang sangat baik dalam pendugaan jenis-jenis awan yang lebih cermat dan jelas, karena jenis dan struktur awannya sangat menonjol dan mudah diidentifikasi. Pada tabel 2. kita dapat mengidentifikasi jenisjenis awan dengan membedakan klasifikasi awan melalui citra satelit berwarna. Melalui citra berwarna ini kita dapat langsung membedakan jenis-jenis awan mulai dari awan yang tinggi (Ci) dan awan yang terendah (St). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa komposit warna gabungan dari kanal vis dan ir dari citra satelit tanggal 15 September menunjukkan awan tebal dan dingin, sedangkan warna hijau menyatakan awan tebal dan panas (temperaturnya agak tinggi). Sedangkan awan yang berwarna biru adalah merupakan deretan awan-awan kumulus. Hasil pengamatan dengan radar cuaca disajikan dalam Tabel 3. Tabel 2. Hasil Klasifikasi melalui Citra Satelit Penginderaan Jauh Jenis Citra Dari Satelit Warna Tabel/Tipis Temperatur Ketinggian Ci Putih Tebal Dingin Tinggi Kebirubiruan Tipis Dingin Tinggi Cb Putih Tebal Dingin Tinggi Ac Kuning Relatif Panas Sedang Agak Terang Tebal Relatif Panas Sedang Ns Putih Tebal Relatif Panas Sedang Cs Putih Tebal Relatif Panas Rendah Cu Hijau Bintibintik Tebal Relatif Panas Rendah ScSt Hijau Tebal Relatif Panas Rendah Tabel 3. Hasil Pengukuran Keawanan Dengan Radar Cuaca (Fawzy, 1995) Tanggal 02 Sept 03 Sept Jam Jumlah (Okta) 20.00 6 Tinggi Basis (Feet) Diatas 42 05.00 6 7.100-82.00 Karakteristik Hujan Ringan Ada thunderstrom Tabel 4. Hasil Dengan Cara Visual (langsung), (Fawzy, 1995) Tanggal 15 Sept 30 Sept Jam Jumlah (Okta) 20.00 6 Tinggi Basis (Feet) Diatas Karakteristik Hujan Ringan 1800 05.00 6 1800 Ada thunderstrom 3.2. Hasil pengamatan dengan Observasi Visual (Langsung) Hasil pengamatan keawanan dengan cara Visual (Langsung) seperti yang disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan hasil keawanan yang disajikan pada Tabel IV.2 dan Tabel IV.3, baik melalui citra satelit maupun pengamatan secara visual dan pengamatan dengan radar cuaca pada umumnya terjadi kesamaan. Hasil analisis melalui citra satelit hanya dapat memantau liputan awan secara global dengan cakupan yang luas sedangkan pengamatan dengan radar cuaca dapat diketahui ketinggian basis awan dan puncak awan dengan cakupan yang lebih sempit. 4. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan baik dengan melalui citra satelit maupun pengukuran secara langsung maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Analisis melalui citra satelit khususnya citra berwarna sangat baik karena jenis-jenis awan dan liputan tersebut dapat langsung dibedakan dengan cara melihat komposisi warna yang tampak pada citra tersebut. Hasil analisis liputan awan melalui citra satelit dengan pengamatan secara visual maupun radar cuaca menunjukkan hasil yang TIS - 212

saling mendukung. Melalui citra satelit dapat dipantau liputan awan secara global dengan cakupan yang luas, sedangkan pengamatan melalui radar cuaca liputan awan menunjukkan hasil pemantauan yang lebih rinci namun cakupannya lebih sempit. DAFTAR PUSTAKA Adiningsih,E.S., 1986. Metode Perkiraan Curah Hujan Berdasarkan Data Satelit, Warta LAPAN, No. 21, Jakarta. Gandakusumah, D.G., 1985. Satelit Cuaca dan Prospeknya Untuk Indonesia. Majalah LAPAN No.15 Tahun III, Jakarta. Handoko, (Ed), 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya, Jakarta. Khamsawarni, Nien, 1995. Sistem Radar, Diktat Kuliah Jurusan Elektronik Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang. Lilesand, T,M. and Ralph.W. Kiefer, 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Terjemahan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Massinai,M.A., 1995. Pengkajian Citra Satelit NOAA AVHRR Dalam Penentuan Suhu Permukaan Laut, Tesis, Program Studi Teknik Geodesi, ITB (Tidak publikasikan). Prawirowardoyo, Susilo, 1996. Meteorologi. Penerbit ITB, Bandung. Saryono, 1983. Analisa Cuaca. Diktat Kuliah Jurusan Geofisika Dan Meteorologi ITB, Bandung. Soejitno, 1978. Dasar-Dasar Pengamatan Meteorologi Pertanian. Akademi Meteorologi dan Geofisika, Jakarta. Sumardjo, 1993. Membedakan Jenis Pada Citra Satelit Cuaca Dengan Teknik Komposit Warna. Majalah LAPAN No. 64. Tejakusumah, Bambang, 1982. Analisa Data Liputan Untuk Menentukan Bulan Terlayak Bagi Pelaksanaan Kegiatan Remote Sensing di Indonesia, Warta LAPAN No. 7. TIS - 213