KEMITRAAN MENUJU KOLABORASI PENGELOLAAN TN KOMODO

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. METODE PENELITIAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1993 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

(Varanus kornodoens~ s) dan habitatnya Namun kemudian kawasan ini di ketahui

PENGALAMAN MENDORONG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI DI INDONESIA OLEH BURUNG INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Taman Nasional di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BANGKA TENGAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

TINJAUAN PUSTAKA Taman Nasional

III KERANGKA PEMIKIRAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Kebijakan pengelolaan zona khusus Dapatkah meretas kebuntuan dalam menata ruang Taman Nasional di Indonesia?

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN KOLABORATIF TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA. Frida Purwanti Universitas Diponegoro

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

FOREST LANDSCAPE RESTORATION

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

Pedoman Teknis Penyiapan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan di Daerah. Satker Direktorat Konservasi dan Taman Nasional laut 2008

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1993 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.38/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN TERUMBU KARANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 12/IV- SET/2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LESTARI PAPER NO. 01 PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI SECARA KOLABORATIF

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 16/Menhut-II/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. mengemuka seiring dengan populernya paradigma governance dalam tata

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

PENDANAAN BERKELANJUTAN BAGI KAWASAN KONSERVASI LAUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

NOMOR 7 TAHUN 2017 TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. kualitas maupun kuantitas komponen wisata. Secara garis besar kegiatan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Nomor : P. 01/IV- SET/2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI KABUPATEN TANGERANG

2 Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lem

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

DIREKTORAT PJLKKHL-DITJEN PHKA KEMENTERIAN KEHUTANAN R.I.

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LESSON LEARNED DALAM PERENCANAAN TATA RUANG KELAUTAN DI EKOREGION SUNDA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

KEMITRAAN MENUJU KOLABORASI PENGELOLAAN TN KOMODO Fajarudin PT Putri Naga Komodo Predikat yang disandang oleh TN Komodo (A Man and Bisophere Reserve dan World Heritage Site) merupakan kebanggaan tersendiri, yang sekaligus menjadi tantangan dan konsekuensi beban tanggung jawab berat bagi pihak pengelola TN Komodo untuk mempertahankan status tersebut. Upaya ini menuntut kesungguhan, dan profesionalitas dalam mengelola TN Komodo secara berkelanjutan. Untuk itu, melalui kerjasama dengan The Nature Conservancy, Universitas Gajah Mada dan didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai, Balai Taman Nasional telah mencetuskan Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo, yang tersusun ke dalam 3 (tiga) dokumen. Dokumen pertama menjelaskan tentang Rencana Pengelolaan secara detail, Dokumen kedua menjelaskan tentang Data dan Analisis, dan Dokumen ketiga berisikan tentang Rencana Tapak. Usaha perlindungan dan konservasi TN Komodo dalam jangka panjang membutuhkan dukungan dana yang cukup besar. Kemampuan anggaran Pemerintah untuk mendukung pendanaan Taman Nasional akan semakin terbatas karena pengaruh krisis moneter yang diikuti oleh krisis keuangan Negara. Namun dilain pihak pemerintah akan terus mendorong terbentuknya kawasan konservasi, termasuk kawasan konservasi laut untuk mencegah penurunan hasil tangkap yang berdampak pada penerimaan dan ekonomi nelayan. Oleh karena itu, dukungan dana dari Pemerintah terhadap masing-masing Taman Nasional, termasuk TN Komodo akan menurun. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah sedang mengusahakan dukungan dan kerjasama dari berbagai instansi, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat yang tidak menggantungkan pendanaan dari sumber-sumber di dalam negeri. Sejak tahun 1995 Taman Nasional Komodo bekerja sama dengan The Nature Conservancy yang lebih terfokus untuk membantu kawasan konservasi dibidang kelautan. Beberapa program dan kegiatan yang dikembangkan bersama antara lain terdiri dari patroli gabungan di laut, evaluasi dan monitoring biologi ikan dan organisme lainnya, pengenalan alternative mata pencaharian yang tidak merusak lingkungan, penyadaran dan pendidikan konservasi kepada masyarakat, dan program Budidaya Laut. Khusus untuk habitat dan spesies di darat, Taman nasional Komodo sedang menjalin kerjasama dengan Zoological Society of San Diego (ZSSD). Sedangkan usaha pengembangan pariwisata dan penyadaran lingkungan dengan melibatkan pariwisata dilakukan melalui kerjasama dengan RARE Centre for Tropical Conservation. Pembentukan kawasan konservasi di TN Komodo dengan strategi implementasi Zonasi diharapkan dapat melindungi jenis dan habitat utama binatang Komodo dan spesies eksotik lainnya, melindungi stok induk dari spesies ikan-ikan ekonomis penting, sumber penyediaan benih bagi kegiatan perikanan di sekitar kawasan Taman Nasional, serta memberikan manfaat ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat sekitarnya. TN Komodo, dengan status sebagai A man and Biosphere Reserve dan World Heritage Site dipercaya akan menarik minat kunjungan wisata, seperti pengalaman di Taman Nasional lainnya, seperti Galapagos di Equador maupun Taman Nasional Vilanculos di Mozambik. Pengembangan pariwisata alam (Eco-Tourism) merupakan alternatif penting sebagai sumber pembiayaan konservasi di wilayah Taman Nasional yang juga diharapkan mampu menjadi sumber penghasilan dan peningkatan ekonomi masyarakat. Dengan

demikian kegiatan masyarakat akan bergeser dari pola pengambilan yang tidak ramah lingkungan menuju pada aktifitas yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Penerimaan yang didapat dari kunjungan wisata ke dalam TN Komodo saat ini tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk konservasi dan pemeliharaan fasilitas di dalam kawasan. Dengan status Taman Nasional seperti tersebut di atas, maka harga tiket masuk ke dalam kawasan jauh lebih rendah dibandingkan Taman Nasional lain yang sejenis di dunia. Dengan kata lain, Pemerintah bahkan memberikan subsidi kepada setiap pengunjung untuk menikmati hasil konservasi di kawasan TN Komodo. Hasil survei memberikan indikasi bahwa wisatawan Manca Negara mampu membayar harga tiket masuk yang lebih tinggi jika fasilitas dan pelayanan yang diberikan selama kunjungan bisa memuaskan wisatawan. Oleh karena itu dimunculkan ide untuk menerapkan sistem user fee dan conservation fee dari kegiatan pariwisata alam di dalam kawasan TN Komodo, dengan catatan bahwa penerimaan dari kegiatan pariwisata alam tersebut digunakan sepenuhnya untuk konservasi dan pengembangan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan. Dari uraian tersebut di atas, Balai Taman Nasional Komodo bekerjasama dengan The Nature Conservancy, dan Swasta Nasional yang bergerak di bidang pariwisata untuk membentuk usaha patungan yang disebut Putri Naga Komodo (PNK), bersama Pemerintah Daerah, masyarakat pariwisata dan stakeholder lainnya, dalam kerangka pengelolaan TN Komodo secara berkelanjutan. Dokumen ini disebut Komodo Collaborative Management Initiative (KCMI). Secara ringkas, KCMI akan mengusahakan pengelolaan TN Komodo yang efektif dalam jangka panjang melalui: a. meningkatkan pengelolaan TN Komodo melalui pendekatan pengelolaan kolaborasi antara stakeholder kunci termasuk Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Pemerintah Daerah, Putri Naga Komodo, dan berbagai masukan dari masyarakat setempat, lembaga pemerintah dan swasta. b. Mendukung konservasi sumberdaya alam TN Komodo melalui pendekatan pengelolaan adaptif yang tanggap terhadap perubahan tantangan kedepan. c. Membangun struktur dan panduan untuk mendorong pengembangan pariwisata alam di wilayah tersebut dan membangun strategi penggunaan pemasukan dari TN Komodo untuk menjamin kemandirian pendanaan jangka panjang dan manfaat berkesinambungan bagi masyarakat sekitar. d. Memperkenalkan suatu sistem insentif untuk mendorong mata pencaharian alternatif yang menunjang upaya konservasi dan merangsang pertumbuhan ekonomi setempat melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang lestari. Rencana Kolaborasi Pengelolaan Taman Nasional Komodo telah didukung oleh berbagai lembaga pemerintah, swasta, maupun komponen masyarakat. World Bank IFC memberi jaminan dan rekomendasi untuk membiayai rencana KCMI melalui dana GEF dan mendukung PT Putri Naga Komodo untuk menuju pengelolaan Taman Nasional Komodo yang professional dan mandiri melalui surat tertanggal 13 Maret 2001. Komitmen IFC tersebut diikuti dengan komitmen dana hibah selama 5 tahun. UNESCO telah memberi rekomendasi kepada The Nature Conservancy, atas inisiatif KCMI dan mendukung PT Putri Naga Komodo menuju pengelolaan Taman Nasional Komodo yang professional dan mandiri melalui surat No. JAK/ECO/01.0726 tertanggal 10 Juli 2001. Dukungan ini diikuti oleh rekomendasi IUCN-World Conservation Union kepada The Nature Conservancy melalui surat tertanggal 22 Mei 2001.

Bupati Manggarai memberi rekomendasi dan mendukung PT Putri Naga Komodo untuk menuju pengelolaan TN Komodo yang professional dan mandiri melalui surat No. 019.1/455/VI/2001 tertanggal 11 Juni 2001. Dukungan juga diberikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, memberikan rekomendasi kepada PT Putri Naga Komodo melalui surat No. UM//201/3/24/MKP/2002 tertanggal 7 Mei 2002. Pada akhirnya Menteri Kehutanan memberikan izin prinsip kepada PT Putri Naga Komodo untuk melengkapi proposal, tetapi sekaligus secara sekilas menyatakan keterbatasan dari peraturan yang ada untuk menampung KCMI terutama tentang kekhususan pengelolaan kawasan TN Komodo (Surat Menhut No.1561/Menhut-IV/2001 tertanggal 30 Agustus 2001). Dari ijin dan surat rekomendasi tersebut, sekarang telah diajukan Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam PT Putri Naga Komodo (RKPPA) dan sedang dibahas dalam lingkup Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Berbagi peran demi mencapai tujuan bersama. Ide tentang Pengelolaan Taman Nasional Komodo secara bersama (kolaborasi) atau KCMI Pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan sektor swasta aktif berperan Peran saling melengkapi & mengisi Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Masyarakat Swasta Kegiatan Kolaborasi memiliki lima komponen kegiatan yaitu : 1. Pengelolaan Kolaboratif. 2. Pengelolaan Konservasi. 3. Pengelolaan Pariwisata dan pendanaan berkelanjutan. 4. Pemberdayaan masyarakat. 5. Pengawasan dan evaluasi.

Prinsip-prinsip Dasar Kolaborasi Pemerintah sebagai regulator, fasilitator dan dinamisator Mewadahi aspirasi dan kepentingan para pihak Memberikan peluang pada para pihak untuk berbagi tanggung jawab, tanggung gugat, peran dan manfaat secara propersional Keterbukaan Kesetaraan Keadilan manfaat Saling menghargai Terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan Pembiayaan lingkungan menjadi beban bersama semua pihak Kenapa Kolaborasi? Karena: 1. Departemen Kehutanan menganjurkan kepada seluruh TN mencari partner untuk berkolaborasi. 2. Pembiayaan TN yang diberikan oleh pemerintah dari tahun ke tahun nilainya menurun/merosot sehingga TN tidak terawat atau dikelola dengan semestinya. 3. Tuntutan dunia internasional terhadap pelestarian kawasan konservasi khususnya TN di Indonesia semakin tinggi karena hutan yang ada di Indonesia merupakan paru-paru dunia dan perairan Indonesia merupakan pusat penyebaran karang dunia.

Struktur Organisasi KCMI (Komodo Collaborative Management Initiative) Dirjen PHKA Komite Pengelolaan Kolaboratif (KPK) PHKA 3 Pemda Mabar 2 Masyarakat/KKM 3 PNK 3 ( Dibentuk dengan SK Dirjen PHKA ) Forum Konsultasi Masyarakat (FKM) Pemangku Kepentingan di dalam dan sekitar kawasa TNK (Dibentuk dengan SK Bupati) Badan Pengelola Kolaborasi BTNK PT PNK MASYARAKAT KOMITE PENGELOLAAN KOLABORATIF TAMAN NASIONAL KOMODO Komisi Pengelolaan Kolaboratif Taman Nasional Komodo berfungsi untuk membantu pengelola Taman Nasional Kómodo dalam: Merumuskan arahan kebijakan umum dan program pengelolaan kolaboratif Taman Nasional Komodo; Menampung aspirasi para pihak yang terkait dengan Taman Nasional Komodo serta merumuskannya sebagai masukan kebijakan pengelolaan kolaboratif Taman Nasional Komodo; Merumuskan kriteria, stándar dan panduan kerja pelaksanaan pengelolaan kolaboratif Taman Nasional Komodo;

Merumuskan langkah-langkah penggalian sumber pendapatan dari kawasan Taman Nasional Komodo untuk mendanai pengelolaan kolaboratif Taman Nasional Kómodo, termasuk tarif karcis masuk dan pungutan konservasi; Merumuskan rekomendasi tentang batasan pemanfaatan kawasan, terutama tentang jumlah pengunjung sesuai dengan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan Mengkoordinasikan semua kegiatan kerjasama dalam pengelolan Taman Nasional Komodo; Melakukan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kolaboratif Taman Nasional Komodo secara berkala; FORUM KOMUNIKASI MASYARAKAT (FKM) KOMITE PENGELOLAAN KOLABORASI (KPK) Komite Pengelolaan Kolaborasi adalah suatu lembaga yang dibentuk dengan SK Dirjen PHKA yang terdiri dari beberapa unsur (Balai Taman Nasional,Pemda, Perwakilan FKM dan PT.Putri Naga Komodo sebagai pemegang konsesi di TNK) tujuan di bentuknya lembaga KPK ini adalah untuk meningkatkan peran serta pemangku kepentingan dalam upaya pengelolaan Taman Nasional Komodo yang mandiri dan berkelanjutan. Di dalam kerangka kerja KCMI, terdapat 2 organisasi penting yang harus didirikan supaya KCMI berjalan dengan baik dalam membuat keputusan untuk pengelolaan dan mengakomodasi masukan dari berbagai pihak. Dua organisasi penting itu adalah: 1. Forum Komunikasi Masyarakat (FKM) 2. Komite Pengelolaan Kolaborasi Forum Komunikasi Masyarakat (FKM) dibentuk melalui SK Bupati (No. 56/KEP/HK/2007) Tugas utama FKM adalah: 1. Menghimpun aspirasi dari masyarakat dan para pihak di dalam dan sekitar kawasan Taman Nasional Komodo 2. Menyalurkan dan merumuskan aspirasi dalam sidang-sidang Komite Pengelola Kolaborasi-Taman Nasional Komodo dalam rangka meningkatkan efektivitas pengelolaan Taman Nasional Komodo secara kolaborasi. 3. Membentuk kepengurusan Forum dan mekanisme kerja yang disepakati bersama 4. Bersidang sekurang-kurangnya sekali dalam setahun dalam rangka menghimpun aspirasi yang berkembang di lingkup masyarakat dan para pihak dalam rangka mendukung pengelolaan Taman Nasional Komodo dan sekitarnya. 5. Menyalurkan aspirasi tersebut pada butir 1 melalui wakil-wakil yang duduk di Komite Pengelolaan Kolaborasi Taman Nasional Komodo (KPK-TNK). 6. Mengusulkan kegiatan program pengembangan masyarakat dan kesadaran lingkungan yang dapat membantu peningkatan kelestarian kawasan. 7. Memilih 3 (tiga) orang anggota yang akan menjadi wakil dalam Komite Pengelola Kolaborasi Taman Nasional Komodo (KPK-TNK). 8. Tugas sewaktu-waktu dapat berubah dilihat dari kebutuhan dan sesuai dengan kesepakatan

Penutup - Pengelolaan kolaboratif atau Collaborative Management merupakan suatu kebutuhan dalam rangka mengurangi atau menghilangkan konflik serta menampung berbagai aspirasi atau keinginan berbagai pihak untuk ikut berbagai peran manfaat dan tanggung jawab dalam pengelolaan KSA dan KPA khusunya Taman Nasional Komodo. - Keberhasilan pelaksanaan kolaborasi sangat ditentukan adanya komitmen dan kesepakatan para pihak yang berkepentingan untuk mewujudkan kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bagi kesejahteraan masyarakat