KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.61/Menhut-II/2011 TANGGAL : 22 Agustus 2011 I. PENDAHULUAN

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

- 2 - C. Dasar Pelaksanaan 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2008 tentang Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasiona

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.16/Menhut-II/2012 TENTANG PANDUAN PENANAMAN SATU MILYAR POHON TAHUN 2012

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.61/Menhut-II/2011 TENTANG PANDUAN PENANAMAN SATU MILYAR POHON TAHUN 2011

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/Menhut-II/2012 TENTANG PANDUAN PENANAMAN SATU MILYAR POHON TAHUN 2012

PANDUAN PENANAMAN SATU MILYAR POHON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.46/Menhut-II/2010 TENTANG

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI

Peluang dan Tantangan bagi Pemilik Sumber Benih Bersertifikat (Pasca Ditetapkannya SK.707/Menhut-II/2013)

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

PEMBANGUNAN KEBUN BIBIT RAKYAT TH 2011

POTENSI DAN KELEMBAGAAN HUTAN RAKYAT Oleh: Billy Hindra 1)

IV. INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

Lampiran 3d. Rencana Strategis Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

disampaikan oleh: Direktur Perencanaan Kawasan Kehutanan Kementerian Kehutanan Jakarta, 29 Juli 2011

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BERSAMA ANTARA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG DAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kewenangan Pengguna Anggaran/Barang. Kepala Unit Pelaksana Teknis.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR : P.8/PDASHL-SET/2015 TENTANG

ISLAM NOMOR : P.7/PDASHL-SET/2015 NOMOR : DJ:II/555 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

Tabel V.1.1. REKAPITULASI PRODUKSI KAYU BULAT BERDASARKAN SUMBER PRODUKSI TAHUN 2004 S/D 2008

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

2

Lampiran 3b. Rencana Strategis Program Peningkatan Pemanfaatan Hutan Produksi

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. bibit tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna Multi Purpose Tree Species

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.234, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Penanaman Pohon. Panduan.

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.34/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN LOMBA DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN PENANAMAN SATU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 24/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEBUN BIBIT RAKYAT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II HASIL PENILAIAN PROPER

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 036/HK.150/C/01/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

B U K U: REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN INDONESIA TAHUN 2005

Pengelolaan Data Lahan Sawah, Alat dan Mesin Pertanian, dan Jaringan Irigasi

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Uraian Estimasi Pendapatan

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Hutan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dikelola dan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2011 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

Transkripsi:

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan Latar Belakang Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia yang diakibatkan oleh pengelolaan dan pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang melebihi daya dukungnya serta mengabaikan kaidah kelestarian, sehingga mengakibatkan lahan kritis semakin meluas. Berdasarkan hasil peninjauan kembali (review) data lahan kritis, total luas lahan kritis sebesar 82,1 juta Ha dengan rincian luas lahan sangat kritis dan kritis adalah 29,9 juta Ha, sedangkan luas lahan agak kritis 52,2 juta Ha (Ditjen BPDASPS, 2010). Lahan sangat kritis dan kritis seluas 29,9 juta Ha tersebut merupakan sasaran indikatif RHL yang diprioritaskan untuk segera direhabilitasi, karena berdampak pada ketidakseimbangan dan kerusakan ekosistem DAS serta terganggunya kehidupan masyarakat. Kesadaran untuk memulihkan fungsi hutan dan lahan terlihat semakin meningkat dari waktu ke waktu, bahkan terakhir masyarakat sangat antusias menanam pohon untuk sumber penghasilan dan sekaligus pelestarian lingkungan hidup. Disamping itu kegiatan RHL telah menjadi salah satu kegiatan yang strategis dalam pembangunan nasional, serta menjadi salah satu kontrak kinerja Menteri Kehutanan RI dalam Kabinet Indonesia Bersatu II, yaitu RHL seluas 2,5 juta ha (tahun 2010-2014) atau seluas 500.000 ha per tahun. Program penanaman, baik dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan hutan tanaman tentunya memerlukan dukungan ketersediaan benih dalam jumlah yang memadai dan tepat waktu. Perhitungan kebutuhan benih pada suatu kawasan ataupun secara nasional sangat diperlukan sebagai dasar untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pengadaan benih. Apabila kebutuhan benih suatu jenis diketahui secara tepat, maka kegiatan pengumpulan benih juga akan dapat lebih efisien dan untuk jangka panjang dapat diketahui apakah sumber benih yang ada telah mencukupi untuk suatu jenis atau harus dibangun sumber benih lainnya. Dengan demikian, sumber daya yang ada dapat dioptimalkan untuk mendukung keberhasilan penanaman, baik dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan hutan tanaman dalam bentuk Hutan Tanaman industri (HTI) maupun Hutan Tanaman Rakyat HTR). Kegiatan Penanaman dalam rangka Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kegiatan penanaman dilaksanakan tidak hanya oleh sektor kehutanan, namun juga oleh sektor lain. Beberapa kegiatan penanaman pada sektor kehutanan antara lain adalah sebagai berikut: - Rehabilitasi Hutan dan Lahan (pada kawasan konservasi/lindung atau mangrove), baik yang dilaksanakan dengan sumber dana APBN, APBD Provinsi/Kabupaten/Kota maupun perimbangan keuangan (DAK Kehutanan dan DBH DR) - Kebun Bibit Rakyat - Reklamasi Hutan Bekas Tambang - Hutan Rakyat - Hutan Kota - Penghijauan Lingkungan - Hutan Tanaman Industri (oleh BUMN atau BUMS) - Hutan Tanaman Rakyat (oleh kelompok masyarakat) - Reboisasi oleh Perhutani Sedangkan kegiatan penanaman dari sektor non kehutanan dan gerakan moral oleh masyarakat diantaranya adalah : - Pengembangan pohon trembesi (Banpres) di daerah - Tanaman Hortikultura dan Tanaman Perkebunan (Kementerian Pertanian) - Penanaman pohon di jalan tol, waduk dll (kementerian Pekerjaan Umum) 1

- Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara (GPTP) - Penanaman oleh TNI/Polri, CSR BUMN/BUMD/BUMS Berdasarkan data realisasi kegiatan penanaman tahun 2011 (Penanaman Satu Milyar Pohon) dari sektor kehutanan maupun non kehutanan yang dirangkum oleh Direktorat Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan, tercatat telah ditanam sebanyak 1.516.592.311 batang pohon, dengan rincian sebagai berikut (data selengkapnya pada Lampiran 1 dan 2): Tabel 1. Data Penanaman Tahun 2011 No. Kegiatan Jumlah (batang) 1 RHL Kawasan Konservasi/Lindung/Mangrove 168.501.468 2 Hutan Kota 741.275 3 Kebun Bibit Rakyat (KBR) 446.021.871 4 Reklamasi Hutan Bekas Tambang 12.691.398 5 Hutan Rakyat 31.473.079 6 Penghijauan Lingkungan (APBN) 39.701.203 7 Penanaman Oleh Pemegang Konsesi (HTI, HTR) 396.624.929 8 Inhutani I s/d V 2.945.544 9 Perhutani 78.262.862 10 Penanaman swadaya masyarakat, ormas, LSM, sekolah, seremonial dll 107.548.845 11 Pengemb. Trembesi BANPRES 11.771.404 12 Tanaman Perkebunan (Kementan) 163.549.632 13 Tanaman Hortikultura (Kementan) 2.353.300 14 Penanaman Jalan Tol, Waduk, dll (Kemen.PU) 285.982 15 GPTP (7 Org. Wanita) 2.453.299 16 Penam. TNI dan Polri 14.362.322 17 Penam. CSR BUMN/ BUMD/ BUMS 14.130.702 18 Lain-Lain Kemen. / Lembaga 23.173.216 Jumlah 1.516.592.331 Potensi Sumber Benih dan Penggunaan Benih Bersertifikat Keberhasilan kegiatan penanaman dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan hutan tanaman tersebut di atas, tidak terlepas dari ketersediaan sumber benih yang mampu menghasilkan benih yang berkualitas, yaitu sumber benih yang telah bersertifikat. Hasil Updating Data Sumber Benih Tanaman Hutan Nasional tahun 2011 yang disusun berdasarkan data pokok sumber benih hasil identifikasi dan deskripsi di lapangan yang dilaksanakan oleh 6 (enam) BPTH, terdapat 527 lokasi sumber benih yang terdiri dari 106 species tanaman hutan dengan luas keseluruhan 8.412,81 ha. Sumber benih yang telah bersertifikat tersebut tidak hanya dimiliki/dikelola oleh BUMS/BUMD, tetapi juga perorangan, kelompok tani, koperasi, Dinas Kehutanan Kabupaten dll. Berdasarkan data potensi sumber benih pada tahun pada tahun 2010, dari 8.460,22 ha sumber benih berbagai jenis tanaman hutan yang ada, diprediksi mampu menghasilkan benih sebanyak 340.841.019 kg benih (Lampiran 3). Namun, potensi yang sangat besar dari sumber benih tersebut hingga saat ini belum dimanfaatkan secara optimal, terutama sumber benih yang dimiliki/dikelola oleh perorangan atau kelompok tani, karena masih sangat rendahnya permintaan akan benih yang berasal dari sumber benih bersertifikat. Sedangkan sumber benih yang dimiliki/ dikelola oleh BUMS/BUMD yang mempunyai bidang usaha pembangunan hutan tanaman, pada umumnya telah dimanfaatkan dengan baik terutama untuk mendukung kegiatan penanaman di areal kerjanya. 2

Di sisi lain, kebijakan yang ada dalam perbenihan tanaman hutan, juga belum mampu mendorong penggunaan benih yang berkualitas. Benih yang berkualitas identik dengan benih yang bersertifikat, yaitu benih yang telah melewati pengujian di laboratorium serta pemeriksaan dokumen sumber benih (asal usul). Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam bentuk sertifikat mutu benih. Dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.01/Menhut-II/2009 tentang Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman Hutan sebagaimana telah dirubah menjadi P.72/Menhut-II/2009, yang didalamnya mengatur tentang sertifikasi mutu benih dan bibit tanaman hutan, disebutkan bahwa setiap benih atau bibit yang beredar harus jelas kualitasnya yang dibuktikan dengan sertifikat mutu benih atau mutu bibit. Sertifikasi tersebut bertujuan untuk menjamin kualitas benih dan atau bibit tanaman hutan, memberikan pengakuan kebenaran terhadap mutu benih dan mutu bibit serta menjamin kebenaran asal-usul benih. Sertifikasi mutu benih dan mutu bibit selama ini dilaksanakan oleh Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH), karena Dinas Kabupaten/Kota dan Dinas Provinsi belum seluruhnya mampu melaksanakan kegiatan sertifikasi mutu benih dan mutu bibit. Tabel 2. Data Sertifikasi Mutu Benih Tahun 2011 No. BPTH Sertifikat (kg) Sertifikasi Mutu Benih Surat Ket. (kg) Tanpa Surat Ket. (kg) Jumlah (kg) 1. Sumatera 734.615,01 13.661,01-748.276,01 2. Jawa Sumatera 16.990,01 30.384,01-47.374,02 3. Bali Nusra 2.933,00 20,00 2.984,05 5.937,05 4. Kalimantan 350,50 516,46-866,96 5. Sulawesi 4,00 90.011,24-90.015,24 6. Maluku Papua 60,00 250,00-310,00 Jumlah 754.953 134.843 2.984 892.779 Prediksi Kebutuhan Benih Tanaman Hutan Berbagai kegiatan penanaman dalam rangka Rehabilitasi Hutan dan Lahan tentunya memerlukan benih (dan bibit) yang bervariasi untuk setiap jenisnya yang didasarkan pada target penanaman dan juga kapasitas persemaian. Berapa benih yang dibutuhkan untuk berbagai kegiatan penanaman selama 1 tahun? Untuk menjawab pertanyaan ini tentunya perlu dilakukan perhitungan kebutuhan benih, yang salah satu pendekatannya dengan mengacu pada realisasi kegiatan penanaman selama 1 tahun. Berdasarkan data pada tahun 2011 sebagaimana Lampiran 1 dan 2, sebanyak 1.516.592.331 batang bibit telah ditanam dalam berbagai kegiatan. Namun demikian, karena jenis tanaman yang digunakan dalam kegiatan penanaman tersebut tidak diketahui secara rinci, maka digunakan beberapa asumsi atau pendekatan untuk memprediksi kebutuhan benih. Pendekatan pertama, pohon yang ditanam dalam 1 tahun diasumsikan 70% adalah jenis tanaman hutan dan 30% merupakan jenis lain diluar tanaman kehutanan (MPTS). Pendekatan kedua, jenis tanaman hutan pada kegiatan penanaman dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan terdiri dari Sengon, Jati, Gmelina, Mahoni dan Jabon. Pendekatan kedua ini didasarkan pada jenis yang paling banyak digunakan oleh masyarakat dalam pembangunan Kebun Bibit Rakyat. Sedangkan pada kegiatan penanaman dalam rangka pembangunan hutan tanaman (penanaman oleh pemegang konsesi dalam bentuk HTI dan HTR), jenis yang digunakan untuk penghitungan kebutuhan benih adalah Eucalyptus dan Acacia. Selanjutnya dengan mengacu pada Keputusan Direktur Perbenihan Tanaman Hutan No. 71/PTH-4/2009 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Benih Nasional, maka diperoleh prediksi kebutuhan benih dalam 1 tahun sebagaimana berikut (data selengkapnya pada Lampiran 4 dan 5): 3

Tabel 3. Prediksi Kebutuhan Benih Per Wilayah BPTH Prediksi Kebutuhan Benih (kg) BPTH PROVINSI Kegiatan Kegiatan RHL HTI/HTR Jumlah BANGKA BELITUNG 3.102,3 36,4 3.138,7 BENGKULU 10.579,3-10.579,3 JAMBI 26.053,6 1.041,6 27.095,2 KEPULAUAN RIAU 3.960,2-3.960,2 LAMPUNG 42.385,4 179,7 42.565,1 BPTH SUMATERA NAD 31.866,8 8,9 31.875,7 RIAU 22.767,7 3.340,8 26.108,4 SUMATERA BARAT 17.027,2 56,4 17.083,6 SUMATERA SELATAN 25.331,5 2.154,0 27.485,5 SUMATERA UTARA 43.380,1 623,1 44.003,2 Jumlah 226.454,2 7.440,8 233.894,9 BANTEN 6.713,2-6.713,2 DIY 4.545,0-4.545,0 DKI JAKARTA 4.792,9-4.792,9 BPTH JAWA MADURA JAWA BARAT 47.493,8-47.493,8 JAWA TENGAH 89.853,0-89.853,0 JAWA TIMUR 138.659,3-138.659,3 Jumlah 292.057,1-292.057,1 KALIMANTAN BARAT 16.698,0 426,3 17.124,3 KALIMANTAN SELATAN 22.967,5 496,9 23.464,4 BPTH KALIMANTAN KALIMANTAN TENGAH 8.904,6 628,5 9.533,2 KALIMANTAN TIMUR 14.544,0 860,6 15.404,6 Jumlah 63.114,2 2.412,3 65.526,5 GORONTALO 7.539,3-7.539,3 SULAWESI BARAT 18.510,8-18.510,8 SULAWESI SELATAN 54.508,3 8,6 54.516,9 BPTH SULAWESI SULAWESI TENGAH 20.706,7-20.706,7 SULAWESI TENGGARA 25.704,4-25.704,4 SULAWESI UTARA 11.903,3 4,9 11.908,2 Jumlah 138.872,8 13,5 138.886,3 BALI 9.437,5-9.437,5 BPTH BALI NUSRA NTB 25.830,8 15,2 25.846,0 NTT 35.863,7-35.863,7 Jumlah 71.131,9 15,2 71.147,1 MALUKU 8.168,0-8.168,0 MALUKU UTARA 9.656,6 6,3 9.663,0 BPTH MALUKU PAPUA PAPUA 10.520,9 92,0 10.612,9 PAPUA BARAT 7.520,5 67,1 7.587,6 Jumlah 35.866,1 165,4 36.031,4 TOTAL 827.496,3 10.047,2 837.543,4 4

Berdasarkan data yang tersedia sebagaimana tersebut di atas, menunjukkan bahwa kebutuhan bibit yang terbesar adalah pada kegiatan penanaman Kebun Bibit Rakyat (29%). Kenyataan yang ada, hingga saat ini, pembuatan bibit oleh masyarakat dalam program Kebun Bibit Rakyat sebagian besar masih menggunakan benih yang tidak diketahui asal-usulnya (bukan benih bersertifikat). Walaupun cukup banyak permohonan sertifikasi mutu benih yang diterima oleh BPTH, namun sebagian besar berasal dari Perusahaan Swasta Pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri. Beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan benih bersertifikat antara lain adalah harga yang lebih mahal, kurangnya informasi ketersediaan benih bersertifikat dan kebijakan pemerintah yang belum tegas tentang penggunaan benih bersertifikat. Jika dibandingkan antara prediksi kebutuhan benih dan prediksi potensi sumber benih, secara umum sumber benih yang telah ada saat ini mampu mencukupi kebutuhan benih untuk berbagai kegiatan penanaman (Tabel 4). Tabel 4. Prediksi Kebutuhan benih dan Potensi Sumber Benih No. Jenis Tanaman Prediksi Kebutuhan benih (kg) Potensi Sumber Benih (kg) 1. Sengon 8.712,6 18.916,04 2. Jati 488.464,8 6.188.838,55 3. Mahoni 31.749,0 151.963,58 4. Jabon 172,5 61,00 5. Gmelina 298.397,4 24.721,56 6. Eucalyptus deglupta 165,3 3.300,00 7. Eucalyptus urophylla 78,7 195,55 8. Acacia mangium 3.407,7 15.246,53 9. Acacia crassicarpa 6.395,6 346.808,73 837.543,60 6.750.051,54 Penutup Untuk meningkatkan keberhasilan penanaman di masa mendatang perlu didukung oleh penyediaan benih yang bermutu tinggi, yaitu unggul mutu fifik, fisiologi dan genetiknya dan mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Benih demikian akan dapat meningkatkan kualitas tegakan, produksi kayu, daya tahan terhadap hama dan penyakit serta memperpendek daur. Dengan pengertian lain benih bermutu merupakan input yang efektif untuk memperoleh keuntungan dari usaha di bidang pembangunan hutan tanaman. Secara umum sumber benih yang telah ada saat ini mampu untuk memenuhi kebutuhan benih untuk berbagai kegiatan penanaman setiap tahunnya. Namun beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti adalah penyempurnaan kebijakan pemerintah tentang penggunaan benih bersertifikat, sehingga sumber benih yang telah ada saat ini perlu ditingkatkan dapat dioptimalkan pemanfaatannya. 5