aktivitas-aktivitas investasi, perbankan dan capital raising, jasa perencanaan

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI AKUNTAN, MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WTO), General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), dan General Agreement on Trade in Services (GATS) tidak hanya

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada prakteknya di lapangan, keahlian khusus tidak menjamin. menunjang keberhasilan yaitu menerapkan suatu etika.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar besarnya (profitmaking)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Aktivitas bisnis sudah ada sejak manusia ada di muka bumi ini karena kalau bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu unsur dari Good Corporate Governnance. Sedangkan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di dunia maju sekarang ini. Namun, selain kemampuan dan keahlian

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan berlakunya kesepakatan Internasional mengenai pasar bebas. Profesi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS AUDITOR (Survey pada Auditor di Surakarta dan Yogyakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan profesionalismenya. Profesionalisme suatu profesi mensyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

ANALISIS PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (SURVEY DI PERGURUAN TINGGI WILAYAH SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. diperbaiki melihat kurangnya good corporate governance (Yulianti, 2006). Salah

BAB I PENDAHULUAN. global. Profesi akuntan di Indonesia di era globalisasi ini semakin berkembang

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA AKUNTAN PUBLIK (Survey Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudahan dalam memasuki dan meraih peluang kerja, kesempatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. tempat berlangsungnya proses pembentukan karakter seseorang melalui

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Tetapi terkadang untuk mencapai tujuan itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

Perpsepsi terhadap etika bisnis antara akuntan pendidik, akuntan publik dan mahasiswa akuntansi (studi kasus di Surakarta dan Yogyakarta) Oleh:

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. milik Belanda yang beroperasi di Indonesia pada waktu itu, didirikan dan akuntansi sistem Amerika mulai dikenal, terutama melalui

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bisnis. Pada umumnya, tujuan semua usaha bisnis adalah berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang besar sekaligus memberikan tantangan yang semakin. mengancam eksistensi profesi akuntan indonesia.

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (profit-making) agar

Persepsi karyawan bagian akuntansi dan mahasiswa akuntansi tentang etika bisnis. Sari Septiana Purnomo F UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

Akuntan dan Pendidikan Akuntansi Bagian 2

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis yang begitu pesat ini menimbulkan berbagai kasus bisnis

BAB I PENDAHULUAN. akan jasa profesional akuntan publik. Kasus-kasus manipulasi yang telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN sehingga Institut

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam semua area profesi akuntansi Louwers et al. dalam (Husein, 2004). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan etika.etika mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan dunia teknologi dan informasi dan juga adanya

BAB I PENDAHULUAN. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat dengan dibarengi

BAB I PENDAHULUAN. auditor dalam pemeriksaan laporan keuangan karena tingkat materialitas dari satu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi dasar atau aturan bagi seseorang dalam menjalankan profesinya. Etika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan yang cepat dalam masyarakat kita telah menyebabkan

ABSTRAK. Kata kunci: mahasiswa akuntansi, mahasiswi akuntansi, profesi akuntan

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan bisnis di suatu negara telah tumbuh. berkembang dengan ditandai oleh masuknya para pelaku bisnis baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan bahasa bisnis dan sistem informasi. Akuntansi tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi, pendidikan akuntansi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin berat, oleh karena itu perbaikan kompetensi seiring

BAB I PENDAHULUAN. profesi. Etika Profesi diperlukan agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DAN AKUNTAN PENDIDIK BINUS UNIVERSITY MENGENAI ATURAN ETIKA DALAM KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA 2010

BAB I PENDAHULUAN. posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP UJIAN SERTIFIKASI AKUNTAN PUBLIK (USAP)

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk profesional. Selain itu, akuntan juga harus menjaga harkat dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

BAB I PENDAHULUAN. etika profesi. Adanya etika profesi maka tiap profesi memiliki aturan-aturan khusus

BAB I PENDAHULUAN. Memilih dan mencari pekerjaan memiliki tingkat kesulitan dan keunikan sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai segala sesuatu yang telah dicita-citakannya. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan yang muncul tentang keadilan, kejujuran, hak dan kewajiban,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

Transkripsi:

A. Latar Belakang Masalah Peran profesi akuntan sekarang ini, mengalami peningkatan sesuai dengan perkembangan bisnis dan perubahan global. Kantor akuntan Publik (KAP) tidak hanya mengerjakan pekerjaan audit, melainkan juga menawarkan berbagai jasa yang memiliki dimensi baru. Contoh dari hal tersebut adalah aktivitas-aktivitas investasi, perbankan dan capital raising, jasa perencanaan strategik dan operasional, bantuan dalam penemuan partner bisnis, bantuan dalam memperoleh persetujuan peraturan untuk transaksi besar, jasa outsourcing seperti sebagai internal audit dan departemen pajak, dan aktivitas manajemen tradisional lainnya (Winarna, 2003). Disamping itu, kemajuan ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan bisnis yang cukup tajam. Semua usaha bisnis tersebut berusaha untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun terkadang untuk mencapai tujuan itu, segala upaya dan tindakan dilakukan walaupun pelaku bisnis harus melakukan tindakantindakan yang mengabaikan berbagai dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi akuntansi. Untuk mengantisipasi hal itu, maka profesionalisme suatu profesi harus dimiliki oleh setiap anggota profesi, yaitu berkeahlian, berpengetahuan, dan berkarakter. Karakter menunjukkan personalitas seorang profesionalisme yang diwujudkan dalam sikap profesional dan tindakan etisnya (Machfoedz dalam Martadi dan Suranta, 2006).

Di Indonesia, etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Disamping itu, profesi akuntansi mendapat sorotan yang cukup tajam dari masyarakat. Hal ini seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan, baik akuntan publik, akuntan intern perusahaan maupun akuntan pemerintah. Sebagai contoh misalnya, kasus akuntan publik yang melakukan pelanggaran terhadap etika profesi dapat ditelusuri dalam laporan pertanggungjawaban pengurus Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) periode 1990-1994. Laporan tersebut menyebutkan bahwa adanya 21 kasus yang melibatkan Kantor Akuntan Publik (KAP). Hasil penelitian BPKP selama tahun 1994 sampai dengan tahun 1997 menyebutkan bahwa dari 82 KAP dapat diketahui bahwa sebanyak 91,81% KAP tidak memenuhi standar professional (Standar Profesional Akuntan Publik/SPAP), sebanyak 82,39% tidak menerapkan Sistem Pengendalian Mutu, sebanyak 9,93% tidak mematuhi kode etik, dan sebanyak 5,26% tidak mematuhi peraturan perundang-undangan (Ekayani dan Adi Putra, 2003). Kasus lain adalah rekayasa laporan keuangan oleh akuntan intern perusahaan yang banyak dilakukan sejumlah perusahaan go public. Menurut catatan Biro Riset Infi-Bank (BIRI), pada tahun 2002 terdapat 12 perusahaan go public yang melakukan praktik tersebut (Winarna, 2003). Berbagai pelanggaran etika di atas seharusnya tidak terjadi apabila setiap akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan kemauan untuk

menerapkan nilai-nilai moral etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaannya. Selain itu, akuntan dalam melaksanakan tugas profesionalnya seharusnya mengedepankan sikap dan tindakan yang mencerminkan profesionalitas yang telah diintrodusir dalam pedoman dan standar kerjanya (Ludigdo dalam Winarna, 2003). Disamping lingkungan bisnis, hal yang dapat mempengaruhi seseorang berperilaku etis adalah lingkungan dunia pendidikan (Sudibyo dalam Martadi dan Suranta, 2006). Oleh karena itu, calon akuntan (mahasiswa) perlu diberi pemahaman yang cukup terhadap masalah-masalah etika bisnis dan etika profesi yang akan mereka hadapi. Terdapatnya mata kuliah yang berisi ajaran moral dan etika sangat relevan untuk disampaikan kepada mahasiswa. Dalam hal ini berarti keberadaan pendidikan etika memiliki peranan penting dalam perkembangan profesi di bidang akuntansi di Indonesia. Sebagai akibatnya, muncul dua isu menarik yang berkaitan dengan perekrutan calon pegawai oleh KAP. Isu yang pertama adalah meningkatnya proporsi wanita di antara calon pegawai yang direkrut oleh KAP. Jika sebelumnya profesi akuntan publik lebih didominasi pria maka sekarang ini peran wanita telah mengalami peningkatan (Winarna, 2003). Isu yang kedua adalah bahwa KAP mulai memikirkan untuk merekrut calon pegawai yang memiliki disiplin akademis di luar akuntansi. Dalam memberikan jasa secara total dan professional kepada klien yang memiliki latar belakang industri dan bisnis yang berbeda, KAP juga membutuhkan input dari disiplin ilmu yang lain di luar akuntansi yang jelas memiliki

pengetahuan luas di bidangnya. Perpaduan pengetahuan tersebut akan saling melengkapi, dan pada akhirnya KAP akan mampu memberikan jasa yang maksimal bagi kliennya. Adanya perubahan pola perekrutan tersebut memunculkan tantangantantangan bagi pengembangan dan pelatihan professional untuk para calon pegawai KAP yang baru, khususnya dalam hal penilaian etika. Karena pada saat mereka nanti memasuki profesi tersebut, mereka akan dihadapkan pada tugas-tugas pengambilan keputusan yang tentunya membutuhkan penilaian etika (ethical judgement). Penelitian tentang pengaruh gender dan perbedaan disiplin akademis sebelumnya telah banyak dilakukan seperti yang dilakukan oleh Cohen et. al. (1998) (dalam Irawati, 2004) yang memperlihatkan bahwa perbedaan gender dan disiplin akademis responden berpengaruh pada evaluasi etis yang dibuat. Hasil penelitian yang berbeda diperoleh oleh Borowski dan Ugras (1996) (dalam Irawati, 2004) yang tidak menemukan adanya hubungan antara disiplin akademis dengan tingkat etika. Winarna (2003) menguji perbedaan pengaruh gender dan perbedaan disiplin akademis terhadap evaluasi yang bersifat etis dari calon pegawai potensial Kantor Akuntan Publik. Sampel yang digunakan berasal dari berbagai Universitas di Indonesia. Alat uji yang digunakan adalah T-Test untuk menguji pengaruh gender dan Anova untuk menguji perbedan disiplin akademis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gender dan disiplin akademis berpengaruh pada evaluasi etis yang mereka buat.

Penelitian ini merupakan pengembangan dan kolaborasi dari beberapa penelitian sebelumnya, yaitu Jaka Winarna (2003) serta Martadi dan Suranta (2006). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaka Winarna (2003) yang mengadakan penelitian tentang pengaruh gender dan perbedaan disiplin akademis terhadap penilaian etika oleh mahasiswa, penelitian ini mengembangkan penilain etika menjadi variabel etika bisnis dan variabel etika profesi. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Martadi dan Suranta (2006) adalah penelitian Martadi dan Suranta (2006) menguji persepsi akuntan, mahasiswa akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi dipandang dari segi gender terhadap etika bisnis dan etika profesi, sedangkan penelitian ini hanya menguji persepsi mahasiswa saja dari beberapa disiplin akademis. Beberapa penelitian di atas menunjukkan hasil yang belum konsisten, sehingga masih terbuka kesempatan untuk penelitian yang berkaitan dengan gender dan perbedaan disiplin akademis. Penelitian ini akan menguji kembali persepsi mahasiswa terhadap etika bisnis dan etika profesi dipandang dari segi gender dan disiplin akademis. B. Perumusan Masalah

Penelitian mengenai etika bisnis dan etika profesi akuntan ini dilakukan karena aktivitas profesi akuntan tidak terlepas dari aktivitas bisnis yang menuntut mereka untuk bekerja secara profesional sehingga selain harus memahami dan menerapkan etika profesi, mereka harus memahami dan menerapkan etika dalam bisnis. Penelitian ini dilakukan terhadap calon akuntan (mahasiswa) karena mereka adalah calon akuntan yang seharusnya dibekali terlebih dulu pengetahuan mengenai etika sehingga setelah lulus nanti mereka bisa bekerja secara professional berdasar etika profesi dan dapat menerapkan etika dalam lingkungan bisnis. Penelitian ini megkhususkan untuk menyoroti masalah gender karena masih adanya diskriminasi terhadap perempuan dalam lingkungan pekerjaannya. Berdasar uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah berikut ini: 1. Apakah terdapat perbedaan persepsi mahasiswa dipandang dari segi gender dan perbedaan disiplin akademis terhadap penilaian etika bisnis? 2. Apakah terdapat perbedaan persepsi mahasiswa dipandang dari segi gender dan perbedaan disiplin akademis terhadap penilaian etika profesi akuntan? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa dipandang dari segi gender dan perbedaan disiplin akademis terhadap etika bisnis dan etika profesi akuntan. D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian adalah berikut ini. 1. Memberikan pengetahuan empiris mengenai perbandingan antara persepsi etis baik etika bisnis maupun etika profesi bagi mahasiswa akuntansi, mahasiswa non-akuntansi dan mahasiswi akuntansi, dan mahasiswi nonakuntansi. 2. Memberi masukan bagi perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta mengenai pentingnya etika bisnis dan etika profesi yang harus diberikan kepada mahasiswa sehingga setelah lulus nanti mereka bisa bekerja secara professional berdasarkan etika profesi dan dapat menerapkan etika dalam lingkungan bisnis. 3. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan kajian lebih luas dalam bahasan ini. E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini membahas Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang pengertian Persepsi, Gender, Etika, Etika Bisnis, Etika Profesi, dan Disiplin Akademis. BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang Populasi dan Sampel, Jenis Data dan Sumber Data, Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas isi pokok penelitian yang memuat hasil Analisis Data. BAB V PENUTUP Pada bab ini menyajikan Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, Keterbatasan Penelitian, dan Saran bagi penelitian selanjutnya. BAB II