PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK. II BADUNG NOMOR 2 TAHUN 1988 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWSEI TENGGARA

BUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 2 TAHUN 1994 TENTANG RETRIBUSI KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN, KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN ( K3 )

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 1999 T E N T A N G KETERTIBAN DAN KEBERSIHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN, DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

KETERTIBAN, KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN (K-3)

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 5

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 14 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 58 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2001

PENERTIBAN HEWAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN KONAWE SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 49 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 18 TAHUN 2002 (18/2002) TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG KEBERSIHAN DAN KEINDAHAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANUWATA ALA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBERSIHAN, KEINDAHAN, KETERTIBAN DAN KESEHATAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 13 TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KETERTIBAN LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL BONGKAR MUAT BARANG DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 24 TAHUN 2011 SERI : E NOMOR : 7

Menetapkan : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN DALAM WILAYAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 03 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 08 TAHUN 2006 BUPATI SUKAMARA,

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENERTIBAN TERNAK

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN IJIN PEMELIHARAAN TERNAK DI KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2003 T E N T ANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG JARINGAN UTILITAS TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 51 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 6

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 25 TAHUN 2002 T E N T A N G KETERTIBAN DAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN DALAM WILAYAH KABUPATEN BULUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA METRO. Tahun 2010 Nomor 05 PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PEMAKAMAN DI KABUPATEN MADIUN

Dengan Persetujuan bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR dan BUPATI LUWU TIMUR MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 10

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SERTIFIKASI LAIK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 05 TAHUN 2001 TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN LALU LINTAS JALAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAN TEMPAT BERJUALAN PEDAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANJARMASIN

PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAU-BAU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG KEBERSIHAN, KEINDAHAN, KETERTIBAN, DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN YANG MELEBIHI MUATAN SUMBU TERBERAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

KETENTUAN PEMELIHARAAN TERNAK BUPATI MAROS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 6 TAHUN 2006 SERI : E NOMOR : 2

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa kebersihan dan ketertiban umum merupakan hal yang sangat penting menjadikan Kabupaten Jembrana yang BALI (Besih, Aman, Lestari dan Indah) sehingga dapat memberikan kenyamanan, ketentraman bagi setiap pengunjung maupun penduduknya; b. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana Nomor 7 Tahun 1993 tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum tidak sesuai dengan perkembangan keadaan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum di Kabupaten Jembrana; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 1655); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 3890); 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3480);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2609); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4428); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 12 Tahun 2006 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Jembrana ( Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2006 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 12 ); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA dan BUPATI JEMBRANA 2

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN JEMBRANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Jembrana. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Jembrana. 3. Bupati adalah Bupati Jembrana. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana. 5. Jalan adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum termasuk bagian-bagiannya seperti jembatan, tanggul pinggir, selokan dan lorong sampai batas garis sempadan jalan. 6. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan. 7. Jalur Hijau adalah suatu hamparan tanah yang luas dan hijau yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai Areal yang tidak boleh didirikan bangunan. 8. Taman adalah areal yang ditanami dengan bunga-bungaan dan pepohonan sebagai tempat yang nyaman dan indah. 9. Sampah adalah limbah yang berbentuk padat atau setengan padat yang berasal dari kegiatan orang pribadi atau badan yang terdiri dari bahan organik dan an organik, logam atau non logam yang dapat terbakar tetapi tidak termasuk buangan biologis/kotoran manusia dan sampah berbahaya. 10. Sampah Organik adalah sampah dari dedaunan, sisa sayuran, buah-buahan dan sisa makanan atau bahan lainnya yang dapat lapuk dengan cepat.. 11. Sampah An Organik adalah sampah dari plastik, kertas, pecahan kaca dan logam. 12. Limbah adalah sisa suatu kegiatan dan/atau usaha yang meliputi limbah padat organik dan an organik, limbah cair, emisi gas buang kendaraan bermotor, emisi sumber tidak bergerak, getaran, bau dan kebisingan. 13. Bangunan adalah konstruksi teknik yang dibangun atau diletakkan, atau melayang dalam suatu lingkungan secara tetap sebagian atau seluruhnya pada, diatas atau dibawah permukaan tanah dan atau perairan yang berupa bangunan gedung dan atau bukan gedung. 14. Halaman adalah semua tanah yang terletak diluar rumah/bangunan, ditanami atau tidak yang terletak di dalam suatu persil. 15. Hewan adalah binatang piaran seperti sapi, kuda, kambing, babi dan binatang lainnya yang dipelihara dengan maksud sebagai hoby atau kegiatan usaha. 3

16. Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor. 17. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. 18. Tempat umum adalah setiap tempat/fasilitas yang dipergunakan oleh masyarakat luas. BAB II KEBERSIHAN DAN SARANA KEBERSIHAN Setiap orang wajib menjaga kebersihan umum. Pasal 2 Pasal 3 (1) Setiap sampah atau limbah harus dibuang pada tempat-tempat pembuangan sampah atau limbah yang ditentukan. (2) Sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dipilah menjadi sampah organik dan sampah an organik. (3) Dilarang membuang bangkai hewan di tempat pembuangan sampah sementara dan tempat pembuangan sampah akhir. (4) Tempat-tempat pembungan sampah atau limbah ditetapkan oleh Bupati. Pasal 4 Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, setiap bengkel, pabrik, restoran/rumah makan dan perusahaan lainnya wajib menyediakan bak-bak sampah dan tangki-tangki sebagai tempat penampungan limbah perusahaaannya. Pasal 5 (1) Setiap bangunan seperti rumah, toko, warung, kantor, bengkel, pabrik, hotel, sekolah, rumahrumah ibadah dan bangunan lainnya wajib menyediakan tempat sampah sebagai tempat penampungan sampah harian yang dihasilkan dan bertanggung jawab atas kebersihan dari sampah-sampah yang berceceran di jalan atau halaman sekitar bangunan. (2) Tempat-tempat sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan dalam lingkungan atau pekarangan masing-masing. Pasal 6 Setiap pedagang tentengan ataupun gerobak harus dilengkapi dengan tempat sampah yang seimbang dengan sampah yang dihasilkan setiap hari. 4

Pasal 7 (1) Setiap kendaraan penumpang umum diharuskan memiliki tempat sampah bagi para penumpangnya. (2) Bagi kendaraan yang ditarik dengan hewan harus dilengkapi dengan goni penampung kotoran/tinja hewan penariknya dan dijaga agar selalu dalam keadaan bersih/baik. Pasal 8 (1) Dipinggir jalan dan tempat-tempat keramaian umum lainnya ditempatkan tempat-tempat sampah guna menampung sampah-sampah kecil dari orang-orang yang berlalulalang ditempat itu. (2) Tempat sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan oleh Pemerintah Daerah. (3) Bentuk ukuran serta letak penempatan tempat sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 9 (1) Pada setiap acara keramaian umum sipenanggung jawab acara tersebut wajib menugaskan beberapa orang petugas kebersihan dengan tugas mengumpulkan sampah yang berasal dari pengunjung keramaian tersebut. (2) Petugas kebersihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga dilaksanakan oleh instansi yang berwenang. BAB III PENUMPUKAN, PENGANGKUTAN DAN PEMUSNAHAN SAMPAH Bagian Pertama Penumpukan Sampah Pasal 10 (1) Pemerintah Daerah menunjuk dan menyediakan tempat-tempat tertentu sebagai tempat penumpukan sampah dan sekaligus merupakan pangkalan pengangkutan sampah oleh truktruk sampah. (2) Waktu penumpukan yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati. Pasal 11 Sampah dari rumah-rumah penduduk, perkantoran, hotel, restoran, toko, dan swalayan dapat dibuang, ditumpuk atau diletakkan ditempat penumpukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1). 5

Bagian Kedua Pengangkutan Pasal 12 Pengangkutan sampah dari rumah-rumah penduduk, perkantoran, hotel ke tempat-tempat penumpukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dapat dilakukan secara langsung atau dilakukan oleh pihak petugas kebersihan Desa/Kelurahan, perusahaan daerah dan swasta lainnya yang lebih lanjut diatur oleh Bupati. Pasal 13 Sampah-sampah yang telah ditumpuk pada tempat penumpukan kemudian diangkut dengan truktruk sampah ke tempat pembuangan akhir pemusnahan sampah. Pasal 14 Waktu pengangkutan sampah dari tempat-tempat penumpukan sampah dan ketempat-tempat pembuangan sampah/pemusnahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 13 diatur oleh Bupati. Bagian Ketiga Pemusnahan Sampah Pasal 15 Pemusnahan sampah dilakukan Pemerintah Daerah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Pasal 16 (1) Pemusnahan sampah dapat juga dilakukan sendiri oleh masyarakat dengan cara menimbun atau membakarnya di tempat lobang-lobang sampah. (2) Pemusnahan terhadap kotoran hewan/hajat dilakukan oleh pemilik hewan dengan cara menimbun pada tempat-tempat yang tidak mengganggu lingkungan. BAB IV PENGELOLAAN SAMPAH OLEH SWASTA Pasal 17 Selain Pemerintah Daerah pengelolaan sampah dapat juga dilakukan oleh Perusahaan Daerah dan Badan Swasta lainnya dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan ijin kepada Bupati. Pasal 18 Tata cara pengajuan permohonan ijin pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 diatur lebih lanjut oleh Bupati. 6

BAB V TERTIB JALAN, TAMAN DAN TEMPAT UMUM Pasal 19 (1) Dilarang mengotori dan merusak jalan, taman dan tempat umum serta tanah-tanah kosong kecuali oleh petugas untuk kepentingan Dinas. (2) Dilarang membuang dan membongkar sampah dijalan, taman dan tempat umum serta tanahtanah kosong kecuali pada tempat yang telah ditetapkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. (3) Dilarang menumpuk, menaruh/membongkar bahan-bahan bangunan di jalan yang dapat mengganggu lalu lintas lebih dari 1 x 24 jam. Pasal 20 Dilarang membuang air besar (berak) dan buang air kecil (kencing) di taman dan tempat umum kecuali di tempat yang telah ditetapkan. Pasal 21 Dilarang melakukan pekerjaan untuk mendapat penghasilan dengan meminta-minta dimuka umum baik di jalan, taman dan tempat-tempat lain di Kabupaten Jembrana dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Pasal 22 (1) Dilarang menebang/memotong/mencabut/merusak pohon di taman-taman dan tumbuhtumbuhan disepanjang jalan, sempadan sungai, sempadan pantai dan tempat umum kecuali hal tersebut dilaksanakan oleh Petugas untuk kepentingan Dinas. (2) Penebangan, pemotongan, pencabutan dan perusakan pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapat rekomendasi Bupati atau pejabat yang ditunjuk. BAB VI TERTIB SUNGAI, SALURAN AIR, MATA AIR, BENDUNGAN DAN LAUT Pasal 23 (1) Dilarang membuang sampah disungai, saluran air, mata air, bendungan dan laut kecuali yang ada kaitannya dengan upacara keagamaan. (2) Dilarang mengambil atau memindahkan tutup got, selokan atau saluran air lainnya kecuali apabila hal tersebut dilaksanakan oleh Petugas untuk kepentingan umum. 7

Pasal 24 Perbengkelan, pabrik atau jenis-jenis usaha lainnya dilarang membuang solar, minyak bekas, air limbah dan kotoran lainnya ke sungai, saluran air, mata air, bendungan dan laut, kecuali mendapat ijin dari Bupati Pasal 25 Dilarang mengambil air dari air mancur, kolam taman dan tempat-tempat lain yang sejenis milik Pemerintah Daerah kecuali oleh petugas Pemadam Kebakaran dan untuk kepentingan Dinas. BAB VII TERTIB KEAMANAN LINGKUNGAN Pasal 26 (1) Dilarang membawa atau memperlihatkan senjata api dijalan, taman dan tempat umum. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi para petugas BAB VIII TERTIB HEWAN DAN BINATANG PIARAAN Pasal 27 (1) Setiap orang atau badan usaha yang memelihara hewan wajib membuat kandang, dilarang melepas hewannya berkeliaran di jalan yang dapat merusak pemandangan, membahayakan lalu lintas umum dan menggangu lingkungan. (2) Setiap orang yang memelihara hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menjaga kebersihan kandangnya sehingga tidak mengganggu lingkungan. Pasal 28 Bangkai-bangkai hewan/binatang peliharaan harus ditanam oleh dan atas usaha pemiliknya dengan segera selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 X 24 jam, sejak matinya dan sekurangkurangnya ditanam dengan kedalaman 1 (satu) meter dan dipadatkan dengan baik. BAB IX TERTIB USAHA TERTENTU Pasal 29 Dilarang berjualan atau menempatkan benda-benda dengan tujuan menjalankan suatu usaha apapun ditepi jalan, taman dan tempat umum kecuali di tempat-tempat yang telah mendapat ijin dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. 8

BAB X TERTIB PENGHUNI Pasal 30 (1) Setiap penghuni bangunan atau rumah diwajibkan : a. menanam pohon pelindung atau tanaman hias pada tanah pekarangan, halaman bangunan atau rumahnya dan pada tanah telajakan pekarangan; b. memelihara dan mencegah kerusakan trotoar karena pengunaan oleh penghuni bangunan atau rumah; c. membuat bak penampungan limbah, membuat, menjaga dan memelihara saluran air tanpa mengganggu kepentingan tetangga/lingkungan; dan (2) Dilarang membongkar atau merubah trotoar untuk kepentingan penghuni sebelum mendapat ijin dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. BAB XI PENGAWASAN Pasal 31 Pengawasan terhadap Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. BAB XII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 32 (1) Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas pelanggaran tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan para penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saaat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka; f. mengambil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaa perkara; h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan; 9

BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 33 (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 34 Segala peraturan yang ada sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 35 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana Nomor 7 Tahun 1993 tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 36 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana. Ditetapkan di Negara. pada tanggal 31 Mei 2007 BUPATI JEMBRANA, Diundangkan di Negara pada tanggal 31 Mei 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBRANA, I GEDE WINASA I KETUT WIRYATMIKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2007 NOMOR 5. 10

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN JEMBRANA I. PENJELASAN UMUM Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana Nomor 7 Tahun 1993 tentang Kebersihan dan ketertiban Umum secara teknis maupun materinya adalah untuk mengatur masalah kebersihan dan ketertiban tidak sesuai dengan perkembangan dan keadaan masyarakat dewasa ini. Peraturan Daerah ini disamping memuat tentang larangan dan kewajiban dari setiap penduduk di Kabupaten Jembrana juga mempunyai tujuan mendidik setiap warga masyarakat Jembrana untuk hidup bersih, tertib dan mencintai lingkungan. II PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Kebersihan umum adalah kebersihan lingkungan, pemukiman, kantor, toko, warung termasuk kebersihan gang, bereman jalan, taman telajakan dan fasilitas umum. Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Ayat (1) Ayat (2) Maksudnya, penempatan tempat sampah tersebut mudah diangkat dan tidak menimbulkan polusi. Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 11

Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Yang dimaksud dengan merusak jalan untuk kepentingan dinas seperti pembongkaran jalan unrtuk memasang pipa, air minum, kabel telepon, tiang listrik/telepon atas perintah pejabat yang berwenang.. Yang dimaksud di jalan adalah di jalan Nasional Yang dimaksud di jalan adalah di jalan Nasional. Yang dimaksud dengan jenis usaha lain adalah setiap usaha yang dapat menghasilkan limbah/sampah yang dapat membahayakan lingkungan. Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Yang dimaksud jalan adalah jalan Nasional 12

Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5. 13