FOTOGRAFI dalam wacana historis Oleh : Aran Handoko, M.Sn

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP ESTETIK DALAM STILL LIFE FOTOGRAFI

Fotografi B/W I. Sejarah Fotografi

PERTEMUAN I Sejarah Perkembangan Kamera Sebagai Media Dalam Fotografi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Proses komunikasi dapat diartikan sebagai transfer komunikasi atau

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PERANCANGAN KARYA

APA ITU FOTOGRAFI menurut Evin Global

HARMONI ALAM. (Karya Fotografi)

Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009 GRAHA ILMU

FOTOGRAFI TAK LAGI SEKADAR ALAT DOKUMENTASI

2015 KREATIVITAS BERKARYA FOTOGRAFI KOMUNITAS LUBANG JARUM INDONESIA DI KABUPATEN SUBANG

Fotografi Dasar. Bayu Widiantoro & Simon Dodit. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Hukum & Komunikasi Unika Soegijapranata

Hubungan Fotografi Dan Teknologi

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

BAB I PENDAHULUAN. memang sudah umum dilakukan oleh semua orang. Hal ini dilakukan agar

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

PERTEMUAN 3! 2.1 Pengelompokan Kamera Foto

BAB I PENDAHULUAN. kebesaran, dan berbagai hal yang indah disekitarnya (Bachtiar, 2008 : 38). perkembangan teknologi yang semakin modern.

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Fotografi merupakan bagian dari seni sebagai salah satu hasil karya cipta

BAB I PENDAHULUAN. Fotografi merupakan bahasa Yunani yang dikenalkan oleh Sir John Herschel pada tahun

Foto Seni/ Ekspresi: Estetika Dalam Fotografi

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Komposisi dalam Fotografi

BAB I PENDAHULUAN. subyek yang dapat diproyeksikan ke sebuah layer; dan penemuan sebuah medium

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang ada di sekitar kita tidaklah sesusah zaman dahulu. Hal

2014 SENI FOTOGRAFI BODY PAINTING DENGAN TEKNIK PENCAHAYAAN ULTRAVIOLET

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

BAB I PENDAHULUAN. pengorbanan yang telah diberikan baik dari jiwa dan raga. membawa ilmu fotografi melalui sekolah-sekolahyang didirikan Belanda.

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Muhammad Shofi IR. R. Adi Wardoyo, M.Mt

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: VILLA LALU PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si PAMERAN. International exhibition ISACFA

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dapat merubah pola hidup manusia maupun nilainilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prio Rionggo, 2014 Proses Penciptaan Desain Poster Dengan Tema Bandung Heritage

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berkomunikasi merupakan hal dasar dalam berinteraksi dengan

Fotografi I. Oleh : A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn., M.Si

Commercial / Advertising Photography

GALLERY PHOTOGRAPHY IN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. cara merekam gambar pada suatu media rekam tetentu, seperti film fotografi atau

Melalui kegigihan George Eastman, dunia fotografi mengalami perkembangan yang lebih pesat. Beliau menciptakan rol film yang memberikan banyak

BAB I PENDAHULUAN. gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan. 2

Dasar-Dasar Fotografi. Multimedia SMKN 1 Bojongsari

BAB V PENUTUP. kreatif dalam melihat benda-benda vintage baik secara fungsi dan estetikanya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lingkungan Bisnis Tentang Peluang Bisnis Yang Tak Lepas Dari Teknologi Informatika

Rest AREA Perupa Membaca Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya. Perkembangan kamera mulai dari kamera manual sampai digital

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

FOTOGRAFI merupakan SAINS dan SENI Kata PHOTOGRAPHY berasal dari bahasa Yunani, yang berarti MENULIS DGN SINAR. Aspek Sains Fotografi mengandung arti

KURSUS DAN PELATIHAN FOTOGRAFI JENJANG V KURIKULUM KURSUS VIDEO EDITING

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

IMPIAN FOTOGRAFER PEMULA

PERTEMUAN I FOTOGRAFI dan ILMU KOMUNIKASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DATA. bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini. pengamatan lapangan yang sudah direduksi dan di buat kategori-kategorinya

Perkembangan dunia kepustakawanan. Pertemuan ke 2

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Film Film merupakan media visualisasi. Melalui film, sebuah peristiwa digambarkan dan direkam dlm sebuah lapisan emulsi yg peka cahaya, shg bisa dilih

GELAR SENI MAHASISWA GUNADARMA (GSMG) 2018 KETENTUAN TANGKAI LOMBA LUKIS, DESAIN, KOMIK STRIP, FOTOGRAFI, FILM PENDEK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

Pelatihan Dasar Fotografi, PPI Goetingen 21 April 2011 [FOTOGRAFI DASAR]

BAB III GAGASAN BERKARYA

Sejarah Perkembangan Kamera

Esensial Tip Memotret Foto dengan Tablet

BAB V PENUTUP. D. Kesimpulan. Hadirnya warna-warna primer dalam karya Wedha s Pop Art

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA BAB V PENUTUP. Melakukan aktivitas berkesenian sudah selayaknya terkait dengan hal

LCC LP3I Balikpapan 20 Maret

MASA PRA-GAMBAR BERGERAK

TUGAS KOMPUTER PHOTOGRAPHY

JENIS-JENIS FOTO DAN TEKNIS DASAR PEMOTRETAN

Ni Luh Putu Kurniawati, S.Kom. SMK PGRI 2 Badung Jurusan Multimedia 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi, dampak fotografi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

11/15/2013 JENIS KAMERA FOTOGRAFI KAMERA TWIN LENS REFLEX ( TLR )

Fotografi 1. Anatomi. KAMERA SLR (single-lens Reflector) Lensa & Jenis Film

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan

JENJANG PENDIDIKAN : Kompetensi Utama. Indikator Esensial Memotivasi siswa untuk siap belajar secara fisik maupun mental

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) JURNALISTIK MEDIA ELEKTRONIK (FOTOGRAFI) 1 Kamaruddin Hasan 2

PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kamera DSLR (Digital Single Lens Reflect) telah menjadi hal

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kesan, orang "berkuasa" merekam moment berkelanjutan di dalam kehidupan ke

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Oleh : Ari Bowo Sucipto

2014 GUNUNG KRAKATAU SEBAGAI IDE BERKARYA SENI GRAFIS

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

I. PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta memiliki ciri khas berupa peninggalan sejarah dan

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

III. PROSES PENCIPTAAN

Transkripsi:

FOTOGRAFI dalam wacana historis Oleh : Aran Handoko, M.Sn Fotografi yang lahir lebih dari seabad yang lalu diartikan melukis dengan cahaya atau proses pembuatan gambar dengan cahaya. Fotografi merupakan suatu proses untuk mendapatkan representasi yang akurat (benar dan tepat) dari objek dengan menggunakan reaksi kimia antara sinar serta berbagai macam energi yang memancar pada permukaan yang sudah dipersiapkan secara kimiawi. Sebagai alat rekam, fotografi mampu merekam objek nyata menjadi gambar yang sangat mirip dengan aslinya. Penemuan revolusioner ini sempat mengundang kecemburuan para pelukis di zaman tersebut. Dengan ditemukannya fotografi seolah-olah mengancam kehidupan para pelukis realis dan naturalis yang memiliki tujuan sama, yaitu representasi realistis dari kehidupan sehari-hari. Bahkan seorang pelukis bernama Paul Delaroche mengatakan from today, painting is dead. Pernyataan tersebut merupakan sebuah pukulan yang cukup telak karena obyektivitas merupakan cita-cita dan pertumbuhan teknologi fotografi memang menjadi sebuah mesin objektif yang berhasil menggantikan tugas mata serta tangan manusia dalam hal presisi visual. Selain itu, presisi fotografi juga tercermin dalam reaksi penolakan dengan alasan agama yang seperti tertulis dalam Leipziger Stadtanzeiger, Tuhan menciptakan manusia dalam citra-nya sendiri, dan tidak satu pun mesin buatan manusia akan menyempurnakan citra Tuhan. Munculnya fotografi tidak ditemukan begitu saja namun sudah mengalami fase perintisan yang cukup panjang oleh para tokoh-tokoh perintisnya. Prinsip awal fotografi telah dikenal sejak abad ke 5 SM oleh ilmuwan Cina bernama Mo Ti yang menyebutkan bila seberkas cahaya yang memancar dari suatu benda diloloskan melalui sebuah lubang kecil ke dalam sebuah ruangan yang gelap, maka bayangan benda tadi akan diproyeksikan sesuai dengan bentuk aslinya secara terbalik. Teori tersebut juga diperkuat oleh beberapa ilmuwan dari barat seperti Aristoteles. Dari hal tersebut pada hakikatnya prinsip-prinsip dasar yang digunakan dalam fotografi bertumpu pada dua ilmu yaitu ilmu fisika dan ilmu kimia. Dari ilmu fisika dilakukan dengan observasi terhadap sinar yang memancar dari suatu objek yang menembus masuk melalui lubang kecil 1

(pinhole) ke dalam ruang gelap akan menghasilkan bayangan dari benda objek tadi secara terbalik serta tepat sesuai dengan aslinya. Dari sinilah ditemukan apa yang disebut dengan camera obscura yang berarti kamar gelap (camera=kamar, obscura=gelap). Penemuan camera obscura ini tidak lepas dari tokoh-tokoh Renaissance Leonardo Da Vinci dan Giovanni Battista della Porta. Camera Obscura tersebut oleh Della Porta difungsikan sebagai alat dalam membantu melukis potret. Sedangkan dari ilmu kimia, pada tahun 1725 terjadi suatu sinergi dengan fotografi yang ditandai dengan penelitian Johan Heinrich Schulze tentang proses kimiawi dengan menggelapkan larutan garam perak dengan bantuan sinar atau cahaya. Penemuan tersebut terus dikembangkan dan disempurnakan yang menghasilkan film yaitu merupakan suatu medium yang peka cahaya dalam proses perekaman suatu objek sebagai upaya penciptaan imaji fotografi. Heliographie, hasil Fotografi pertama di dunia oleh Nicephore Niepce, Prancis 1826 Tokoh-tokoh yang mempelopori lahirnya fotografi yang secara fenomenal telah memulai dengan berbagai jenis eksperimen, yaitu : Thomas Wedgwood di tahun 1802 dengan penemuannya dari hasil percobaannya yang berhasil membuat copy sebuah objek di atas kertas atau kulit berwarna putih yang sudah dilapisi silver nitrate atau silver chloride, yang mulai berhasil merekam citra secara fotografis. Percobaan Wedgwood ini menghasilkan citra primitif bayangan berbagai obyek. Tetapi ternyata citra ini terus menggelap sampai tak ada lagi yang bisa dilihat. Dengan lain kata, Wedgwood tak berhasil mewujudkan citra 2

fotografis. Selanjutnya Nicephore Niepce pada tahun 1816 yang berhasil membuat gambar negatif dengan menggunakan cahaya pada kertas yang sebelumnya dibuat peka dengan perak klorida dan pada tahun 1826 berhasil membuat karya fotografi pertama di dunia sebuah gambar pemandangan dari jendela ruang kerja Niepce di atas kertas sensitif yang sudah dilapisi silver chloride. Niepce menyebutnya "heliograf" (tulisan matahari). Namun, dibutuhkan waktu 8 jam untuk mengabadikan gedung-gedung dari jendela rumah itu. Alhasil, meski Niepce sudah menemukan dasar utama fotografi, ia belum berhasil menjadikannya sesuatu yang praktis. Boullevard du Temple, Paris 1839 Daguerreotipe buatan L.J.M Daguerre ini terdapat orang pertama yang pernah difoto Kemudian pada tahun 1839 Daguerre berusaha mengembangkan penemuan Niepce dengan membuat suatu penemuan berupa plat yang dibuat peka dengan silver chloride dan kemudian diberi uap ionida dimana perak ini setelah kering menjadi peka cahaya sehingga dapat mengurangi lamanya penyinaran sekitar 20 menit. rekan kerja sama Niepce, yang membuat alat penjiplak realitas ini menjadi jauh lebih praktis dengan waktu eksposur yang lebih singkat. Sayangnya citra yang dihasilkan daguerreotype adalah citra positif, sehingga menjadi satusatunya hasil rekaman. Hasil pengembangan inilah yang disebut daguerreotype, dan pada waktu yang sama masalah tersebut akhirnya diselesaikan oleh bangsawan, akademisi dan seorang perintis fotografi dari Inggris William Henry 3

Fox Talbot melakukan percobaan dengan membuat film temuannya berupa kertas berlapis silver chloride yang hasilnya adalah negatif kertas. Selanjutnya Talbot meneruskan percobaannya dan menyempurnakan penemuannya untuk menemukan kemungkinan mengembangkan gambar foto dengan penyinaran yang lebih pendek melalui penambahan gallic acid. Studio Laboratorium fotografi Fox Talbot yang menunjukkan keampuhan proses kertas film barunya, 1845 Kemudian di tahun 1888 ilmuwan dari Amerika George Eastman memasarkan kamera tangan dengan merek Kodak dan pada tahun 1891 ia memasarkan gulungan film dengan bahan dasar seluloid, tahun 1900 Eastman memunculkan Kodak Brownie yang memungkinkan setiap orang dapat memiliki kamera secara murah dan dapat memotret dengan lebih mudah. Selanjutnya pada tahun 1931 Eastman mempunyai perusahaan besar yaitu Eastman Kodak Company dengan slogan You Press the Button, We do The Rest. Kodak pertama, sebuah penemuan baru dari George Eastman dalam dunia fotografi 4

Tahun 1925 kamera 35mm pertama, kamera yang kita pakai sehari-hari sekarang, keluar dari pabrik Leica di Jerman. Kodak kembali menyusul dengan memperkenalkan film berwarna pada tahun 1935, lalu foto langsung jadi Polaroid diluncurkan tahun 1947, dan kamera digital mulai dijual ke pasar tahun 1996. Uraian tersebut di atas merupakan latar belakang singkat perjalanan sejarah dan lahirnya fotografi yang melalui berbagai tahapan signifikan secara evolusif maupun revolusif. Bersama mesin uap dan telegraf, fotografi telah memperpendek jarak antarorang dan antar-ruang sejak dua abad lalu. Mesin uap sebagai perpanjangan otot telah memperbesar kemungkinan aksi dan mimpi manusia, telegraf mengubah pola komunikasi, dan fotografi menjadi mata yang terus bekerja memberi tatapan baru terhadap dunia. Dilihat dari dalam, fotografi adalah kerja ilmiah panjang mewujudkan mimpi mengabadikan pantulan citra di cermin. Mimpi melanggengkan apa yang pernah kita lihat atau lakukan dan menjadikannya jejak (atau bahkan saksi) sejarah yang kita bangun. Rekaman visual yang dapat memenuhi tuntutan kecepatan dan efisiensi modernitas. Fotografi adalah bagian dari percepatan zaman yang terobsesi efisiensi mekanis. Kehadiran fotografi pada masa lalu menimbulkan pro dan kontra di kalangan seniman karena fotografi lahir sebagai alat rekam yang dapat merekam obyek nyata menjadi gambar yang sangat mirip dengan aslinya. Penemuan revolusioner tersebut sempat mengundang kecemburuan di kalangan pelukis pada masa tersebut. Perjuangan para praktisi foto sangat berat pada masa era Victorian, ketika sejarah awal fotografi baru saja di mulai sekitar awal tahun 1830-an banyak para fotografer menganggap fotografi sebagai bentuk seni yang baru sebuah bentuk lain dari lukisan. Seperti apa yang diproklamirkan oleh Peter Henri Emerson bahwa seni foto yang sesungguhnya hanya bisa dicapai bila potensi kamera yang sesungguhnya dikembangkan, bukan sebagai imitator lukisan namun potensi tersebut adalah kemampuan merekam realitas apa adanya, tidak sempurna tetapi riil. Dari perjuangan yang dilakukan oleh banyak seniman foto pada masa tersebut, lambat laun fotografi mulai diterima keberadaannya baik oleh para seniman maupun masyarakat sebagai salah satu 5

cabang seni yang baru dimana fotografi memiliki daya cipta yang sungguh mengagumkan dan penuh rangsangan. Perkembangan Fotografi Pertengahan abad XIX hingga menjelang abad XX merupakan masa pengembangan fotografi yang sangat signifikan dalam bentuk dan proses penciptaannya. Pengembangan bentuk di bidang fotografi dalam hal ini berkaitan dengan perkembangan kamera dari camera obscura hingga kamera SLR (Single Lens Reflector), kemudian aplikasi penemuan lensa dan selanjutnya penemuan negatif film yang terus disempurnakan sehingga memungkinkan orang memiliki dan memotret dengan mudah. Di sisi lain perkembangan fotografi juga telah memberikan berbagai kemungkinan kultural bagi manusia untuk menciptakan bentuk seni yang tidak mungkin dilakukan sebelumnya. Fenomena kemunculan fotografi pada masa tersebut memberikan alternatif baru dalam proses penciptaan seni visual yang menjanjikan adanya suatu tampilan baru. Berkembangnya fotografi secara perlahan dan pasti telah menemukan jati dirinya untuk disejajarkan dengan bentuk karya seni visual lainnya yang sudah lebih dahulu mapan dalam konstelasi wacana seni visual. Disamping itu, fotografi merupakan suatu bentuk wacana visual yang paling progresif dan memiliki nilai interdisiplin karena nilai perkembangannya dari awal ditemukannya hingga sekarang sangat pesat dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari bahkan sebagai suatu media untuk berekspresi dalam bidang seni. Perkembangan fotografi selalu mengikuti kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari awal ditemukan kamera obscura hingga menjadi kamera digital dengan berbagai keunggulan dan mulai dari film seluloid biasa hingga film negatif infra merah. Hal tersebut menyatakan bahwa fotografi selalu mengikuti perkembangan teknologi dalam waktu yang relatif cepat dan berkembang sebagai dunia teknologi tersendiri. Selain dari perkembangan peranti keras dari fotografi, perkembangan juga terjadi pada bentuk visualnya dalam proses penciptaannya. Fotografi pada awalnya hanya merupakan sebagai rekaman visual hasil cetak sederhana yang statis dari sebuah obyek. Pada saat itu, fotografi hanya sebatas sebagai alat dokumentasi faktual dari sebuah benda atau situasi yang 6

merupakan bagian dari informasi atau suatu bahan untuk pemberitaan. Akan tetapi, dalam perjalanannya fotografi dipenuhi dengan berbagai kejadian eksperimen kronologis yang menjadi suatu media untuk berekspresi dan alat bantu dalam upaya menciptakan imaji-imaji seni visual melalui gagasan, obyek, kreativitas dan teknologi. Sehingga lahir bermacam jenis bentuk dan gaya atau aliran dalam fotografi seperti yang di pelopori oleh seorang fotografer di era Victorian, H.P. Robinson dengan penemuannya berupa multiple print di mana pada masa tersebut sempat menghebohkan karena citra foto yang begitu dekat dengan kenyataan yang kemudian gaya foto tersebut menjadi era ilustratif fotografi yang mengarah pada gerakan senirupa abad 19. Kemudian lahir dan berkembang gaya dan aliran lainnya seiring dengan perkembangan jamannya karena dengan jenis gaya dan aliran dalam fotografi akan mencerminkan pribadi fotografernya. Seperti hal tersebut di bawah ini mengenai jenis-jenis dalam fotografi terdapat lima kualitas yang unik menurut John Szarko wsky, yaitu: 1. The thing it self, fotografi yang berkaitan dengan hal-hal aktual 2. The detail, fotografi yang menampilkan pada hal-hal yang tampak pada suatu benda 3. The frame, hasil karya fotografi yang terseleksi, bukan dirangcang terlebih dahulu 4. Time, fotografi hasil karya pengabadian waktu dan menjelaskan secara khusus tentang perjalanan waktu 5. Vantage point, fotografi yang memberikan kita berbagai cara pandang yang baru terhadap dunia kita Selain itu, klasifikasi juga dilakukan oleh Gretchen Garner dengan menawarkan enam jenis kategori, yaitu: 1. Time suspended, fotografi adalah saksi waktu dan merekam pribadi 2. A wider world, fotografi menunjukkan berbagai bagian dunia yang eksotik, tersembunyi dan tempat-tempat yang jauh 3. Famous faces, melalui fotografi kita akan lebih mengenal orang-orang terkenal 4. Minute detail, kejelasan optis telah memberikan kesempatan untuk menikmati kekayaan berbagai tekstur yang ada di dunia 7

5. Private theater, kamera adalah alat yang mendekatkan mimpi-mimpi fotografer 6. Pictorial effect, bentuk, warna dan tekstur telah terciptakan melalui fotografi Fotografi memang memiliki aspek teknologi dan estetika. Sebagai teknologi, fotografi pada awalnya diciptakan sebagai alat rekam. Kamera berikut perlengkapan yang memungkinkannya merekam citra (image) adalah aspek perangkat keras (hardware) teknologi fotografi; sedangkan pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakan perangkat tersebut untuk menghasilkan citra adalah aspek perangkat lunaknya (software). Penguasaan aspek teknologi saja tidak serta merta membuat orang menjadi seniman foto. Banyak orang mempunyai kamera dan pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakannya dengan baik. Namun karena cara dan tujuan penggunaan aspek teknologi tersebut, mereka tidak dapat dikatakan sebagai seniman foto. Seorang ibu yang menggunakan kamera untuk merekam momenmomen penting dalam kehidupan keluarganya atau para peneliti yang menggunakan kamera untuk mendokumentasikan objek penelitiannya tidak dapat dikatakan sebagai seorang seniman foto, meskipun mungkin foto-foto yang dihasilkannya secara teknis sempurna dan boleh jadi memiliki nilai estetika yang cukup tinggi. Demikian juga seorang wartawan foto yang mengabadikan momenmomen penting sejarah. Meskipun karya-karya fotonya boleh jadi istimewa dari segi teknis dan muatan ceritanya, karya-karya itu menurut saya tidak dapat dianggap sebagai karya seni, walaupun karya-karya itu mempunyai nilai komersial tinggi, dikoleksi oleh museum dan/atau dipamerkan di galeri-galeri terkemuka. Seni tidak dapat dinilai dari aspek teknis dan/atau komersialnya saja. Ada aspek yang lebih esensial yang membuat suatu karya bisa digolongkan sebagai suatu ekspresi seni, yaitu aspek kreatif-eksploratif-estetik. Dalam urutan ini, aspek estetik dicapai bukan semata karena kelihaian dalam memanfaatkan aspek teknologi, namun (dan ini yang lebih penting) karena adanya aspek kesengajaan dan keinginan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang lahir dari perenungan 8

gagasan yang bersifat eksploratif. Dengan kata lain, perenungan eksploratif melahirkan gagasan untuk mencipta. Gagasan ini kemudian dicarikan bentuknya dengan memanfaatkan aspek teknologi. Jika teknologi yang ada belum memungkinkan untuk memberikan bentuk ekspresi bagi gagasan yang dimiliki oleh seorang seniman, maka seniman itu mungkin akan berusaha menggabungkan beberapa teknologi yang ada, atau memanfaatkan teknologi yang ada secara kreatif, atau bekerjasama dengan engineers menciptakan teknologi baru untuk mewujudkan gagasannya itu. Jadi aspek teknologi atau kesempurnaan teknis dalam hal ini tidak menjadi unsur utama, tapi hanya pendukung atau alat berkreasi. Dalam fotografi kita harus ingat akan pernyataan tokoh Bauhaus kelahiran Hungaria, Laszlo Moholy-Nagy, sudah mengingatkan sejak awal abad ke-20 lalu, bahwa pengetahuan kita tentang fotografi sama pentingnya dengan pengetahuan kita tentang abjad. Dan iliterasi di masa depan adalah pengabaian atas penggunaan kamera seperti halnya penggunaan pena. Moholy-Nagy menuntut manusia pada jaman modern untuk mampu membaca foto seperti halnya membaca tulisan, karena kamera akan sama pentingnya dengan pena. Fotografi berkembang sebagai dunia teknologi tersendiri dan teknologi fotografi telah mengubah wajah dunia menjadi dunia gambar. Pada awal mula lahirnya fotografi pada masa tersebut dengan ditemukannya sebuah kamera yang sangat sederhana yaitu camera obscura dan berkembang seiring berjalannya waktu hingga sampai ke era kamera digital yang segala sesuatunya serba canggih. Berbagai macam kamera dengan bentuk yang bervariasi dapat kita temukan di sekitar kita.tetapi apapun kameranya yang digunakan untuk memotret baik analog maupun digital pada prinsipnya sama yaitu merekam sebuah imaji yang dihasilkan melalui lensa. Kepesatan perkembangan fotografi di dunia, tidak dapat dipungkiri kalau fotografi sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Berbagai macam objek baik mahluk hidup maupun benda mati menjadi suatu hal yang menarik untuk diabadikan dalam media fotografi mulai dari foto jurnalistik, foto dokumenter sampai ke fotografi sebagai media ekspresi seni. Dalam fotografi sebuah kamera bukan hanya sebagai alat dokumentasi, alat untuk 9

mengabadikan suatu peristiwa melainkan juga mampu menciptakan sesuatu yang baru, suatu karya fotografi yang mempunyai nilai seni. Maka fotografi dari awal ditemukan hingga revolusinya yang semakin canggih dalam memenuhi kebutuhan dapat sebagai alat bantu dalam upaya menciptakan imaji-imaji seni visual melalui gagasan, obyek, kreatifitas dan teknologi. Dalam penciptaan karya fotografi ini tentunya mengalami suatu rangkaian dan proses yang panjang oleh karena itu dalam berkarya seni harus melalui pertimbangan dan perencanaan yang matang. Fotografi merupakan sebuah petualangan dimana kita dapat melakukan eksperimen dan mencoba hal-hal yang baru. Seorang fotografer harus dapat melihat dan ikut merasakan suasana sekelilingnya, melihat benda-benda tidak hanya dalam kegunaan dan arti sehariharinya melainkan juga dalam aspek visualnya yang murni dengan kematangan komposisi dan pemahaman mengenai elemen-elemen visual dalam arti lain seorang fotografer dituntut untuk mengerti tentang insting, rasa dan preferensi estetis. Maka dalam mengantisipasi ke depan mengenai ide-ide baru yang muncul dengan memantapkan diri mengikuti kata hati untuk memiliki sikap dan mental yang kuat dalam menentukan sebuah gambar yang akan ditampilkan. Tentunya dalam penciptaan fotografi untuk menghindari atau memperkecil hambatan harus bekerja cepat dan sadar sepenuhnya atau kehilangan kesempatan. Dalam penciptaan fotografi seni harus membekukan apa yang dilihat dengan emosi sehingga foto yang dihasilkan tidak semata-mata rekaman pemandangan biasa. Fotografi memang suatu media yang menggiurkan, melalui gambar dan teknik-tekniknya dapat menjadikan sebuah imaji baru dan dapat sebagai suatu ungkapan emosi dalam berkarya seni. Fotografi merupakan suatu wahana eskpresi dalam seni karena dapat sebagai wujud emosi maupun refleksi sebenarnya. Fotografi dapat sebagi suatu rekaman visual yang menceritakan atau mengekspresikan mengenai suatu daya tarik, keunikan, keindahan dan semangat yang diambil dari sudut pandang yang mengesankan. 10

Kepustakaan Mueller, Conrad G. & Mae Rudolph. (1983), Cahaya dan Penglihatan, Pustaka Ilmu Life, Jakarta Gumira, Seno. (2002), Kisah Mata : fotografi antara dua Subyek : Perbincangan tentang ada, Galang Press, Yogyakarta Soedjono, Soeprapto. (2006), Pot-Pourri Fotografi, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta (Agustus 1999), Karya fotografi dalam Lingkup Seni Rupa, Jurnal Seni, Vol.VII/01, BP.ISI.Yogyakarta, Resensi Buku: Fotografi dalam Wacana Historis, Jurnal Seni, Vol. VIII/ 03/ 2001, BP. ISI. Yogyakarta, Teori D-B-A-E (Discipline-Based-Art-Education) Dalam Pendidikan Seni Fotografi Suatu Pendekatan Kompetensi, Jurnal Seni, Vol. IX/ 02-03/ 2003, BP. ISI, Yogyakarta Subroto,SM., Fotografi Sebagai Media Ekspresi Seni, artikel Seminar Nasional Kompetensi fotografi di Indonesia, 23 Oktober 2002, Hotel Santika, Yogyakarta Web Site : http://www.jurnalkalam.org/edisi/2007/fotografi_pengantar.html http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/032006/27/teropong/lainnya04.htm 11