Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh ( Citra ASTER dan Ikonos ) Oleh : Bhian Rangga JR Prodi Geografi FKIP UNS

dokumen-dokumen yang mirip
Citra Satelit IKONOS

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

Image Fusion: Trik Mengatasi Keterbatasan Citra

INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

SATELIT ASTER. Oleh : Like Indrawati

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

09 - Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Dijital. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Satelit Landsat 8, Landsat Data Continuity Mission Pengolahan Citra Digital

penginderaan jauh remote sensing penginderaan jauh penginderaan jauh (passive remote sensing) (active remote sensing).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo)

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 DEM (Digital elevation Model) Definisi DEM

PENGGUNAAN HIGH TEMPORAL AND SPASIAL IMAGERY DALAM UPAYA PENCARIAN PESAWAT YANG HILANG

2. TINJAUAN PUSTAKA Pemanfaatan Citra Satelit Untuk Pemetaan Perairan Dangkal

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m

PERBANDINGAN RESOLUSI SPASIAL, TEMPORAL DAN RADIOMETRIK SERTA KENDALANYA

Di zaman modern seperti sekarang ini, semakin sering. DNB/VIIRS: Menatap Bumi di Malam Hari AKTUALITA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 1. Satelit Landsat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

PERANAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DALAM MEMPERCEPAT PEROLEHAN DATA GEOGRAFIS UNTUK KEPERLUAN PEMBANGUNAN NASIONAL ABSTRAK

ANALISA DAERAH POTENSI BANJIR DI PULAU SUMATERA, JAWA DAN KALIMANTAN MENGGUNAKAN CITRA AVHRR/NOAA-16

BAB I PENDAHULUAN I.1

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 2 A. PENGINDERAAN JAUH NONFOTOGRAFIK. a. Sistem Termal

BAB I KARAKTERISTIK CITRA BERDASARKAN RESOLUSINYA

SATELIT-SATELIT DENGAN RESOLUSI SPASIAL TINGGI Oleh : Like Indrawati

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bencana Alam

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEM ( Digital Elevation Model

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemetaan Sawah Baku 2.2. Parameter Sawah Baku

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

MENU STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR MATERI SOAL REFERENSI

KEMAJUAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH SERTA APLIKASINYA DIBIDANG BENCANA ALAM. Oleh: Lili Somantri*)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN AKIBAT GEMPA BUMI. Oleh : Lili Somantri

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

ORTHOREKTIFIKASI DATA CITRA RESOLUSI TINGGI (ASTER DAN SPOT) MENGGUNAKAN ASTER DEM

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kekeringan

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami

LOGO PEMBAHASAN. 1. Pemetaan Geomorfologi, NDVI dan Temperatur Permukaan Tanah. 2. Proses Deliniasi Prospek Panas Bumi Tiris dan Sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

LAPAN sejak tahun delapan puluhan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. pada radius 4 kilometer dari bibir kawah. (

BAB I PENDAHULUAN. and R.W. Kiefer., 1979). Penggunaan penginderaan jauh dalam mendeteksi luas

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS.

PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ISTILAH DI NEGARA LAIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Satelit FORMOSAT-2 Di Daerah Perkotaan (Studi Kasus: Surabaya Timur)

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data

SUB POKOK BAHASAN 10/16/2012. Sensor Penginderaan Jauh menerima pantulan energi. Sensor Penginderaan Jauh menerima pantulan energi

12/1/2009. Pengamatan dilakukan dengan kanal yang sempit Sensor dapat memiliki 200 kanal masing-

BAB I PENDAHULUAN Perumusan Masalah

JENIS CITRA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C

bdtbt.esdm.go.id Benefits of Remote Sensing and Land Cover

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENELITIAN FISIKA DALAM TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING PERUBAHAN GARIS PANTAI (STUDI KASUS DI WILAYAH PESISIR PERAIRAN KABUPATEN KENDAL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENENTUAN EKOSISTEM LAUT PULAU- PULAU KECIL DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT RESOLUSI TINGGI STUDY KASUS : PULAU BOKOR

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Penginderaan Jauh

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Padi dan Mobilitas Petani Padi

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN


TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia adalah salah satu Negara Mega Biodiversity yang terletak

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Geografi

TEORI DASAR INTERPRETASI CITRA SATELIT LANDSAT TM7+ METODE INTERPRETASI VISUAL ( DIGITIZE SCREEN) Oleh Dwi Nowo Martono

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

RESOLUSI SPASIAL, TEMPORAL DAN SPEKTRAL PADA CITRA SATELIT LANDSAT, SPOT DAN IKONOS

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

Transkripsi:

Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh ( Citra ASTER dan Ikonos ) Oleh : Bhian Rangga JR Prodi Geografi FKIP UNS A. Pendahuluan Di bumi ini tersebar berbagai macam fenomena fenomena alam yang sudah diungkap oleh manusia maupun yang belum diungkap oleh manusia. Salah satu langkah untuk mengungkap dan mengenali fenomena alam adalah dengan menggunakan teknologi sesuai perkembangan zaman. Manusia sudah tidak lagi langsung terjun langsung ke lapangan guna mengungkap fenomena alam, namun dengan perkembangan teknologi maka manusia mengenal teknologi penginderaan jauh. Teknologi penginderaan jauh merupakan pengembangan dari teknologi pemotretan udara yang mulai diperkenalkan pada akhir abad ke 19. Manfaat potret udara dirasa sangat besar dalam perang dunia pertama dan kedua, sehingga cara ini dipakai dalam eksplorasi ruang angkasa. Sejak saat itu istilah penginderaan jauh (remote sensing) dikenal dan menjadi populer dalam dunia pemetaan sampai saat ini. Eksplorasi ruang angkasa yang berlangsung sejak tahun 1960 an antara lain diwakili oleh satelit-satelit Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus. Kamera presisi tinggi mengambil gambar bumi dan memberikan informasi berbagai gejala dipermukaan bumi seperti geologi, kehutanan, kelautan dan sebagainya. Teknologi pemotretan dan perekaman permukaan bumi berkembang lebih lanjut dengan menggunakan berbagai sistem perekam data seperti kamera majemuk, multispectral scanner, vidicon, radiometer, spectrometer yang berlangsung sampai sekarang. Bahkan dalam waktu terakhir ini alat GPS (Global Positioning System) dimanfaatkan pula untuk merekam peta ketinggian dalam bentuk DEM (Digital Elevation Model). Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala dengan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji ( Sutanto, 1986 ). Citra penginderaan jauh merupakan gambaran yang erekam oleh kamera atau oleh sensor lainnya. Penginderaan jauh ( remote sensing ) telah digunakan untuk berbagai macam keperluan, antara lain untuk keperluan analisis dalam bidang kelautan, analisis bidang pertanian, analisis bidang pertambangan, 1

dan lain sebagainya. Penginderaan jauh merupakan suatu metode untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, areal, ataupun fenomena geografis melalui analisis data yang diperoleh dari sensor. Perkembangan ilmu penginderaan jauh dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga manusia selalu akan mengembangkan kemampuannya dalam mengembangkan ilmu tersebut, salah satunya dengan mengembangkan citra satelit agar dapat digunakan untuk kepentingan kepentingan lainnya yang erat kaitannya dengan perolehan informasi suatu objek, daerah ataupun fenomena geografisnya. Salah satu contoh citra satelit generasi baru adalah citra ASTER dan citra ikonos. Pemanfaatan kedua citra satelit tersebut tentu saja haruslah sesuai dengan tujuan yang hendak ingin dicapai oleh penginterpretasi citra. Sehingga penggunaan kedua citra satelit tersebut memiliki beberapa kelebihan maupun kekurangan. Karakteristik kedua citra tersebut berbeda beda, mulai dari panjang gelombang yang digunakan untuk perekaman, sistem perekamannya, spesifikasinya, serta pemanfaatan kedua citra tersebut juga berbeda beda. Berdasarkan uraian tersebut dalam makalah ini akan kami uraikan mengenai karakteristik citra ASTER dan Ikonos serta pemanfaatannya dalam kehidupan sehari hari. B. Pembahasan 1. Citra ASTER a. Sekilas Tentang ASTER Perkembangan teknologi penginderaan jarak jauh (remote sensing) telah memasuki babak baru dengan diluncurkannya satelit Terra pada tahun 1999 dan pemanfaatannya telah dilakukan distribusi data untuk keperluan public pada tahun 2000. Perkembangan demi perkembangan dan manfaat yang diperoleh ternyata hasil yang didapatkan dengan pemanfaatan citra ASTER ini sangat mengagumkan oleh para pengguna. Sampai saat ini kebutuhan penggunaan citra ASTER khususnya di Indonesia dari waktu ke waktu semakin banyak dan menyadari bahwa citra ASTER telah membantu banyak dalam pekerjaannya. Kita telah mengenal beberapa jenis citra satelit khususnya mempunyai focus pada Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat digunakan diantaranya 2

mengidentifikasi dan memonitoring SDA, antara lain : Satelit Landsat (mempunyai sensor TM dan ETM+), SPOT, IKONOS, NOAA (mempunyai sensor AVHRR), RADARSAT, JERS, Satelite TERRA (mempunyai sensor ASTER), dan lain sebagainya. ASTER (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer) adalah instrumen / sensor yang dipasang pada satelit Terra, yang diluncurkan pada Desember 1999, dimana ini merupakan bagian dari NASA's Earth Observing System (EOS) bekerja sama dengan Jepang dalam memecahkan persoalan yang menyangkut SDA dan lingkungan. Proyek ini didukung sepenuhnya oleh para ilmuwan Jepang dan Amerika Serikat dari beragam keilmuan diantaranya : geologi, meteorologi, pertanian, kehutanan, studi lingkungan, gunung berapi, dan lain lain. b. Spesifikasi Sensor Sensor Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer ( ASTER ) merupakan peningkatan dari sensor yang dipasang pada sa-telit generasi sebelumnya, JERS-1. Sensor ini terdiri dari Visible and Near-In-frared Radiometer (VNIR), Short Wavelength Infrared Radiometer (SWIR), Thermal Infrared Radiometer (TIR), Intersected Signal Processing Unit dan MASTER Power Unit. VNIR merupakan high performance dan high resolution optical instrument yang digunakan untuk mendeteksi pantulan cahaya dari permukaan bu-mi dengan range dari level visible hingga infrared (520-860 mikrometer) dengan 3 bands. Dimana band nomor 3 dari VNIR ini merupakan nadir dan backward looking data, sehingga kombinasi data ini dapat diguna-kan untuk mendapatkan citra stereoscopic. Digital Elevation model (DEM) dapat diperoleh dengan mengaplikasikan data ini, sehingga data ini ti-dak hanya untuk peta topografik saja, tetapi bisa juga digunakan sebagai citra stereo. SWIR merupakan high resolution optical instrument dengan 6 bands yang digunakan untuk mendeteksi pantulan cahaya dari permukaan bumi dengan short wavelength infrared range (1.6-2.43 mikrometer). Penggunaan radiometer ini memungkinkan menerapkan ASTER untuk identifikasi jenis batu dan mineral, 3

serta untuk monitoring bencana alam seperti monitoring gunung berapi yang masih aktif. TIR adalah high accuracy instrument untuk observasi thermal infrared radiation (800-1200 mikrometer) dari permukaan bumi dengan menggunakan 5 bands. Band ini dapat digunakan untuk monitoring jenis tanah dan batuan di permukaan bumi. Multi-band thermal infrared sensor dalam sa-telit ini adalah pertama kali di dunia. Ukuran citra adalah 60 km dengan ground resolution 90m. Sub system Band Spectral Range Resolusi Spasial Potensi Aplikasi (μm) (M) VNIR 1 0,520-0,600 15 Deskripsi tipe 2 0,630-0,690 tanah 3N 0,780-0,860 Identifikasi 3B 0,780-0,860 vegetasi SWIR 4 1,600-1,700 30 Identifikasi 5 2,145-2,185 sumberdaya air 6 2,185-2,225 Delinasi garis 7 2,235-2,285 pantai 8 2,295-2,365 Deskripsi jenisjenis 9 2,360-2,430 batuan mineral TIR 10 8,125-8,475 90 Semua aplikasi 11 8,475-8,825 yang berbasis suhu 12 8,925-9,275 permukaan 13 10,250-10,950 14 10,950-11,650 Tabel 1. Tabel Karakteristik Sersor dan Band pada citra ASTER c. Karakteristik utama sensor ASTER Adapun karakteristik sekilas mengenai citra ASTER adalah sebagai berikut : - Observasi pada 3 VNIR, 6 SWIR, 5 TIR bands atau bekerja dengan 14 bands atau dapat merekam data citra permukaan bumi dari panjang gelombang daerah visible (sinar tampak) ke daerah thermal infrared. Sehingga dapat disimpulkan bahwa citra ASTER mampu merekam data citra di permukaan 4

bumi dari panjang gelombang daerah visible ( sinar tampak ) ke daerah infrared thermal. - Stereoskopik data dapat diperoleh dengan single orbit. - Resolusi spasial citra ASTER adalah 15m untuk VNIR, 30m untuk SWIR, dan 90 m untuk TIR. - Sensor optik dengan resolusi geometric dan radiometric yang tinggi pada semua frekuensi channel. Dengan melihat karakteristik di atas, penggunaan citra ASTER dapat memenuhi kebutuhan para pengguna / user data dalam bidang lingkungan dan sumberdaya alam (SDA). d. Pemanfaatan Citra ASTER Seperti pada uraian sebelumnya, bahwa citra ASTER merupakan salah satu jenis citra satelit generasi baru, sehingga secara tidak langsung tentu saja citra ASTER memiliki resolusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan citra satelit pendahulunya seperti citra Landsat. Dengan demikian keunggulan citra ASTER yaitu memiliki resolusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan citra pendahulunya akan berdampak pada tingkat keakurasian hasil analisa. Dengan demikian kelebihan citra ASTER ini mampu meningkatkan keakuratan hasil analisa jika pengguna / user menggunakan jenis citra in, dikarenakan memiliki tingkat resolusi yang tinggi dibandingkan tingkat resolusi citra pendahulunya / sebelumnya. Adapun pemanfaatan citra ASTER adalah untuk memonitoring permukaan bumi, baik dalam bidang pertanian, pertambangan, meteorologi, dan lain sebagainya yang erat kaitannya dengan monitoring sumber daya alam ( SDA). 1). Monitoring karakteristik spektral terhadap mineral dan batuan Indonesia merupakan daerah yang memiliki banyak sumber daya alam, sehingga memerlukan penanganan tersendiri agar dalam proses pengelolaan sumber alam tersebut tidak menimbulkan pengaruh negatif atau efek sampingan terhadap alam dan lingkungan, khususnya terhadap mahluk hidup di atasnya termasuknya manusia. Jika penanganan pengelolaaan 5

sumber daya alam yang terencana dengan baik akan menghasilkan hasil olah yang baik pula. Dengan memanfaatkan citra ASTER diharapkan dapat memberikan bantuan solusi untuk proses persiapan pengolahan (penambangan) hingga proses pasca penambangan. Citra satelit ini mempunyai 14 channel yang masingmasing mempunyai fungsi tersendiri dalam proses analisa citra satelit. Gambar 1. Citra ASTER yang menggambarkan kondisi geologi di suatu wilayah Dengan adanya citra aster diharapkan pengguna / user dapat mengetahui informasi informasi yang berkenaan dengan kondisi geologi suatu wilayah. Sehingga dapat dijadikan masukan dalam mengambil suatu keputusan yang erat kaitannya dengan dunia pertambangan, misalnya penambangan mineral ataupun batuan di suatu wilayah tertentu. 2). Klasifikasi Jenis tanah Citra ASTER dapat pula digunakan untuk membantu memetakan jenis tanah, ataupun penggunaan lahan, khususnya untuk keperluan pertanian, khususnya untuk perencanaan tata ruang dan tata kota. 6

Gambar 2. Citra ASTER untuk analisis Landuse Dengan adanya citra ASTER dapat membantu dalam menganalisis penggunaan lahan / landuse suatu wilayah. Sehingga diharapkan dengan adanya informasi tersebut dapat membantu pihak pihak terkait yang erat kaitannya dengan masalah kebijakan pembangunan di suatu wilayah 3). Pemetaan tumbuhan di daerah kering dan basah Seperti halnya citra satelit lain seperti citra Landsat, citra ASTER dapat pula digunakan untuk memetakan distribusi tumbuhan di permukaan bumi, terutama untuk daerah kering dan basah dengan menggunakan sensor VNIR dan SWIR. 4). Monitoring suhu permukaan laut Denagn adanya citra ASTER, distribusi temperatur permukaan laut dapat diperoleh dengan mudah, atau langsung dengan menggunakan citra sensor TIR. Aplikasi dari citra ini dapat digunakan untuk mengetahui distribusi panas air laut, dimana informasi ini dapat diterapkan untuk mengetahui fenomena kelautan, termasuk distribusi tumbuhan di laut dan ikan. 5). Monitoring hutan bakau (mangrove) 7

Pengrusakan hutan bakau, baik secara sengaja maupun pengaruh perubahan alam, dapat dideteksi dengan menggunakan citra ASTER. Beberapa sensor satelit ini mempunyai kesamaan dengan citra Landsat, oleh karena itu kombinasi citra satelit lain dapat digunakan untuk monitoring hutan bakau dan hutan lainnya 6). Monitoring aktifitas gunung berapi Sensor VNIR dan SWIR dapat diterapkan untuk mengetahui aktifitas gunung, sehingga kerusakan dan korban yang ditimbulkan oleh bencana alam ini dapat dihindari atau dikurangi. Sensor TIR dapat digunakan untuk mengetahui distribusi awan panas yang dikeluarkan oleh gunung, dimana sensor ini dapat dioperasikan untuk siang dan malam hari 8

Gambar 3. Citra satelit ASTER wilayah Gunung Merapi tanggal 1-5 November 2010 yang bersumber dari NASA Gambar 4. Citra Satelit ASTER saat erupsi Merapi 15 November 2010 yang bersumber dari NASA 9

Berdasarkan Gambar 3 dan Gambar 4 di atas dapat diketahui bahwa dengan adanya citra ASTER membantu memonitoring aktifitas gunung merapi. Kemudian, untuk tahap selanjutnya maka pengguna / user citra tersebut dapat menganalisis apakah wilayah tersebut aman atau tidak bagi masyarakat, sehingga diharapkan dengan monitoring tersebut yang bersumber pada citra ASTER memungkinkan timbulnya orban yang berjatuhan akibat adanya letusan gunung merapi, baik sebelum erupsi maupun pasca erupsi. 2. Citra Ikonos a. Sekilas Tentang Ikonos Satelit IKONOS adalah satelit resolusi tinggi yang dioperasikan oleh GeoEye berasal dari bawah Lockheed Martin Corporation sebagai Commercial Remote Sensing System (CRSS) satelit. Pada April 1994 Lockheed diberi salah satu lisensi dari US Department of Commerce untuk satelit komersial citra resolusi tinggi. Pada tanggal 25 Oktober 1995 perusahaan mitra Space Imaging menerima lisensi dari Komisi Komunikasi Federal (FCC) untuk mengirimkan telemetri dari satelit di Bumi delapan-gigahertz band Exploration Satellite Service. Sebelum memulai, Space Imaging mengubah nama untuk satelit IKONOS. IKONOS berasal dari bahasa Yunani yang berarti "gambar". Pada awalnya dua satelit direncanakan untuk operasi. Peluncuran IKONOS-1 pada tahun 1999 gagal ketika payload hadiah dari Athena roket, gagal untuk memisahkan dan mencegah satelit mencapai orbit. Lalu, IKONOS-2 yang semula direncanakan untuk diluncurkan pada 2000, berhasil diluncurkan pada 24 September 1999 dari Space Launch Complex 6 (SLC-6) di Vandenberg Air Force Base di California. Sensor pencitraan panchromatic dan multispectral. Satelit ini memiliki kutub, lingkaran, matahari-sinkron 681-km orbit dan keduanya sensor memiliki petak lebar 11 km. Pada November 2000 Lockheed Martin menerima "Best of What's New" Grand Award dalam kategori Penerbangan & Ruang Angkasa dari majalah Popular Science. Space Imaging diakuisisi oleh ORBIMAGE pada bulan September 2005. Perusahaan ini kemudian diganti namanya menjadi GeoEye. 10

b. Karakteristik Citra Ikonos Ikonos mampu memiliki resolusi multispektral 3,2 meter dan inframerah dekat (0,82mm) pankromatik. Dengan resolusi spasial tinggi, ikonos mampu merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m (citra berwarna) dan sebuah kanal pankromatik dengan resolusi 1 m (hitam-putih). Data ikonos terekam dalam 11 bit,kualitas jauh lebih detail dari pada citra yang perekamnya 8 bit. Resolusi ikonos sebanding dengan resolusi udara. Karena resolusi ikonos merupakan radiometrik, berarti data Ikonos dikumpulkan sebagai 11 bit per pixel (2048 warna abu-abu), sehingga ada lebih banyak definisi dalam nilai-nilai skala abu-abu. c. Spesifikasi satelit Ikonos - INFORMASI PELUNCURAN Tanggal Peluncuran : 24 September 1999 Peluncuran Kendaraan : LM900 Peluncuran Situs/Lokasi : Vandenberg Air Force Base, California, USA - PETAK AREA UKURAN LEBAR DAN LUAS Petak : 11 km x 11 km (single scene) - ORBIT Orbit : 98.1 derajat, sun synchronous Kecepatan pada Orbit : 7.5 km/detik Kecepatan diatas bumi :6.8 km/detik Kecepatan mengelilingi Bumi : 14.7 kali tiap 24 jam Ketinggian : 681 kilometer Masa Operasi : 7 tahun lebih - RESOLUSI Resolusi pada Nadir : 0,82 meter (panchromatic) 3,2 meter (multispectral ) Resolusi 26 Off-Nadir : 1,0 meter (panchromatic) 4,0 meter (multispectral) Cakupan Citra : 11,3 kilometer pada nadir 13,8 kilometer pada 26 off-nadir 11

Waktu Melintas Ekuator : Nominal 10:30 AM waktu matahari Waktu Lintas Ulang : Sekitar 3 hari pada 40 garis lintang Saluran Citra : Panchromatic, blue, green, red, near IR Dynamic Range : 11-bit per pixel Tipe Data Julat spektral (μm) Pankromatik 0.45 0.90 Multispektral Band 1 0.45 0.53 (Biru) Multispektral Band 2 0.52 0.61 (Hijau) Multispektral Band 3 0.64 0.72 (Merah) Multispektral Band 4 0.77 0.88 (Inframerah Dekat) Tabel 2. Band Spektral Pada Sensor IKONOS d. Pemanfaatan citra Ikonos Aplikasinya untuk pemetaan sumberdaya alam daerah pedalaman dan perkotaan, analisis bencana alam, kehutanan, pertanian, pertambangan, teknik konstruksi, pemetaan perpajakan, dan deteksi perubahan. Gambar 5. Citra ikonos wilayah Gunung merapi 12

Pada gambar 5, gambar citra ikonos wilayah gunung merapi dapat digunakan untuk kajian analisis bencana alam. Sehingga dengan adanya citra ikonos memudahkan pengguna untuk memberikan informasi yang berkenaan dengan mitigasi bencana alam di wilayah tersebut Gambar 6. Citra Ikonos wilayah Petanahan, Kebumen Pada gambar 6, gambar citra ikonos wilayah petanahan, kebumen dapat digunakan untuk kajian analisis landuse di daerah tersebut. Sehingga dengan adanya citra ikonos memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi dunia pertanian. 13

Gambar 7. Citra Ikonos wilayah Cilacap Pada gambar 7, gambar citra ikonos wilayah cilacap dapat digunakan untuk analisis permukiman. Sehingga dengan adanya citra ikonos dapat memudahkan dan memberikan kebijakan / kebutusan mengenai masalah masalah yang erat kaitannya dengan permukiman di wilayah tersebut. e. Kelebihan dan kekurangan citra IKONOS Citra ikonos memiliki resolusi yang tinggi. Bahkan sampai dengan 60 cm, sehingga dapat melihat dengan lebih detail. Sedangkan citra ikonos memiliki beberapa kekurangan, antara lain : 1. Ada kecenderungan Ikonos ini sering melebar pada saat dicek dengan lapangan. mungkin faktor kalibrasi dan koreksi untuk alat perlu diketahui. 2. Harganya yang lumayan mahal (sekitar $ 132/km 2 ). Harga citra ikonos dikatakan mahal karena citra dengan harga sekitar itu, maka user langsung memperoleh gambar citra yang up to date ataupun citra yang sesuai dengan keinginan pembeli / usernya. Namun jika user tidak ingin repot repot 14

mengeluarkan biaya yang mahal, maka user / pengguna dapat mengambil gambar citra ikonos melalui aplikasi google earth. Akan tetapi kelemahannya adalah pengguna / user tidak memperoleh data gambar yang up to date, namun hanya waktu / periode tertentu saja 3. Akuisisi yang sedikit sulit untuk daerah berawan. Biasanya daerah yang tertutup awan akan menghasilkan gambar citra yang kurang baik,. Oleh karena itu. 4. Sulit mendapatkan akurasi spasial yang baik, terutama misalnya dalam usaha perhitungan kuantitatif (misalnya dalma penghitungan luasan dan volume) 5. Membutuhkan pemrosesan yang agak sedikit 'rumit' karena karakter pengambilan data yang seringkali tidak nadir (tegak lurus). e. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan hal hal sebagi berikut. Citra aster ASTER (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer) adalah instrumen / sensor yang dipasang pada satelit Terra, yang diluncurkan pada Desember 1999, dimana ini merupakan bagian dari NASA's Earth Observing System (EOS) bekerja sama dengan Jepang dalam memecahkan persoalan yang menyangkut SDA dan lingkungan. Sensor Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer ( ASTER ) merupakan peningkatan dari sensor yang dipasang pada sa-telit generasi sebelumnya, JERS-1. Sensor ini terdiri dari Visible and Near-In-frared Radiometer (VNIR), Short Wavelength Infrared Radiometer (SWIR), Thermal Infrared Radiometer (TIR), Intersected Signal Processing Unit dan MASTER Power Unit. Citra ASTER mampu merekam data citra di permukaan bumi dari panjang gelombang daerah visible ( sinar tampak ) ke daerah infrared thermal. Resolusi spasial citra ASTER adalah 15m untuk VNIR, 30m untuk SWIR, dan 90 m untuk TIR. Dengan melihat karakteristik di atas, penggunaan citra ASTER dapat memenuhi kebutuhan para pengguna / user data dalam bidang lingkungan dan sumberdaya alam (SDA). Adapun pemanfaatan citra ASTER adalah untuk memonitoring permukaan bumi, baik dalam bidang pertanian, pertambangan, meteorologi, dan lain sebagainya yang erat kaitannya dengan monitoring sumber daya alam ( SDA). Beberapa pemanfaatan citra ASTER 15

yang sudah diterapkan di Indonesia antara lain : monitoring karakteristik spektral terhadap mineral dan batuan, klasifikasi Jenis tanah, pemetaan tumbuhan di daerah kering dan basah, monitoring suhu permukaan laut, monitoring hutan bakau (mangrove), serta monitoring aktifitas gunung berapi khususnya di gunung merapi. Ikonos mampu memiliki resolusi multispektral 3,2 meter dan inframerah dekat (0,82mm) pankromatik. Dengan resolusi spasial tinggi, ikonos mampu merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m (citra berwarna) dan sebuah kanal pankromatik dengan resolusi 1 m (hitam-putih). Aplikasinya citra ikonos untuk pemetaan sumberdaya alam daerah pedalaman dan perkotaan, analisis bencana alam, kehutanan, pertanian, pertambangan, teknik konstruksi, pemetaan perpajakan, dan deteksi perubahan,kajian analisis landuse di suatu daerah, serta analisis permukiman Beberapa citra satelit yang telah disajikan baik citra ikonos maupun aster memiliki karakteristik yang berbeda beda ( baik panjang gelombang yang digunakan untuk perekaman, sistem perekamannya, spesifikasinya ) dan juga memiliki kelebihan dan kelemahan masing - masing. Kelebihan pada satu citra akan menentukan pilihan bagi pengguna sesuai kebutuhan dan sumberdaya yang dimilikinya. Sedangkan kekurangan pada citra juga akan menentukan bagi pengguna / user untuk memanfaatkan citra citra lainnya yang lebih unggul. Pemahaman berbagai karakteristik citra satelit dapat bermanfaat kalangan yang mendalami penginderaan jauh khususnya untuk menganalisis suatu objek. Sehingga dengan adanya citra aster dan ikonos dapat bermanfaat bagi pengguna / user untuk memperoleh berbagai informasi yang diperlukan bagi kajian analisis data yang diinginkan yang erat kaitannya dengan kajian fenomena fenomena objek di permukaan bumi ini. f. Daftar Pustaka Anonim. 2010.Citra Satelit wilayah Gunung merapi pasca erupsi 2, http://lppm.ugm.ac.id/deru/2010/10/31/citra-satelit-wilayah-gunung-merapi-pascaerupsi-2/, diakses pada tanggal 28 November 2011 Jam 15. 30 WIB Anonim. 2011. Produk Citra Aster. http://www.asterindonesia.com/?produk_citra_aster:tentang_citra_aster..diakses pada tanggal 28 November 2011 Jam 15. 40 WIB 16

Lillesand, Thomas M. ( Penerjemah Dulbhri, Suharsono P, Suharyadi S). 1990. Remote Sensing and Image Interpretation Diterjemahkan Dalam bahasa Indonesia : Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta: gadjah mada University Press. Sinaga,J.2011.Satelit ikonos. www.pagarberkawatduri.blogspot.com/2011/11/satelitikonos.html. diakses pada tanggal 28 November 2011 Jam 15. 35 WIB Sutanto.1986.Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Sutanto.1994.Penginderaan Jauh Jilid I1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press 17