HUBUNGAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA KEHAMILAN DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

III TAHUN Disusun Oleh WIWEN INDITA PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

JURNAL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KABUPATEN KLATEN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011

HUBUNGAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI RSUD PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENELITIAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) PADA KEJADIAN BBLR DI RSUD PRINGSEWU LAMPUNG. Yusari Asih*

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH KOTA MAKASSAR

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PREEKLAMPSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS BATURADEN I BANYUMAS

ANALISIS MULTILEVEL PENYEBAB BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS JETIS I BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013

FAKTOR MATERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BBLR

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU BERSALIN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

PENELITIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Kartika Dewi Ayusti

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. tahun diperkirakan wanita di dunia meninggal sebagai akibat. per kelahiran hidup (Wiknjosastro, 2006).

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan suatu bentuk dari kebutuhan dasar manusia.

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5)

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA SUAMI PEROKOK DAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2010

BAB II TINJAUAN TEORI

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012, Angka kematian ibu adalah 395 per kelahiran hidup.

HUBUNGAN PREEKLAMSIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RSD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Ciamis Tahun 2013)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DR WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA 2015

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

Transkripsi:

HUBUNGAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Nama Mahasiswa : Puji Astuti Purwaningsih NIM : 201110104216 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG D IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012 i

HUBUNGAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2010¹ Puji Astuti Purwanti 2, Dewi Rokhanawati 3 Program Studi DIV Bidan Pendidik STIKes Aisyiyah Yogyakarta email : pujias_74@yahoo.com Abstract: Reasearch is aimed to know relation between maternal parity with the incidence of Low Birth Weight Infants (LBW). Research methods analytical survey approach to retrospective with case-control design. Data using a nominal scale data, hypothesis testing between two variables using Chi Square analysis with 95% confidence level. Respondents were 207 maternal, divided into 2 groups. Group of cases 69, while the control group 138. Sampling techniques in the study was purposive sampling, data collection carried out by using the master table. Test statistics with odds ratios of risk factors. The results obtained there is a relationship between maternal parity with the incidence of LBW, Chi Square analysis obtained p-value = 0.024. Risk of LBW births increased 1.96 times the risk of maternal with parity (1 and> 3) compared to no risk parity (2 and 3). Odds ratios with 95% confidence interval of 1.090 to 3.538 which indicates parity is a risk factor for LBW. Key words: parity, low birth weight Abstrak : Tujuan dari penelitian ini mengetahui antara paritas ibu bersalin dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Metode penelitian survey analitik pendekatan retrospektif dengan rancangan case control. Data menggunakan skala data nominal, uji hipotesis antara dua variable menggunakan analisa Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%. Responden penelitian ini 207 ibu bersalin,dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok kasus 69, sedangkan kelompok kontrol 138.. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling, pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan master tabel. Uji Statistik faktor resiko dengan odds ratio. Hasil penelitian yang diperoleh ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR, analisa Chi Square didapatkan p-value = 0,024. Resiko kelahiran BBLR meningkat 1.96 kali pada ibu bersalin dengan paritas resiko( 1 dan > 3) dibanding paritas tidak resiko( 2 dan 3). Odds Ratio dengan interval kepercayaan 95% sebesar 1,090 sampai 3,538 yang menunjukkan paritas adalah faktor resiko terjadinya BBLR. Kata Kunci : paritas, bayi berat lahir rendah 1

PENDAHULUAN Salah satu penyebab kesakitan dan kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia. Statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang, sedangkan frekuensi BBLR di Negara maju berkisar 3,6-10,8 % (Profil Kesehatan RI, 2008). Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) di Indonesia adalah 29 % dan merupakan tiga besar penyebab kematian bayi baru lahir usia 0-6 hari di Indonesia (RISKESDAS, 2007). Prevalensi BBLR di DIY adalah 17,2 % (Dinkes Prop.DIY, 2007). Kejadian BBLR di Provinsi DIY tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 3,34 % (Dinkes Prov. DIY,2009). Sedangkan prevalensi tertinggi BBLR di Kota Yogyakarta pada tahun 2009 sebesar 4,52 %, kasus. BBLR di Kota Yogyakarta mengalami kenaikan cukup tajam sejak tahun 2008 dari 2,96 % menjadi 4,52 % pada tahun 2009 sehingga perlu diperhatikan pemantauan status kesehatan ibu hamil melalui ante natal care (Dinkes Kota Yogyakarta, 2009). Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, pneumonia, perdarahan intrakranial dan hipoglikemia. Sehingga bayi dengan BBLR merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Seperti yang diterangkan dalam surat An Nisa ayat 9 yang artinya Dan hendaklah takut ( kepada Allah) orang orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. Faktor presdiposisi BBLR antara lain jarak kelahiran sebelumnya, anemia, kelainan uterus, penyakit hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, usia kehamilan kurang (prematuritas), paritas, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini (KPD), keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan merokok dan meminum alkohol, serta faktor lainnya yang tidak diketahui (Prawirohardjo, 2009). Beberapa faktor maternal yang dominan mempengaruhi kejadian BBLR adalah paritas,status gizi,dan anemia saat hamil pada penelitian yang dilakukan oleh Nurrohmah (2002) 2

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survey analitik, pendekatan waktu retrospective dengan rancangan penelitian case control yaitu suatu penelitian di mana efek ( penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasinya atau terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmojo, 2010). Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang bersalin dengan bayi BBLR di Puskesmas Mergangsan antara tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2010 sebanyak 69 ibu, sedangkan populasi kontrol 267 ibu. Sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan perbandingan 1:2, sehingga di dapatkan kelompok kasus 69 dan kelompok kontrol 138. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan tujuan mengambil subjek bukan didasarkan strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu dan memenuhi syarat-syarat tertentu (kriteria inklusi dan eksklusi) (Arikunto, 2006). HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Distribusi Frekuensi Persalinan Berdasarkan Paritas Ibu Bersalin Di Puskesmas Mergangsan Bulan Januari Desember 2010. Umur Ibu Bersalin Jumlah Persentase Paritas beresiko (Paritas 1 dan >3) 104 50,2 % Paritas tidak beresiko (Paritas 2 dan 3) Jumlah 103 207 49,8 % 100 % Dari tabel 2 diketahui bahwa persalinan pada paritas berisiko sebanyak (49,8%). Pada paritas tidak beresiko sebanyak (50,2%). 3

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Bayi Berdasarkan Berat Lahir Di Puskesmas Mergangsan Bulan Januari - Desember 2010 Berat Bayi Baru Lahir Jumlah Persentase BBLN 138 66,7% BBLR 69 33,3% Jumlah 207 100 % Dari tabel 3 dapat diketahui dari persalinan dengan umur kehamilan aterm yang melahirkan bayi dengan BBLR sebanyak (33,3%) dan sebanyak (66,7%) melahirkan bayi dengan BBLN. Tabel 4. Tabel Silang Antara Paritas Ibu Bersalin Dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Mergangsan Bulan Januari Desember 2010 Paritas Ibu Bersalin Paritas Beresiko (paritas 1 dan >3) Paritas tidak beresiko (Paritas 2 dan 3) Jumlah 69 33,3 138 66,7 207 100 Sumber data: rekam medis Puskesmas Mergangsan tahun 2010. Berdasarkan Tabel 4 didapatkan dari paritas berisiko ternyata Kejadian BBLR BBLR BBLN Total F % F % F % 42 20,3 61 29,5 103 49,8 27 13,0 77 37,2 104 50,2 subyek penelitian ibu dengan ( 20,3 %) melahirkan bayi dengan BBLR, sedangkan paritas tidak beresiko menyumbang ( 13%) kasus BBLR. Dalam penelitian ini mencari hubungan antara paritas berisiko dengan kejadian BBLR. Untuk membuktikan hipotesis maka diujikan dengan korelasi chi square diperoleh chi square (χ²) hitung = 5,111 sedangkan harga chi square (χ²) tabel pada taraf signifikasi 0,05 = 3,481, hal ini berarti bahwa (χ²) hitung > (χ²) tabel, p-value = 0,024 (p-value < 0,05) maka Ho ditolak dan 4

Ha diterima dapat disimpulkan ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR. Analisa dilanjutkan menilai faktor resiko paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR. Analisis untuk menguji hipotesis penelitian adalah dengan mencari Odds Ratio (OR) dengan interval kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan 5% didapatkan nilai OR 1,964, hal ini menunjukan bahwa ibu dengan paritas berisiko (1 dan>3) meningkatkan kejadian hampir 2 kali lipat untuk terjadinya BBLR. OR 1,964 dengan interval kepercayaan 95% diperoleh angka 1,090 sampai 3,538 berarti lebih dari angka 1(tidak mencakup angka 1), maka paritas merupakan faktor risiko kejadian BBLR. Pada penelitian ini didapatkan ibu bersalin dengan faktor resiko yaitu paritas 1 dan >3 (49,8%). Dari tabel 4 menunjukkan pada ibu paritas resiko melahirkan bayi BBLR sebanyak (20,3%), sedangkan ibu tidak resiko menyumbang (13,0%) BBLR. Menurut Wiknjosastro (2005) ibu dengan paritas 1 mempunyai resiko lebih tinggi terjadinya BBLR karena jalan lahir ibu belum teruji dan berhubungan dengan kurangnya pengalaman dan pengetahuan dalam perawatan kehamilan terutama pemenuhan gizi yang adekuat. Apabila tidak dipantau dengan cermat pada saat pemeriksaan kehamilan maka bayi akan lahir dengan BBLR. Jumlah anak lebih dari atau sama dengan 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan BBLR dan perdarahan karena keadaan rahim sangat lemah (Depkes,2007). Pada tabel 3 menunjukkan kasus BBLR di Puskesmas Mergangsan sebanyak (33,3%). Jumlah ini semua dari ibu yang hamil cukup bulan yaitu antara 37 sampai 42 minggu. Hal ini sejalan dengan penelitian yang cermat oleh Gruenwald pada tahun 1960 an telah menemukan bahwa bayi dengan berat lahir rendah ( BBLR) tidak sinonim dengan prematuritas. Ternyata sekitar sepertiga bayi lahir dengan berat lahir rendah adalah bayi aterm. Setelah itu banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui penyebab dari BBLR, dan penyebabnya adalah malnutrisi janin intra uteri atau disebut distress janin kronis. Etiologi gangguan pertumbuhan intra uteri ( Intra Uteri 5

Growth Retardation, IUGR) sangat banyak bahkan sulit di kategorikan. Hasil pengamatan pada plasenta bayi bayi yang BBLR memiliki villi avaskularisasi yang berlebihan dan rerata luas permukaan plasenta tersebut kurang. Pada ibu hamil pertama atau lebih dari 3 mempunyai peluang mengalami hal ini karena kecilnya permukaan rahim dan terdapatnya sikatrik pada luka bekas penempelan plasenta pada kehamilan terdahulu. Malnutrisi pada masa embriogenesis memiliki efek yang kecil terhadap pertumbuhan janin, karena wanita memiliki simpanan nutrisi yang cukup untuk fase ini. Tetapi pada pada fase pertumbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai, kebutuhan nutrisi janin bisa melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu rendah ( Klaus & Fanarof,1998). Hal ini sejalan dengan penelitian Darmayanti (2007) tentang pengaruh kenaikan berat badan (BB) rata rata per minggu pada kehamilan trimester 2 dan 3 terhadap resiko BBLR. Didapatkan bahwa rata rata kenaikan BB ibu pada trimester 2 dan 3 adalah 300 gram per minggu, dan kenaikan kurang dari rata rata tersebut mempunyai pengaruh pada persalinan dengan bayi BBLR Dari tabel 4 menunjukkan prosentase resiko kejadian BBLR pada paritas berisiko lebih tinggi dibandingkan pada paritas tidak berisiko, yaitu 20,3% pada paritas berisiko dan 13,0% pada paritas tidak berisiko. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Depkes (2007) faktor ibu adalah umur (<20 th atau >35 th), jumlah paritas, penyakit kehamilan, gizi kurang atau malnutrisi, trauma, kelelahan, merokok, kehamilan tak diinginkan,faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan ganda,faktor janin, kelainan bawaan, infeksi. Berdasarkan analisa uji statistik dengan chi square diperoleh chi square (χ²) hitung = 5,111 sedangkan harga chi square (χ²) tabel pada taraf signifikasi 0,05 = 3,481, hal ini berarti bahwa (χ²) hitung > (χ²) tabel, p-value = 0,024 (p-value < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur ibu hamil dengan kejadian BBLR. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Septarini (2003) tentang hubungan umur, paritas, riwayat kehamilan, praktek tentang ANC, status gizi dan beban kerja dengan kejadian BBLR di wilayah kerja 6

Puskesmas Cepiring Kendal,dengan pendekatan retrospektif, uji chi square diperoleh hasil bahwa variable yang mempunyai hubungan secara bermakna dengan kejadian BBLR adalah : umur (p: 0,000); paritas (p:0,000); riwayat kehamilan (p:0,028). Pada penelitian oleh Kartika (2008) di seluruh Puskesmas di Sumedang Jawa Barat dengan analisa chi square didapatkan hubungan bermakna dengan BBLR adalah: status gizi (p-value:0.004), umur (0,036), paritas (0,045), penyakit menahun(0,003), pekerjaan (0,016). Analisa dilanjutkan dengan studi faktor risiko dengan menghitung odds rasio (OR) didapatkan OR = 1,964 yang artinya variable paritas berisiko (1 dan > 3) mempunyai angka kejadian BBLR lebih tinggi hampir 2 kali lipat untuk terjadinya BBLR dibandingkan pada paritas tidak berisiko. Pada perhitungan interval kepercayaan 95% diperoleh angka 1,090 sampai 3,538 (tidak melalui 1 atau mencakup angka 1) yang berarti bahwa paritas merupakan faktor resiko tejadinya BBLR. Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa jumlah paritas > 3 dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan intra uteri sehingga insiden bayi kecil masa kehamilan(kmk) meningkat, dan setelah 3 kali melahirkan mempunyai dampak resiko melahirkan cacat dan BBLR. Hal ini sejalan dengan penelitian Kidanto, et al (2007) membandingkan kualitas keluaran pada 775 perempuan dianalisis; 296 primigravida dan 479 adalah perempuan dari paritas rendah. Hasilnya primigravida memiliki risiko sedikit lebih tinggi dari hasil kehamilan yang buruk dibandingkan dengan wanita paritas rendah. Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa faktor paritas ibu bersalin salah satu faktor penting untuk dilakukan intervensi agar kejadian BBLR bisa diminimalisasi, mengingat angka kejadian BBLR yang lebih tinggi pada paritas berisiko. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Ibu bersalin yang memiliki paritas berisiko di Puskesmas Mergangsan pada tahun 2010 sebanyak 49,8 %. 7

2. Risiko kejadian BBLR pada Ibu bersalin dengan paritas berisiko di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta tahun 2010 sebanyak 20,3%. 3. Risiko kejadian BBLR pada Ibu bersalin dengan paritas tidak berisiko di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta tahun 2010 sebanyak 13,0%. 4. Kelompok ibu bersalin dengan paritas risiko memiliki risiko 1,96 kali lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan dengan ibu bersalin dengan paritas tidak berisiko dan paritas merupakan faktor resiko untuk terjadinya BBLR. Saran 1. Pemberi layanan kebidanan a. Bidan Bidan khususnya di pelayanan KIA lebih meningkatkan pemantauan pertumbuhan intra uteri secara cermat selama pemeriksaan kehamilan, dengan menggunakan tehnik pengukuran Leopold dan Mc. Donald. Jika diperlukan pemeriksaan rutin dengan ultrasonografi (USG) pada kasus yang dicurigai mengalami retardasi pertumbuhan intra uteri. Apabila ditemukan hal tersebut maka dalam pemberian pelayanan KIE (Konseling Informasi Edukasi) secara efektif khususnya informasi upaya promotif dan preventif kejadian BBLR, khususnya pada paritas berisiko. Bidan di ruang bersalin lebih meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi dini persalinan dengan bayi BBLR, sehingga bisa melakukan rujukan yang aman yaitu rujukan intra uteri. b. Bagi peneliti berikutnya Agar mempertimbangkan untuk melakukan penelitian yang berhubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR dengan pendekatan kohort prospektif sehingga dapat diikuti dengan baik kapan faktor paritas menjadi faktor resiko kejadian BBLR. 8

DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka cipta. Darmayanti S, et al (2007). Pengaruh Kenaikan Berat Badan rata rata per Minggupada Kehamilan Trimester 2dan 3 terhadap Resiko BBLR. BKM:Fakultas Kedokteran UGM Dinas Kesehatan Propinsi DIY. 2007. Profil Kesehatan Propinsi DIY tahun 2007. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Propinsi DIY. Dinas Kesehatan Propinsi DIY. 2009. Profil Kesehatan Propinsi DIY tahun 2009. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Propinsi DIY. Dinkes Kota Yogyakarta. 2009. Profil Kesehatan Kota Yogyakarta. Yogyakarta. Departemen agama. Al- Qur an. Surabaya: Karya agung Kidanto, et al (2007)Comparing Standard Primigravida and Low Parity Women intanzaniadari:http://www.intermid.co.uk/cgibin/go.pl/library/ article.cgi?uid=39411;article=ajm_3_1_17_22 Diunduh pada tanggal 28 Juli 2012 Klaus dan Fanarof.1998. Klasifikasi BBLR : Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Jakarta: EKG. Notoatmojo. S, 2010, Metodolgi Penelitian Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta. Nurrohmah H (2002) Faktor faktor yang Mempengaruhi Kejadian BBLR di RSUD Muntilan Tahun 2002. Prawirohardjo S., 2009, Perawatan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta. Profil Kesehatan Indonesia(2008) http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/profil%20kesehatan%20in donesia%202008.pdf Rahayuningsih K, dkkl(2008). Faktor faktor yang berhubungan dengankejadian BBLR di Puskesmas Pamulihan tahun 2006-2008.Noursing Journal Of Padjajaran Univercity: vol.12 No 2 Oktober 2010- feb 2011 RISKESDAS 2007,lp _rkd2010. Pdf dari:. http://www.ppid.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc 9

download&gid=53&itemid=87 Diunduh pada tanggal 2 Juli 2012 Septarini, D, 2002. Hubungan Umur, Paritas, Riwayat Kehamilan, Praktik Tentang ANC, Status Gizi, Dan Beban Kerja Dengan Kejadian BBLR. Diunduh tanggal 20 Juli 2012 dari : http:/www.fkm.undip.ac.id Wiknjosastro, H., 2005, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 10