STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. kemajuan teknologi. Tahun 1885, Karl Benz membangun Motorwagen,

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

STUDI EKSPERIMENTAL VARIASI SARINGAN UDARA KARBURATOR TERHADAP KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang otomotif berkembang sangat pesat mendorong

PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC. Mastur 1, Nugroho Aji

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller


Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan adalah alat trasportasi yang di ciptakan oleh manusia untuk

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PERUBAHAN DIMENSI DIAMETER PULI POMPA AIR TERHADAP KERJA SISTEM PENDINGIN PADA MESIN KIJANG TIPE 5K 4 SILINDER

OPTIMASI DAYA MELALUI VARIASI BAHAN BAKAR BIODIESEL MESIN DIESEL 2500 CCKENDERAAN RODA EMPAT

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

MOTOR BAKAR PENGERTIAN DASAR. Pendahuluan

MAKALAH MOTOR BAKAR DAN TENAGA PERTANIAN SISTEM PENDINGINAN

OPTIMASI DESAIN FAN PENDINGIN TERHADAP PENDINGINAN RADIATOR

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

ANALISIS VOLUME AIR RADIATOR TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA MOTOR DIESEL CHEVROLET

BAB VII PENDINGINAN MOTOR

PENGARUH PEMAKAIAN COOLING FAN PADA PROSES PENDINGINAN MESIN SEPEDA MOTOR MATIC HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT EFISIENSI BAHAN BAKAR DAN TEMPERATUR MESIN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN LITERATUR

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP TORSI

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

ANALISIS VOLUME AIR RADIATOR TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA MOTOR DIESEL CHEVROLET ABSTRAK

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Medan Magnet Terhadap Efisiensi Bahan Bakar dan Unjuk Kerja Mesin

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada suatu

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan bidang teknologi mesin sekarang ini, khususnya otomotif

MAKALAH DASAR-DASAR mesin

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator

PENGARUH PENGGUNAAN WATER COOLANT TERHADAP PERFORMANCE MESIN DIESEL. Gatot Soebiyakto 1)

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat motor bensin menurut jumlah langkah kerjanya dapat diklasifikasikan

TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

KINERJA MESIN DIESEL AKIBAT PEMASANGAN THERMOSTAT PADA NANCHANG TYPE 2105A 3

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, PENGARUH PEMANFAATAN GAS BUANG SEBAGAI PEMANAS INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA MESIN SUPRA X TAHUN 2002

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas

ANALISIS VARIASI MEDIA PENDINGINAN PADA RADIATOR TERHADAP KINERJA LAJU PEMBUANGAN PANAS DENGAN KONVEKSI PAKSA

Edi Sarwono, Toni Dwi Putra, Agus Suyatno (2013), PROTON, Vol. 5 No. 1/Hal

BAB I PENDAHULUAN. Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja

BAB I. Pendahuluan. Daihatsu Charade pada generasi pertama yaitu Daihatsu Charade G10

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

OPTIMASI DESAIN SISTEM PENDINGIN PADA MOBIL BERBAHAN BAKAR ETANOL BERKAPASITAS MESIN 1100 CC

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Pemanasan Bahan Bakar terhadap Unjuk Kerja Mesin

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB III LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK TRANSPORT KALOR PADA SISTEM PENDINGIN (SIMULASI) MOTOR BAKAR MENGGUNAKAN POROUS MEDIA


BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018)

PERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

ANALISA PENGARUH SISTEM PENDINGIN TERHADAP MESIN BENSIN XENIA TYPE XI 1300 CC 4 SILINDER 16 VALVE ( K3 DE DOHC )

Penambahan Pemanas Campuran Udara dan Bahan Bakar

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan

BAB II LANDASAN TEORI

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN OLI MESIN TERHADAP KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Penurunan Suhu Pada Pendingin Mesin Sterling Engine Stem. Mualim, Nidia Yunarsih, Nugroho P. Ariyanto. Teknik Mesin,Politeknik Negeri Batam

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian

BAB II KAJIAN TEORI. luar yang memungkinkan kendaraan dapat bergerak serta dapat mengatasi

BAB III PEMBAHASAN. Tabel 3.1 data spesifikasi Engine Toyota Kijang Innova 1TR-FE. Tipe Mesin 2,0 L,4 Silinder Segaris 16.

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE)

Transkripsi:

STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC Maschudi Ferry Irawan, Ikhwanul Qiram, Gatut Rubiono Universitas PGRI Banyuwangi, Jl. Ikan Tongkol 22 Banyuwangi Email: rubionov@yahoo.com ABSTRACT Cooling system is an important part in motorcycle. Its related to engine performance. Radiator cooling system can be applied in motorcycle. This research is aimed to get the effect of radiator oil cooling system in Suzuki Shogun 110 c motorcycle. The research is done by experiment that compare air cooling (standard system) with radiator cooling. Engine is running at 1000, 1500, 2000 and 2500 rpm. Temperature measurement is done with K type thermocouple at 3 measurement points which are left side, right side and engine head. Measurement is done 3 times with 5 minutes interval using stopwatch. The result is used to get the temperature average. The result shows that radiator oil cooling system has effect due to cooling performance. This system has better cooling performance than standard system. Keywords: cooling system, radiator, motorcycle, temperature I. PENDAHULUAN Salah satu jenis motor bakar yang merubah energi panas menjadi energi mekanik adalah sepeda motor. Dewasa ini, sepeda motor merupakan salah satu sarana transportasi yang banyak berkembang di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada banyaknya merek sepeda motor yang dijual di pasaran umum maupun jumlah sepeda motor itu sendiri. Sepeda motor memanfaatkan bahan bakar melalui proses pembakaran. Pembakaran bahan bakar di dalam silinder sepeda motor menghasilkan panas yang cukup tinggi, tetapi tidak keseluruhan panas yang dihasilkan dimanfaatkan menjadi kerja efektif. Sebagian dari panas tersebut hilang akibat dari pendinginan, gas buang dan gesekan mekanis. Panas yang terlalu tinggi dari hasil pembakaran dapat menyebabkan kenaikan temperature oli (90 C-110 C), sehingga oli menjadi encer dan kemampuannya untuk melumasi menjadi berkurang. Hal ini akan menyebabkan komponen-komponen mesin yang saling berhubungan dan saling bergesekan menjadi panas dan dapat merubah bentuk material komponen mesin. Panas yang berlebihan pada mesin dapat mengganggu kinerja mesin tersebut. Apabila terjadi panas berlebihan pada komponen mesin akan terjadi pemuaian yang berlebihan dan perubahan struktur logam komponen mesin. Hal ini akan menyebabkan kerusakan komponen mesin. Kerusakan ini akan berpengaruh terhadap pembakaran bahan bakar sehingga tenaga yang dihasilkan oleh mesin akan berkurang. Untuk mengatasi hal tersebut dapat diantisipasi dengan menambahkan pendingin oli dengan sistem radiator dengan tujuan menjaga temperatur oli dan temperatur mesin tetap pada suhu normal, yaitu sekitar 80 C-85 C. Pada sistem pendingin dengan radiator ini oli dari pompa disilkulasikan dalam pipa radiator dan akan dikeluarkan melalui saluran pada mesin, sehingga oli yang disirkulasikan dalam radiator menerima pendinginan dari udara melalui sirip-sirip radiator. Dinaryanto O, 2008 meneliti optimasi desain fan pendingin terhadap pendinginan radiator yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh bentuk fan terhadap unjuk kerja pendinginan radiator. Penelitian dilakukan dengan membuat variasi bentuk fan (jumlah sudu dan sudut sudu) dan variasi jarak sudu ke radiator kemudian dilakukan penelitian terhadap masing-masing variasi fan dan jaraknya. Jumlah sudu divariasi 5, 6 dan 7. Sudut sudu divariasi 30 o dan 60 o. Jaraknya divariasi 1,5; 2,0 dan 2,5 cm. Obyek penelitian adalah mesin Kijang 5k dengan melakukan pengukuran suhu air radiator menggunakan thermokopel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah sudu dan jarak sudu sangat berpengaruh terhadap pendinginan radiator terutama jumlah sudu dan bentuk modifikasi sudut sudu. Anis S, Budiyono A, 2009 meneliti studi eksperimen pengaruh alur permukaan sirip pada sistem pendingin mesin kendaraan bermotor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek desain alur permukaan sirip terhadap nilai koefisien perpindahan kalor rerata pada permukaan sirip sebagai Jurnal Prodi Teknik Mesin Universitas PGRI Banyuwangi 22

penghantar kalor pada sistem pendingin mesin kendaraan bermotor. Spesimen terbuat dari naptalin dan diuji di dalam terowongan angin. Kecepatan aliran fluida bervariasi dari 1,3 m/s hingga 2,2 m/s. Dengan mengukur pengurangan massa naptalin yang menguap dapat dihitung koefisien perpindahan massanya. Koefisien perpindahan kalor dapat ditentukan dengan menggunakan analogi perpindahan kalor dan massa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain alur permukaan sirip berpengaruh pada sistem pendingin mesin kendaraan bermotor. Hal ini karena bentuk alur permukaan yang berbeda menghasilkan pola aliran dan distribusi kecepatan fluida yang berbeda sehingga berbeda pula nilai koefisien perpindahan kalornya. Murti MR, 2009 meneliti performansi transient radiator pada variasi rpm mesin dengan pembebanan AC. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan laju pembuangan panas pada kondisi kendaraan tanpa pembebanan air conditioner dan mendapatkan pembebanan air conditioner guna memperoleh hasil dalam hal perlakuan fluida campuran yang menggunakan 70% Air, 30% radiator coolant. Pengujian dilakukan pada kondisi mesin beroperasi dengan lima variasi rpm masing-masing selama satu jam yaitu dengan pembebanan AC dan tanpa pembebanan AC. Data yang diambil meliputi temperatur inlet radiator, temperatur outlet radiator, dan aliran volume fluida radiator. Putaran mesin divariasi pada putaran idling, 1500, 1800, 2100, 2400 pada kondisi tanpa pembebanan air conditioner. Pencatatan data setiap 5 menit setelah putaran mesin konstan. Pengujian dilakukan selama satu jam, yang mana pengujian dan pengambilan data dihentikan pada menit ke- 60. Hasil yang didapatkan berupa laju pembuangan panas sebagai performansi radiator adalah meningkat dengan peningkatan rpm mesin dan pada kondisi dengan pembebanan AC menghasilkan laju pembuangan panas yang lebih besar dibandingkan tanpa pembebanan AC. Laju pembuangan panas pada operasi mesin satu jam masih menunjukkan sistem beroperasi pada kondisi transient karena masih adanya peningkatan numerik laju pembuangan panas sebagai fungsi waktu. Selain sistem pendinginan udara, sistem pendingin radiator yang menggunakan media pendingin oli telah mulai digunakan di sepeda motor. Untuk itu perlu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendingin oli dengan sistem radiator pada sepeda motor. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan perbandingan kinerja pendinginan antara 2 sistem pendingin tersebut. II. TINJAUAN PUSTAKA Sistem pendingin digunakan untuk mendinginkan temperatur mesin yang panas akibat dari pembakaran yang berlangsung didalam silinder. Panas pembakaran akan menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur pada bagian-bagian mesin, seperti dinding-dinding silinder, kepala silinder, katup, dan torak. Pembakaran campuran bahan bakar dan udara ini dapat mencapai temperatur 2500 C. Dengan temperatur yang tinggi akan terjadi kerusakan dinding ruang bakar, katup-katup, puncak torak dan kemacetan cincin torak. Selain panas tinggi minyak pelumas yang membasahi dinding silinder akan menguap dan terbakar bersama bahan bakar, sehingga akan mengakibatkan gangguan kerja mesin serta torak dan dinding silinder menjadi aus dengan cepat. Oleh karena itu system pendingin sangat dibutuhkan untuk menjaga temperatur kerja pada batasan yang diijinkan yaitu sesuai dengan kekuatan material dan kondisi operasi yang baik. Selain itu juga untuk mencegah terjadinya perubahan sifat-sifat serta bentuk komponen mesin. Sistem pendingin yang biasa digunakan pada kendaraan ada dua, yaitu: 1. Sistem pendingin udara (air cooling system). Pada sistem ini panas yang dihasilkan dari pembakaran gas didalam ruang bakar dan silinder sebagian dirambatkan keluar dengan menggunakan sirip. Panas yang dihasilkan selanjutnya diserap oleh udara luar yang temperaturnya lebih rendah dari temperatur pada sirip pendingin. Untuk daerah mesin yang temperaturnya tinggi yaitu pada ruang bakar akan diberi sirip pendingin yang dibuat lebih panjang dari pada sirip pendingin yang terdapat disekitar silinder yang temperaturnya lebih rendah. Udara yang menyerap panas dari sirip pendingin harus berbentuk aliran atau udaranya harus mengalir agar temperatur udara sekitar sirip tetap rendah sehingga penyerapan panas berlangsung secara sempurna. Aliran udara ini kecepatannya harus sebanding dengan kecepatan putar mesin agar temperatur ideal mesin dapat tercapai sehingga pendinginan berlangsung dengan sempurna. Jurnal Prodi Teknik Mesin Universitas PGRI Banyuwangi 23

2. Sistem pendinginan air (water cooling system). Pada sistem ini panas dari hasil pembakaran diserap oleh air pendingin setelah melalui dinding silinder dan ruang bakar. Karena itu bagian-bagian luar dari dinding silinder dan ruang bakar dibuat mantel-mantel air pendingin atau water jacket. III. METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian 1. Variabel bebas: a. Sistem pendinginan standar (udara) dan pendinginan radiator. b. Putaran mesin : 1000, 1500, 2000 dan 2500 rpm 2. Variabel terikat: suhu sisi kiri, sisi kanan dan sisi atas blok mesin. Peralatan Penelitian Obyek penelitian adalah mesin sepeda motor Suzuki Shogun 110 cc. Pengukuran temperatur dilakukan dengan termokopel tipe K. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali setiap 5 menit. Kipas digunakan sebagai simulasi angin. Pengukuran suhu mesin Mesin Kipas Saluran pendingin Pompa Accu Radiator sepeda motor Blok mesin Gambar 1. Skema dan foto percobaan Termokopel IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pengolahan Data Contoh perhitungan untuk data variasi pendingin udara (standar), putaran mesin 1000 rpm, titik pengukuran sisi kiri mesin. Rata-rata = 37 50 54 3 = 47 o C Selanjutnya, dengan melakukan cara yang sama untuk semua data hasil penelitian di atas maka akan didapat hasil perhitungan nilai rata-rata yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 1. Temperatur rata-rata pendinginan standar (udara) Putaran Mesin (rpm) Suhu ( o C) di titik pengukuran Sisi kiri Sisi kanan Kop mesin 1000 47,00 54,00 75,33 1500 60,67 69,33 100,67 2000 66.00 73.00 103.00 2500 70,67 76,00 106,67 Tabel 2. Temperatur rata-rata pendinginan radiator Putaran Mesin (rpm) Suhu ( o C) di titik pengukuran Sisi kiri Sisi kanan Kop mesin 1000 41,33 43,00 73,67 1500 56,00 57,00 89,67 2000 59.33 60.67 96.67 2500 63,00 63,33 104,67 Selanjutnya untuk variasi pendinginan standar dan pendinginan radiator, masingmasing variasi ini dihitung nilai rata-rata total suhu mesin. Hasilnya dibandingkan untuk mengetahui prosentase perbedaan nilai tersebut agar dapat diketahui seberapa besar perbedaan hasil pendinginan antara pendinginan standar (udara) dan pendinginan radiator. Misal untuk variasi pendingin udara (standar), putaran mesin 1000 rpm : Rata-rata total = 47 54 75,33 3 = 58,78 o C Dengan melakukan cara yang sama akan didapat hasil perhitungan nilai rata-rata sebagai berikut : Jurnal Prodi Teknik Mesin Universitas PGRI Banyuwangi 24

Suhu ( o C) Suhu ( o C) V-Max, Volume 1 Nomer 1, Nopember 2016 Rpm Tabel 3. Perbandingan temperatur Pendinginan Standar Pendinginan Radiator % Pendinginan 1000 58,78 52,67 11,60 1500 76,89 67,56 13,82 2000 80.67 72.22 11.69 Prosentase perbandingan dihitung dari selisih rata-rata suhu 2 variasi pendinginan. Misal untuk variasi pendingin udara (standar) : (58,78 52,67) % pendinginan = 100% 58,78 = 11,60% 2500 84,44 77,00 9,67 4.2. Grafik Hasil Penelitian 105 95 85 75 65 55 45 35 500 1000 1500 2000 2500 3000 Putaran Mesin (rpm) Sisi kiri (standar) Kop mesin (standar) Sisi kanan (radiator) Sisi kanan (standar) Sisi kiri (radiator) Kop mesin (radiator) Gambar 3. Grafik Suhu Rata-rata Grafik hasil penelitian pada gambar 3 di atas menunjukkan bahwa suhu rata-rata mesin semakin besar jika putaran mesin tersebut juga semakin besar. Selain itu, grafik juga menunjukkan bahwa variasi pendinginan standar (udara) memiliki suhu rata-rata lebih besar dibandingkan variasi pendinginan radiator. Suhu maksimum sebesar 106,67 o C terjadi pada variasi pendinginan standar, putaran mesin 2500 rpm. Suhu minimum sebesar 41,33 o C terjadi pada pendinginan radiator, putaran mesin 1000 rpm. 90 80 70 60 50 500 1000 1500 2000 2500 3000 Putaran Mesin (rpm) Standar Radiator Gambar 4. Grafik Suhu Rata-rata Total Jurnal Prodi Teknik Mesin Universitas PGRI Banyuwangi 25

Prosentase pendinginan V-Max, Volume 1 Nomer 1, Nopember 2016 Grafik hasil penelitian pada gambar 4 di atas juga menunjukkan bahwa suhu ratarata mesin semakin besar jika putaran mesin juga semakin besar. Selain itu, dalam grafik tersebut tampak jelas bahwa variasi pendinginan standar (udara) memiliki suhu rata-rata lebih besar dibandingkan variasi pendinginan radiator. Suhu rata-rata maksimum terjadi pada variasi pendinginan standar sebesar 84,56 o C pada putaran mesin sebesar 2500 rpm. Sedangkan suhu ratarata minimum terjadi pada variasi pendinginan menggunakan radiator sebesar 52,67 o C pada putaran mesin sebesar 1000 rpm. 13 12 11 10 9 500 1000 1500 2000 2500 3000 Putaran Mesin (rpm) Gambar 5. Grafik prosentase pendinginan Grafik hasil penelitian pada gambar 5 di atas menunjukkan bahwa prosentase pendinginan naik pada putaran mesin antara 1000 rpm dan 1500 rpm. Prosentase ini mencapai puncak atau maksimumnya sebesar 12,17% pada putaran mesin 1500 rpm. Selanjutnya prosentase pendinginan menjadi berkurang pada putaran mesin yang lebih tinggi yaitu 2000 rpm dan 2500 rpm. Prosentase ini mencapai nilai minimum sebesar 9,81% pada putaran mesin 2500 rpm. 4.4. Pembahasan Secara umum, posisi titik pengukuran yang memiliki suhu tertinggi adalah di titik kop mesin pendinginan standar dan yang terendah adalah di titik sisi kiri pendinginan radiator. Hal ini disebabkan karena kop (kepala) mesin adalah posisi dimana terjadi percikan bunga api busi untuk pembakaran. Selain itu, daerah ini merupakan arah atas dari pergerakan piston saat memberikan kompresi atau tekanan kepada bahan bakar. Kedua proses ini menghasilkan panas sehingga suhu sekitarnya menjadi naik. Grafik hasil penelitian pada gambar 3 menunjukkan bahwa suhu rata-rata mesin semakin besar jika putaran mesin juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin besar putaran mesin maka terjadilah proses pembakaran bahan bakar yang lebih banyak. Karena lebih banyak inilah maka suhu mesin menjadi naik karena pembakaran menghasilkan panas. Hal ini selanjutnya, berkaitan dengan pengambilan data yang diulang sebanyak 3 kali akan menghasilkan nilai suhu rata-rata yang juga lebih besar. Selain itu, variasi pendinginan standar (udara) memiliki suhu rata-rata lebih besar dibandingkan variasi pendinginan radiator. Hal ini disebabkan karena pendinginan standar hanya mengandalkan udara untuk proses pendinginan mesin. Di sisi lain, hal ini berarti bahwa pendinginan radiator berfungsi dengan baik. Pendinginan radiator dalam hal ini adalah pendinginan tambahan, jadi panas mesin selain didinginkan oleh udara, mesin juga didinginkan oleh radiator sehingga suhu lebih rendah. Mesin atau motor bakar bensin pada umumnya harus bekerja pada suhu sekitar 70-80 o C. Pada pendinginan radiator, untuk putaran di atas 1500 rpm, suhunya lebih dari suhu kerja yang dianjurkan ini. Hal ini dapat mengakibatkan pembakaran bahan bakar yang terjadi tidak efektif. Bensin merupakan bahan yang mudah menguap, panas mesin yang terlalu tinggi dapat menguapkan bensin sehingga bensin akan hilang sebelum terbakar. Jurnal Prodi Teknik Mesin Universitas PGRI Banyuwangi 26

Prosentase pendinginan naik pada putaran mesin antara 1000 rpm dan 1500 rpm. Selanjutnya prosentase pendinginan menjadi berkurang pada putaran mesin yang lebih tinggi yaitu 2000 rpm dan 2500 rpm. Hal ini berarti bahwa pendinginan menggunakan radiator, cairan oli yang digunakan sangat efektif mendinginkan mesin pada putaran mesin yang rendah. Tetapi pada putaran yang lebih tinggi, pendinginan radiator masih mampu mempertahankan suhu mesin pada suhu yang sesuai untuk proses pembakaran yang baik. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan saran bagi pemilik sepeda motor atau teknisinya yaitu bahwa pendinginan dengan tambahan komponen radiator di sepeda motor sangat layak untuk dilakukan. Dari segi teknis, komponen radiator ini memiliki ukuran yang cukup kecil sehingga masih mungkin diposisikan di sekitar bagian mesin. Pemasangan ini tidak akan menganggu komponen mesin yang lain serta tidak menjadi penghalang gerakan kemudi di bagian roda depan. Pemasangannya juga mudah karena tidak membutuhkan tambahan rangka yang khusus, cukup dengan sambungan baut sederhana. V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pendingin oli dengan sistem radiator berpengaruh pada sepeda motor Suzuki Shogun 110cc. 2. Pengaruhnya terlihat pada kemampuan cairan oli yang digunakan untuk mendinginkan mesin. 3. Pendingin oli dengan sistem radiator mampu mendinginkan mesin lebih baik dibanding pendinginan standar yang menggunakan udara. 4. Prosentase pendinginan naik pada putaran mesin antara 1000 dan 1500 rpm. 5. Prosentase pendinginan menjadi berkurang pada putaran mesin yang lebih tinggi yaitu 2000 dan 2500 rpm. Saran Dapat dilakukan penelitian yang menggunakan variasi jenis-jenis atau merkmerk radiator sepeda motor atau menggunakan variasi oli pendingin. DAFTAR PUSTAKA Anis S, Budiyono A, 2009, Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor, Jurnal Kompetensi Teknik 1(1), Jurusan Teknik Mesin, Universitas Negeri Semarang. Daryanto, 2003, Motor Bensin Pada Mobil, penerbit CV Yrama Widya, Bandung Diharto.files.wordpress.com/2011/07/sistempendingin.doc DinaryantoO, 2008, Optimasi Desain Fan Pendingin Terhadap Pendinginan Radiator, Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi, Jurusan Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta. Ernanto, 2011, Mesin Mobil, http://www.automotive96.com Kreith F, 1994, Prinsip-prinsip Perpindahan Panas, Alih bahasa Arko Prijono, Edisi ketiga, Erlangga, Jakarta Fuadmje s Blog, com http://fuadmje.wordpress. Murti MR, 2009, Performansi Transient Radiator pada Variasi Rpm Mesin dengan Pembebanan AC, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM 3(2): 98 104, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana, Bali Jurnal Prodi Teknik Mesin Universitas PGRI Banyuwangi 27