EVALUASI KINERJA WADUK DENGAN METODE SIMULASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI

BAB II STUDI PUSTAKA

EVALUASI KINERJA WADUK WADAS LINTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

OPTIMASI POLA OPERASI WADUK UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (Studi Kasus Waduk Wonogiri)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN UNIT PLTA IV & V TERHADAP POLA OPERASI WADUK KARANGKATES KABUPATEN MALANG

2015 ANALISA PENGISIAN AWAL WADUK (IMPOUNDING) PADA BENDUNGAN JATIGEDE

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.

REKAYASA HIDROLOGI II

BAB III METODOLOGI MULAI IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA PENENTUAN LOKASI EMBUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan unsur yang sangat penting di bumi dan dibutuhkan

KAJIAN KEANDALAN WADUK SEMPOR

3 BAB III METODOLOGI

OPERASI WADUK MENJER UNTUK PLTA GARUNG KABUPATEN WONOSOBO DENGAN METODE LOGIKA FUZZY

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

STUDI PERENCANAAN POLA OPERASI WADUK LOMPATAN HARIMAU DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Desain Penelitian Partisipan... 35

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian, dan saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang sangat besar terutama potensi sumber daya air. Pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS UNJUK KERJA LAYANAN AIR BERSIH PDAM TIRTA MOEDAL DI PERUMNAS BANYUMANIK KOTA SEMARANG

Kata Kunci : Waduk Diponegoro, Rekayasa Nilai.

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

Bab III Metodologi Analisis Kajian

Bab IV Analisis Data

Silabus (PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR)

Proses Pembuatan Waduk

Bab 1 Pendahuluan I - 1

SIMULASI POLA OPERASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DI WADUK KEDUNGOMBO

BAB I. PENDAHULUAN. kualitasnya. Dalam satu tahun persediaan air di alam berubah-ubah. Pada musim

JURNAL SKRIPSI KONSENTRASI PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi

Ekspansi Tenaga Air Untuk Ketahanan Energi Melalui Pengoperasian Waduk Tunggal

PERENCANAAN OPERASI DAN KONSERVASI WADUK MRICA (JEND. SOEDIRMAN) BANJARNEGARA

STUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK

Bab 3 Metodologi III TINJAUAN UMUM

TINJAUAN SISI OPERASI WADUK DALAM MENUNJANG INTENSITAS TANAM

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

ABSTRAK Faris Afif.O,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan zaman serta bertambahnya jumlah penduduk dengan

MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

I. PENDAHULUAN. Hal 51

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

EVALUASI DAN SIMULASI POLA OPERASI WADUK TILONG DI KABUPATEN KUPANG

BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

ANALISIS OPTIMASI OPERASI WADUK IR. H. DJUANDA JATILUHUR UNTUK PEMBANGKITAN LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN SOLVER

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

SIMULASI POTENSI DAN KAPASITAS EMBUNG SUNGAI PAKU TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAGI MASYARAKAT

TUGAS AKHIR ANALISIS ROUTING ALIRAN MELALUI RESERVOIR STUDI KASUS WADUK KEDUNG OMBO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STUDI ATURAN LEPASAN UNTUK OPERASI WADUK DI BENDUNGAN PENGGA KABUPATEN LOMBOK TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015

REKAYASA SUMBERDAYA AIR (WATER RESOURCES ENGINEERING ) OPERASI WADUK

PERENCANAAN EMBUNG SEMAR KABUPATEN REMBANG. Muchammad Chusni Irfany, Satriyo Pandu Wicaksono, Suripin *), Sri Eko Wahyuni *)

NERACA AIR WADUK SUNGAI PAKU TERHADAP KEBUTUHAN AIR BAKU BAGI MASYARAKAT Water Balance of Paku River Reservoir to Standart Water Needs for the People

PENGOPERASIAN WADUK MELALUI MODEL OPTIMASI LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus Waduk Keuliling Aceh Besar)

BAB IV METODE PENELITIAN

OPTIMASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) PADA WADUK KEDUNGOMBO

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I TINJAUAN UMUM

Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit Andalan Sungai

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Gambar 3.1. Peta lokasi Penelitian Sumber : Google Map

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan

STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU TENGAH PROVINSI SULAWESI BARAT

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

BAB I PENDAHULUAN I-1

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

PENENTUAN POLA OPERASI WADUK BAJULMATI KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR. 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Studi Optimasi Irigasi pada Daerah Irigasi Segaran Menggunakan Simulasi Stokastik Model Random Search

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sampai 2013, kecuali tahun 2012 karena data tidak ditemukan. Jumlah ketersediaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN dan DAERAH STUDI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan kaidah-kaidah pokok yang digunakan dalam aktifitas ilmiah. Metode yang

PENGANTAR PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR


ANALISIS PERBANDINGAN FLUKTUASI PERUBAHAN VOLUME WADUK PENJALIN DENGAN METODE PEMERUMAN DAN PENGUKURAN ELEVASI MUKA AIR

4.6 Perhitungan Debit Perhitungan hidrograf debit banjir periode ulang 100 tahun dengan metode Nakayasu, ditabelkan dalam tabel 4.

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Teknopreneur (SNTT) 2013 ISSN: 2338-3887 FASTIKOM UNSIQ Wonosobo, 18 Juni 2013 EVALUASI KINERJA WADUK DENGAN METODE SIMULASI Nasyiin Faqih 1) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer 1) Universitas Sains Al-Qur an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo Jl. Kalibeber Km. 3 Wonosobo, Telp (0286) 321873 E-mail: faqihn@yahoo.co.id 1) ABSTRAK Waduk merupakan bangunan sipil yang berfungsi sebagai penampung air dan bisa dimanfaatkan untuk PLTA, air baku, air irigasi, obyek wisata, konservasi alam dan sebagainya. Agar Waduk bisa menjalankan fungsinya maka perlu adanya suatu Pola Operasi yang akan digunakan sebagai pedoman operasi dalam pengelolaan waduk selama satu tahun. Pola operasi memerlukan sistem operasi. Dalam penelitian ini digunakan sistem operasi dengan metode Simulasi. Metode simulasi akan mengatur pengeluaran air waduk (outflow) berdasarkan pemasukan air (inflow). Dalam satu periode waktu (biasanya 1 tahun) harus terjadi keseimbangan (balance) antara inflow dan outflow. Sementara itu air yang tersimpan dalam waduk (Storage) juga harus selalu tersedia sepanjang tahun (kontinue), tidak boleh kurang dari Tinggi Muka Air Minimal (Dead Storage). Metode simulasi harus diukur kinerjanya yang meliputi keandalan, kelentingan dan kerawanan. Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa Sistem Operasi Waduk obyek uji bisa memenuhi kebutuhan (demand). Hasil simulasi uji kinerja operasi waduk menunjukkan bahwa nilai keandalan = 93,33 %, kelentingan = 88 % dan kerawanan = 17,86 % Kata Kunci: Operasi, Waduk, Simulasi, Kinerja PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Waduk memiliki berbagai macam fungsi. Antara lain sebagai pengendali banjir, PLTA, suplai air baku dan irigasi, obyek wisata dan sebagainya. Agar dalam pengoperasiannya bisa sukses dan selalu tersedia air untuk keperluan-keperluan diatas, perlu dibuat suatu rule atau peraturan agar terjadi keseimbangan antara input dan outputnya. Keseimbangan yang dimaksud adalah untuk mengatur outflow (aliran air keluar) agar disesuaikan dengan inflow (air yang masuk). Apabila Inflow lebih besar dari kebutuhan, maka sisanya akan dilimpahkan ke saluran pembuangan (Soetopo W., 2010). Dengan mengetahui karakteristik waduk dari akumulasi data selama beberapa tahun, dapat dibuat suatu pola operasi yang digunakan sebagai pedoman untuk operasionalnya. Pedoman yang biasa digunakan antara lain adalah Rule Curve Elevasi-Volume dan Rule Curve Luas-Volume. Salah satu metode unjuk kerja yang bisa dipakai adalah metode simulasi. Metode ini bertujuan untuk mengatur pola pengoperasian waduk agar selalu sukses dalam menyediakan suply air sepanjang tahun. Perhitungan dilakukan berdasarkan rumus kontinuitas dan keseimbangan ketersediaan air. 2. Masukan air ke waduk Dalam analisis seringkali air yang masuk ke waduk diklasifikasikan dalam tiga kondisi, yaitu : masukan air ke waduk pada kondisi basah, normal, dan kering. Air yang masuk ke waduk dapat terdiri dari aliran air yang masuk dari sungai, dari daerah sekelilingnya, dan dari curah hujan yang jatuh langsung pada permukaan waduk. 3. Keluaran dari waduk Kebutuhan air sangat ditentukan oleh fungsi dari waduk tersebut. Untuk waduk yang mempunyai manfaat tunggal, keluaran air waduk dihitung hanya untuk pemenuhan suatu kebutuhan saja namun pada waduk yang dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, keluaran dari waduk merupakan total dari seluruh kebutuhan seperti untuk irigasi, PLTA, air baku, perikanan, dan lain-lain. Meskipun seringkali terjadi konflik dalam pengoperasiannya namun hal tersebut dapat dikompromikan / disusun sesuai dengan skala prioritas yang telah dituangkan dalam undang-undang pengairan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Kebutuhan air dapat dikategorikan menjadi: Kebutuhan air minum dan kegiatan perkotaan Kebutuhan air untuk industri Kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai Kebutuhan air untuk perikanan Kebutuhan air untuk peternakan 147

Kebutuhan air untuk irigasi Gambar 1. Grafik Hubungan Elevasi, Luas dan Volume Waduk Menjer Kab. Wonosobo Sumber : Analisa Data Primer 4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian sistem operasi waduk pada Waduk Menjer menggunakan metode Simulasi. Masukan dari sistem ini adalah input (air masuk) dan output (air keluar). Keluaran adalah apakah waduk sukses atau gagal dalam operasionalnya selama satu tahun. Hasil simulasi ini akan memberikan rekomendasi kepada pengelola Waduk agar bisa menyesuaikan penggunaan air berdasarkan inflow air masuk. 5. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu tentang operasi waduk adalah : 1. N. Faqih yang meneliti tentang operasi Waduk Menjer dengan judul, Operasi Waduk Menjer Untuk PLTA Garung Kab. Wonosobo dengan Metode Logika Fuzzy, Tesis Undip, 2012. 2. Ardiyanto meneliti Evaluasi Pola Operasi Waduk Di Sistem. Waduk Kedung Ombo Dengan Metode Simulasi yang merupakan Skripsi Unika tahun 2013. 3. Azmeri yang meneliti tentang Analisis Ketersediaan Air dan Sistem Operasi dengan Metode Dinamik Deterministik, terbit di Jurnal Teknik Sipil, Vol.11, No.3, Juli 2004-Departemen Teknik Sipil ITB. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tidak bisa secara general diterapkan untuk simulasi semua waduk, karena masing-masing waduk memiliki karakteristik yang tidak sama. Faktor hidrologi dan geologi seperti curah hujan, debit air, kontur dan tanah, penggunaan lahan dan sebagainya mempengaruhi hasil dari simulasi. oleh karena itu, penelitian dengan Judul Simulasi Waduk Unjuk Kerja Waduk Sebagai Tolok Ukur Keberhasilan Operasi Waduk Dengan Metode Simulasi ini spesifik untuk Waduk Menjer Kabupaten Wonosobo dengan data inflow dan outflow antara tahun 1990-2010. STUDI PUSTAKA Unjuk kerja yang disajikan pada evaluasi ini adalah beberapa indikator unjuk kerja yang mampu memberikan indikasi seberapa jauh intensitas kegagalan dan berapa lama suatu kegagalan itu terjadi. Unjuk kerja-unjuk kerja tersebut adalah Keandalan (reliability), Kelentingan (resiliency), serta Kerawanan (vulnerability) (Iskahar, 2002). Keandalan (reliability) Kendalan merupakan indikator seberapa sering waduk untuk memenuhi kebutuhan yang ditargetkan selama masa pengoperasiannya. Untuk pengoperasiannya waduk paling tidak ada dua macam definisi keandalan yaitu : (H. Budieny, 2001). 1. Presentase keadaan dimana waduk mampu memenuhi kebutuhannya. Seringkali pada definisi keandalan ini dapat dikaitkan dengan kegagalan. Dalam hal ini, waduk dianggap gagal apabila tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara total. 2. Rerata persentase waduk dibanding dengan kebutuhannya. Dalam definisi ini, meskipun suplai waduk tidak dapat memenuhi kebutuhannya, waduk keseluruhannya, tidak dianggap gagal total. Tetapi dianggap waduk hanya mensuplai sebagian dari kebutuhannya. Pada kondisi seperti misalnya pada waduk yang digunakan sebagai sarana pembangkitan listrik dimana ada batas minimum debit 148

pembangkitan listrik, maka pada saat kondisi air minimum tidak diperkenankan pengoperasian waduk untuk pembangkitan listrik. Hal ini dapat diterangkan bahwa jika waduk hanya mampu melepaskan debit yang lebih kecil daripada batas debit pembangkitan listrik minimum, maka untuk tidak mengakibatkan kerusakan pada turbin diputuskan untuk sama sekali tidak membangkitkan listrik. Secara sistematis, definisi diatas dapat dituliskan dengan variabel Zt yang nilainya ditentukan sesuai dengan dua definisi diatas dan disajikan dalam persamaan berikut : 1 = 1 untuk Rt D t, 0 untuk R t D t (1) zt zt 2 = 1 untuk Rt Dt, Rt/Dt untuk Rt Dt Dalam jangka panjang, nilai kelandaian sistem untuk definisi keandalan yang pertama dapat ditulis sebagai berikut : (2) Dimana : n = jangka waktu pengoperasian. R t = release pada waktu ke t. D t = demand pada waktu ke t. = keandalan waduk, gagal total jika kebutuhan tidak terpenuhi. = jumlah total waduk mampu memenuhi kebutuhan (Rt Dt) untuk definisi keandalan ke-2. Dalam studi dipergunakan definisi keandalan waduk yang pertama. Waduk dianggap gagal jika tidak mampu mensuplai kebutuhan secara total. Kondisi tersebut digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan air baku karena jika pemenuhan kebutuhan air baku kurang dari yang ditargetkan maka air baku yang dihasilkan oleh optimasi tidak dijamin untuk terpenuhi. Selain itu simulasi mempunyai nilai keandalan yang lebih kecil adri kondisi yang sebenarnya. Sehingga kondisi keandalan yang pertama diharapkan banyak memberi nilai keamanan terhadap ketersediaan air. Kelentingan (resiliency) Indikator ini untuk mengukur kemampuan waduk untuk kembali ke keadaan memuaskan dari keadaan gagal. Jika semakin cepat waduk kembali ke keadaan memuaskan maka dapat dikatakan waduk lebih lenting sehinnga konsekuensi dari kegagalan lebih kecil. Dengan mempergunakan definisi kegagalan pertama, perhitungan masa transisi dari keadaan gagal menjadi keadaan memuaskan dituliskan dengan variabel W t sebagai berikut : (3) Dalam jangka panjang nilai rerata dari W t akan menunjukkan jumlah rerata terjadi transisi waduk dari keadaan gagal menjadi keadaan memuaskan. Jumlah rerata terjadinya transisi ini dapat dinyatakan dengan persamaan : (4) Dimana ρ menunjukkan probabilitas (rerata frekuensi) terjadinya transisi waduk dari keadaan gagal ke keadaan memuaskan. Jangka waktu rerata waduk mengalami kegagalan dibagi dengan frekuensi rerata terjadinya transisi waduk dan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : (5) 149

Dimana : T gagal = jangka waktu rerata waduk dalam keadaan gagal secara kontinu. Dalam jangka panjang, jangka waktu rerata waduk berada dalam kegagalan secara kontinue dapat dituliskan sebagai berikut : (6) Semakin lama jangka waktu rerata waduk berada dalam keadaan gagal maka semakin kecil kelentingannya sebagai akibatnya maka konsekuensi dari keadaan gagal tersebut juga akan besar. Oleh karenanya indikator kelentingannya didefinisikan sebagai berikut : (7) Dimana : = unjuk kerja kelentingan Kerawanan (vulnerability) Jika terjadi kegagalan, unjuk kerja kerawanan menunjukkan / mengukur seberapa besar (seberapa rawan) suatu kegagalan yang terjadi. Untuk mengukur tingkat kerawanan ini digunakan variabel kekurangan (defisit), DEF yang didefinisikan sebagai berikut : (8) Sedangkan unjuk kerja kerawanan tersebut dapat dirumuskan dengan berbagai penafsiran sebagai berikut (A. Tarigan, 2001) : 1. Nilai rerata deficit-ratio (9) 2. Nilai maksimum deficit-ratio (10) 3. Nilai maksimum deficit (11) METODE PENELITIAN Widandi S., 2010 dalam N. Faqih, 2012, menyatakan bahwa ada beberapa penelitian di bidang teknik sipil yaitu kajian teoritik, rekayasa dan eksperimental. Jenis penelitian di bidang teknik antara lain adalah: kajian teoritik, rekayasa, dan eksperimental. Masing-masing mempunyai metodologi yang khas. Metodologi penelitian adalah tahapan yang harus ditentukan terlebih dahulu sebelum melakukan penyelesaian masalah yang akan dibahas. Dengan adanya metodologi penelitian, maka penyusunan tesis akan memiliki alur yang terarah dan sistematis. Selain itu metodologi penelitian akan menjadi kerangka dasar berpikir logis bagi pengembangan tesis ini kearah penarikan kesimpulan secara ilmiah. Penelitian ini termasuk jenis rekayasa, adapun tahap-tahap metodologi penelitian adalah sebagai berikut: Penelitian pendahuluan Identifikasi masalah Penetepan tujuan penelitian 150

Studi pustaka Pengumpulan data Perancangan program Pengujian program Kesimpulan dan saran Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Kuantitatif dengan variabel : Inflow (air masuk), Storage (Penyimpanan), dan Outflow (air keluar/release). Gambar 2. Diagram Alir Metode Penelitian Menurut N. Faqih, 2012, Tahapan Sistem Operasi Metode Simulasi adalah sebagai berikut: 1. Memasukkan Debit Inflow I 2. Memasukkan data Kebutuhan D 3. Menentukan kapasitas Tampungan Awal waduk St 4. Menghitung St+1 Awal S t + I Awal = S t + I + I D Dimana I = Inflow D = Demand 5. Menentukan Spill 6. S t+1 > Smax? Jika ya maka Spill = S t+1 Awal - Smax 7. Jika tidak, Spill = 0 8. Menentukan Outflow atau Release Rt St+1 = S t + 1 + I D St+1 < Smin? 9. Ya >> Rt = St + Inflow (I) - Smin 10. Tidak >> Rt = Kebutuhan 11. Menghitung S t+1 (dipakai) 12. Ada Spill? 13. Ya >> St+1 = St+1 Awal-Spill 151

14. Tidak >> St+1 = St + It Rt 15. Menentukan Unjuk Kerja Waduk yaitu dengan membandingkan antara pelepasan (R) dengan demand. Alur penelitian sebagaimana tergambar dalam diagram berikut : Start Memasukkan Debit Inflow A Memasukkan Kebutuhan (Demand) S t+1 < Smin Y Menentukan Tampungan Awal Waduk (St) Rt = Demand (D) Rt=St + Inflow (I) - Smin Menghitung (St + 1 awal) Spill > 0 Y S t+1 > Smax Y St+1 = St+1 Awal - Spill Spill =St+1 Awal - Smax St+1 = St + It - Rt Spill = 0 A Analisa Kinerja Keandalan Kelentingan Kerawanan Spillage End Gambar 3. Diagram Alir Penilaian Kinerja Waduk 152

HASIL DAN PEMBAHASAN Simulasi dilakukan untuk mendapatkan outflow dengan suatu batas minimum, akan tetapi outflow ini tidak boleh berlebihan jauh di atas batas minimum tersebut. Dari hasil simulasi pengoperasian waduk dilakukan analisis terhadap kinerja pengoperasian waduk, yaitu berupa indikator keandalan waduk dalam memenuhi target kebutuhan yang diharapkan, indikator kelentingan dan kerawanan yang terjadi. Perhitungan simulasi Waduk Menjer di Kab. Wonosobo Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel di bawah ini (data yang digunakan antara Tahun 1990 s/d 2010) : Tabel 1. Hasil Simulasi Operasi Waduk Keandalan Kelentingan Kerawanan Jml Data 120 Jml Transisi 7 Total Defisit 1.40 Juta M3 Jml Gagal 8 Jml Bln Gagal 8 Rata-rata defisit 0.18 Juta M3 Jml Sukses 112 Rata2 Gagal 1.14 Total Defisit Ratio 125.00 % Keandalan 93.33% Kelentingan 88% Rata-rata defisit Ratio Max Defisit Ratio (v2) 17.86 % 64.009 % Maksimum Defisit (V3) 5.90 Juta M3 Dari tabel di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang Kinerja Pengoperasian Waduk Menjer antara Tahun 1990-2010 yaitu : a. Keandalan (Reliability) = α Total bulan pengoperasian n = 120 bulan Total pengoperasian dalam keadaan sukses = (Zt) = 112 bulan Jadi α = 112 / 120 = 93,33 % Hal mana menunjukkan bahwa waduk mempunyai kemampuan 93,3 % untuk memenuhi kebutuhan yang ditargetkan (demand). b. Kelentingan (Resiliency) = γ Frekuensi terjadi masa transisi dari sukses ke gagal atau sebaliknya Wt = 7 Jangka waktu rata-rata waduk dalam keadaan gagal : T gagal = 8 / 7 = 1,14 Jadi = 1 / 1,14 = 88 % Hal mana menunjukkan bahwa kemampuan waduk untuk kembali ke keadaan memuaskan (satisfactory) dari keadaan gagal (fail) untuk mememenuhi kebutuhan (demand) sebesar 88 %. Semakin besar kelentingan akan semakin cepat waduk menjadi kondisi tidak gagal (sukses). c. Kerawanan (Vulnerability) Total defisit = 1,4 juta m 3, sehingga rata-rata deficit = 1,4 / 8 = 0,18 juta m 3 Total deficit-ratio = 125 %, sehingga nilai rata-rata deficit ratio = V 1 = 125 /12 = 17,86 % Hal mana memberikan indikasi bahwa jika terjadi kegagalan; maka 17,86 % dari kebutuhan tidak dapat dipenuhi, dengan rata-rata deficit = 0,18 juta m3 / bulan setiap kejadian gagal. Nilai maksimum deficit ratio = V 2 = 64,009 % Nilai maksimum deficit = V 3 = 5,9 juta m 3 KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan untuk Simulasi Operasi Waduk Menjer dengan Metode Simulasi dapat disimpulkan sebagai berikut: Pola pengoperasian berdasarkan metode Simulasi dapat memenuhi kebutuhan (demand). Hasil akhir simulasi memiliki kandalan 93,33 %, Kelentingan 88 %, Kerawanan 17,86 %. Hal ini berarti bahwa waduk mempunyai kemampuan sebesar 93,33 % untuk memenuhi kebutuhan yang ditargetkan (demand). Sementara itu kernampuan waduk untuk kembali ke keadaan memuaskan (satisfactory) dari keadaan gagal (fail) untuk mememenuhi kebutuhan (demand) sebesar 88 %, dan jika terjadi kegagalan; maka 17,86 % dari kebutuhan tidak dapat dipenuhi, dengan rata-rata defisit = 0,18 juta m3 / bulan setiap kejadian gagal. 153

DAFTAR PUSTAKA [1] Hary Budieny, 2001, Analisis Optimasi Pengelolaan Sumberdaya Air Waduk Sermo, Tesis Program Pascasarjana, UGM, Yogyakarta [2] Iskahar, 2002, Analisis Pengaruh Panjang Data Terhadap Keandalan Waduk, Tesis Program Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang [3] Nasyiin Faqih, 2012, Operasi Waduk Menjer Untuk PLTA Garung Kabupaten Wonosobo dengan Metode Logika Fuzzy, Tesis Magister Teknik Sipil, UNDIP, Semarang [4] Soetopo, Widandi, 2010, Operasi Waduk Tunggal, CV Asrori, Malang [5] Sudibjo, Ir, 2003, Teknik Bendungan, Pradnya Paramita, Jakarta. 154