Mempopulerkan kembali Jujur dan Integritas dalam kehidupan anak muda demi peradaban Anti- Korupsi, mungkinkah?

dokumen-dokumen yang mirip
Pembahasan Hasil Survei Integritas Anak Muda

PERTEMUAN KE 9 OLEH : TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA

FAKTOR PENYEBAB KORUPSI. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi 3/8/2013. Bab. Fight Corruption: be the one who helps build a better society.

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

Modul ke: Etik UMB. Tindakan Korupsi dan Penyebabnya - 2. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU.

ETIK UMB. Tindakan Korupsi dan Penyebabnya. Modul ke: 12Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Dosen PJMK : H. Muhammad Adib. Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini)

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI UNIVERITAS TELKOM BANDUNG

KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

MAHASISWA. Diajukan untuk. Disusun oleh: Rahmawati PROGRAM FAKULTA BANDUNG

Survei Integritas Anak Muda 2012

YOUTH DEPARTMENT TRANSPARENCY INTERNATIONAL INDONESIA SURVEI INTEGRITAS ANAK MUDA 2012

BAB 11 TINDAKAN KORUPSI DAN PENYEBABNYA

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Tindak Pidana Korupsi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

PPKn. Dosen PJMK : Mohammad Adib. Artikel Ilmiah Populer/Essay Bebas. Pendidikan Anti Korupsi. Kelas D

BAB I PENDAHULUAN. tentunya harus diimbangi dengan aturan-aturan atau norma-norma yang dapat

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ESSAY PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN MEMINIMALKAN KORUPSI DI MULAI DARI HAL KECIL

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

NOTA PEMBELAAN. BASUKI TJAHAJA PURNAMA TERHADAP TUNTUTAN PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA PIDANA No. 1537/Pid.B/2016/PN.JKT.UTR

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN PEMBERANTASAN KORUPSI

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. belajar baik di sekolah maupun di kampus. Hasil survey Litbang Media Group

Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi

Disiplin: Sebuah Keharusan yang Wajib Dimiliki Setiap Pegawai

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

NILAI DAN PRINSIP ANTI- KORUPSI. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi. Lead the people to the path of uncorrupted 12/11/2013.

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Pengertian Kode Etik

Etika Bisnis. Ritha F. Dalimunthe. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sistem kontrol sosial yang belum memadai dan penegakan hukum yang

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

2017, No profesi harus berlandaskan pada prinsip yang salah satunya merupakan kode etik dan kode perilaku; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL

AKUNTABILITAS. PRAJABATAN GOLONGAN III Angkatan 3. Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat; Rencana Pembelajaran; Bahan Ajar; Bahan Tayang.

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI DI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. atau keluarganya sebagai imbal jasa sebuah pelayanan (KPK, 2006: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya pelayanan tidak jelas bagi para pengguna pelayanan. Hal ini terjadi

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

TANTANGAN DAN HARAPAN PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB III PEMBANGUNAN HUKUM

TUGAS RESUME PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PERTEMUAN KE-12 AKAL TAK SEKALI TIBA STOP...!!! SAY NO CORRUPTION.

TINDAKAN KORUPSI DAN PENYEBABNYA

Livia Melda Christanti

KOLUSI MERUSAK MORAL BANGSA

SUBSTANSI DAN KONTEN NILAI DASAR, KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN

5/31/2013. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI. No impunity to corruptors. Bab.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dasar tingkah laku siswa. Salah satu karakter yang harus

HUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI INFORMATIKA

BAB I Pendahuluan Latar Belakang Struktur yang Koruptif 1

UU. No.31 tahun 1999 dan REALISASI PELAKSANAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan audit dan jasa

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014

BAB V PENUTUP. 1. Berdasarkan metode yang digunakan, dan dari uraian di atas bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA. Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang

Cilacap Cerdas Bersama Leader Class (Oleh : Ita Ambarwati)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA). Untuk memanfaatkan

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Etika (2) Modul ke: 09Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

MENANAMKAN INTEGRITAS PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,

Urgensi Pemimpin Daerah Yang Bersih Guna Mewujudkan Good Governance Oleh: Achmadudin Rajab *

BAB I PENDAHULUAN. Dekadensi moral yang menghinggapi generasi muda akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. mencatat banyak pemimpin yang dipilih oleh rakyat karena mengangkat isu

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. secara khusus, dan diancam dengan pidana yang cukup berat. 1. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah

Transkripsi:

Menanggapi hasil riset Survey Integritas Anak Muda Transparansi Internasional Indonesia tahun 2012: Mempopulerkan kembali Jujur dan Integritas dalam kehidupan anak muda demi peradaban Anti- Korupsi, mungkinkah? Sebuah makalah MayDay 2013 -- JUJUR. Adalah kata yang dulu, mungkin hanya ada di buku Pendidikan Kewarganegaraan tertera sebagai salah satu jawaban yang dihadirkan dalam pilihan ganda. Tapi tidak disangka-sangka, kata jujur kembali happening beberapa tahun belakangan ini terkenal meluas, melompat-lompat lincah, jauh keluar dari kungkungan buku-buku Pendidikan Kewarganegaraan khas sekolahan. Bahkan, kepopuleran kata jujur kini sudah sering dikaitkan dengan berbagai permasalahan pelik yang terjadi di Republik Indonesia. Dari mulai ketidak-jujuran Negara mengakui sejarah misalnya sejarah pelanggaran Hak Asasi Manusia masa lalu sampai ketidak-jujuran tokoh-tokoh bangsa khususnya dalam urusan kepercayaan, transparansi hal-hal berbau uang, atau kekuasaan. Ya, Korupsi namanya. Jujur dan Korupsi ternyata merupakan saudara satu sama lain, walau mungkin sempat berjarak secara periode waktu memasyarakat maupun perbedaan fungsi sebagai kata yang merepresentasikan masalah. Semua budaya kita, pada dasarnya menanamkan nilai-nilai kejujuran, lengkap dengan rasa malu dan tanggung jawab yang selalu erat berkaitan dengan kejujuran itu sendiri. Sedangkan Korupsi, jelas-jelas merupakan tindakan yang melanggar nilai-nilai integritas dan akuntabilitas dengan kejujuran sebagai nyawa utama yang dilecehkan dari adanya tindakan tersebut. Jelas, ada sebuah perbedaan antara sekedar tidak jujur dan korupsi. Yaitu, pada aspek penyalahgunaan 1

kekuasaan atau kepercayaan. Korupsi lebih parah dari tidak jujur, karena korupsi memanfaatkan sifat tidak jujur tersebut 1. Dalam Survey Integritas Anak Muda tahun 2012, terdapat sejumlah jawaban atas pertanyaan penelitian yang diajukan kepada responden muda yang mencerminkan pola-pikir dan pemahaman anak muda bahwa korupsi adalah permasalahan domestik 2 yaitu berkisar antara dirinya pribadi, keluarga, dan peer group. Sehingga, bila anak muda tersandung masalah yang menguji integritas mereka di ruang publik - misalnya ketika berhadapan dengan penilangan oleh aparat kepolisian, sekitar kurang lebih 50% anak muda memilih uang damai sebagai cara keluar dari masalah 3 anak muda kebanyakan akan cenderung mengalahkan dan mengeliminasi sikap integritas yang semestinya dikedepankan. Ini juga mempengaruhi sikap anak muda dalam menghadapi kasus-kasus berbau kejujuran dan korupsi yang menimpa mereka sehari-hari, 47% anak muda rupanya merasa tidak perlu dan tidak akan mengadukan kasus korupsi yang mereka alami kepada orang lain, apalagi kepada pihak yang berwajib 4. Keberanian anak muda dalam bersikap mengikuti pakem-pakem integritas, kejujuran, dan anti-korupsi tercermin melemah bila sudah dibawa ke ranah non-domestik seperti ini. Ada kegamangan tersendiri yang dialami anak muda dalam menentukan mana yang lebih penting; jujur atau sukses? Karena walaupun 78% anak muda menyatakan jujur itu lebih penting daripada menjadi kaya 5, kita masih memiliki 32% anak muda yang mengakui bahwa bohong, berbuat curang, tidak jujur, korupsi, bahkan melanggar hukum berpeluang besar menghasilkan kesuksesan 6. Kegamangan ini tentu saja cocok dengan anggapan anak muda tentang betapa domestiknya permasalahan kejujuran dan korupsi diatas, bukan? Banyak anak muda yang secara personal mengakui bahwa integritas adalah penting, namun bila dipertemukan dengan persaingan kesuksesan yang mana terjadi di ruang publik pentingnya integritas ini menjadi melemah. Seperti misalnya data yang menunjukan 50% anak muda berpendapat bahwa bohong atau curang tetap merupakan perilaku berintegritas yang sah-sah saja bila itu diterapkan dalam 1 Hal.28, AksiKita: Panduan Melawan Korupsi, ClubSpeak, TI- Indonesia, HIVOS; Oktober 2012 2 Hal.6, Survey Integritas Anak Muda, TI- Indonesia; 2012 3 Hal.8, Survey Integritas Anak Muda, TI- Indonesia; 2012 4 Hal.9, Survey Integritas Anak Muda, TI- Indonesia; 2012 5 Hal.3, Survey Integritas Anak Muda, TI- Indonesia; 2012 6 Hal.3, Survey Integritas Anak Muda, TI- Indonesia; 2012 2

kondisi-kondisi tertentu misalnya kondisi sulit yang melilit dirinya atau keluarganya 7. Ditambah dengan 36,5% anak muda yang berpendapat bahwa menolong orang yang membutuhkan itu penting untuk dilakukan 8, semakin memperkuat kesimpulan bahwa singkat kata, anak muda dengan suka hati akan berperilaku melanggar integritas dalam situasi dan kondisi yang menurut mereka memaksa, asalkan dirinya dan keluarganya bisa keluar dari masalah walau sebetulnya, ketidak-jujuran juga merupakan masalah yang seharusnya lebih dahulu ditangani oleh anak muda. Sebanyak 77% anak muda memiliki tekad untuk membela kepentingan kelompoknya, - jauh lebih besar daripada niat membela kepentingan bangsa yang hanya sebesar 21,2% saja 9. Walau terdengar agak miris, namun seharusnya semangat anak muda membela kepentingan kelompoknya dan kecenderungan membela kepentingan diri sendiri yang sebesar 73,1% itu 10 bisa dijadikan modal untuk mereka memahami dan menerapkan prinsipprinsip integritas dan anti-korupsi dalam kehidupan seharihari, untuk kemudian menyebar seiring waktu ke ranah pergaulan yang berimplikasi pada lingkungannya. Karena, integritas merupakan bentuk habitus (kebiasaan) yang dapat ditularkan melalui tindakan sehari-hari yang terjadi di pergaulan, lingkungan tempat dimana manusia beredar. Maka sejatinya, dimensi-dimensi integritas seperti: Moral dan etika pemahaman konseptual akan perilaku yang pantas; Prinsip kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan salah; Patuh pada hukum tingkat kepatuhan pada kerangka legal yang ditetap di masyarakat; Resistensi pada korupsi - kemampuan untuk mengubah praktik korupsi, dapat dengan mudah merebak di lingkup kehidupan sosial masyarakat lintas lapisan termasuk anak muda 11. Namun, kita harus ingat, kalau ada 45% anak muda yang rela melanggar integritas demi mendapatkan pekerjaan yang mereka idam-idamkan, serta 20% anak muda yang bahkan ikhlas memberikan 10-20% gaji pertamanya demi pekerjaan tersebut 12. Ini menggambarkan bahwa nilai-nilai yang masuk melalui 7 Hal.5, Survey Integritas Anak Muda, TI- Indonesia; 2012 8 Pemuda di Latar Ikatan yang Melemah, Anung Wendyartaka dan Litbang Kompas; KOMPAS, 25 Oktober 2010 9 Pemuda di Latar Ikatan yang Melemah, Anung Wendyartaka dan Litbang Kompas; KOMPAS, 25 Oktober 2010 10 Paradoks di Wajah Kaum Muda, Indah Surya Warhani dan Litbang Kompas; KOMPAS, 29 Oktober 2012 11 Hal.2, Survey Integritas Anak Muda, TI- Indonesia; 2012 12 Hal.11, Survey Integritas Anak Muda [Draft], TI- Indonesia; 2012 3

pendidikan, budaya, juga agama tentang pentingnya jujur dan berintegritas sangatlah mungkin memudar bila dihadapkan dengan persoalan kontestasi diri atau hal-hal yang berbau kesuksesan si anak muda tersebut dan kemungkinan dirinya menjadi lebih oke dimata publik. Artinya, habitus integritas yang seharusnya nge-trend lewat pengaruh keluarga, pendidikan, dan lingkungan pertemanan terdekat sebanyak paling tidak 83% 13, masih kalah dibanding sangat nge-trend-nya pola pikir dan pola hidup harus menjadi paling keren di zona kawula muda. Saat ini kita memiliki anak muda yang sebanyak 62%nya memiliki kesadaran akan potensi perannya dalam memberantas korupsi 14, dan disaat yang hampir bersamaan pula, kita memiliki 57,4% anak muda yang memiliki kepedulian relatif lemah terhadap berbagai persoalan bangsa 15. Lagi-lagi, ini semua tergantung dari upaya kita, apakah kita mau menjadikan 62% diatas sebagai modal semangat yang dapat melahirkan berkali-kali lipat generasi yang memiliki keyakinan akan perubahan sosial yang lebih baik? Atau justru, kita akan terhenyak dalam pesimisme 57,4% lawannya dimana kepedulian kita terhadap persoalan bangsa memang lemah dan sedikit kemungkinan bagi kita untuk menciptakan perubahan? Se-domestik apapun permasalahan integritas dan korupsi di mata anak muda, dan se-apatis apapun mereka terhadap persoalan bangsa, toh, anak muda tidak dapat memungkiri dan lari dari kenyataan bahwa ada berbagai macam spesies korupsi sebagai dampak dari perilaku anti-integritas yang ada di sekeliling dan meneror mereka dari hari ke hari. Sebut saja permasalahan mencontek, akuntabilitas organisasi dimana banyak anak muda terlibat aktif didalamnya, gratifikasi yang sering terjadi di institusi pendidikan atau pekerjaan dan melibatkan anak muda baik sebagai saksi, korban, maupun pelakunya, kolusi, komisi, nepotisme, tebang pilih, hingga se-klasik persoalan pilih kasih 16, masih menjadi warna-warni masalah yang kapanpun dan dimanapun harus siap dihadapi oleh anak muda manapun ditengah minimnya anak muda yang dapat mengakses informasi tentang halhal semacam ini (37% terdata menyatakan demikian) 17. Hal diatas sebetulnya dapat kita yang peduli terhadap persoalan integritas dan korupsi di kalangan generasi muda manfaatkan sebagai peluang, dan acuan untuk terus menyediakan informasi yang komprehensif tentang korupsi dan integritas 13 Hal.11, Survey Integritas Anak Muda, TI- Indonesia; 2012 14 Hal.7, Survey Integritas Anak Muda, TI- Indonesia; 2012 15 Dirindukan Dicemaskan, Bestian Nainggolan & Litbang Kompas; KOMPAS, Oktober 2011 16 Hal.14-18, AksiKita: Panduan Melawan Korupsi, ClubSpeak, TI- Indonesia, HIVOS; Oktober 2012 17 Hal.10, Survey Integritas Anak Muda, TI- Indonesia; 2012 4

bagi kaum muda. Untuk kemudian, bersama-sama anak muda juga, menyebarkan virus-virus anti-korupsi agar makin meluas dan populer, se-populer harapan kaum muda untuk bisa menjadi atau memiliki pemimpin yang juga muda 18, dan pastinya, membawa kita menuju kehidupan berbangsa yang lebih sejahtera. Sudah saatnya kita semua membuktikan bahwa (tidak hanya) dalam sejarah, pemuda bisa menjelma dari suatu batas umur menjadi mitos yang hidup 19. 18 Jajak Pendapat KOMPAS: Optimisme Kepemimpinan Pemuda, BE Julianery dan Litbang Kompas; KOMPAS, 1 November 2010 19 Goenawan Mohammad, dikutip dari Keluar dari Geronto Politik oleh AA GN Ari Dwipayana; KOMPAS, 3 November 2011 5