Hotel Le Meridien Jakarta, 25 Juli 2011

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 / HUK / 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

m^w^^^^mi^^^^m m M &&&?zmi Hpj

MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL. Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,

PERNYATAAN POLITIK RAPAT KERJA NASIONAL 2007 PERSATUAN TUNANETRA INDONESIA

RABU, 20 JANUARI 2016

Deklarasi Dhaka tentang

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 30 / HUK / 2007 TENTANG

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

BAB III PENYUSUNAN, PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RANHAM

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA

KATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.

BAB I PENDAHULUAN. persepsi negatif dan mengarah pada diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan,

MAKALAH KEBIJAKAN KOMISI YUDISIAL UNTUK PENGADILAN YANG DAPAT DIAKSES

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

Pengantar Memahami Hak Ekosob. M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

PELAKSANAAN PROGRAM TAHUN 2017 DAN RENCANA PROGRAM TAHUN 2018 DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN TENTANG SATU DATA INDONESIA (VERSI 9)

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

B A B I P E N D A H U L U A N

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Assalamu alaikum Wr. Wb Selamat Malam dan Salam sejahtera bagi kita semua

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

Asesmen Gender Indonesia

Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk Kebijakan Perlindungan Sosial

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

BAB 11 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK A. KONDISI UMUM

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan

BELAJAR DARI PENGUATAN APARATUR PEMDA DALAM PENGELOLAAN PNPM PISEW

Standar Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

GOOD GOVERNANCE & TRANSPARANSI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG TIM KONSULTASI PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GENDER BUDGET STATEMENT. (Pernyataan Anggaran Gender) : Kedeputian Bidang SDM dan Kebudayaan. Perlindungan Anak

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN

INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2015 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN Jakarta, 27 Mei 2015

Biro Hukum Kementerian PPN/Bappenas

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali

DEPUTI PERLINDUNGAN PEREMPUAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK RI

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

MAKALAH. Mengenal Konvensi-konvensi. Oleh: M. Syafi ie, S.H., M.H.

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Kompetensi. Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. hukum dengan HTSdP.

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

RESUME PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Unduh dalam bentuk berkas suara (MP3)

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi. 1 Demokrasi sebagai dasar hidup

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. penyandang disabilitas. Namun data dari The World Health Organization (WHO)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

PENGARUSUTAMAAN HAK HAK ANAK: TINJAUAN HUKUM HAM

PENANAMAN MODAL ECOLINE SITUMORANG

Pelayanan Publik yang Berorientasi pada Pelanggan. Oleh: Marita Ahdiyana

Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional

Pendahuluan. Latar Belakang

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Seminar Tingkat Tinggi Kota Inklusif

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Diskusi dan Konsultasi Nasional Masyarakat Sipil Untuk Pengembangan Strategi Global Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja Wisma PKBI, 13 Maret 2015

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Transkripsi:

PENGARUSUTAMAAN AKSES TERHADAP KEADILAN DALAM KEBIJAKAN DISABILLITIES Oleh: Diani Sadiawati Direktur Hukum dan HAM Bappenas Hotel Le Meridien Jakarta, 25 Juli 2011

Latar Belakang dari Pembuatan Akses terhadap Keadilan Pemenuhan hak-hak setiap warga negara termasuk kelompok penyandang disabilitas Perencanaan dan Pembangunan belum mengunakan pendekatan human Rights based approach di dalam pelaksanaannya untuk menjamin hak-hak masyarakat miskin dan terpinggirkan; Kebijakan Strategi Nasional Akses Terhadap Keadilan Merubah persepsi para pengambil keputusan mengenai pemenuhan hak-hak setiap warga negara dan hal tersebut harus dijamin oleh Negara

8 Bidang dalam Strategi Nasional Akses terhadap keadilan Perempuan Anak Reformasi Hukum dan Peradilan Tanah dan Sumber Daya Alam Tata Kelola Pemerintahan Daerah Bantuan Hukum Buruh Migran dan Buruh Anak Kelompok Miskin dan Terpinggirkan Strategi Nasional Akses terhadap Keadilan

Kerangka Konseptual Akses Terhadap Keadilan Dalam Strategi Nasional Kerangka Normatif Kesadaran Hukum Akses kepada Forum yang Sesuai Penanganan yang Efektif terhadap Masalah Penyelesaian yang Memuaskan Kerangka normatif berbagai undangundang, prosedur, dan struktur administratif berada pada tempatnya dan dipahami oleh para pemilik klaim dan pengemban tugas. Para pemilik klaim mengetahui hukum dan hak-haknya yang dijamin oleh hukum dan mengetahui apa yang harus dilakukan sekiranya mereka menghadapi masalah. Para pemilik klaim mencari penyelesaian bagi masalah-masalah mereka melalui mekanismemekanisme yang sesuai dan masalahmasalah itu diterima oleh para pengemban tugas. Para pengemban tugas mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memberikan penyelesaian bagi masalah-masalah. Para pemilik klaim menerima penyelesaianpenyelesaian yang sesuai, sejalan dengan standar-standar HAM.. Pengawasan, Pemantauan and Transparansi

Relevansi Akses terhadap Keadilan dengan Penyandang Disabilitas Definisi Akses terhadap Keadilan: Keadaan dan proses dimana negara menjamin terpenuhinya hak-hak dasar berdasarkan UUD 1945 dan prinsipprinsip universal hak asasi manusia, dan menjamin akses bagi setiap warga negara (claim holder) agar dapat memiliki kemampuan untuk mengetahui, memahami, menyadari dan menggunakan hak-hak dasar tersebut melalui lembaga-lembaga formal maupun informal, didukung oleh keberadaan mekanisme keluhan publik (public complaint mechanism) yang mudah di akses masyarakat dan responsif, agar dapat memperoleh manfaat yang optimal untuk memperbaiki kualitas kehidupannya sendiri. dijamin akan hak-haknya Akses terhadap keadilan Layanan publik melalui Formal dan informal Kesamaan di hadapan hukum Diskriminasi

Apa yang sedang dilakukan untuk Pengarusutamaan Akses terhadap Keadilan Saat ini Direktorat Hukum dan HAM dengan dukungan UNDP sedang membuat Gap Analisis antara Stranas Akses terhadap Keadilan dengan Renja dan RKAK/L, ditinjau dari 8 bidang dalam Stranas: 1. Bidang reformasi hukum dan Peradilan; 2. Bidang Tanah dan Sumber daya Alam; 3. Bidang Tata Kelola Pemerintahaan Daerah; 4. Bidang Bantuan Hukum; 5. Akses terhadap keadilan untuk Perempuan; 6. Akses terhadap keadilan untuk anak; 7. Akses terhadap keadilan untuk pekerja migran dan buruh anak; 8. Akses terhadap keadilan untuk kelompok miskin dan terpinggirkan Pemetaan RENJA/RKAK /L Konsultasi dengan K/L hasil Pemetaan Gap Analisis A2J Rencana Tindak untuk pengarusutamaan Gap Analisis

PENGARUSUTAMAAN AKSES TERHADAP KEADILAN DALAM KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT PENYANDANG DISABILITAS

GAMBARAN UMUM Penyandang cacat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa Indonesia. penyandang cacat merupakan BAGIAN DARI BANGSA INDONESIA; Mereka hidup sama seperti anggota masyarakat lainnya, ingin dihargai dan menghargai, ingin dicintai dan mencintai, ingin memiliki dan dimiliki, mempunyai karsa dan rasa, mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan sama seperti manusia lainnya.

Akses terhadap Keadilan dalam Kebijakan Pemerintah Sejak Strategi Nasional Akses terhadap Keadilan tanggal 16 Oktober 2009 oleh Menteri PPN/Bappenas Strategi Nasional sudah dijadikan payung beberapa kebijakan, antara lain: RPJMN 2010-2014 Inpres No. 1/2010 Inpres No. 3/2010

Dasar Hukum Terkait Penyadang Disabilitas 1. Undang-undang 1945 dan UU No. 39/1999 tentang HAM; 2. UU No. 4/1997 tentang Penyandang cacat (sudah 14 Tahun) ; 3. PP No. 43/1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat (sudah 13 Tahun) 4. UU No. 12/2005 tentang ratifikasi Kovenan International tentang hakhak sipil dan politik (sudah 6 Tahun) 5. RPJMN 2010-2014: Prioritas kebijakan pemberdayaan dan perlindungan sosial bagi penyandang disabilitas ditetapkan sebesar 75.640 jiwa walaupun relatif masih kecil dengan jumlah penyandang cacat yang mencapai 2,3 juta termasuk 163.232 penca berat (sumber Pusdatin Kesos,2006) 6. Inpres No1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional 2010 7. Inpres No 3/2010 tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan: Menempatkan penyandang disabilitas sebagai prioritas program nasional 8. RAN HAM, Perpres No. 23 Tahun 2011 9. Renstra/Renstrada masing-masing KL Terkait Tugas dan Fungsi 10. RKP/RKPD/RKAKL/RKASKP

PERMASALAHAN Kurangnya pemahaman masyarakat maupun aparatur pemerintah yang terkait tentang keberadaan penyandang cacat. Keadaan demikian telah berakar kuat di masyarakat, sehingga sangat sulit untuk memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada penyandang cacat Fasilitas berupa aksesibilitas fisik dan non fisik yang diberikan Negara untuk penyandang cacat relatif sangat terbatas, sehingga sulit untuk beraktifitas sesuai kreatifitas masing-masing.

Salah satu Implementasi Pertemuan Tingkat Tinggi Antar Pemerintah, dari Negara-negara PBB dikawasan Asia Pasifik (25-28 Oktober 2002) di Otsu Jepang. Hasil pertemuan: Disepakati perpanjangan Asian and Pacific Decade of Disabled Persons (APDDP) 1993-2002 untuk dekade selanjutnya 2003 s/d 2012. Dekade ke dua lebih populer disebut dengan Biwako Millenium Frameworks for Action: Toward an Inclusive, Barrier Free and Right Based Society For Person With Disabilities in Asia and the Pacific. Tindak Lanjut: Rencana Aksi Nasional (RAN) Penyandang Cacat Indonesia tahun 2004-2013 Substansi RAN: gerakan nasional yang melibatkan peran strategis dari berbagai unsur Pemerintah Pusat dan Daerah, dunia usaha, lintas sektor,masyarakat dan berbagai elemen lainnya melalui sistem satuan kelembagaan koordinasi yang terpadu dan sinergis. Thn 2012, pendekatan terhadap penyandang cacat sudah berdasarkan HAM, bebas hambatan dan inklusi. UU memerintahkan semua BUMN dan BUMD wajib memperkerjakan penyandang cacat (Setiap perusahaan yang memiliki 100 karyawan, satu diantaranya diisi penyandang cacat): penerimaan 100 ribu calon pegawai negeri sipil, seharusnya 10 orang, diisi oleh penyandang cacat.

Rencana Aksi Nasional (RAN) Penyandang Cacat Indonesia sampai tahun 2010 sudah memasuki tahun ke 7(tujuh), namun pencapaian target dalam implementasi RAN belum terlaksana seperti yang diharapkan Hasil evaluasi Kemensos: implementasinya belum mencapai 50 Persen dari target yang telah ditetapkan (Review RAN PC,Kemensos 2010) Tantangan: Globalisasi, sehingga pencapaian penyelenggaraan bidang kesejahteraan sosial di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kualitas tenaga kesejahteraan sosial yang menguasai disiplin ilmu pekerjaan sosial. Terkait Good Governance dan Otonomi Daerah: Untuk mempersingkat birokrasi sehingga proses pemberian pelayanan sosial serta pemenuhan kebutuhan masyarakat semakin cepat.

Upaya Pemberdayaan Disabilitas... Perlu adanya peningkatan kapasitas diri melalui peningkatan sarana dan prasarana/fasilitas maupun kesempatan kepada penyandang cacat. Dasar Pemberdayaan: Konstitusi/ UUD NRI 1945 dan perkembangan demokratisasi yang memberikan kesempatan dan akses yang seluas-luasnya kepada warga negara untuk turut serta dalam pembuatan keputusan yang mempunyai pengaruh dalam kesejahteraan mereka.

Prioritas Tindak Lanjut Yang perlu Dilakukan... Perlu pelibatan Stakeholder untuk peduli terhadap penyandang cacat dalam pembiayaan program perlindungan sosial di daerah, mulai dari turut mengawasi, memberikan usulan pencarian dana sampai pada kontribusi pendanaan langsung. Perlu menciptakan iklim yang memungkinkan potensi penyandang cacat itu berkembang dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki agar berupaya untuk mengembangkannya. Perlu meningkatkan penguatan potensi atau daya yang dimiliki para penyandang cacat. Perlu meningkatkan pengembangan perlindungan bagi para penyandang cacat, sebagai bukti keberpihakan pada mereka, dan mencegah persaingan yang tidak seimbang

TERIMA KASIH Sekretariat Akses Terhadap Keadilan Wisma Bakri 2 Lt. 6 Hr. Rasuna Said Jakarta