APLIKASI TEKNOLOGI BIOGAS GUNA MENUNJANG KESEJAHTERAAN PETANI TERNAK. Dewi Hastuti Dosen Fakultas Pertanian Universitas wahid Hasyim

dokumen-dokumen yang mirip
2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

IMPLEMENTASI SISTEM LEISA PADA BUDIDAYA SAPI KELOMPOK PETERNAK GADING TANI, DESA ARISAN GADING, KECAMATAN INDRALAYA SELATAN, KABUPATEN OGAN ILIR

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

EXECUTIVE SUMMARY SURVEY PENDAHULUAN BIOGAS RUMAH TANGGA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PANDUAN TEKNOLOGI APLIKATIF SEDERHANA BIOGAS : KONSEP DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk industri dan transportasi. Untuk mengurangi ketergantungan

PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh:

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga seperti gas, minyak tanah, batu bara, dan lain-lain kini menjadi

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.)

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU

Program Bio Energi Perdesaan (B E P)

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

PEMBUATAN INSTALASI UNTUK BIOGAS DARI ENCENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES ) YANG EFISIEN UNTUK LAHAN KECIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

TUGAS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang

PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN BESERTA ASPEK SOSIO KULTURALNYA

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas

JURNAL PENGEMBANGAN BIODIGESTER BERKAPASITAS 200 LITER UNTUK PEMBUATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

PENGELOLAAN LIMBAH TERNAK SAPI MENJADI BIOGAS

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK/CAIR MENJADI BIOGAS, PUPUK PADAT DAN CAIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam negeri sehingga untuk menutupinya pemerintah mengimpor BBM

Drs. Mamat Ruhimat, M.Pd. Drs. Dede Sugandi, M.Si. Drs. Wahyu Eridiana, M.Si. Ir. Yakub Malik Nanin Trianawati Sugito, ST., MT.

pelaku produksi tahu, sedangkan bagi warga bukan pengolah tahu, gas dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangganya

PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN MENJADI ENERGI BIOGAS UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN UMKM DI KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Populasi Ternak di Indonesia (000 ekor) * Angka sementara Sumber: BPS (2009) (Diolah)

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS. energi (PLTBm) dengan pengolahan proses pemisahan. Selanjutnya subsistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

Analisa Hasil Penyimpanan Energi Biogas Ke Dalam Tabung Bekas

II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan. Limbah : Feses Urine Sisa pakan Ternak Mati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bel akang

SIDa.F.8 Pengolahan Limbah Kotoran Ternak Menjadi Biogas Sebagai Salah Satu Upaya Mewujudkan Lingkungan Hijau Di Desa Cikundul, Kota Sukabumi

STUDI AWAL TERHADAP IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BIOGAS DI PETERNAKAN KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN. Oleh : NUR ARIFIYA AR F

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN SCREW PUMP DAN BAK BIOPORI DALAM OPTIMALISASI INSTALASI BIOGAS DESA GILI TIMUR BANGKALAN M. Fuad Fauzul Mu tamar 1, Khoirul Hidayat 25

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemakmuran rakyat hendaknya dilakukan secara terencana, rasional, optimal,

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) di Lahan Sawah Tadah Hujan untuk Antisipasi Perubahan Iklim

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **)

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi

Manfaat DNS dalam Pengembangan Biogas sebagai Energi Alternatif Di KPSP SETIA KAWAN OLEH: HARIYANTO

SAHABAT BRILLIANT PROGRAM KEMANDIRIAN EKONOMI KREATIF SEKTOR PETERNAKAN DAN PERTANIAN TERPADU BIDANG USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi

BATAM, 9 MEI 2014 SUPRAPTONO

BAB XV LIMBAH TERNAK RIMINANSIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

Transkripsi:

. APLIKASI TEKNOLOGI BIOGAS GUNA MENUNJANG KESEJAHTERAAN PETANI TERNAK Dewi Hastuti Dosen Fakultas Pertanian Universitas wahid Hasyim Abstrak Pengoptimalan peran ternak terhadap pendapatan dengan menggunakan kotoran ternak sebagai bahan biogas merupakan pilihan yang tepat. Dengan teknologi sederhana ini, kotoran ternak yang tadinya hanya mencemari lingkungan dapat diubah menjadi sumber energi terbarukan yang sangat bermanfaat. Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada dasarnya semua jenis bahan organik bisa di proses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Biogas merupakan salah satu solusi teknologi energi untuk mengatasi kesulitan masyarakat akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), teknologi ini bisa segera diaplikasikan, terutama untuk kalangan masyarakat pedesaan yang memelihara hewan ternak sapi. Biogas yang menggunakan bahan kotoran ternak menghasilkan api berwarna biru bersih, tidak menghasilkan asap maupun bau sehingga kebersihan dapur terjaga. Biogas dapat digunakan 24 jam nonstop tidak akan berhenti sepanjang bahan baku kotoran ternak rutin dipasok ke dalam digester. Untuk memasak air dengan biogas membutuhkan waktu 15 menit lebih cepat dibandingkan menggunakan kayu bakar atau minyak tanah. Biaya menjadi lebih irit. Keluarga yang sudah menggunakan biogas tidak membutuhkan pembelian bahan bakar karena sudah bisa terpenuhi kebutuhannya dari kotoran ternak yang dipeliharanya. Teknologi biogas dapat diterapkan pada skala rumah tangga dengan asumsi rata-rata kepemilikan ternak sapi ditiap rumah 2 3 ekor. Satu ekor sapi bisa menghasilkan rata-rata 23,59 kg kotoran per hari. Dengan mengeluarkan biaya Rp. 1,5 juta untuk membeli satu unit alat biogas, bisa melakukan penghematan dalam tahun pertama adalah Rp. 552.960, sedangkan tahun berikutnya mendapat keuntungan sebesar Rp. 1.037.540 dikurangi total biaya perawatan/tahun. Menerapkan teknologi baru kepada masyarakat desa dilihat dari aspek sosio kultural merupakan suatu tantangan tersendiri akibat rendahnya latar belakang pendidikan, pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki. oleh karena itu diperlukan sosialisasi yang terus menerus. Apabila secara ekonomi tidak menguntungkan masyarakat maka aplikasi teknologi tersebut akan gagal. Aplikasi biogas menjadikan kotoran ternak sangat berharga, oleh karena itu MEDIAGRO 20 VOL 5. NO 1, 2009: HAL 20-26

para petani akan rajin merawat ternaknya sehingga kondisi kandang menjadi bersih dan kesehatan ternak menjadi lebih baik. Secara tidak langsung akhirnya akan membawa keuntungan dengan penjualan ternaknya yang sehat, lebih cepat besar dan harga jualnya menjadi lebih tinggi. Pendahuluan Usaha pertanian yang mencakup tanaman bahan makanan (pangan), peternakan, hortikultura, perkebunan, perikanan dan perhutanan, berperan besar dalam rangka penyediaan pangan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dalam memenuhi hak atas pangan dan menyumbang penerimaan devisa dan pendapatan domestik bruto (PDB). Guna mempertahankan dan meningkatkan peran tersebut, sektor pertanian menghadapi beberapa kendala dan masalah diantaranya : masih rendahnya kesejahteraan, tingginya tingkat kemiskinan petani/peternak dan nelayan, lahan pertanian yang semakin sempit, akses ke sumber daya produktif terbatas, rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) pertanian, penguasaan teknologi yang masih rendah, adanya limbah pertanian dan peternakan yang tidak dikelola serta menumpuk menjadi busuk sehingga menjadi penghasil gas penyumbang terbesar efek rumah kaca. Selain kendala dan masalah di atas sesungguhnya sektor pertanian masih memiliki potensi yang besar untuk ditingkatkan. Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan (mengurangi tingkat kemiskinan rakyat). Ternak merupakan sumber bahan pangan bermutu, budidaya ternak dapat menghasilkan produk antara lain : telur, susu dan daging yang amat sangat penting bagi kebutuhan konsumsi manusia. Salah satu komoditi ternak yang potensial dapat dikembangkan secara besar-besaran adalah ternak ruminansia. Ternak sapi merupakan ternak ruminansia yang sudah banyak diusahakan oleh petani dan dikelola secara tradisional. Mereka mengusahakan ternak hanya sebagai usaha sampingan. Berdasarkan hasil beberapa analisis mengenai usaha ternak oleh petani rakyat secara ekonomis belum menguntungkan. Hal ini dikarenakan petani belum memperhitungkan kebutuhan pakan dan curahan tenaga serta perhatian ke ternak sangat sedikit. Sebagian besar petani lebih banyak menganggap dengan berternak sebagai Rajakaya (status sosial dimasyarakat), usaha sampingan bila ada kebutuhan mendesak, sebagai tabungan dan lain lain. Sehingga sub sektor peternakan belum mampu dikembangkan dengan optimal dan mampu berperan dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Peternakan tangguh merupakan kondisi dimana sumber daya yang ada (modal, tenaga kerja dan teknologi) dapat dimanfaatkan secara optimal, Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 21

sehingga produksi yang dihasilkan dapat memenuhi permintaan pasar baik secara regional, nasional maupun global (Saragih, 2000). Berdasarkan pengamatan dilapangan yang dimaksud dengan penerimaan peternak meliputi penjualan ternak dan kenaikan nilai ternak selama setahun. Sesungguhnya untuk mengoptimalkan peran ternak terhadap pendapatan masih ada kotoran yang bisa dirubah menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi. Tentunya dengan bantuan teknologi sederhana yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat dengan murah dan mudah. Kotoran ternak bila tidak dimanfaatkan dan tidak dikelola dengan baik dapat menurunkan mutu lingkungan (kesehatan) dan mengganggu kenikmatan hidup masyarakat. Tumpukan kotoran ternak yang tercecer akan terbawa oleh aliran air hujan ke daerah-daerah yang lebih rendah. Hal ini akan mencemari air tanah dan air sungai yang sebenarnya jauh dari lokasi peternakan. Gas methana (CH4) yang dihasilkan secara alami oleh kotoran yang menumpuk merupakan gas penyumbang terbesar pada efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan CO2. Permasalahannya sekarang, bagaimana memanfaatkan kotoran dan teknologi apa yang paling tepat. Menurut Setiyawan (2005), penggunaan kotoran ternak sebagai bahan biogas merupakan pilihan yang tepat. Dengan teknologi sederhana ini, kotoran ternak yang tadinya hanya mencemari lingkungan dapat diubah menjadi sumber energi terbarukan yang sangat bermanfaat. Berdasarkan latar belakang diatas maka aplikasi teknologi di bidang pengolahan kotoran ternak menjadi biogas tampaknya suatu keharusan untuk lebih memacu dunia peternakan. Eksplorasi bioteknologi dengan limbah pertanian menyangkut kotoran ternak sebagai sumber energi terbarukan yang murah dapat meningkatkan kesejahteraan peternak. Tujuan dari penulisan ilmiah ini adalah sebagai sumber informasi dan mengetahui manfaat aplikasi teknologi biogas melalui pendekatan ekonomi dan aspek sosio-kultural masyarakat petani ternak. Bahan dan Metode Penulisan ilmiah menggunakan metode studi literatur atas dasar telaah, beberapa buku sebagai acuan, jurnal, internet dan hasil-hasil penelitian. Hasil dan Pembahasan Pengertian Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada dasarnya semua jenis bahan Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 22

organik bisa di proses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Jenis bahan organik yang diproses sangat mempengaruhi produktifitas sistem biogas di samping parameter-parameter lain seperti temperatur digester, ph, tekanan dan kelembaban udara. Beberapa percobaan oleh ISAT menunjukkan bahwa aktifitas metabolisme dari bakteri methanogenik akan optimal pada nilai rasio C/N sekitar 8 20. Bahan organik dimasukkan ke dalam digester (ruangan tertutup kedap udara) sehingga bakteri anaerob akan membusukkan bahan organik tersebut yang kemudian menghasilkan gas (disebut biogas). Energi biogas punya kelebihan-kelebihan dibanding energi nuklir atau batubara, yakni tak berisiko tinggi bagi lingkungan. Selain itu, biogas tak memiliki polusi yang tinggi. Alhasil, sanitasi lingkungan pun makin terjaga (Mardana, 2009). Aplikasi Teknologi Biogas Biogas merupakan salah satu solusi teknologi energi untuk mengatasi kesulitan masyarakat akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), teknologi ini bisa segera diaplikasikan, terutama untuk kalangan masyarakat pedesaan yang memelihara hewan ternak sapi. Masyarakat pedesaan belum mampu memanfaatkan limbah kotoran ternak sebagai penghasil energi alternatif (terbarukan) pengganti kayu dan BBM, dimana kegiatan mereka sangat tergantung pada BBM dan kayu baik untuk memasak maupun penerangan. Hal ini sangat berdampak terhadap pendapatan dari masyarakat desa (peternak) itu sendiri. Kotoran ternak dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk menghasilkan energi terbarukan (renewable) dalam bentuk biogas. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dapat di pergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya pertanian. Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan unsur-unsur tertentu seperti protein, sellulose, lignin dan lain-lain tidak bisa digantikan oleh pupuk kimia (http:/teknologi-biogas/2008/10/ html). Menerapkan teknologi baru kepada masyarakat desa dilihat dari aspek sosio kultural merupakan suatu tantangan tersendiri akibat rendahnya latar belakang pendidikan, pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki. Terlebih lagi pada penerapan teknologi biogas. Tidak pernah terbayangkan bahwa kotoran lembu bisa menghasilkan api. Selain itu juga mereka merasa jijik terhadap makanan yang dimasak dengan biogas tersebut. Setidaknya ada empat Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 23

hal yang menyebabkan masyarakat kurang tertarik menggunakan energi alternatif (biogas dari kotoran ternak) tersebut menurut Hamni (2008) yaitu : 1. Masalah kebiasaan, masyarakat sudah terbiasa menggunakan minyak tanah atau kayu sebagai bahan bakar, sulit bagi mereka untuk mengubah kebiasaan ini secara drastis dan butuh waktu yang lama, 2. Masalah kepraktisan, menggunakan minyak tanah lebih praktis dibandingkan dengan menggunakan biogas karena mereka belum terbiasa, 3. Ketersediaan energi alternatif (biogas dari kotoran ternak) di pasar tidak terjamin secara berkesinambungan, 4. Tabung yang beredar dipasaran terbuat dari plat baja dengan harga yang mahal dan kapasitas lebih sedikit. Penerapan teknologi biogas di Desa Plangkrongan Kec. Rawan Kab. Magetan tahun 1995 membutuhkan waktu sekitar dua tahun hanya untuk membangun sebuah unit biogas percontohan. Metode yang dipergunakan untuk mensosialisasikan biogas adalah dengan memilih sebuah keluarga sebagai khalayak sasaran antara (KSA) yang diharapkan menjadi pelopor dan bisa mengembangkan biogas itu kepada masyarakat sebagai khalayak sasarannya. Teknologi biogas dapat diterapkan pada skala rumah tangga dengan asumsi rata-rata kepemilikan ternak sapi ditiap rumah 2 3 ekor. Satu ekor sapi bisa menghasilkan rata-rata 23,59 kg kotoran per hari. Dengan mengeluarkan biaya Rp. 1,5 juta untuk membeli satu unit alat biogas, bisa melakukan penghematan dalam tahun pertama adalah RP. 552.960, sedangkan tahun berikutnya mendapat keuntungan sebesar Rp. 1.037.540 dikurangi total biaya perawatan/tahun. Kapasitas digester (drum pencerna) adalah 30 kg yang akan menghasilkan 1 meter kubik biogas yang setara dengan 0,62 liter minyak tanah dan setara dengan 3,5 kg kayu bakar kering atau setara dengan 0,46 kg elpiji. Uji coba yang pernah dilakukan di Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur (NTT) dilakukan di tiga tempat dan dibiayai, semuanya berhasil. Kelanjutannya masih bergantung pada kesadaran masyarakat, apakah mereka mau mengaplikasikannya. Sebab untuk biogas ini syaratnya pasokan kotoran hewan harus rutin, jadi dituntut pula keseriusan warga memelihara dan merawat ternak. Warga umumnya memelihara ternak dengan membiarkan ternak-ternak itu berkeliaran bebas atau hanya dengan mengikat hewan peliharaan disatu tempat tanpa mengandangkan. Selain itu biaya seluruh perangkat biogas yang mencapai Rp. 5 juta untuk skala rumah tangga dirasa sangat berat. biaya sebesar itu untuk membuat lubang atau saluran pemasukan bahan baku (kotoran ternak), bagian pencerna (digester) dengan kapasitas 7 ton, lubang pengeluaran lumpur sisa pencernaan, pipa penyaluran biogas serta Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 24

satu kompor biogas sekaligus biaya pemasangannya. Biaya sebesar ini bagi petani kecil sangat mahal, bila harus ditanggung sendiri. Oleh karena itu perlu usaha dalam menerapkan teknologi biogas dengan melakukan pembentukan kelompok petani peternak. Metode penerapan teknologi pada masyarakat di tiap wilayah berbeda beda, tergantung kondisi sosial dan kultural masyarakatnya. Pembentukan kelompok merupakan cara yang telah lama dirintis sejak jaman penjajahan dengan mengelompokkan petani berdasarkan tempat tinggal dan domisili (Muchtiar, 1985) dan digunakan untuk mendukung kegiatan penyuluhan. Pendekatan kelompok sebagai metode penyuluhan pertanian biasanya lebih berdaya dan berhasil guna serta hasilnya akan lebih mantap. Keuntungan Ekonomis Aplikasi Biogas Biogas yang menggunakan bahan kotoran ternak menghasilkan api berwarna biru bersih, tidak menghasilkan asap maupun bau sehingga kebersihan dapur terjaga. Biogas dapat digunakan 24 jam nonstop tidak akan berhenti sepanjang bahan baku kotoran ternak rutin dipasok ke dalam digester. Untuk memasak air dengan biogas membutuhkan waktu 15 menit lebih cepat dibandingkan menggunakan kayu bakar atau minyak tanah. Biaya menjadi lebih irit. Keluarga keluarga yang sudah menggunakan biogas tidak membutuhkan pembelian bahan bakar karena sudah bisa terpenuhi kebutuhannya dari kotoran ternak yang dipeliharanya. Bagi mereka yang biasanya mencari/memotong kayu bakar di hutan kini waktunya bisa dipergunakan untuk kegiatan yang memberikan nilai tambah ekonomis, dengan pekerjaan sambilan lain. Aplikasi biogas menjadikan kotoran ternak sangat berharga, oleh karena itu para petani akan rajin merawat ternaknya sehingga kondisi kandang menjadi bersih dan kesehatan ternak menjadi lebih baik. Secara tidak langsung akhirnya akan membawa keuntungan dengan penjualan ternaknya yang sehat, lebih cepat besar dan harga jualnya menjadi lebih tinggi. Keluarga petani yang biasanya menggunakan pupuk kimia untuk menanam, sekarang dapat menghemat biaya produksi pertaniannya karena sudah tersedia pupuk organik secara kontinyu dalam jumlah yang memadai serta kualitas pupuk yang lebih baik (Kompas, 2009). Kesimpulan dan Saran Kotoran ternak sangat banyak memiliki manfaat yang selama ini belum tergali dengan baik. Biogas salah satu hasil penggunaan kotoran ternak. Keunggulan biogas dari kotoran ternak yaitu berwarna biru bersih, tidak berbau, tidak menghasilkan asap sehingga kebersihan dapur terjaga serta lebih Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 25

irit dibandingkan menggunakan bahan bakar minyak maupun kayu bakar. Untuk menghasilkan gas nonstop selama 24 jam dibutuhkan kontinuitas pemasukan kotoran ternak ke dalam digester, petani harus rajin dan memperhatikan serta merawat alat biogas dengan baik. Penerapan teknologi baru yang membutuhkan ketrampilan lebih dan biaya di masyarakat tidak mudah untuk diterima, membutuhkan waktu yang lama dan peyuluhan yang terus menerus. Perlu dilakukan sosialisasi dan pendampingan melalui kegiatan-kegiatan pengabdian pada masyarakat sehingga masyarakat merasa yakin dan mampu untuk mengaplikasikannya. Daftar Pustaka Hamni, A., 2008. Rancang Bangun dan Analisa Tekno Ekonomi Alat Biogas dari Kotoran Ternak Skala Rumah Tangga. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Unila. Lampung http://dickygmr.blogspot.com/2008/10/teknologi-biogas.html. 4 April 2009 16.30 WIB Kusnadi, U.S, Prawirokusumo dan Sabarani, 1983. Effisiensi Usaha Peternak Sapi Perah yang Tergabung dalam Koperasi Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Proceeding Ruminansia Besar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Departemen Pertanian Bogor. Mardana, B. 2009. Mengolah Kotoran Ternak Menjadi Energi Ramah lingkungan. Muchtiar, 1985. Dinamika kkelompok, Studi Kasus Empat Kelompok Tani di Desa Trirejo Kecamatan Loano Purworejo, Jawa Tengah. Skripsi Sarjana Pertanian, Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta Setiawan, A.I., 2005. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Panebar Swadaya, Cetakan ke 10, Jakarta. Samuel Oktara, 2009. Biogas: Sayang Masih Mahal. Kompas, Jum at 27 Februari 2009.Saragih, B., 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan, USESE Foundation dan Pusat Studi Pembangunan, IPB. Soetrisno, D.R., 2005. Pemanfaatan Potensi Geografi Wilayah Timur Indonesia Sebagai Gudang Ternak untuk Menanggulangi Kemiskinan Dalam Rangka Pembangunan Nasional. Kuliah Perdana Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Jurnal Ilmu ilmu Pertanian 26