Peningkatan Pengetahuan Informasi Obat Pada Anggota Ikatan Istri Karyawan Pindad (IIKP) Turen Melalui Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH METODE CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PADA SWAMEDIKASI DI KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)

PROF. DR. SRI SURYAWATI, APT. Gurubesar Farmakologi dan Terapi - Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

Pengaruh Metode CBIA terhadap Pengetahuan Informasi Obat Selesma pada Anggota Karang Taruna Dusun Wanujoyo Lor Srimartani Piyungan Bantul

PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU HAMIL MEMILIH OBAT BEBAS MENGGUNAKAN METODE CBIA (CARA BELAJAR INSAN AKTIF)

BAB III METODE PENELITIAN

Perilaku pengobatan sendiri yang rasional pada masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia, 2012, Gambaran Pengetahuan Sendiri Mahasiswa Jurusan Farmasi dan

BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya

PENGARUH EDUKASI CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN OBAT COMMON COLD DI DESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah pengobatan sendiri, meskipun belum terlalu populer, namun

Firdawati Amir Parumpu. Akademi Farmasi Tadulako Farma, Palu ABSTRACT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. promosi / iklan obat melalui media massa dan tingginya biaya pelayanan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan

KARYA TULIS ILMIAH. Diusulkan oleh : IKRIMA KHAERUN NISA ( )

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Agus Muliadi Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram

Tingkat Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas Swamedikasi di Tiga Apotek Kota Panyabungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding SNaPP2017 Kesehatan pissn eissn

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT INFLUENZA PADA MAHASISWA FARMASI NASKAH PUBLIKASI

BAB I LATAR BELAKANG. suatu usaha dalam pemilihan dan penggunaan obat obatan oleh individu UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Khairunnisa. et al. Pembinaan Masyarakat Sebagai Aplikasi Masyarakat Cerdas...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

Jefrin Sambara, Ni Nyoman Yuliani, Yantri Bureni ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan

PENGARUH PENYULUHAN OBAT TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI DI KABUPATEN BANYUMAS

PENGARUH EDUKASI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ATAS INFORMASI OBAT

HUBUNGAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI (SELF-MEDICATION)

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK ANTIPIRETIK SEBAGAI UPAYA PENGOBATAN SENDIRI DI KELURAHAN PONDOK KARANGANOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI PERUSDA ANEKA USAHA UNIT APOTEK SIDOWAYAH FARMA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Heru Sasongko, M.Sc.,Apt. 3/24/2015 Farmasi UNS

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

DESCRIPTION OF SELF-MEDICATION BEHAVIOR IN COMMUNITY OF SUBDISTRICT PURBALINGGA, DISTRICT PURBALINGGA

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS METODE EDUKASI KEPADA MASYARAKAT KABUPATEN SUKOHARJO TENTANG SWAMEDIKASI DEMAM PADA ANAK NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Februari 17 Maret 2014 di kelas VII SMP N 4 Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Konsumsi Obat Tanpa Resep Dokter di Apotek Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat

KAJIAN SWAMEDIKASI DIARE PENGHUNI KOST WILAYAH GATAK, PABELAN, KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman tentang perilaku konsumen dapat memberikan penjelasan

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN APOTEK DI KOTA JAMBI ABSTRAK

MAKALAH FARMASI SOSIAL

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 oktober sampai 18

INTISARI PROFIL SWAMEDIKASI OBAT BATUK PILEK BEBAS PADA ANAK DI APOTEK AMANDIT FARMA BANJARMASIN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

!"#!$%&"'$( Kata kunci : Pengobatan sendiri, Indonesia Sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan bentuk optimalisasi peran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Siti Mursidah & Nurul Eko Widiyastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo tepatnya pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mukti Herdiana, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari

Survey Pola Konsumsi Obat untuk Swamedikasi Selama Triwulan Akhir 2015

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK

TINGKAT PENGETAHUAN SWAMEDIKASI DALAM PENANGANAN DEMAM PADA ANAK OLEH IBU DI RW 08 DUSUN WONOREJO SARIHARJO NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

Transkripsi:

Peningkatan Pengetahuan Informasi Obat Pada Anggota Ikatan Istri Karyawan Pindad (IIKP) Turen Melalui Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) Endang Susilowati Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, etha_susil@yahoo.co.id ABSTRAK Swamedikasi adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit ringan, tanpa resep dokter. Agar bisa melakukan swamedikasi dengan tepat perlu pengetahuan yang cukup. Pengetahuan yang dimaksud adalah tentang informasi bahan aktif, indikasi, dosis, efek samping dan kontraindikasi yang umumnya tercantum pada kemasan obat. Pada kenyataannya pengetahuan tersebut jarang dikuasai masyarakat karena minimnya informasi dan edukasi yang diperoleh. Salah satu cara meningkatkan pengetahuan informasi obat kepada ibu adalah dengan metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA). Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas metode CBIA terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang informasi obat. Penelitian menggunakan pendekatan Pretest-Postest with Control Group Design. Sampel adalah anggota Ikatan Istri Karyawan Pindad-Turen yang hadir pada pertemuan tanggal 5 Juli 2012 berjumlah 62 orang. Sampel dibagi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan CBIA dan kelompok kontrol yang tidak diberikan pelatihan. Pengetahuan ibu diukur berdasarkan pemahaman terhadap informasi yang ada di kemasan obat. Pengetahuan kedua kelompok pasca pelatihan dibandingkan dengan statistik Anakova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasca pelatihan terdapat perbedaan signifikan rerata pengetahuan informasi obat pada ibu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan 1

nilai rata-rata 82,81, kelompok kontrol nilai rata-rata 47,94. Artinya terbukti bahwa pelatihan metode CBIA mampu meningkatkan pengetahuan informasi obat pada ibu dengan peningkatan sebesar 68,66%. Kata kunci: swamedikasi, informasi obat, metode CBIA 1. Pendahuluan Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit ringan (minor illnesses), tanpa resep atau intervensi dokter. (1) Swamedikasi dengan menggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas yang dilakukan dengan benar dapat mendukung upaya penggunaan obat yang rasional yaitu pengobatan yang tepat indikasi, tepat dosis, tidak kontraindikasi, tidak menimbulkan efek samping, dan tidak ada interaksi antar obat. (2) Agar swamedikasi yang dilakukan tepat, masyarakat perlu mendapatkan informasi tentang 5 hal yaitu 1) kandungan bahan aktif obat, 2) indikasi, 3) dosis dan cara pemberian, 4) efek samping dan 5) kontraindikasi. Pada kenyataannya pengetahuan tersebut jarang dikuasai oleh masyarakat karena kurangnya informasi obat yang diperoleh. Masyarakat lebih hafal nama dagang dan indikasi obat daripada kandungan bahan aktifnya. Penelitian yang dilakukan di Yogyakarta oleh Rustamaji dkk, tentang tingkat pengetahuan swamedikasi menunjukkan bahwa persentase ibu yang mengetahui kandungan bahan aktif obat-obat non resep adalah 4%, indikasi obat 45%, dosis dan cara penggunaan 65%, serta efek samping dan kontraindikasi obat masing-masing hanya 2%. (3) Penelitian lain oleh Supardi dan Notosiswoyo (2005), menyatakan bahwa pengobatan sendiri yang benar (sesuai dengan aturan) masih rendah karena umumnya masyarakat membeli obat secara eceran sehingga tidak dapat membaca keterangan yang tercantum pada kemasan obat. (4) Sumber informasi utama untuk melakukan pengobatan sendiri umumnya berasal dari iklan obat. Sayangnya, beberapa iklan obat tidak memberikan informasi yang lengkap, bahkan cenderung kurang mendidik sehingga menyesatkan pola konsumsi obat di rumah tangga. Fenomena yang terjadi banyak penggunaan dua obat 2

dengan bahan aktif sama, pilihan obat salah, atau penggunaan obat yang sebenarnya kontraindikasi. Selain merupakan suatu pemborosan, akibat dari perilaku tersebut adalah kemungkinan timbulnya toksisitas obat. Oleh sebab itu sudah saatnya masyarakat dibekali pengetahuan dan ketrampilan mencari informasi obat secara benar, salah satunya dengan metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA). (5) Metode ini merupakan metode pembelajaran untuk mengajak masyarakat lebih aktif dalam mencari informasi mengenai obat yang digunakan. Konsep metode CBIA adalah memperkenalkan nama generik, yaitu pemahaman bahwa pemilihan obat didasarkan pada kebutuhan kandungan bahan aktif dari obat yang dibeli. Caranya dengan memanfaatkan informasi obat yang telah tersedia di kemasan atau brosur obat. Informasi pada kemasan atau brosur bisa diandalkan sebagai sumber informasi karena telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. Informasi ini berguna agar masyarakat mampu mempertimbangkan promosi iklan obat di pasaran dan mengelola obat di rumah tangga secara benar. Metode CBIA sebagai program pemberdayaan masyarakat perlu terus dikembangkan pada masyarakat luas terutama kaum ibu, sebab pada umumnya ibu merupakan pemegang keputusan dalam penggunaan obat di rumah tangga. Metode CBIA adalah cara belajar menggunakan pendekatan berbasis masalah dan proses belajar mandiri. (7) PT Pindad Turen mempunyai organisasi yang beranggotakan istri karyawan Pindad yaitu Ikatan Istri Karyawan Pindad (IIKP) Cakra Prawesti. Anggota IIKP mayoritas adalah berpendidikan SMA, dengan usia rata-rata antara 35-45 tahun. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas penerapan metode CBIA dalam meningkatkan pengetahuan tentang obat pada sekelompok ibu anggota Ikatan Istri Karyawan Pindad (IIKP) Cakra Prawesti di PT Pindad Turen. Diharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat meningkatkan pengetahuan obat pada ibu-ibu IIKP Turen sehingga mampu melakukan swamedikasi yang tepat dan aman untuk anggota keluarganya. 3

2. Metode Penelitian 2.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan pendekatan Pretest Postest with Control Group Design. Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan teknik sampling sistematis yaitu peserta dengan nomor presensi genap sebagai kelompok perlakuan, peserta nomor ganjil sebagai kelompok kontrol. Tahap pertama kedua kelompok diberikan pre-tes, tahap kedua kelompok perlakuan diberi pelatihan pengenalan informasi obat pada kemasan atau brosur obat dengan metode CBIA, adapun kelompok kontrol tidak diberikan pelatihan. Di akhir acara dilakukan pos-tes. Rerata pengetahuan pasca pelatihan (pos-tes) kedua kelompok dibandingkan dengan statistik uji anakova. 2.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah anggota Ikatan Istri Karyawan Pindad (IIKP) Cakra Prawesti PT Pindad yang berjumlah 100 orang. Sampel penelitian diambil dari jumlah ibu yang hadir pada pertemuan rutin tanggal 5 Juli 2012 berjumlah 62 orang. Semua sampel memenuhi kriteria inklusi, yaitu bukan tenaga kesehatan, tidak buta huruf, dan pernah melakukan pengobatan sendiri. 2.3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Balai Pertemuan Soedali, PT Pindad Persero Jalan Panglima Sudirman no. 1 Turen pada tanggal 5 Juli 2012. 2.4 Variabel Penelitian Penelitian terdiri dari 2 variabel bebas dan 1 variabel tergantung. Variabel bebas pertama adalah kelompok yang dibandingkan, variabel bebas kedua adalah skor pengetahuan sebelum pelatihan (pre-tes) disebut sebagai variabel kovarian. Sedangkan variabel tergantung adalah skor pengetahuan ibu pasca pelatihan (pos-tes). 4

Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang informasi yang terdapat pada kemasan obat meliputi kandungan bahan aktif, indikasi, dosis dan aturan pakai, efek samping, dan kontraindikasi. 2.5 Alat dan Bahan Penelitian Alat penelitian meliputi: (a) lembar kerja berisi pertanyaan tentang 5 komponen informasi yang ada pada kemasan obat yaitu: bahan aktif, indikasi, dosis dan cara penggunaan, efek samping, serta kontraindikasi (b) petunjuk kegiatan. Bahan penelitian: paket obat yang terdiri dari 5 kelas terapi obat yaitu analgesikantipiretik, obat batuk-pilek, obat maag, obat diare dan multivitamin, masing-masing kelas terapi sedikitnya terdiri dari 5 macam obat dengan berbagai merek. 3. Tahapan Penelitian Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu peserta dengan nomor presensi genap sebagai kelompok perlakuan, peserta nomor ganjil sebagai kelompok kontrol. Dilakukan pre-tes dengan membagikan lembar pertanyaan kepada kedua kelompok. Pertanyaan berisi tentang informasi yang tercantum pada kemasan atau brosur obat yaitu nama bahan aktif, indikasi, dosis dan cara penggunaan, efek samping, dan kontraindikasi obat. Setelah pre-tes selesai kelompok perlakuan diberi pelatihan pengenalan obat melalui brosur maupun kemasan dengan metode CBIA, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan pelatihan. Di akhir acara dilakukan postes pada kedua kelompok dengan lembar pertanyaan yang sama dengan pre-tes. 4. Analisis Data Rerata pengetahuan pasca pelatihan pada kedua kelompok dibandingkan dengan menggunakan statistik uji anakova. Dengan uji anakova maka peranan variabel bebas terhadap variabel tergantung, baik melalui komparasi maupun prediksi dapat dilakukan secara bersamaan atau simultan. (8)(9) 5

5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 5.1 Karakteristik Sampel Secara umum karakteristik sampel dua kelompok adalah sama. Pada aspek tingkat pendidikan, kebanyakan ibu adalah lulusan SMA, pad kelompok kontrol lulusan SMA 64,5% dan kelompok perlakuan 67,8%. Status ibu tidak bekerja lebih banyak dibanding yang bekerja, ibu tidak bekerja pada kelompok kontrol sebesar 77,4%, dan kelompok perlakuan 74,2%. Usia ibu terbanyak pada rentang usia 30-50 tahun, padkelompok kontrol 77,4% dan kelompok perlakuan 80,6%. Data demografi sampel secara lengkap disajikan pada tabel berikut. Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Jumlah Karakteristik PENDIDIKAN SMP SMA PT PEKERJAAN Bekerja Tidak Bekerja UMUR < 30 th 30-50 th > 50 th Kelompok Kontrol (n=31) 3 ( 9,7%) 20 (64,5%) 8 (25,8%) 7 (22,6%) 24 (77,4%) 3 ( 9,7%) 24 (77,4%) 4 (12,9%) Kelompok Perlakuan (n=31) 4 (12,9%) 21 (67,8%) 6 (19,3%) 8 (25,8%) 23 (74,2%) 3 ( 9,7%) 25 (80,6%) 3 ( 9,7%) 5.2 Pengetahuan Informasi pada Kemasan Obat Informasi pada kemasan obat pada umumnya terdiri dari kandungan bahan aktif, indikasi, dosis, efek samping dan kontraindikasi. Tabel 5.2 menunjukkan perubahan 6

pengetahuan ibu mengenai semua informasi yang terdapat pada kemasan obat sebelum dan sesudah pelatihan. No. Tabel 5.2 Pengetahuan Ibu Tentang Informasi pada Kemasan Obat Pengetahuan Kelompok Perlakuan Pre tes Pos tes % Peningkatan Pre tes Kelompok Kontrol Pos tes %Peningkatan 1 Bahan Aktif 35,0 81,8 134 35,0 35,8 2 2 Dosis 67,4 91,1 35 65,0 68,5 5 3 Indikasi 69,4 87,2 26 65,6 66,4 1 4 Efek Samping 5 Kontraindika si 36,2 78,8 117 33,2 35,8 8 37,5 75,2 100 32,2 33,2 3 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebelum pelatihan (pre-tes), kedua kelompok memiliki tingkat pengetahuan yang hampir sama yaitu pengetahuan tentang dosis dan indikasi obat memiliki nilai cukup tinggi, sedangkan pengetahuan tentang bahan aktif, efek samping dan kontraindikasi obat memiliki nilai rendah. Pengetahuan tentang bahan aktif pada umumnya masih sangat rendah, kebanyakan ibu hanya tahu nama merk dagang dari suatu obat tapi tidak tahu kandungan bahan aktifnya. Padahal pengetahuan tentang bahan aktif sangat penting. Efek langsung dari kekurangan ini biasanya terlihat dalam pola konsumsi obat di rumah tangga, di mana berbagai merek dengan senyawa aktif yang sama digunakan secara bersamaan. (6) Hal ini tentu saja merupakan suatu pemborosan. Padahal salah satu alasan swamedikasi adalah untuk efisiensi biaya. Dampak lain yang tidak bisa diukur dengan uang adalah risiko akibat pemilihan obat yang salah dan double obat dapat menimbulkan toksisitas yang mengancam keselamatan nyawa. Demikian pula dengan ketidaktahuan tentang efek samping dan kontraindikasi. Apabila ibu tidak tahu tentang efek samping 7

dan kontraindikasi obat maka kewaspadaan terhadap efek berbahaya dari obat tentunya juga rendah. Sebenarnya, lima komponen informasi tersebut sudah tersedia pada kemasan. Masyarakat bisa bertanya kepada tenaga kesehatan apabila ada informasi yang tidak dimengerti. Jika pengetahuan tentang informasii tersebut baik diharapkan tindakan swamedikasi masyarakat lebih tepat. Selanjutnya data di atas dibuat dalam bentuk diagram, diagram 5.1 menggambarkan pengetahuan kelompok perlakuan dan diagram 5.2 menggambarkan pengetahuan kelompok kontrol. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pre tes Pos tes Diagram 5.1 Skor Pre Tes dan Pos Tes pada Kelompok Perlakuan 70 60 50 40 30 20 10 0 Pre tes Pos tes Digram 5.2 Skor Pre Tes dan Pos Tes pada Kelompok Kontrol 8

Diagram 5.1 menunjukkan bahwa setelah pelatihan, kelompok perlakuan mengalami peningkatan pengetahuan pada semua komponen informasi, dengan peningkatan terbesar pada bahan aktif obat. Pada diagram 5.2 tampak bahwa pada kelompok kontrol juga terjadi peningkatan pengetahuan tetapi masing-masing meningkat dengan persentase yang relatif kecil, antara 1% - 8%. Hal ini menunjukkan pelatihan metode CBIA terbukti mampu mendidik ibu dalam memahami nama obat yang tercantum pada kemasan, bahwa yang perlu dicermati adalah nama bahan aktif, bukan nama merk. Nama tersebut bisa dibaca pada komposisi obat. Pengetahuan ini sangat berguna bagi ibu agar ketika melakukan swamedikasi tidak membeli obat dengan kandungan bahan aktif yang sama. 5.3 Skor pengetahuan rata-rata Tabel 5.3 Skor Pengetahuan Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Pelatihan Kelompok Sebelum Sesudah pelatihan Persentase Pelatihan (pos-tes) Peningkatan (pre-tes) Perlakuan 49,10 82,81 68,66% Kontrol 46,19 47,94 3,80% Tabel di atas menunjukkan bahwa kelompok perlakuan mengalami peningkatan rerata pengetahuan yang cukup besar yaitu dari skor 49,10 menjadi 82,81 atau meningkat sebesar 68,66%. Sedangkan pada kelompok kontrol juga mengalami peningkatan, akan tetapi peningkatan tersebut sangat kecil yaitu dari skor 46,19 menjadi 47,94 atau meningkat sebesar 3,8%. Perbedaan skor pre-tes dan pos-tes pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ditampilkan dalam diagram 5.3 9

90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Perlakuan Kontrol Pre tes Pos tes Diagram 5.3 Skor Pengetahuan Rata-Rata pada Kedua Kelompok 6.Hasil Analisis Statistik Hasil analisis statistik dengan uji Anakova diperoleh nilai F hitung = 343,522, lebih besar dari F tabel = 4,00 (p<0,05; df1=1, df2=60) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya pasca pelatihan, terdapat perbedaan signifikan rerata pengetahuan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol, dengan mengendalikan skor pre tes. Rerata pengetahuan kelompok perlakuan (skor rata-rata = 82,81) lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (skor rata-rata =47,94). Dengan demikian pelatihan CBIA yang diberikan terbukti efektif meningkatkan pengetahuan informasi obat pada ibu sebesar 68,66%. Kesimpulan Setelah diberi pelatihan metode CBIA, terdapat perbedaan yang signifikan rerata pengetahuan ibu pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, rerata pengetahuan ibu kelompok perlakuan (skor=82,81) lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (skor=47,94). Artinya terbukti bahwa pelatihan metode CBIA efektif meningkatkan pengetahuan ibu tentang informasi obat, dengan peningkatan sebesar 68,66%. 10

Saran Disarankan dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh tingkat pengetahuan informasi obat terhadap ketepatan tindakan swamedikasi. 4. Daftar Pustaka 1. Anonim, 2008, Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Memilih Obat Bagi Kader, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan, Depkes RI 2. Cipolle, R. J., L. M. Strand, P. C. Morley, 1998, Pharmaceutical Care Practice, New York: Mc Graw- Hill Companies 3. Mutmainah, H. Ghani, 2011, Metoda Pembelajaran Sains, Analisis Kovarian, (http://www.docstoc.com/docs/22896333/diakses tanggal 15 Februari 2012) 4. Rustamaji, Hidayati S, Aryanti R & Suryawati S (1993) Levels of Knowledge About Drugs Needed for Self-Medication Among Mothers and University Students. Abstract Book, Asian Conference on Clinical Pharmacology & Therapeutics, Yogyakarta 5. Shankar, P. R., Partha, P., Shenoy, N., 2002, Self-medication and non-doctor prescription practices in Pokhara valley, Western Nepal: a questionnairebased study, BMC Family Practice, (Online), 3 (17), (http://biomedcentral.org, diakses 10 Maret 2012) 6. Supardi, S., dan, M. Notosiswoyo, 2005, Pengobatan Sendiri Sakit Kepala, Demam, Batuk dan Pilek pada Masyarakat Desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. 2 7. Suryawati, S., 2003, CBIA: Improving The Quality of Self-Medication Through Mothers Active, Majalah Issue, Vol 32, 2003 8. Suryawati, S., dan B. Santoso, Tanpa Tahun, Self-Learning for Self- Medication An Alternative to Improve The Rational Use of OTCs, Yogyakarta, Indonesia 11

9. Widhiarso, W., 13 Februari 2011, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/analisis Kovarian Untuk Eksperimen.pdf), diakses tgl 15 Juni 2012. 12

13