BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Ari Kartini, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ABSTRAK... KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL...

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sikap Bahasa Siswa Sekolah Dasar Terhadap Bahasa Daerah Dan Bahasa Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian dari laporan penelitian yang relevan. Menurut Triandis (melalui Suhardi, 1996: 22) sikap didefinisikan sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kenegaraan, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, dan alat

JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 p-issn: e-issn:

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai makna tertentu. Sebagai sistem lambang bunyi yang mempunyai makna,

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gio M. Johan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB II SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sikap bahasa merupakan sebagian dari sosiolinguistik yang mengkaji tentang bahasa.

MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK

Bahasa Indonesia. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke:

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan kepada orang lain. Sering disebut juga bahwa bahasa itu merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud

BAB I PENDAHULUAN. lain. Penggunaan suatu kode tergantung pada partisipan, situasi, topik, dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pengantar dalam komunikasi sehari-hari. nasional dan bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,

latihan. Salah satu wujud pendidikan yang diterapkan di sekolah maupun di lingkungan keluarga sejak dini adalah pendidikan bahasa karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia

KEBANGGAAN TERHADAP BAHASA INDONESIA (LANGUAGE PRIDE) DI PURWAKARTA. Siti Chadijah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

Sikap Bahasa Masyarakat Urban terhadap Bahasa Indonesia. (Menemukan Tipe Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Wilayah Rural dan Urban)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan dua budaya, atau disebut juga dwibahasawan tentulah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON. Oleh. Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M.

PERENCANAAN BAHASA SUNDA KE DEPAN UNTUK MENDUKUNG BAHASA SUNDA SEBAGAI MEDIA TRANSFORMASI BUDAYA SUNDA 1)

BAB V MODEL PEMBINAAN SIKAP BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

STRATEGI OPTIMALISASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA ERA MEA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan untaian kata-kata yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat

RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah memiliki peran yang sangat penting dalam eksistensinya. Bahasa

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAHASA INDONESIA 1. Sejarah Singkat 2. Kedudukan 3. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

SIKAP BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG. Ratih Rahayu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

Penting Tidaknya Bahasa Indonesia

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

MAKALAH FUNGSI BAHASA INDONESIA MENURUT PARA AHLI. Disusun Oleh : Kurnia Santi J Gizi B

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. harkat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Multietnik tersebut sekaligus menandai banyaknya bahasa daerah yang

Sikap Terhadap Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMAN 2 TBU dan Implikasinya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MEMPERTAHANKAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI JATI DIRI BANGSA. M. Arifin PS. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIB

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA. Mata Kuliah: Tata Tulis Karya Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Bahasa sebagai perantara dan alat komunikasi masyarakat membuat pemakainya merasa terikat

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Hal ini dibuktikan dengan disusunnya UU yang membahas mengenai penggunaan bahasa Indonesia yaitu, UU nomor 24 tentang BBLNLK (Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan) tahun 2009 yang dimana pembahasan bahasa terdapat dalam bab III. Oleh karena itu, semua warga negara Indonesia wajib menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti yang dipaparkan oleh Zaenal dan Hadi ( 2009:1); semua warga negara Indonesia wajib membina dirinya masing-masing dalam pemakaian bahasa Indonesia agar bahasa Indonesia itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kita tidak sepatutnya mengatakan, soal kaidah bahasa itu adalah urusan ahli bahasa. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar memang sulit dilakukan oleh sebagian banyak orang. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang tidak peduli dan tidak memerhatikan kaidah bahasa Indonesia saat berkomunikasi, baik masyarakat yang mengecam dunia pendidikan tinggi, menengah, atau sama sekali tidak. Sejauh ini masih banyak masyarakat yang berbahasa Indonesia tanpa memerhatikan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, padahal dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, masyarakat Indonesia sudah menunjukkan rasa nasionalisme terhadap bangsa, seperti yang dipaparkan oleh Widjono (2005: 2-3) yaitu melalui pembelajaran penguasaan bahasa Indonesia diharapkan dapat mengembangkan berbagai kecerdasan, karakter, dan kepribadian. Hal itu sejalan dengan temuan Anderson, Gardner, dan Lambert (dalam Suhardi: 1996; 15); bahwa sikap yang positif terhadap suatu (ragam) bahasa sangat memudahkan seseorang di dalam belajar suatu bahasa yang baru maupun bahasa yang sedang dipelajarinya. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia

2 dan bahasa daerah dapat mendukung kestabilan kehidupan berbahasa, dalam upaya memperkokoh integrasi bangsa. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah dapat mendorong orang lebih mencintai kedua bahasa tersebut. Selain bahasa ibu yang memengaruhi penggunaan bahasa Indonesia, perkembangan teknologi informasi tampaknya berpengaruh juga secara signifikan terhadap perubahan sikap bahasa masyarakat Indonesia dalam menggunakan bahasa Indonesia. Apalagi masyarakat dwibahasawan yang sudah jelas mempunyai pengetahuan lebih dari satu bahasa, atau mempelajari lebih dari satu bahasa, seperti yang diungkapkan oleh Tarigan (1988;40); Memang tepat apabila dikatakan bahwa kedwibahasaan merupakan suatu masalah sosial, karena bahasa pada hakikatnya merupakan bagian dari identitas atau jati diri seseorang. Rasa tidak percaya diri diperlihatkan oleh banyak orang dan pemerintah karena mereka dapat berbicara dan berkomunikasi dengan bahasa lain. Kesetiaan mereka dipermasalahkan karena mereka menganut kesetiaan bahasa dan budaya ganda. Senada dengan itu Rusyana memaparkan (1988; 32) dalam situasi dua buah bahasa berkontak, biasanya bahasa yang satu dianggap lebih berprestise dari pada yang lainnya. Oleh karena itu, tentunya saat masyarakat menggunakan bahasa Indonesia akan terpengaruhi oleh bahasa ibu dan bahasa asing dalam hal ini bahasa Inggris yang nantinya akan menimbulkan interferensi bahasa dan tujuan untuk menerapkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak akan tercapai. Sebenarnya, penggunaan bahasa Inggris bukan tidak boleh dilakukan. Namun, harus disesuaikan dengan fungsi dan kegunaannya seperti halnya bahasa daerah atau bahasa ibu. Untuk di lingkungan tertentu dan kondisi tertentu, bahasa Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dibanding bahasa ibu dan bahasa asing, seperti yang tertera dalam UU RI No. 24 thn. 2009 tentang BBLNLK, pada pasal 33; (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam komunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintah dan swasta. (2) Pegawai di lingkungan kerja lembaga pemerintah dan swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum mampu berbahasa Indonesia wajib mengikuti atau diikutsertakan dalam pembelajaran untuk meraih kemampuan berbahasa Indonesia.

3 Selain itu pasal 34 UU RI No. 24 thn. 2009 tentang BBLNLK berbunyi Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam laporan setiap lembaga atau perseorangan kepada instansi pemerintahan. Paparan yang tertera dalam UU di atas menguatkan bahwa bahasa Indonesia harus digunakan oleh para pegawai pemerintah ataupun swasta saat berada di lingkungan kerja mereka. Apabila masih ada yang belum memahami bahasa Indonesia yang benar, maka wajib mengikuti atau diikutsertakan dalam pembelajaran untuk maraih kemampuan berbahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Inggris yang dilakukan oleh sebagian orang sebenarnya bukan untuk tujuan positif. Kadang-kadang mereka menggunakan bahasa Inggris hanya sebagai gengsi. Danya (2005:18) menjelaskan; bahasa Indonesia menjadi tidak karuan karena pemakainya, terutama kalangan terpelajar, dalam bercakap maupun menulis, tampak seperti kesurupan, jor-joran, menghias bahasa Indonesia dengan kata-kata, istilahistilah, bahkan kalimat-kalimat tertentu bahasa Inggris. Tidak jelas apa maunya, apakah supaya kelihatan pintar, kelihatan cendekia, ataukah sekadar menunjukkan bakat genit dan kebolehan bersolek. Kekhawatiran seperti tersebut di atas, bukanlah hal yang tanpa dasar. Pada kenyataannya di lapangan apabila kita amati penggunaan bahasa Indonesia oleh para penuturnya masih belum baik dan benar. Mereka menggunakan bahasa Indonesia tanpa memerhatikan kaidah yang berlaku. Selain itu, saat ini pusat pelatihan kursus bahasa Inggris mulai berdiri di berbagai daerah, sedangkan pusat pelatihan kursus bahasa Indonesia itu tidak ada. Banyak orang yang mengikuti kursus bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia. Hal ini tentunya merupakan masalah yang sangat besar karena apabila dibiarkan kemungkinan besar bahasa Indonesia akan punah sedikit demi sedikit. Padahal apabila kita amati, sampai saat ini masih banyak orang yang belum mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jangankan menggunakan bahasa yang benar sesuai dengan aturan baku bahasa Indonesia menggunakan bahasa yang baik saja mereka belum mampu. Garvin dan Mathiot (Chaer dan Agustina: 2004;152) menjelaskan:

4 ciri sikap positif terhadap bahasa adalah kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa, dan kesadaran adanya norma bahasa. Apabila ketiga ciri sikap bahasa itu sudah menghilang dan melemah dari diri seseorang atau dari diri sekelompok orang anggota masyarakat tutur, maka berarti sikap negatif terhadap suatu bahasa telah melanda diri seseorang. tiada gairah atau dorongan untuk mempertahankan kemandirian bahasanya merupakan salah satu penanda bahwa salah satu kesetiaan bahasanya mulai melemah yang bisa berlanjut bahasa itu hilang sama sekali. Melihat fenomena ini, penulis tergerak untuk melakukan penelitian mengenai sikap bahasa dan kemampuan berbahasa masyarakat dwibahasawan di Kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut, sebagai gambaran dan mencari solusi untuk melakukan pembinaan terhadap masyarakat agar lebih mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa harus melupakan bahasa ibu (sunda). Halim (1978: 7) menjelaskan bahwa jalan yang harus ditempuh untuk mengubah sikap negatif itu menjadi sikap berbahasa yang positif adalah dengan pendidikan bahasa yang dilaksanakan atas dasar pembinaan kaidah dan norma bahasa. Pembinaan dalam rangka mewujudkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap masyarakat Indonesia untuk mewujudkan rasa nasionalisme terhadap bangsa tanpa harus melupakan budaya asli yaitu bahasa ibu (sunda). Sebagai bahan pendalaman kajian yang relevan, peneliti pun mengkaji penelitian terdahulu yang relevan yakni yang dilakukan oleh Khairurrazil dengan judul Sikap Bahasa SMU Negeri Banda Aceh Terhadap Bahasa Indonesia Dan Bahasa Daerah (Studi Kasus di SMU 5 Banda Aceh). Hasil penelitiannya membutikan, bahwa: (1) siswa SMU Negeri 5 Banda Aceh bersikap positif terhadap bahasa Indonesia ketika berada di lingkungan sekolah, keluarga, dan di lingkungan masyarakat; (2) sikap siswa SMU Negeri 5 Banda Aceh terhadap bahasa daerah ketika berada di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat tergolong positif. Dengan demikian, dugaan bahwa adanya gejala sikap negatif

5 pada sebagian masyarakat Aceh terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah tidak terbukti. Penelitian lain yang dilakukan oleh Aminuddin Azis dengan judul Budaya Inti, Sikap Bahasa, dan Pembangunan Karakter Bangsa: Kasus Penutur Empat Bahasa Daerah di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan Para penutur bahasa daerah utama di Indonesia, seperti Jawa, Sunda, Minang, dan Batak, memiliki sikap yang berbeda-beda ketika dihadapkan kepada situasi berbahasa yang menuntutnya membuat pilihan berbahasa daerah atau bahasa Indonesia, baik pada lingkungan di dalam rumah maupun di luar rumah. Sikap bahasa seperti ini dapat dikaitkan dengan persepsi mereka tentang budaya inti mereka. Semakin tinggi penilaian mereka terhadap posisi bahasa dalam pusaran budaya inti, maka semakin kuat dan sentimen mereka terhadap bahasanya, dan tentu sebaliknya. Masyarakat yang memandang bahasa sebagai bagian yang paling hakiki dari budaya intinya akan berupaya sekuat tenaganya untuk melestarikan bahasanya, sebab ia merupakan bagian terpenting dari eksistensinya sebagai warga masyarakat tersebut. Dengan demikian, kelangsungan hidup bahasa tersebut dapat lebih terjamin. Sebaliknya, masyarakat yang tidak memandang bahasa sebagai bagian paling penting yang menisbatkan dirinya dengan budaya masyarakatnya, mereka akan sangat pragmatis. Artinya, bahasa mereka akan dipertahankan sepanjang bahasa itu berperan fungsional. Penelitian pertama menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap bahasa daerah dan bahasa Indonesianya tergolong positif ketika bahasa itu digunakan di lingkungan rumah, sekolah, maupun masyarakat, sedangkan penelitian kedua menjelaskan bahwa sikap seseorang terhadap bahasa daerahnya ada tergolong positif dan ada yang tergolong negatif. Hal ini bergantung pada sudut pandang masyarakat terhadap bahasa daerahnya dan bahasa Indonesia. Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah mengkaji sikap bahasa mayarakat dwibahasawan di daerah Sindang Sari desa Kersamanah kabupaten Garut terhadap bahasa pertama dan bahasa keduanya. Apakah kesetiaan, kebanggan, dan kesadarannya masih ada sehingga mereka dikategorikan

6 mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia atau malah sebaliknya. Untuk kajian kesadaran terhadap bahasa Indonesia lebih ditekankan pada analisis kata dan makna kata. Setelah mendapat gambaran dari hasil penelitian di lapangan, penulis akan mencoba menentukan model yang efektif untuk melakukan pembinaan bagaimana bersikap positif terhadap bahasa kedua tanpa harus melupakan bahasa pertamanya. Oleh karena itu, perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya adalah pada aspek sampel yang akan diteliti dan adanya alternatif model yang akan disodorkan untuk menumbuhkan sikap yang positif. Pembinaan ini dilakukan untuk menumbuhkan sikap positif masyarakat kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut sesuai dengan ketentuan UU RI No. 24 thn. 2009 tentang BBLNLK, bahwa setiap masyarakat harus menggunakan bahasa yang dikuasainya sesuai dengan fungsi dan kedudukan bahasa itu. B. Identifikasi Masalah Masalah yang berkaitan dengan penelitian ini adalah mengenai sikap bahasa masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut. Kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya bahasa Indonesia dikhawatirkan penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, dikhawatirkan juga mereka melupakan bahasa daerah yang seharusnya tetap digunakan dalam situasi dan kondisi tertentu. Fenomena negatif yang terjadi di kalangan masyarakat antara lain sebagai berikut; a) Banyak masyarakat menggunakan bahasa Indonesia tanpa memerhatikan aturan bahasa yang baik; b) menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar; c) banyak masyarakat Indonesia menggunakan bahasa Indonesia pada situasi dan kondisi yang kurang tepat; d) banyak masyarakat mengukur dari segi gengsi, bahwa bahasa Inggris menjadi bahasa

7 nomor pertama, bahasa Indonesia nomor dua, dan bahasa daerah nomor terakhir; e) banyak masyarakat yang menyimpulkan, bahwa orang yang mampu berbahasa Inggris adalah orang yang hebat dibandingkan orang yang menguasai bahasa Indonesia dan bahasa Daerah; f) banyak masyarakat menyuruh anak-anaknya kursus bahasa asing dibandingkan kursus bahasa Indonesia dan bahasa daerah. C. Ruang Lingkup dan Rumusan Masalah 1. Ruang Lingkup Masalah Mengacu pada identifikasi masalah kajian yang akan dilakukan dalam penelitian ini, akan dibatasi agar lebih terarah dan mendalam. Pada sikap bahasa lebih ditekankan pada sikap positif, yaitu setia, bangga, dan sadar terhadap bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Pada kajian mengenai kaidah bahasa Indonesia yaitu kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sedangkan untuk bahasa Sunda yaitu kajian penggunaan bahasa Sunda sesuai undak usuk bahasa Sunda. 2. Rumusan Masalah Mengacu pada identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, mengenai permasalahan sikap bahasa di kalangan masyarakat dwibahasawan, maka permasalahan yang akan diteliti tercakup dalam rumusan masalah di bawah ini, yaitu; 1. Bahasa apa saja yang digunakan oleh masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut? 2. Bagaimanakah sikap bahasa masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut terhadap bahasa pertama dan keduanya? 3. Bagaimanakah kemampuan berbahasa masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut?

8 4. Faktor apa yang memengaruhi sikap bahasa masyarakat Kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut terhadap penggunaan bahasa pertama dan bahasa kedua? 5. Bagaimanakah model pembinaan yang efektif untuk menumbuhkan sikap bahasa yang positif pada masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut yang berprofesi sebagai guru? D. Tujuan Penelitian Menyikapi fenomena dan keadaan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh deskripsi berkaitan dengan; 1. bahasa apa saja yang digunakan oleh masyarakat dwibahasawan di daerah kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut. 2. sikap bahasa masyarakat dwibahasawan di daerah kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut terhadap bahasa pertama dan keduanya. 3. kemampuan berbahasa masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut? 4. faktor-faktor yang memengaruhi sikap bahasa masyarakat dwibahasawan di Kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut terhadap penggunaan bahasa pertama dan bahasa kedua. 5. model pembinaan yang efektif untuk menumbuhkan sikap bahasa yang positif pada masyarakat dwibahasawan di kampung Sindang Sari desa Kersamanah Kabupaten Garut. E. Manfaat Penelitian Berkembangnya teknologi dan informasi yang semakin canggih mengakibatkan sikap bahasa masyarakat terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah semakin berkurang. Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain: 1. Dengan membaca hasil penelitian ini, masyarakat dwibahasawan diharapkan menyadari, memahami dan mengaplikasikan sikap mereka terhadap bahasa

9 Sunda dan bahasa Indonesia sehingga dapat menggunaakan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda sesuai kaidah-kaidah yang berlaku. 2. Bagi para guru atau pendidik, hasil penelitian ini mudah-mudahan menjadi masukan berharga sebagai evaluasi ulang terhadap pentingnya pembelajaran bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Dengan demikian, para guru atau pendidik dapat mengajarkan bagaimana fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia juga bahasa Sunda. F. Asumsi Asumsi merupakan teori yang dijadikan dasar dari suatu penelitian. Titik tolak penelitian ini didasarkan pada anggapan dasar sebagai berikut ini. 1. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah dapat mendukung kestabilan kehidupan berbahasa, dalam upaya memperkokoh integrasi bangsa. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah dapat mendorong orang lebih mencintai kedua bahasa tersebut 2. Orang yang menguasai bahasa Indonesia secara aktif akan dapat mengekspresikan pemahaman dan kemampuan dirinya secara runtut, sistematis, logis, dan lugas. Sehingga, mereka akan mampu berkomunikasi dengan baik. 3. Orang yang menguasai bahasa dengan baik akan mampu memahami konsep-konsep, pemikiran, dan pendapat orang lain. Kemampuan ini akan dapat mengembangkan karakter dan kepribadiannya melalui proses berpikir sinergis. 4. Sikap yang positif terhadap suatu (ragam) bahasa sangat memudahkan seseorang di dalam belajar suatu bahasa yang baru maupun bahasa yang sedang dipelajarinya. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia dapat mendukung kestabilan kehidupan berbahasa, dalam upaya memperkokoh integrasi bangsa. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia dapat mendorong orang lebih mencintai bahasa tersebut.