TESIS. Oleh : JOHANNES ARITONANG NIM : KONSENTRASI : AKUTANSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? (Oleh : Johannes Aritonang -Widyaiswara Madya pada BDK Pontianak)

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan penerimaan negara yang yang berasal dari dalam negeri tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk kepentingan rakyat yang tidak wajib membayar pajak. pajak, yaitu dengan memperluas subyek dan obyek pajak atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem pemungutan pajak. Sistem pemungutan pajak di Indonesia. membayar, serta melaporkan pajaknya dengan menggunakan Surat

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dan pertumbuhan perekonomian perlu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

TAX LAW ENFORCEMENT PEMERIKSAAN PAJAK SANKSI PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak?

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.03/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Ketetapan Pajak. Penerbitan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa pajak. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.03/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. setiap proyek pembangunan negara yang dilaksanakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. penyidikan dan penagihan. Sistem pemeriksaan harus dapat mendorong kebenaran

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan utama negara yang masih terus digali potensinya oleh

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negara diharapkan semakin meningkat dari tahun ke tahun.

PENAFSIRAN HUKUM Bahan Ajar, Pengantar Hukum Pajak, DTSD II Angkatan III, Tahun 2014 Agus Suharsono, Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan kepada Negara, hibah, wasiat, dan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari masalah pembiayaan pembangunan. itu, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengarahkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Peranan pajak sebagai penerimaan dalam negeri semakin besar, hal ini di

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inguiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN LATAR BELAKANG PENELITIAN

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak di Indonesia saat ini menganut sistem Self

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

TATA CARA PEMERIKSAAN DI BIDANG PERPAJAKAN Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1986 Tanggal 28 Juli Presiden Republik Indonesia,

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMERIKSAAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. dana, tenaga, dan ilmu yang tidak sedikit, yang tidak mungkin hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri sebagai sumber utama pembiayaan untuk pembangunan nasional. Sesuai dengan

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia harus memahami dan mematuhi segala peraturan-peraturan

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin besar untuk masa yang akan datang karena tujuan utama dari penerimaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Ika Vikni Nawang Risma Yuniar Sindy Sukmamulya Ramadhani

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemajuan. negeri yaitu berupa pajak. Untuk dapat meningkatkan penerimaan dari sektor pajak,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak bersifat dinamik, sifat ini dibuktikan dari pajak selalu mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram, dan tertib, serta menjamin

AUDIT PLAN dan AUDIT SCOPE YANG MELEGAKAN PEMERIKSA (Oleh: Johannes Aritonang)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan

SIAPA PEMBAYAR PAJAK: WAJIB PAJAK

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262]

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. PNBP. Pemeriksaan. Wajib Bayar. Pedoman.

SPT MASA PPN UNIVERSITAS MERCU BUANA JURUSAN AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil dari pembangunan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia. 443/KMK 01/2001, maka pada awal tahun 2002 berdirilah Kantor Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana yang penting bagi pembiayaan nasional. yaitu mulai berlakunya sistem pemungutan pajak self assessment system sejak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pelakasanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan diarahkan untuk mendorong perekonomian

Transkripsi:

ANALISA PENGARUH PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP WAJIB PAJAK DALAM PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PPN DAN PPn BM PADA KANTOR PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK MEDAN SATU TESIS Oleh : JOHANNES ARITONANG NIM : 992107048 KONSENTRASI : AKUTANSI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2001

RINGKASAN EKSEKUTIF ARITONANG, JOHANNES. Analisa Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Wajib Pajak Dalam Pelaksanaan Undang-Undang PPN dan PPn BM pada Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak Medan Satu, dibawah bimbingan Drs. Iwan Djanahar,Ak. MAFIS sebagai Ketua Komisi ; Drs. T. Bachtaruddin MSi, sebagai Anggota Komisi. Peraturan perpajakan Indonesia dengan sistem Self Assessment memberikan kewenangan yang besar kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terhutang sebagaimana tersurat pada pasal 12 Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan UndangUndang Nomor 9 tahun 1994 dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000. Kewajiban Self Assessment tersebut dituangkan Wajib Pajak dalam bentuk Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan oleh Wajib Pajak kepada kantor Direktorat Jenderal Pajak (Kantor Pelayanan Pajak). Dalam pelaksanaan UndangUndang tersebut diperlukan adanya penegakan hukum (law enforcemant) untuk menjamin kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan Undang-Undang. Kepatuhan dalam pelaksanaan Undang-Undang adalah bersifat mutlak. Sehingga tidak ada alasan Wajib Pajak untuk tidak patuh dalam melaksanakan Undang-Undang PPN dan PPn BM. Bagi Wajib Pajak yang tidak patuh dikenakan sanksi / denda. Sanksi tersebut ada yang berupa uang maupun sanksi pidana untuk tindak pidana perpajakan.

Direktorat Jenderal Pajak mempunyai sarana untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak yaitu melalui pemeriksaan pajak. Diharapkan melalui pemeriksaan pajak Wajib Pajak semakin patuh dalam melaksanakan Undang-Undang PPN dan PPn BM. Law Enforcement dalam perpajakan Indonesia adalah melalui pemeriksaan dan penagihan pajak. Tujuan dari pemeriksaan pajak diantaranya adalah untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan Undang-Undang. Kepatuhan dalam pelaksanaan Undang-Undang ada dua macam yaitu: kepatuhan administrasi dan kepatuhan material. Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang diperoleh melalui pemeriksaan pajak, untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak kepada Wajib Pajak dalam pelaksanaan Undang-Undang PPN dan PPn BM, mengetahui bentuk-bentuk ketidakpatuhan yang dilakukan Wajib Pajak, serta mengetahui besarnya jumlah rupiah yang diselamatkan karena adanya pemeriksaan yang berguna juga sebagai membantu pengamanan penerimaan negara. Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa) Medan Satu adalah salah satu kantor dibawah Direktorat Jenderal Pajak yang melaksanakan salah satu bentuk law enforcement tersebut dalam bidang pemeriksaan pajak. Hasil pemeriksaan pajak tersebut dituangkan dalam bentuk Laporan Pemeriksaan Pajak. Jenis-jenis pajak yang diperiksa diantaranya adalah Pajak. Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPn BM).

Bentuk-bentuk kepatuhan atas pelaksanaan Undang-Undang PPn dan PPn BM dalam penelitian adalah: 1. Kepatuhan Administrasi terdiri dari: kepatuhan dalam melaporkan SPT Masa PPN, kepatuhan dalam membayar PPN terhutang. 2. Kepatuhan Material terdiri dari: kepatuhan dalam melaporkan dan memungut PPN dan PPn BM atas Obyek yang berasal dari Omset / Peredaran Usaha, kepatuhan dalam melaporkan dan meinungut PPN dan PPn BM atas Obyek selain dari Omset/ Peredaran Usaha serta kepatuhan dalam mengkreditkan Pajak Masukan. Penelitian terhadap 167 Laporan Pemeriksaan Pajak pada Kantor Peineriksaan dan Penyidikan Pajak Medan Satu yang memenuhi ruang lingkup penelitian ini dibagi atas 3 (tiga ) kelompok: 1. Wajib Pajak yang diperiksa dalam 2 tahun pemeriksaan Rata-rata kepatuhan pada pemeriksaan tahun sebesar 1 95,87% dan pada pemeriksaan tahun II 96,36% terjadi peningkatan 0,49%. 2. Wajib Pajak yang diperiksa dalam 3 tahun pemeriksaan Rata-rata kepatuhan pada pemeriksaan tahun I sebesar 83,89%, pada pemeriksaan tahun II 84,85% terjadi peningkatan 0,96%, dan pada pemeriksaan tahun III meningkat menjadi 99,09%.. 3. Wajib Pajak yang diperiksa dalam 4 tahun pemeriksaan Rata-rata kepatuhan pada pemeriksaan tahun I sebesar 82,70%, tahun II 83,21%, tahun III 99,99% dan tahun IV menjadi 100%.

Berdasarkan penelitian hasil dari pemeriksaan berupa surat ketetapan pajak terlihat bahwa hasil dari pemeriksaan membantu menyelamatkan uang negara serta membantu Direktorat Jenderal Pajak untuk pengamanan pencapaian target penerimaaan negara dari sektor pajak. Hal ini terlihat dari: a. Kelompok Wajib Pajak yang diperiksa dalam 2 tahun pemeriksaan pajak Pada pemeriksaan tahun I jumlah tambahan penerimaan negara sebesar Rp.1.271.221.000,- dan tahun II Rp. 2.159.589.000,-. b. Kelompok Wajib Pajak yang diperiksa dalam 3 talon pemeriksaan pajak Pada pemeriksaan tahun I jumlah tambahan penerimaan negara sebesar Rp.682.315.000,-, tahun II Rp. 2.693.939.000,- serta pada pemeriksaan tahun III Rp. 811.525.000,- c. Kelompok Wajib Pajak yang diperiksa dalam 4 tahun pemeriksaan pajak Jumlah tambahan penerimaan negara sebesar Rp. 638.934.000,- pada pemeriksaan tahun I Rp. 151.303.000,- pada pemeriksaan tahun II, Rp.7.756.000,- pada pemeriksaan tahun III, serta Rp. 0,- pada pemeriksaan tahun IV. Jika dilihat dari tingginya tingkat kepatuhan Wajib Pajak serta adanya kenaikan dalam jumlah rupiah dari Surat Ketetapan Pajak yang dikeluarkan dalam pemeriksaan adalah merupakan dua hal yang sifatnya sating bertentangan. Namun dalam pemeriksaan khususnya yang sifatnya pada kepatuhan Undang-Undang yang bersifat Material seperti kepatuhan dalam melaporkan Obyek PPN,

kepatuhan dalam Pengkreditan PPN, maka tingkat kepatuhan yang diukur pada penelitian ini sangat tergantung pada besarnya jumlah obyek PPN yang telah dilaporkan oleh Wajib Pajak sebagai acuan dalam menghitung tingkat kepatuhan, dan jumlah ini bisa Baja tidak sama untuk setiap tahun pajak. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian terlihat adanya pengaruh pemeriksaan pada Wajib Pajak untuk meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak ataupun untuk menjaga tingkat kepatuhan Wajib Pajak untuk tetap baik. Untuk meningkatkan kepatuhan tersebut pemeriksaan dapat dilakukan satu kali ataupun lebih dan satu kali. Namun ada juga Wajib Pajak yang nakal yang tetap tidak perduli dengan tingkat kepatuhannya, hal ini dapat dilihat pada kelompok Wajib Pajak yang diperiksa dalam 2 tahun pemeriksaan, terdapat 4 Wajib Pajak yang setelah dilakukan pemeriksaan satu kali masih tetap tingkat kepatuhannya masih berada dibawah skala X: 91%-100%, dan terdapat 5 Wajib Pajak yang pada pemeriksaan tahun I berada pada skala X, namun pada pemeriksaan tahun II skala kepatuhannya turun dibawah skala X. Pada kelompok Wajib Pajak yang diperiksa dalam 3 tahun pemeriksaan yang terlihat bahwa pada pemeriksaan tahun I dan II masih terdapat Wajib Pajak berada dibawah skala X, namun setelah dilakukan pemeriksaan sebanyak dua kali Wajib Pajak tersebut meningkat kepatuhannya menjadi berada pada skala X:91%-100%.

Pada kelompok Wajib Pajak yang diperiksa dalam 4 tahun pemeriksaan, Wajib Pajak meningkat kepatuhannya menjadi skala X:91%-100% setelah dilakukan pemeriksaan sebanyak dua kali. Dari penelitian ini diajukan beberapa saran: 1. Pada setiap pelaksanaan pemeriksaan disarankan agar dibuatkan Kertas Kerja Pemeriksaan yang memuat Hasil Pemeriksaan Pajak atas pemeriksaan pajak tahun sebelumnya termasuk dengan bentuk bentuk ketidakpatuhan Wajib Pajak yang dilakukan dan agar kiranya dalam Laporan Pemeriksaan Pajak ditambahkan satu poin tentang tingkat kepatuhan Wajib Pajak sebelum pemeriksaan dan setelah pemeriksaan dilakukan serta kenaikan atau penunman tingkat kepatuhannya. Tujuannya adalah agar dapat diketahui bagaimana perkembangan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dari tahun ke tahun, sebagai bahan pertimbangan untuk tahun mendatang apakah Wajib Pajak tersebut perlu diperiksa atau tidak. 2. Pemeriksaan masih tetap diperlukan dalam rangka meningkatkan maupun menjaga tingkat kepatuhan Wajib Pajak, sehingga terhadap Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya masih rendah agar dilakukan pengawasan yang lebih ketat khususnya Wajib Pajak yang masih berada dibawah skala X:91 % - 100%. 3. Terhadap Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya meneapai 100% untuk dua tahun berturut-turut agar kiranya diberikan penghargaan oleh pemerintah

yang dapat memacu Wajib Pajak untuk tetap mempertahankan tingkat kepatuhannya. Dalam tulisan ini juga disampaikan usulan berupa: 1. Penulis mengusulkan agar disusun suatu peraturan perpajakan menyangkut sanksi perpajakan yang sifatnya lebih berat terhadap Wajib Pajak yang melakukan kesalahan tertentu secara benilang. Hal ini diinaksudkan agar kiranya Wajib Pajak berusaha untuk tetap patuh dalam melaksanakan ketentuan peraturan perpajakan. 2. Agar kiranya ditambahkan satu kriteria baru tentang tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menentukan Wajib Pajak yang akan diperiksa. Kriteria kepatuhan yang tersebut diantaranya adalah kepatuhan Wajib Pajak yang tetap berada di bawah skala X : 91%-100% walaupun telah dilakukan pemeriksaan atau Wajib Pajak yang menurun tingkat kepatuhannya dari skala X: 91%-100%. vii