Menimbang : bahwa dipandang perlu diadakan satu peraturan baru yang berlaku diseluruh daerah Republik Indonesia mengenai;

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1955 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1955 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Memutuskan :

PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL. Pasal 1.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1956 TENTANG PERJALANAN LUAR NEGERI TENAGA BANGSA ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat pula pasal 119 ayat (3) Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1956 TENTANG PERJALANAN LUAR NEGERI TENAGA BANGSA ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1950 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1958 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA DAN ANGGAUTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

b.bahwa peraturan+peraturan yang termaktub dalam undang+undang darurat tersebut perlu ditetapkan sebagai undang+undang;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1950 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL

NOMOR 8 TAHUN 1953 TENTANG PENGUASAAN TANAH-TANAH NEGARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 8/1952, PEMBERHENTIAN DARI PEKERJAAN UNTUK SEMENTARA WAKTU DAN. Tentang:PEMBERHENTIAN DARI PEKERJAAN UNTUK SEMENTARA WAKTU DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1949 TENTANG PEMBERIAN UANG TUNGGU KEPADA PEGAWAI NEGERI YANG DIBERHENTIKAN SEMENTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN DAERAH TIDAK AMAN KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL.

PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1950 tanggal 7 Nopember 1950

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1956 TENTANG PERJALANAN LUAR NEGERI TENAGA BANGSA ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1954 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1947 NO. 13) (13/1947) PERATURAN TENTANG ONGKOS JALAN UNTUK PEGAWAI NEGERI, YANG MELAKSANAKAN PERJALANAN DINAS.

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1955 TENTANG PENJUALAN RUMAH-RUMAH NEGERI KEPADA PEGAWAI NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 59/1951, PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI TETAP. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:59 TAHUN 1951 (59/1951) Tanggal:13 SEPTEMBER 1951 (JAKARTA)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Berita Resmi Pemerintah Daerah Kotapraja Yogyakarta Triwulan ke IV Tahun Nomor: 4 Peraturan Daerah Kotapraja Yogyakarta Tahun 1960

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1953 TENTANG PEMBERIAN ISTIRAHAT DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 19/1952, PEMBERIAN PENSIUN KEPADA JANDA DAN TUNJANGAN KEPADA ANAK YATIM PIATU PEGAWAI NEGERI SIPIL

Mengingat : Pasal-pasal 73, 89 dan 90 ayat 1 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK ATAS TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DI ATASNYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1953 TENTANG PEMBERIAN ISTIRAHAT DALAM NEGERI. Presiden Republik Indonesia,

Indeks: PETA. RAAD EN DIRECTORIUM VOOR HET MEET EN KAARTEERWEZEN DEWAN DAN DIREKTORIUM PENGUKURAN DAN PENGGAMBARAN PETA. PEMBUBARAN. PEMBENTUKAN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA DAN ANGGAUTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1955 TENTANG PENJUALAN RUMAH-RUMAH NEGARA KEPADA PEGAWAI-PEGAWAI NEGERI

UU 7/1951, PERUBAHAN DAN TAMBAHAN UNDANG UNDANG LALU LINTAS JALAN (WEGVERKEERSORDONNANTIE, STAATSBLAD 1933 NO. 86) Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1956 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE

Peraturan Pemerintah (PP) 1948 No. 22 (22/1948) PEGAWAI. PENGALAMAN KERJA, Peraturan tentang penghargaan pengalaman kerja PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 62 TAHUN 1958 (62/1958) Tanggal: 29 JULI 1958 (JAKARTA)

INSTRUKSI BAGI KEPALA JAWATAN AKUNTAN NEGARA Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 1961 Tanggal 27 April 1961 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

HUKUMAN JABATAN Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1952 Tanggal 20 Februari 1952 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 28/1950, PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1971 TENTANG PENJUALAN KENDARAAN PERORANGAN DINAS MILIK NEGARA. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1954 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN ISTIMEWA KEPADA KELUARGA PEGAWAI YANG TEWAS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat: pasal 7 Penetapan Presiden No. 3 tahun 1959 tentang Dewan Pertimbangan Agung Sementara;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1952 TENTANG DAFTAR SUSUNAN PANGKAT DAN KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

Menimbang : bahwa perlu diadakan peraturan untuk menentukan penggantian kerugian bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 224 TAHUN 1961 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN

PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KOTA-KECIL DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA TENGAH *) SUMATERA TENGAH. OTONOM KOTA-KECIL PEMBENTUKAN.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1952 TENTANG PENGHASILAN DAN USAHA PEGAWAI NEGERI DALAM LAPANGAN PARTIKELIR

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1960 TENTANG PENGGANTI KERUGIAN KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG BERKEDUDUKAN PELAUT

UNDANG-UNDANG (UU) 1946 No. 18 (18/1946) UANG, KEWAJIBAN MENYIMPAN UANG. Peraturan tentang kewajiban menyimpan uang dalam bank.

Presiden Republik Indonesia,

UNDANG UNDANG OBAT KERAS ( St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949 ) PASAL I

LAMPIRAN. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13 TAHUN 1947

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG PERLINDUNGAN UPAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1948 TENTANG PERATURAN KECELAKAAN 1947 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1954 TENTANG PENETAPAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. Presiden Republik Indonesia, Menimbang :

Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1949 TENTANG PEMBERIAN PENSIUN KEPADA PEGAWAI NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1956 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KOTA BESAR DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA TENGAH

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1948 TENTANG SUSUNAN DAN KEKUASAAN BADAN-BADAN KEHAKIMAN DAN KEJAKSAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 15 TAHUN 2005 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1948 TENTANG SUSUNAN DAN KEKUASAAN BADAN-BADAN KEHAKIMAN. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERPU 56/1960, PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1957 TENTANG PEMASUKAN ANGGARAN BELANJA NEGARA *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CONTOH 1 : PERMOHONAN IZIN USAHA ANGKUTAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK ATAS TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DIATASNYA

UNDANG-UNDANG (UU) 1947 Nomer. 20. ) (20/1947) PENGADILAN. PERADILAN ULANGAN. Peraturan peradilan ulangan di Jawa dan Madura.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk: UNDANG-UNDANG. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 4 TAHUN 1961 (4/1961) Tanggal: 25 PEBRUARI 1961 (JAKARTA)

Perda No. 2/2001 tentang Penetapan Sisa Perhitungan APBD Kabupaten Magelang Tahun PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2002

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DIATASNYA *)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 1964 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1958 TENTANG PEREMAJAAN ALAT-ALAT NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 15/1954, TUNJANGAN IKATAN DINAS BAGI MAHASISWA CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG BELAJAR DI DALAM DAN DI LUAR NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1948 TENTANG GAJI PEGAWAI NEGERI 1948 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Presiden Republik Indonesia,

Transkripsi:

PP 39/1952, PERATURAN KENDARAAN BERMOTOR SIPIL Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:39 TAHUN 1952 (39/1952) Tanggal:11 SEPTEMBER 1952 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi Tentang:PERATURAN KENDARAAN BERMOTOR SIPIL. Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa dipandang perlu diadakan satu peraturan baru yang berlaku diseluruh daerah Republik Indonesia mengenai; a.pembelian, pemeliharaan, pemakaian dan pengawasan kendaraan bermotor kepunyaan dinas (milik Pemerintah) yang digunakan oleh Kementerian dan Jawatan Pemerintahan Sipil. b.pembelian kendaraan bermotor kepunyaan dinas oleh pegawai Negeri Sipil. c.pemberian tunjangan kepada mereka yang menggunakan kendaraan bermotor kepunyaan sendiri buat perjalanan-perjalanan dinas dalam daerah jabatan yang tertentu; Menimbang pula : bahwa pemakaian kendaraan bermotor kepunyaan dinas untuk keperluan partikelir sangat memberatkan keuangan Negara, sehingga peraturan mengenai hal ini tidak dapat dipertahankan lebih lama lagi; Mengingat : pasal 142 jo 98 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; Mendengar : Dewan Menteri dalam sidangnya yang ke 29 pada tanggal 2 September 1952; Memutuskan : Dengan mencabut : 1."Burgerlijke Automobielregeling" (Bijblad 12539); 2."Burgelijke's Landsmotrorijtuigenreglement" (surat-keputusan Secretaris van Staat voor Financien tanggal 21 Desember 1949 No. 191121); 3."Reglement op het particulier gebruik van 's Landsmotorrijtuigen" (surat-keputusan Hoge Vertegenwoordiger van de Kroon in Indonesia tanggal 12 Nopember 1949 No. 9); 4."Peraturan Mobil" (Peraturan Pemerintah Negara Bagian Republik Indonesia No. 20 tahun 1950); 5."Peraturan Pinjaman Pembelian Mobil" (surat-keputusan "Menteri Keuangan Negara Bagian Republik Indonesia tanggal 15 Juni 1950 No. UU. 30-4-17); 6."Peraturan Tunjangan-Mobil-Tetap dan Uang Kilometer" (surat-keputusan Kepala Kantor Urusan Perjalanan di Yogyakarta tanggal 22 Juli 1950 No. 7/K.U.P.P.);

7."Peraturan Kendaraan Bermotor" (surat-keputusan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perhubungan Panitia Pusat Republik *12124 Indonesia untuk pembagian Kendaraan bermotor di Yogyakarta tanggal 31 Juli 1950 No. 85); 8."Peraturan Tentang Penetapan Harga Kendaraan Bermotor Pemerintah" (surat-keputusan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perhubungan, Panitia Pusat Republik Indonesia untuk pembagian Kendaraan bermotor di Yogyakarta tanggal 31 Juli 1950 No. 86); 9."Peraturan Kendaraan Bermotor Indonesia Timur" (surat-keputusan Presiden Indonesia Timur tanggal 4 Pebruari 1949 No. 15/Prb/49); 10."Peraturan Motor Negara Sumatera Timur" (ketetapan Wali Negara Sumatera Timur tanggal 22 Juli 1949 No. 189/1949 jo 8 Agustus 1950 No. 407/1950); 11.segala peraturan lain mengenai soal-soal yang diatur dalam peraturan ini; Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERATURAN KENDARAAN BERMOTOR SIPIL. BAB 1. Tentang pembelian, pemeliharaan, pemakaian dan pengawasan kendaraan bermotor kepunyaan dinas, Pasal 1. 1.Kepala Jawatan Perjalanan mengatur pembelian, pemeliharaan, pemakaian dan pengawasan semua kendaraan bermotor kepunyaan dinas yang dipergunakan semata-mata untuk pengangkutan orang, kecuali mobil ambulance dan mobil untuk pengangkutan barang. 2.Ketentuan dalam ayat I tersebut tidak berlaku untuk kendaraan bermotor kepunyaan : a.daerah-daerah otonom dan b.perusahaan-perusahaan menurut I.B.W. Pasal 2. 1.Usul untuk memperoleh kendaraan bermotor untuk dinas termaksud dalam pasal I ayat 1, harus disampaikan kepada Kepala Jawatan Perjalanan melalui Sekretaris Jenderal masingmasing Kementerian yang bersangkutan atau penjabat yang tertinggi dari badan-badan Pemerintahan Sipil yang tidak termasuk sesuatu Kementerian, yang wajib menyatakan pendapatnya tentang perlu atau tidaknya permintaan kendaraan itu. Dalam surat usul tersebut diatas harus diuraikan dengan jelas untuk keperluan pengangkutan apa, kendaraan bermotor yang dimintakan itu akan digunakan. Selanjutnya harus dinyatakan merk dan jenis kendaraan bermotor yang dibutuhkan serta jumlah tempat duduk dengan keterangan apakah permintaan itu bermaksud untuk menambah jumlah kendaraan bermotor yang telah ada atau untuk mengganti kendaraan yang tidak dipakai lagi. 2.Permintaan untuk mendapat kendaraan-pengganti sebagai termaksud dalam ayat I alinea kedua pasal ini harus disertai dengan berita-acara, bahwa kendaraan yang *12125 bersangkutan tidak dapat dipakai lagi; berita-acara itu harus dibuat oleh ahli-ahli yang ditunjuk untuk maksud itu. 3.Kepala Jawatan Perjalanan berhak untuk meminta keterangan-keterangan yang dianggapnya perlu untuk mempertimbangkan permintaan itu.

Pasal 3. 1.Kepala Jawatan Perjalanan mengambil keputusan tentang permintaan kendaraan bermotor setelah bermufakat dengan Kementerian Perhubungan mengenai persediaan dan cara pembagian kendaraan bermotor. 2.Jika menurut pertimbangan Kepala Jawatan Perjalanan terdapat kendaraan bermotor lebih dari pada yang dibutuhkan untuk keperluan pengangkutan dinas pada Kementerian, Jawatan atau sesuatu bagian, maka Kepala Jawatan tersebut berhak menentukan kendaraan yang kelebihan itu guna keperluan Kementerian. Jawatan atau bagian lain. 3.Pemindahan kendaraan bermotor kepunyaan dinas hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan kepala Jawatan Perjalanan. Pasal 4. 1.Pembelian kendaraan bermotor untuk dinas dilakukan dengan perantaraan Kantor Pusat Pembelian berdasarkan keputusan Kepala Jawatan Perjalanan. 2.Permintaan barang perlengkapan kendaraan bermotor kepunyaan dinas dilakukan menurut peraturan yang telah atau akan ditetapkan oleh Kantor Pusat Pembelian. Pasal 5. 1.Kendaraan bermotor kepunyaan dinas yang ada pada Pemerintahan Sipil harus mempunyai "kilometerteller" yang berjalan baik, dan harus diberi tanda menurut contoh dan petunjuk yang akan ditetapkan oleh Kepala Jawatan Perjalanan. 2.Kepala Jawatan Perjalanan dapat menetapkan kekecualian dalam keharusan memberi tanda termaksud dalam ayat 1. Pasal 6. Kendaraan bermotor kepunyaan dinas harus ditempatkan digarasi atau dirumah Negeri. Jika karena tidak ada garasi/rumah Negeri atau karena alasan lain, kendaraan tersebut ditempatkan pada sesuatu tempat lain, maka satu sama lain diatur menurut peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Jawatan Perjalanan. Pasal 7. 1.Kendaraan bermotor kepunyaan dinas - kecuali sepeda-motor dan mobil termaksud dalam Bab 11 B - harus dikemudikan *12126 oleh supir yang disediakan oleh Kementerian atau Jawatan. 2.Pemakai tidak diperbolehkan mengemudikan sendiri atau menyuruh orang lain mengemudikan kendaraan bermotor kepunyaan dinas, kecuali dengan izin penjabat termaksud dalam pasal 8 yang dinyatakan dengan surat keterangan menurut contoh yang akan ditentukan oleh Kepala Jawatan Perjalanan; izin tersebut sewaktu-waktu dapat dicabut. Pasal 8.

Sekretaris Jenderal Kementerian-kementerian, penjabat yang tertinggi dari badan-badan Pemerintahan Sipil yang tidak termasuk sesuatu Kementerian dan Kepala Jawatan-jawatan sebagai penjabat yang bertanggung-jawab menyampaikan kepada Kepala Jawatan Perjalanan: a.tiap-tiap bulan, selambat-lambatnya pada tanggal 20 dari bulan berikutnya, daftar laporan tentang pemakaian kendaraan bermotor kepunyaan dinas yang ada dibawah pengawasannya. b.tiap-tiap tahun, selambat-lambatnya pada akhir bulan Pebruari, daftar pemakaian mengenai tahun yang baru lalu tentang kendaraan bermotor tersebut. menurut contoh-contoh yang akan ditetapkan oleh Kepala Jawatan Perjalanan. BAB 11. A. Tentang pembelian kendaraan bermotor oleh pegawai Negeri Sipil Pasal 9. 1.Kepada pegawai Negeri tetap termasuk-golongan IV/b P.G.P. 1950 keatas yang berhubungan dengan pekerjaannya kerap kali dan sewaktu-waktu harus mengadakan perjalanan dinas didalam daerah jabatan yang tertentu dan menurut pertimbangan Kepala Jawatan Perjalanan memerlukan kendaraan bermotor, akan tetapi belum mempunyainya, dapat diberikan kesempatan untuk membeli kendaraan bermotor kepunyaan dinas untuk dimiliki sendiri, dengan ketentuan bahwa kepada pegawai Negeri termasuk golongan V/c P.G.P. 1950 keatas dapat diberikan mobil dan kepada pegawai Negeri termasuk golongan IV/b sampai dengan V/b P.G.P. 1950 hanya sepeda-motor. 2.Kesempatan untuk membeli kendaraan bermotor termaksud diatas dapat pula diberikan kepada pegawai Negeri tetap Warga Negara termasuk golongan VI/e P.G.P. 1950 keatas -tidak termasuk pegawai yang bertugas berkeliling tersebut dalam ayat I pasal ini yang berhubungan dengan kedudukannya membutuhkan kendaraan bermotor. Pasal 10. Surat permohonan izin termaksud dalam pasal 9 harus diajukan dengan perantaraan Sekretaris Jenderal Kementerian masing-masing atau penjabat yang tertinggi dari badan-badan Pemerintahan Sipil yang tidak termasuk dalam sesuatu *12127 Kementerian, yang dalam tingkatan pertama wajib menyatakan pertimbangan dan pendapatnya dengan jelas, apakah ada alasan cukup untuk mengabulkan permohonan itu. Pasal 11. Segala sesuatu mengenai pembelian kendaraan bermotor kepunyaan dinas oleh pegawai Negeri diselenggarakan oleh Kepala Jawatan Perjalanan dengan ketentuan, bahwa harga kendaraan yang telah dipakai harus ditetapkan menurut taksiran dari suatu Panitia penaksiran. Pasal 12. 1.Panitia penaksiran termaksud dalam pasal II dibentuk oleh Menteri Perhubungan. 2.Panitia penaksiran wajib memberitahukan harga kendaraan bermotor yang telah ditaksir, kepada Kepala Jawatan Perjalanan, dengan melampirkan daftar perincian mengenai taksiran itu. 3.Kepala Jawatan Perjalanan, jika memandang perlu, meminta taksiran-ulangan kepada Panitia penaksiran lain yang dibentuk oleh Menteri Perhubungan.

4.Menteri Perhubungan menetapkan peraturan mengenai taksiran dan taksiran-ulangan. Pasal 13. Pembelian kendaraan bermotor kepunyaan dinas oleh pegawai Negeri Sipil untuk dimiliki sendiri, hanya dapat dilakukan secara sewa-beli menurut peraturan yang akan ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pasal 14. 1.Harga kendaraan bermotor yang dibeli dengan cara yang dimaksudkan dalam pasal 13, harus dibayar lunas dalam waktu yang akan ditetapkan oleh Kepala Jawatan Perjalanan dan paling lama 60 bulan, dengan jalan memotong dari gaji pegawai yang bersangkutan. 2.Pemotongan gaji tersebut diatas tetap dilakukan disamping potongan untuk lain-lain hutang, sekalipun ada peraturan mengenai batas jumlah pemotongan gaji. Pasal 15. Selama kendaraan bermotor yang dibeli dengan cara termaksud dalam pasal 13 belum lunas. Pemerintah tetap memiliki kendaraan itu. Selama itu kendaraan yang bersangkutan tidak boleh dijual, dipindahkan ketangan lain, disewakan, digadaikan atau dipinjamkan. Pasal 16. Jika dalam kedudukan atau pekerjaan pegawai yang mendapat *12128 kendaraan bermotor selama perjanjian sewa-beli masih berlaku, terjadi perubahan yang menghilangkan syarat-syarat untuk mempunyai kendaraan bermotor, atau jika pegawai meninggal dunia, maka kendaraan bermotor yang bersangkutan harus segera dikembalikan kepada Pemerintah. Dalam hal tersebut diatas, kepada pegawai bersangkutan atau ahli warisnya diberikan penggantian kerugian sebanyak separoh dari jumlah biaya penyusutan yang telah dibebankan kepadanya. Pasal 17. Kendaraan bermotor yang dijual kepada pegawai Negeri dengan cara tersebut dalam pasal 13, selama belum lunas harus diasuransikan oleh dan atas biaya pegawai yang bersangkutan buat kerusakan-kerusakan karena kecelakaan dan kerugian-kerugian terhadap pihak ketiga, berdasarkan tanggung jawab menurut hukum. B. Tentang Pemberian Tunjangan-Mobil-Tetap dan Uang-Kilometer kepada pegawai Negeri Sipil buat pemakaian mobil. Pasal 18. Kepada pegawai Negeri termasuk golongan V/c P.G.P. 1950 keatas yang berhubung dengan pekerjaannya harus kerap kali dan sewaktu-waktu mengadakan perjalanan dinas didalam daerah jabatan yang tertentu dengan mempergunakan mobil sendiri, dapat diberikan tunjangan-mobiltetap dan uang-kilometer menurut peraturan yang akan ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar Menteri Perhubungan. Pasal 19.

Tunjangan-mobil-tetap dan uang-kilometer menurut pasal 18. dapat pula diberikan kepada pegawai Negeri yang membeli mobil kepunyaan dinas secara sewa-beli berdasarkan peraturan termuat dalam Bab II A. Pasal 20. 1.Pegawai Negeri yang mendapat tunjangan-mobil-tetap dalam melakukan perjalanan dinas, wajib mengizinkan pegawai bawahannya, yang bepergian dinas kejurusan yang sama, menumpang dalam mobilnya dengan tidak menuntut penggantian tambahan. 2.Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 21, pegawai Negeri yang mendapat tunjangan-mobil-tetap, harus mempergunakan mobilnya dalam melakukan pekerjaannya seharihari. Ia tidak diperbolehkan mempergunakan lain-lain kendaraan bermotor kepunyaan dinas buat perjalanan dinas, baik didalam maupun keluar kota tempat kedudukannya, kecuali dalam hal-hal yang luar biasa, satu sama lain menurut pertimbangan Kepala Jawatan Perjalanan. BAB III. Peraturan umum *12129 Pasal 21. Bagi pegawai Negeri yang berdasarkan peraturan ini mempergunakan kendaraan bermotor untuk kepentingan dinas, tetap berlaku kewajiban untuk dimana dapat selalu mempergunakan keretaapi, tram atau bus, dan untuk bepergian dengan biaya yang seringan-ringannya untuk Negeri sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut dalam pasal 3 dari "Peraturan Perjalanan Dinas dalam Negeri buat Pegawai Negeri Sipil" (Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1950, Lembaran- Negara 1950 No. 70). Pasal 22. Jika karena pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan ini, terjadi sesuatu yang menimbulkan kerugian bagi Negara, maka pegawai yang bersangkutan atau pegawai yang memberikan perintah bertanggung-jawab sepenuhnya menurut peraturan dalam Undang-undang keuangan Negara. BAB IV. Peraturan peralihan. Pasal 23. 1.Terhadap pegawai Negeri yang telah membeli mobil dengan keuangan sendiri atau dengan persekot-gaji/pinjaman-uang tidak berbunga dan untuk pemakaian kendaraan itu diberi tunjangan- mobil-tetap serta uang-kilometer berdasarkan peraturan-peraturan yang ada sebelum peraturan ini berlaku, Kepala Jawatan Perjalanan akan menetapkan pemberian tunjangan-mobiltetap dan uang-kilometer itu sesuai dengan peraturan ini 2.Dalam hal hutang untuk pembelian mobil/sepeda-motor belum lunas, maka cara penglunasan sisa hutang harus disesuaikan dengan peraturan ini. Pasal 24.

Peraturan "comptabel" mengenai kendaraan bermotor Pemerintahan Sipil yang sampai sekarang dipakai, tetap berlaku sebelum ada peraturan lain. BAB V. Peraturan tambahan. Pasal 25. 1.Menteri Keuangan setelah mendengar Menteri Perhubungan, berhak : a.mengadakan peraturan dalam hal-hal yang tidak termaut dalam peraturan ini; tentang tindakantindakan yang diambilnya ia memberitahukan selekas-lekasnya kepada Dewan Pengawas Keuangan; b.mengambil keputusan yang menyimpang dari peraturan ini dalam hal yang luar biasa. *12130 2.Kepala Jawatan Perjalanan berhak mengadakan peraturan-peraturan yang ternyata masih perlu untuk menjalankan peraturan ini dan memberikan kepastian apabila ada keraguraguan dalam. melakukan peraturan ini. Pasal 26. Peraturan ini menjadi pedoman untuk: a.daerah-daerah otonom dan b.perusahaan-perusahaan menutu I.B.W. Pasal 27. Peraturan Pemerintah ini dapat disebut "Peraturan Kendaraan Bermotor Sipil" dan mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 1952. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 September 1952. Presiden Republik Indonesia, SOEKARNO. Menteri Keuangan, SUMITRO DJOJOHADIKUSUMO. Menteri Perburuhan, DJUANDA. Diundangkan pada tanggal 13 September 1952. Menteri Kehakiman, LOEKMAN WIRIADINATA. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 39 TAHUN 1952 TENTANG PERATURAN KENDARAAN BERMOTOR SIPIL.

1. PENJELASAN UMUM. Peraturan-peraturan tentang kendaraan bermotor kepunyaan dinas yang sekarang ini berlaku diberbagai daerah, satu sama lain amat berlainan, sehingga tidak dapat dipertahankan lagi. Dengan demikian maka peraturan-peraturan yang lama mengenai: a. pembelian, pemeliharaan pemakaian dan pengawasan kendaraan bermotor kepunyaan dinas yang digunakan oleh Kementerian, jawatan dan badan Pemerintahan Sipil yang tidak termasuk dalam sesuatu Kementerian, b. pembelian kendaraan bermotor untuk keperluan dinas oleh pegawai Negeri Sipil, *12131 c. pemberian tunjangan kepada mereka yang menggunakan kendaraan bermotor kepunyaan dinas buat perjalanan dinas dalam daerah jabatan yang tertentu, perlu ditinjau kembali dan diganti dengan peraturan-peraturan yang berlaku buat pegawai Negeri Sipil diseluruh daerah Republik Indonesia. Di samping tindakan tersebut, oleh karena jumlah kendaraan bermotor yang sekarang dipakai oleh Kementerian, jawatan dan badan Pemerintahan Sipil di luar lingkungan sesuatu Kementerian adalah demikian besarnya, sehingga pengeluaran untuk biaya pemeliharaan merupakan beban yang sangat berat bagi keuangan Negara, dipandang perlu mengadakan tindakan-tindakan dalam penghematan pemakaian dan pembatasan jumlah kendaraan kepunyaan Negara. Dengan mengingat hal tersebut di atas, peraturan tentang pemakaian kendaraan bermotor kepunyaan dinas untuk keperluan partikelir yang sangat memberatkan keuangan Negara, tidak dapat dipertahankan lebih lama lagi. Dengan keluarnya satu peraturan baru "PERATURAN KENDARAAN BERMOTOR SIPIL", yang memuat dasar-dasar yang telah disesuaikan dengan maksud dan tujuan Pemerintah pada saat ini, dapat diperoleh keseimbangan atas kebutuhan Kementerian, jawatan dan badan Pemerintahan Sipil di luar lingkungan sesuatu Kementerian akan kendaraan bermotor guna pelaksanaan tugasnya dan kemampuan Negara dalam pengeluaran biaya untuk keperluan itu. Peraturan baru hanya memuat aturan-aturan pokok saja, sedang penetapan peraturan-peraturan pelaksanaan yang diperlukan diserahkan kepada Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan dan Kepala Jawatan Perjalanan. Aturan-aturan yang mengenai soal pembelian, pemeliharaan, pemakaian dan pengawasan kendaraan bermotor kepunyaan dinas, pada hakekatnya adalah lanjutan dari aturan-aturan yang berlaku pada Pemerintahan R.I.S. dengan diadakan perubahan dan tambahan yang perlu. Untuk menetapkan bahwa Peraturan Pemerintah ini berlaku pula untuk daerah-daerah otonom, adalah bertentangan dengan otonomi daerah-daerah tersebut. Maka oleh karena itu diadakan ketentuan supaya dianjurkan kepada daerah-daerah itu untuk mengadakan peraturan yang seberapa dapat sesuai dengan peraturan ini, guna mencapai persamaan dalam mengatur soal ini. 2. PENJELASA PASAL DEMI PASAL. Bab I. TENTANG PEMBELIAN, PEMELIHARAAN, PEMAKAIAN DAN PENGAWASAN KENDARAAN BERMOTOR KEPUNYAAN DINAS. Pasal 1. 1.Cukup jelas. 2.Berlainan dengan peraturan yang lama, maka pembelian, pemeliharaan, pemakaian dan pengawasan kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang yang dipergunakan oleh perubahan-perubahan menurut I.B.W. tidak lagi diatur oleh Kepala Jawatan Perjalanan. Pasal 2. Pasal ini tidak memerlukan penjelasan. Pasal 3. *12132 1.Cukup jelas. 2.Cukup jelas.

3.Ayat ini dimaksudkan untuk menegaskan, bahwa memindahkan kendaraan bermotor dari satu daerah ke lain derah atau dari satu jawatan ke lain jawatan tidak diperbolehkan, kecuali dengan izin Kepala Jawatan Perjalanan. Pasal 4. Pasal ini tidak memerlukan penjelasan. Pasal 5. 1.Ayat ini dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan dengan memberi tanda pada tiap-tiap kendaraan bermotor kepunyaan dinas. 2.Ayat ini dimaksudkan supaya Kepala Jawatan Perjalanan dapat memberikan kekecualian atas keharusan termaksud pada ayat di atas terhadap kendaraan bermotor yang dijual secara sewabeli kepada pegawai Negeri dan yang dipergunakan oleh beberapa penjabat yang tertentu. Pasal 6. Untuk kendaraan bermotor yang berhubung dengan dengan sesuatu alasan, selain dari pada tersebut dalam pasal ini, tidak dapat ditempatkan digarasi atau dirumah Negeri, Kepala Jawatan Perjalanan mengadakan peraturan mengenai penyimpanan kendaraan kepunyaan dinas. Pasal 7. Pasal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kendaraan dinas dikemudikan oleh pengemudi yang mempunyai keahlian. Pasal 8. Pasal ini tidak memerlukan penjelasan. Bab II. A.TENTANG PEMBELIAN KENDARAAN BERMOTOR OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL. Pasal 9. 1.Kepada pegawai Negeri yang dimaksudkan dalam ayat ini diberi kesempatan untuk memiliki kendaraan bermotor buat keperluan dinas menurut syarat-syarat yang tertentu. Dengan jalan demikian pegawai yang bersangkutan dapat menunaikan tugas kewajibannya lebih sempurna, sedangkan kendaraan-kendaraan bermotor dapat diharapkan lebih terpelihara dan kepentingan dinas lebih terjamin. Begitu juga jumlah kendaraan yang dipelihara oleh Pemerintah oleh karenanya menjadi kurang dan meringankan biaya pemeliharaan yang dikeluarkan oleh Negara. 2.Dalam peraturan baru ditambahkan pula satu aturan yang membuka kesempatan bagi pegawai Negeri yang memenuhi syarat-syarat tertentu untuk membeli kendaraan bermotor kepunyaan dinas untuk digunakan buat keperluan dinas. Pasal 10. Pasal ini tidak memerlukan penjelasan.

Pasal 11. Pada umumnya pegawai Negeri hanya diperkenankan membeli kendaraan bermotor yang telah dipakai, dengan maksud untuk mengurangi jumlah kendaraan bermotor kepunyaan dinas yang, *12133 dibandingkan dengan keadaan sebelum perang, terlampau banyak. Pasal 12. Pasal ini dalam hubungannya dengan pasal 11 tidak memerlukan penjelasan. Pasal 13. Pembelian kendaraan bermotor kepunyaan dinas oleh pegawai Negeri tidak diizinkan dilakukan dengan pembayaran sekaligus akan tetapi hanya dengan cara sewa-beli, dengan maksud supaya kendaraan itu selama belum lunas dipergunakan untuk keperluan dinas dan tidak dapat dijual. Pasal 14. 1.Harga kendaraan itu harus dilunasi dalam waktu yang ditetapkan dalam surat perjanjian sewabeli, sedangkan mempersingkat waktu yang telah ditetapkan itu tidak diperbolehkan. Dengan cara begini kendaraan bersangkutan selama waktu yang ditetapkan tadi masih tetap tinggal milik Negara dan karena itu tidak boleh dipindahkan ketangan lain. 2.Cukup jelas. Pasal 15. Pasal ini dalam hubungannya dengan pasal 14 ayat 1 tidak memerlukan penjelasan. Pasal 16. Kalimat kedua dari pasal ini dimaksudkan untuk memberikan kerugian kepada pegawai yang tidak dengan kemauan sendiri harus mengembalikan mobilnya kepada Pemerintah. Pasal 17. Keharusan untuk mengasuransikan ialah untuk menjaga agar pegawai yang bersangkutan bebas dari segala risiko kecelakaan. Sebagian dari biaya asuransi ini ditanggung oleh Pemerintah. B.TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN-MOBIL-TETAP DAN UANG-KILOMETER KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL BUAT PEMAKAIAN MOBIL. Pasal 18. Di samping kesempatan untuk membeli kendaraan bermotor kepunyaan dinas secara sewa-beli diadakan pula peraturan tentang pemberian tunjangan mobil-tetap yang pada azasnya lanjutan pada peraturan yang lain. Pasal 19. Karena biaya pemeliharaan kendaraan bermotor yang dipakai oleh pegawai Negeri dari golongan yang tersebut dalam pasal 9 ayat 2 adalah lebih tinggi dari pada tunjangan yang diberikan

kepadanya, maka tunjangan mobil-tetap dan uang-kilometer menurut pasal 18 dapat pula diberikan kepada mereka. Pasal 20. 1.Cukup jelas. 2.Ayat ini dimaksudkan supaya pegawai Negeri yang membeli mobil kepunyaan dinas secara sewa-beli sungguh-sungguh memakai mobilnya untuk keperluan dinas. Bab III. PERATURAN UMUM. *12134 Pasal 21. Pasal ini tidak memerlukan penjelasan. Pasal 22. Pasal ini tidak memerlukan penjelasan. Bab IV. PERATURAN PERALIHAN. Pasal 23. 1.Pegawai Negeri yang telah membeli kendaraan bermotor untuk dimiliki sendiri dengan persekot gaji/pinjaman uang tidak berbunga berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku pada waktu pembelian itu, dapat tetap memiliki kendaraan itu, hanya saja tunjangannya dianggap adil untuk disesuaikan dengan peraturan ini. 2.Jika kendaraan belum dibayar lunas, dianggap layak untuk mengatur cara penglunasan sisa hutangnya sesuai dengan peraturan ini. Pasal 24. Untuk menghindarkan vacuum, maka selama belum ditetapkan peraturan comptabel yang baru mengenai kendaraan bermotor Pemerintahan Sipil peraturan yang lama masih berlaku. Kepala Jawatan Perjalanan akan segera mengadakan peraturan baru sesuai dengan peraturan ini. Bab V. PERATURAN TAMBAHAN. Pasal 25, pasal 26, pasal 27. Pasal-pasal ini tidak memerlukan penjelasan. -------------------------------- CATATAN DICETAK ULANG