Materi Surveying Pengenalan Pemetaan Dasar Materi Mapping Digital

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip

Can be accessed on:

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying)

PENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MS.,MT.

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

METODA-METODA PENGUKURAN

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

Gambar Sket posisi sudut di sebelah kanan arah jalur ukuran polygon terbuka terikat

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

PENGUKURAN POLIGOON. by Salmani, ST.,MT.,MS. POLYGON

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS

1.Sebagai kerangka Horizontal pada daerah pengukuran 2.Kontrol Jarak dan Sudut 3.Basik titik untuk pengukuran selanjutnya 4.

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala

MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

Gambar Penentuan sudut dalam pada poligon tertutup tak. terikat titik tetap P 3 P 2 P 5 P 6 P 7

METODE PENGUKURAN TRIANGULASI

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

MODUL AJAR PRAKTIKUM POLIGON & TACHIMETRI DAFTAR ISI BUKU MODUL PRAKTIKUM POLIGON DAN TACHIMETRI PENYETELAN THEODOLITH DAN PEMBACAAN SUDUT

Can be accessed on:

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud yaitu:

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Kesalahan Sistematis ( Systhematical error ) Kesalahan acak ( Random error ) Kesalahan besar ( Blunder )

PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG

PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium)

Contohnya adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Skema sederhana pesawat Theodolit.

Metode Ilmu Ukur Tanah

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo

SURVEYING (CIV -104)

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

Pembagian kuadran azimuth

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Penyusun

PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE. Prinsip kerja optis theodolite

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

Sipat datar / Levelling/ Waterpassing

Definisi, notasi, glossary. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS. Kode Nama Mata Kuliah 1

SURVEYING (CIV 104) PERTEMUAN 2 : SISTEM SATUAN, ARAH DAN MENENTUKAN POSISI DALAM SURVEYING

BAB VI PERALATAN UKUR SUDUT/ ARAH

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Tinjauan Umum Deformasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

Dosen : Haryono Putro, ST.,SE.,MT.

ILMU UKUR TANAH 2 PENENTUAN POSISI

Sri Rahaju dan Sri Wilarso Budi R

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

Contoh soal : Hitung Beda Tinggi dan Jarak Psw-Titik Horisontal apabila diketahui : TITIK A BA= 1,691 BT = 1,480 BB = 1,296 ta = 1,530 Z = 90'51'02"

BAB IV METODE PENELITIAN

KRIDA NAVIGASI DARAT N

BAB. I Kompas Geologi


LATIHAN SOAL ILMU UKUR TANAH. Oleh: YULI KUSUMAWATI, S.T., M.T.

VISUALISASI 3D LAHAN RENCANA PROYEK UNTUK PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN

PROPOSAL KEGIATAN SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

MODUL RDE - 05: DASAR-DASAR PENGUKURAN TOPOGRAFI

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pita ukur... 2 Gambar 2. Bak ukur... 3 Gambar 3. Pembacaan rambu ukur... 4 Gambar 4. Tripod... 5 Gambar 5. Unting-unting...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

SURVEI DAN PEMETAAAN HUTAN KULIAH 3 - PENGUKURAN

PEMBUATAN PETA SITUASI DUA DIMENSI MENGGUNAKAN ALAT UKUR TANAH SEDERHANA

PENGUKURAN WATERPASS

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

Home : tedyagungc.wordpress.com

METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT

HITUNGAN KOORDINAT, AZIMUTH/ARAH DAN JARAK

Pengukuran dan pemetaan teristris sungai

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

Modul 10 Garis Kontur

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

KONTUR.

Transkripsi:

Materi Surveying Pengenalan Pemetaan Dasar Materi Mapping Digital PT. SBA Wood Industries Created By Planning Survey Section Distrik Teluk Pulai

Pelatihan Survey & Pemetaan UM UG I. Pendahuluan A. Latar Belakang Menentukan Pengukuran untuk pemetaan pada hakikatnya adalah untuk menentukan posisi baik planimetris (X,Y), maupun ketinggian (Z) dari suatu titik ke titik lain. Agar titik yang telah diukur dapat dihitung atau ditentukan kembali posisinya, maka unsur-unsur yang harus diketahui atau diukur adalah Jarak, sudut arah, beda tinggi dan luas. Dalam ilmu ukur tanah sudut arah atau sudut jurusan dihitung dari arah utara geografis ke arah timur berputar searah jarum jam. Sudut arah atau sudut jurusan ini juga dikenal dengah istilah Azimuth. Dalam peralatan ukur tanah, umumnya belum banyak alat yang menunjukkan atau mengukur sudut arah dari utara geografis secara langsung ke titik yang dibidik. Pada alat-alat yang dilengkapi dengan bousole atau kompas seperti halnya theodolit dengan offset bousole, theodolit (T0) dan BTM ( Bousole Trance Montagne ) dapat secara langsung mengukur sudut jurusan atau azimuth, namun bukan azimuth geografis akan tetapi azimuth magnetis. Perbedaan antara arah utara yang ditunjukkan oleh utara magnetis dan utara geografis disebut dengan Delinasi magnit atau salah tunjuk jarum magnit. Pelatihan Survey & Pemetaan Cara membandingkan suatu arah yang diukur dengan kompas dan dengan pengamatan utara astronomis ( Pengamatan matahari ). Selisih arah yang di dapat merupakan besaran koreksi yang harus diberikan terhadap data hasil ukuran arah dengan kompas untuk mendapatkan arah yang benar. Macam-macam Azimuth. Pada alat ukur tanah yang menggunakan kompas, maka azimuth yang terbaca dengan menggunakan ujung utara magnit adalah azimuth magnetis. Pada alat-alat yang menggunakan kompas dalam pembacaan arah horizontalnya adanya ketentuan bahwa: Azimuth adalh besar sudut yang dimulai dari arah utara atau selatan jarum magnit sampai objectif agaris bidik yang besarnya sama dengan angka pembacaan. Karena pengaturan arah angka-angka skala lingkaran horizontal ada yang kekanan atau searah jarum jam dan ada pula yang kekiri atau berlawanan arah dengan putaran jarum jam, demikian pula posisi teropong atau garis bidik ada yang sejajar dengan angka 0º-180º, dan ada pula yang sejajar dengan 180º-0º pada skala lingkaran horizontal, maka dalam pembacaan akan didapat 4 ( empat ) macam kemungkinan azimuth atau Bearing. Sehingga sebelum dimulai pengukuran dengan alat-alat ukur yang menggunakan kompas perlu terlebih dahulu macam azimuth apa yang dibaca oleh alat tersebut. δ 179º 15 25 UG = Utara Geografis UM = Utara Magnetis δ = Deklinasi magnit Adapun cara menentukan macam azimuth adalah sebagai berikut: 1. Tentukan garis skala yang berimpitan dengan ujung utara magnit. Angka tersebut menyatakan besar suatu busur yang dimulai dari nol skala dan diakhiri pada angka itu.. 2. Tentukan busur yang besarnya sama dengan dengan angka pembacaan dimulai dari titik nol. 3. Carilah suatu sudut yang dimulai dari salah satu ujung jarum magnit utara atau selatan sampai garis bidik yang sama besarnya dengan busur lingkaran yang dinyatakan dalam angka pembacaan. Maka cara atau arah putaran dari sudut tersebut menyatakan macam azimuthnya. a. b. Gb.1 Deklinasi Magnit A Besar kecilnya sudut deklinasi dipengaruhi oleh : 1. Tempat dimana dilakukannya pengamatan matahari, makin mendekati kutub makin besar, begitu juga sebaliknya. 2. Adanya atraksi lokal atau gangguan medan magnet setempat. 3. Adanya benda-benda yang terbuat dari logam ( besi, nikel dan lain lain ) pada tempat diadakannya pengamatan. 4. Kesalahan konstruksi alat tersebut seperti jarum magnet tidak seajar dengan 0º - 180º 5. Dan lain-lain. δ Az Azimuth P 160º ST Azimuth P 320º UB Gambar 2. Azimuth Selatan Timur dan Utara Barat δ Created by Planning Survey Section Hal 1 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 2 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan A. Skala lingkaran searah jarum jam, garis bidik sejajar 0º - 180º ( Gambar 2.a ) B. Skala lingkaran searah jarum jam, garis bidik sejajar 180º - 0º ( gambar 2.b ) a. b. Az δ Az δ Pelatihan Survey & Pemetaan II. Pengetahuan Dasar. Pada Pengukuran lahan unsur-unsur yang diukur adalah: 1. Jarak 2. Beda tinggi 3. Sudut ( Sudut Horizontal atau Vertikal ) 4. Dan Luas Untuk menentukan besaran dari unsur-unsur tersebut diperlukan satuan ukuran, yaitu satuan ukuran panjang, satuan ukuran luas dan satuan ukuran sudut. A. Besaran ilmu ukur tanah Azimuth P 210º SB Azimuth P 300º UT Gambar 3. Azimuth Selatan Barat dan Utara Timur C. Skala lingkaran berlawanan arah jarum jam, garis bidik sejajar dengan garis 0º - 180º ( Gambar 3.a) D. Skala lingkaran berlawan arah jarum jam, garis bidik sejajar dengan garis 180º-0º ( gambar 3b ) Apabila dalam perhitungan selanjutnya diperlukan macam azimuth Utara- Timur maka macam Azimuth Utara- Barat, dan Selatan-Timur dikonversikan menjadi azimuth Utara-Timur. Adapun konversinya sebagai berikut: 360º-Azimuth Utara-Barat = Azimuth Utara-Timur 180º- Azimuth Selatan-Timur = Azimuth Utara-Timur Azimuth Selatan- Barat - 180º = Azimuth Utara-Timur B.Maksud dan tujuan Perlu diingat peta rupa bumi, topografi, geologi, iklim dll dipetakan berdasarkan utara geografis bukan utara magnetis Jadi tidak benar, kalau hasil pengukuran sistem kompas dan sudut langsung dipetakan tanpa dilakukabn pengamatan matahari dan pengolahan data terlebih dahulu. Maksud dan tujuan yang akan dicapai dari hasil pengukuran teretis dan pengamatan matahari adalah : 1. Meningkatkan ketelitian hasil pengukuran 2. Mengevaluasi dan menganalisa hasil pengukuran 3. Menjadi sumber informasi berbentuk dan hasil pengukuran yang terpercaya.. 1. Jarak Dalam ilmu ukur tanah atau pengukuran lahan yang dimaksud dengan jarak antar dua titik adalah panjang garis mendatar dal lurus yang menghubungkan kedua titik tersebut. Jarak dapat diketahui secara langsung dengan pengukuran mendatar dan secara tidak langsung melalui pengukuran jarak miring dan pengukuran sudut lerengnya. A-B = Jarak = d Gambar 4. Jarak 2.. Sudut Terdapat dua macam sudut yaitu a. Sudut Mendatar b. Sudut tegak. a. Sudut mendatar 1. Sudut mendatar atau sudut horizontal adal sudut yang dibentuk oleh dua garis pada bidang datar, apabila salah satu garis yang dijadikan patokan ( acuan ) adalah garis Utara maka sudut yang terbentuk adalah Azimuth. Jadi Azimuth adalah sudut mendatar yang diukur dan dihitung positif searah jarum putaran jarum jam yang dimulai dari arah utara magnetis atau geografis sampai arah garis bersangkutan, besarnya 0º-360º 2. Sedangkan sudut jurusan ialah sudut datar yang diukur dan dihitung positif searah putaran jarum jam, dimulai dari garis/ arah sumbu Y+ pada suatu sistem koordinat salib sumbu sampai arah/jurusan yang bersangkutan, besarnya dari 0º - 360º. Created by Planning Survey Section Hal 3 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 4 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan α1.2 = Azimuth β = Sudut Pelatihan Survey & Pemetaan a. sistem Zenith adalah penentuan besarnya sudut tegakyang diukur dengan gerakan vertikal dimulai dari garis tegak yang melalui pusat lingkaran mendatar dan titik zenith sampai kesuatu garis yang menuju objek tertentu, disebut sudut zenith dan harganya selalu positif dari 0º - 180º. b. Sistem horizontal adal penentuan besarnya sudut tegak yang diukur dengan gearakan vertikal dimulai dari garis mendatar yang sejajar muka air sanpai kesuatu garis yang menuju objek tertentu, disebut sudut miring yang bisa berharga positif ( Elevasi ) dari 0º - 90º dan negatif ( Depersi ) dari 0º - 90º. c. Beda tinggi Yang dimaksud beda tinggi ialah selisih ketinggian antara titik-titik dipermukaan bumi terhadap suatu permukaan datar acuan misalnya permukaan air laut rata-rata. Beda tinggi bisa diukur secara langsung melalui pengukuran barometris, menyipat datar atau secara tidak langsung melalui pengukuran jarak miring dan sudut lerengnya disebut cara pengukuran trigonometris. α A.B = Sudut Jurusan b. Sudut Tegak Sudut tegak atau sudut vertikal ialah sudut yang dibentukoleh garis pada bidang vertikal dengan bidang horizontal. Ada dua sistem penentuan sudut tegak yang sering dipakai dalam pengukuran lahan untuk mengukur sudut lereng yaitu : Beda tinggi AB = δt = tb tm Gambar. 7 Beda tinggi d. Trigonometri dalam ilmu ukur tanah Sudut BCA = 90º Gambar.6 Sudut Tegak a. Sistem Zenith b. Sistem Horizontal ( Clinometer ) Perhitungan trigonometri yang sering digunakan dalam ilmu ukur tanah dapat dijelasakan secara singkat sebagai berikut : ( Perhatikan Segitiga siku-siku ABC diatas ) Created by Planning Survey Section Hal 5 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 6 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan Sin α = Sisi didepan sudut α = Sisi miringsegitiga ABC BC AB Cos α = Sisi disamping sudutα = AC Sisi miring Segitiga ABC AB Tg α = Sisi didepan sudutα = Sisi disamping sudutα AC AB Sin β = AC / AB = Cosα ; Cos β = BC / AB = Sinα ; Tg β = AC / BC = 1/ Tg α Persamaan Segitiga ABC : a = b = c Sin α Cos β Sin δ e. Skala Cara pertama untuk menyatakan skala adalah dengan menuliskan angka perbandingan antara suatu jarak dipeta dengan jarak yang sma dengan ukuran sebenarnya dipermukaan bumi. Misalnya suatu jarak antara dua buah titik di peta 40 Cm, sedangkan jarak sebenarnya kedua titik tersebut dipermukaan bumi adalah 10 Km, maka skala tersebut 40 Cm : 1.000.000 Cm atau 1: 25.000. cara kedua untuk menyatakan skala peta ialah dengan menarik garis, dimana pada garis tersebut dibuat skala dengan bagianbagian yang menyatakan 0,1 Km, 1 Km di permukaan bumi Pelatihan Survey & Pemetaan f. Peta adalah gambaran dari permukaan bumi pada suatu.bidang datar, dibuat menurut proyeksi tertentu dan skala tertentu dengan menyajikan unsur-unsur alam dan buatan serta informasi lain yang diinginkan. Isi, ketelitian dan penggunaan peta mempunyai hubungan yang erat dengan skalanya. Suatu peta tanpa ada keterangan skalanya tidak dapat digunakan. Peta topografi dibuat untuk menentukan ciri-ciri alamiah dan buatan ukuran kedudukan horizontal serta elevasinya yang menggambarkan konfigurasi lapangan serta benda-benda alam dan buatan padanya. Peta geografi adalah peta yang dapat memberi penjelasan tentang keadaan permukaan bumi dalam daerah yang sangat luas. Suatu persetujuan interasional mengharuskan tiap negara untuk turut serta membuat peta dengan skala 1 : 1.000.000. B. Pengenalan alat Ukur Survey Alat ukur yang biasa digunakan untuk kegiatan pengukuran antara lain Pesawat ukur sudut ( BTM atau Theodolit ), Alat ukur jarak ( Meteran atau Rambu ukur ) serta Alat ukur Posisi ( Global Position System ) dan masih banyak lagi. B.1 Alat ukur sudut B.1.1 Alat ukur sudut Horizontal Alat ukur sudut Horizontal antara lain T-0 Wild, T-2 Wild, TH-10 Theoldolit, Compas sunnto, Surveying Compass dan masih banyak lagi. Data yang diambil yaitu Sudut Horizontal yang berupa Sudut atau Azimuth Gambar. 8 Skala Garis Cara ketiga menyatakan skala peta ialah dengan menuliskan bebarapa cm pada peta yang sama dengan 1 KM dipermukaan bumi, misalnya peta skala 1 : 25.000 berarti jarak 1 km dilapangan = 4 cm di peta maka dinamakan peta 4 cm. Peta skala 1 : 50.000 berarti jarak 1 KM dilapangan = 2 cm dipeta, maka dinamakan peta 2 cm. Pada setiap lembar peta harus dicantumkan skala numeris ( dalam angka ) dan skala grafis dalam bentuk garis. Pesawat T-0 keluaran generasi baru Wild Compass Sunto yang biasa digunakan untuk Navigasi Created by Planning Survey Section Hal 7 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 8 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan Pelatihan Survey & Pemetaan B.2 Alat ukur jarak Alat ukur jarak antara lain yaitu mistar, meteran Spec 50 m 100 m, Meteran baja, Rambu ukur untuk pengambilan dengan metode Optis Rambu ukur untuk Pembacaan Jarak Optis Surveying Compass Keluaran Ushikata B.2 Alat ukur sudut Vertikal Alat ukur sudut vertikal antara lain T-0 wild, T- 2 Wild, TH-10 Theodolit, Clino meter sunnto dan masih banyak lagi. Data yang diambil yaitu sudut vertikal untuk mencari ketinggian/ beda tinggi. Selain Alat ukur sudut pengambilan beda tinggipun dapat menggunakan Pesawat Sifat datar / Auto level Meteran Fiber 50 m Mistar plastik 30 cm Clinometer Pada Pengukuran Tinggi Pohon B.3 Alat ukur Posisi Alat ukur posisi yaitu GPS ( Global Position System ) yang sakarang ini banyak digunakan untuk aplikasi survey selain data Koordinat yang dapat diketahui secara langsung hasil data GPS dapat ditransfer ke Komputer untuk pembuatan peta kerja ataupun GIS ( Geographic information system ) Autolevel keluaran Topcon untuk Pengukuran beda tinggi GPS Geo Explorer 3 keluaran Trimble Created by Planning Survey Section Hal 9 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 10 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan C. Pedoman Perhitungan 1. Rumus penentuan Koreksi bousole ( metode Pengamatan matahari ) Sebelum dilaksanakan pengukuran, terlebih dahulu diperlukan besarnya koreksi bousole dari alat yang digunakan dengan cara pengamatan matahari. Maksud dan tujuan diadakan koreksi bousole yaitu untuk mengetahui berapa besar penyimpangan besaran utara magnetis dari alat tersebut, sesuai tidak dengan nilai akurasi dari alat tersebut. Misalnya alat tersebut mempunyai nilai akurasi 20 ternyata penyimpangan 30 berarti alat tersebut mempunyai penyimpangan 10 dari nilai koreksi. Apabila terjadi penyimpangan sampai derajat, alat tersebut harus dikalibrasi/ perbaikan. Pelatihan Survey & Pemetaan 2. Penentuan koreksi bousole dengan menggunakan titik Koordinat Rumus α (Inv Tg) = Xb Xa = Δ X Yb Ya Δ Y Perhitungan Kwadran Δ X + - Kwadran I Jika = =, maka hasil α tetap ΔY + Δ X + - Kwadran I Jika = =, maka hasil 180º - α ΔY Δ X - Kwadran I Jika = =, maka hasil 180º + α ΔY Δ X - Kwadran I Jika = =, maka hasil 360º + α ΔY + Rumus Dimana C = A Am C = Besarnya koreksi bousole A= Azimuth matahari/ azimuth sesungguhnya hasil pengolahan data Am= Azimuth matahari hasil pembacaan jarum magnet. Untuk menghitung azimuth matahari dari pengamatan matahari digunakan rumus : Cos A = Sin D - Sin Q. Sin Z Cos Q. Cos t Dimana A= Azimuth matahari D = Deklinasi matahari Q = Lintang pengamatan t = Tinggi/ sudut mirirng rata-rata Sedangkan azmiuth yang digunakan adalah azimuth perbaikan antara azimuth magnet ditambah dengan koreksi bousole Rumus A = Am + C Dimana A = Azimuth Perbaikan Am = Azimuth hasil pembacaan alat ukur C = Koreksi bousole Cat A= Azimuth ( perbaikan ) - Azimuth dari hasil pembacaan ke muka A = Am + C - Azimuth dari hasil pembacaan belakang A = ( Am ± 180º ) + C Gambar.9 Kwadran Dimana : α = Azimuth Geografis Xa = Koordinat X awal Xb = Koordinat X awal Ya = Koordinat Y awal Yb = Koordinat Y akhir Δ X = Selisih Koordinat X Δ Y = Selisih Koordinat Y Contoh hitungan Diket : Xa = 565.041 Ya = 9.674.000 Xb = 565.201 Yb = 9.674.200 Azimuth Magnetis = 38º 0 3 Created by Planning Survey Section Hal 11 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 12 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan Perhitungan α ( InvTg) = 565.201 565.041 160 9.674.200 9.674.000 200 Karena 160 + dan 200 +, maka termasuk kwadran I sehingga α tetap α ( InvTg) = 160 = 0,8 200 α Inv = 38,659 α = 38º 39 35 Koreksi Bousole = Azimuth Geografis Azimuth Magnetis 38º 39 35 38º 0 3 = 0º 39 32 = Pelatihan Survey & Pemetaan Dimana : D = Jarak datar L = Jarak hasil pembacaan pita ukur Sin Z = Sudut Vertikal Rumus ini berlaku bila kita memakai alat ukur theodolit sumbu rangkap dan sumbu tunggal dengan hasil pembacaan dengan pita ukuran / meteran. Dimana : Rumus : D = L x Cos M D = Jarak datar L = Jarak hasil pembacaan pita ukur Cos M = Sudut Zenit / Kemiringan lereng Rumus ini berlaku bila kita menggunakan clinometer dengan pembacaan jarak menggunakan pita ukur / meteran. 4. Mencari sudut ( β ) Rumus β 1 = Pembacaan Azimuth belakang 2.1 Bacaan Azimuth muka 2.3 ( untuk sudut dalam ( + ) 180º gbr 11.1 atau β 2 = Pembacaan Azimuth muka 2.3 Bacaan Azimuth belakang 2.1 ( untuk sudut luar ( + ) 360º gbr.11.2 Gambar 10. Koreksi Bousole Contoh 3. Jarak Datar ( D ) Rumus : D = 100 x ( Ba Bb ) x Sin 2 x Z Dimana : D = Jarak datar 100 x ( Ba Bb ) = Hasil pembacaan rambu ukur Sin 2 x Z = Pembacaan sudut Vertikal Rumus ini berlaku bila kita memakai alat ukur theodolit sumbu rangkap dan sumbu tunggal dengan hasil pembacaan jarak optis/ langsung pada rambu ukur. Rumus : D = L x Sin Z Gambar 11.1 Sudut luar ( terbuka ) Gambar 11.2 Sudut dalam ( Terbuka ) Catatan : Untuk sudut luar seandainya bacaan muka lebih kecil nilainya dari bacaan belakang, bacaan muka harus ditambah 360º dan untuk sudut dalam seandainya bacaan belakang lebih kecil nilainya dari bacaan muka harus ditambah 180º. Created by Planning Survey Section Hal 13 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 14 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan 4. Mencari sudut β rata- rata Rumus β 2 = ( 360º ± Bacaan 2.1 - Bacaan biasa 2.3) + ( 360º ± Bacaan luar biasa 2.1 - Bacaan luar biasa 2.3 ) / 2 Pelatihan Survey & Pemetaan Contoh seandainya Ta = Tinggi alat 1,50 Ba = Bacaan tengah 1,50 Ba = Bacaan atas Bb = Bacaan bawah Contoh Perhitungan B 3 113º 32 52 156º 25 36 2 B 1 269º 58 28 156º 25 22 LB 3 293º 32 52 LB 1 89º 58 00 156º 25 08 Dimana : B = Bacaan biasa horizzontal titik 2.3 B = Bacaan biasa horizontal titik 2.1 LB = Bacaan luar biasa horizontal titik 2.3 LB = Bacaan luar biasa horizontal titik 2.1 5. Rumus koreksi sudut Rumus K β1.2 = K β n Dimana K β1.2 = Koreksi untuk setiap titik K β = Kesalahan seluruh titik n = Jumlah titik yang diukur Gambar 12 Gambar 13 Rumus : Δt 1.2 = 100x( Ba Bb)x CosZxSinZ+ (Ta Ba)Meter Dimana Δ t = Beda tinggi 1.2 100 x( Ba Bb) = Pembacaan jarak di rambu CosZ xsinz = Bacaan Sudut Vertikal ( Ta Ba ) = Tinggi alat dikurang benang tengah Rumus ini berlaku bila tinggi alat dengan benang tengah tidak 90º atau satu garis sejajar yang disebabkan oleh pengaruh kelerengan. 6. Rumus lereng rata-rata Rumus V 1.2= ( 360 Bacaanluarbiasa1.2+ BacaanbiasaVertikal )/ 2 7. Rumus Beda tinggi (Δt ) Rumus : Δt 1.2 = 100 x ( Ba Bb ) x CosZ xsinz Dimana Δt = Beda tinggi 1.2 100 x ( Ba Bb ) = Pembacaan jarak di rambu CosZ x SinZ = Bacaan sudut Vertikal Rumus ini berlaku bila ukuran tinggi alat theodolit sama dengan bacaan benang tengah di rambu. Gambar. 14 Clinometer Gambar. 15 Gambar 16 Kompas suunto Rumus Δt 1.2 = L x Sin m Dimana Δt = Beda tinggi 1.2 L = Jarak Lapangang Sin m = Sudut miring Created by Planning Survey Section Hal 15 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 16 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan Rumus ini berlaku bila kita menggunakan clinometer untuk sudut miring, sedangkan jarak dengan pita ukur dan alat pembacaan azimuth dengan kompas. 8. Mencari kesalahan beda tinggi ( f Δt) Dimana Rumus f Δt = Σ Δt ( Dplakhir Dpl Awal ) 9. Mencari koreksi per titik f Δ t = Nilai kesalahan Σ Δt = Jumlah Beda tinggi Dpl = Nilai Ketinggian tanah diketahui Rumus KΔt 1.2 = Σ d1.2/ Σ dx fδt 10. Rumus selisih ( ΔX) absis dan ordinat ( ΔY) Absis = ΔX 1.2 = D.1.2 Sin α 1.2 Ordinat = ΔX 1.2 = D.1.2 Cos α 1.2 Nilai Koreksi absis ( ( KΔX ) dan Ordinat ( KΔ Y ) Absis = fx = Σd. Sinα ( X akhir X awal) Ordinat = fx = Σd. Cosα ( X akhir X awal) Cat. Jika fx bertanda ( + ), maka Jika fy bertanda ( + ), maka 11. Nilai kesalahan pertitik KΔ X KΔ X ( - ) dan sebaliknya ( - ) dan sebaliknya Pelatihan Survey & Pemetaan Dimana KΔ X 1. 2 & KΔ Y 1. 2 = Nilai untuk tiap-tiap titik d. 1.2 = Jarak datar setiap titik Σ d = Jumlah selisih fx & fy = Nilai koreksi pertitik X dan Y 12. Rumus mencari koordinat sumbu X dan Y X. 2 = X.1 ± Δ X.1.2 ± KΔ X.1.2 Y. 2 = Y.1 ± ΔY.1.2 ± KΔY.1.2 Dimana X.2 = Absis titik 2 X.1 = Absis titik 1 Y.2 = Ordinat titik 2 Y.1 = Ordinat titik 1 Δ X.1.2 & KΔ X.1. 2 = Koreksi titik 1 Δ Y.1.2 & KΔ Y.1. 2 = Perubahan absis & ordinat titik 1 ke 2 13. Rumus kesalahan dan koreksi jarak hasil pengukuran Rumus koreksi jarak 2 2 fl = fx + fy Kesalahan jarak Kr = fl Σd Dimana fl = Koreksi jarak Kr = Kesalahan jarak Rumus Dpl 2 = Dpl1 ± Δt1.2 ± K Δ1. 2 Dimana Dpl 2 = Tinggi titik 2 di Dpl Dpl 1 = Tinggi titik 1 di Dpl Δ t1.2 = Beda tinggi antara titik 1 dan 2 Rumus = KΔX 1.2= d. 1. 2 x fx Σ d KΔY 1.2= d. 1. 2 x fy Σ d 14. Penentapan interval kontur Rumus Δ t = V 2= Skala 1.000 Dimana Δ t = Interval kontur 1.000 = Nilai konstant Created by Planning Survey Section Hal 17 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 18 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan A. Persiapan 1. Peralatan dan bahan III. Pelaksanaan Pengukuran Persiapan dalam pelaksanaan pengamatan matahari adalah a. Theodolit Kompas ( untuk koreksi bousole ) dan Theodolit sumbu rangkap ( untuk sudut jurusan ) 1 Unit b. Statif 1 Unit c. Unting-Unting 1 Unit d. Rambu ukur ( untuk Sudut Jurusan ) 1 Unit e. Calculator Fx 3600 / sejenisnya 1 Unit f. Papan Dada 1 Unit g. Buku ukur dan alat-alat tulis secukupnya Persiapan dalam pelaksanaan pengukuran kompas dan sudut adalah a. Theodolit kompas jenis T0 Wild dan Theodolit sumbu rangkap 1 Unit b. Statif 1 Unit c. rambu ukur 1 Unit d. Unting-unting 1 Unit e. Meteran 50 m dan 2 m 1 Unit f. Payung 1 Unit g. Papan dada 1 Unit h. Busur dan mistar 30 cm 1 Unit i. Calculator Fx 3600/ sejenisnya 1 Unit j. bukur ukur dan alat-alat tulis Secukupnya k. Kertas milimeter/ kalkir Secukupnya l. Patok kayu ukuran 30 x 0,20 cm Secukupnya 2. Personil Terdiri dari a. Surveyor Senior 1 Orang b. Ass Surveyor 1 Orang c. Tenaga Harian lepas 3 Orang 3. Orientasi lapangan Sebelum kita mengadakan pengukuran langsung kelapangan perlu diadakan orientasi lapangan yang bertujuan supaya kita mengetahui bentuk lapangan, posisi patok yang akan dipasang serta menganalisa biaya, tenaga dan waktu untuk pengukuran lanjutan. Perlu diingat pada saat pemasangan patok yang akan diukur, sebelumnya kita sudah mempunyai titik referensi/ ikatan supaya dalam perhitungan dan pengukuran kita mempunyai titik koordinat X, Y dan tinggi tanah yang mengikat antara titik 1 ke titik yang lainnya. Pelatihan Survey & Pemetaan B. Tahapan dan langkah kerja pelaksanaan pengukuran Sebelum kita memulai pengukuran harus terlebih dahulu yaitu: 1. Mencari titik referensi/ ikatan di peta rupa bumi atau topografi yang mempunyai nilai koordinat awal 2. Melakukan pengamatan matahari atau pengambilan dengan GPS 3. Sistem pengukuran, apakah akan menggunakan sistem kompas atau sudut tergantung dengan tujuan dan fungsinya. Pengamatan Matahari Tujuan adalah mengetahui besaran koreksi bousole atau arah utara geografis yang akan digunakan dalam perhitngan Azimuth, koordinat X,Y pada setiap titik-titik hasil pengukuran baik sistem Azimuth maupun sudut Langkah langkah kerja pengamatan koreksi bousole atau Azimuth pokok/ Sudut jurusan 1. Untuk koreksi bousole dengan sistem menadah a. Dirikan alat disembarang tempat yang berdekatan dengan titikm referensi, dimisalkan titik referensi bertanda LQ dan titik alat tidak dipasang patok b. Sesuai dengan teori penyetelan sumbu mendatar, stel nivo sumbu kestu sampai datar umpama alat yang digunakan jenis T0 Wild c. Dengansatu tangan buka penutup kunci bousole. Satu mata melihat pergerakkan jarum magnet dimikroskop pembacaan, lepaskan kunci bousole kalau pergerakan jarum magnet sudah berhenti sendiri. Hasil yang ditujukkan jarum magnet adalah azimuth magnetis d. Dilanjutkan mengrahkan teropong kearah matahari posisi bacaan biasa dan kertas HVS sebagai alat penadah untuk memulai pengamatan matahari dimulai dengan bacaan atas kiri biasa, posisi matahari berimpit dibenang silang pada pesawat dengan kode Ya kalau telah berimpit, baca jam (masukkan pada kolom pembacaan jam), Azimuth matahari (masukkan kekolom pembacaan lingkaran) serta pembacaaan lingkaran tegak/vertikal. Data tersebut dimasukkan dibuku ukur. e. Putar skrup penyetel tinggi, untuk pembacaan kanan biasa dengan posisi matahari berimpit dibenang silang pada pesawat dengan kode ya kalau telah berimpit, baca jam, azimuth matahari dan vertikal. Created by Planning Survey Section Hal 19 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 20 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan f. Kemudian dengan membalik posisi teropong biasa ke teropong luar biasa, dengan cara yang sama ambil data diposisi kiri atas dan bawah kanan. Data yang diambil jam, azimuth matahari dan vertikal. g. Pengamatan matahari selesai, dilanjutkan pengolahan data dikantor. Setelah hasil pengolahan data adalah azimuth geografis yang fungsinya untuk mengoreksi alat yang digunakan berapa besar penyimpangannya. Pelatihan Survey & Pemetaan setiap 0.6. jadi dibutuhkan kecepatan dalam pengambilan jam, HZ dan Vertikal disetiap kwadrat I,II,III dan IV. Untuk pengamatan matahari pada pagi hari bisa dimulai dari jam 7 00 WIB 8 30 WIB, sedangakan untuk pengamatan sore hari dimulai jam 15 00 WIB 17 30 WIB Contoh Gambar 2. Untuk azimuth pokok/ sudut jurusan awal dan akhir a. Dirikan alat ukur disalah satu titik ukuran yang mengikatn dan mempunyai nilai koordinat X, Y dan Elevasi misalnya titik CAE b. Sesuai denganteori penyetelan sumbu mendatar, stel nivo sumbu kesatu sampai datar. Alat yang digunakan bisa T0 dan theodolit sumbu rangkap c. Dilanjutkan mengarahkan teropong kearah matahari posisi bacaan biasa dan kertas HVS sebagai alat penadah untuk memulai pengamatan matahari. Dimulai dengan bacaan atas kiri biasa, posisi matahari berimpit dibenang silang pada pesawat dengan kode Ya kalau teklah berimpit, baca jam (masukkan pada kolom pembacaan jam), azimuth matahari ( masukkan kekolom pembacaan lingkaran ) serta pembacaan lingkaran tegak/vertikal data tersebut dimasukkan dibuku ukur. d. Putar skrup penyetel tinggi, untuk pembacaan kanan biasa dengan posisi mathari berimpit dibenang silang pada pesawat dengan kode Ya kalau telah berimpit, baca jam, azimuth matahari dan vertikal. e. Kemudian dengan membalik posisi teropong biasa ke posisi teropong luas biasa, dengan cara yang sama ambil data diposisi kiri atas dan bawah kanan. Data yang diambil jam, azimuth matahari, dan vertikal. f. Kemudian bidik salah satu titik acuan (Ta) dengan jarak sejauh mungkin, bacaan biasa dan luar biasa dimasukkan kekolom kwadrat I,II,III dan IV. Data yang diambil hanaya besaran sudut dan jarak. g. Selesai pekerjaan pengamatan matahari untuk penentuan azimuth pokok dan dilanjutkan ke pengolahan data. Catatan: Untuk pembacaan jam nilai toleransi 0,6 untuk setiap pembacaan pada kwadrat I,II,III dan IV karena perputaran perubahan matahari Gambar 17 Pengukuran teretis sistem sudut dan kompas Tujuan pengukuran sistem sudut adalah untuk mendapatkan besaran sudut antara dua titik atau sudut yang dibentuk oleh dua buah titik yang berbeda jaraknya, sedangkan azimuth adalah untuk mendapatkan besaran arah utara magnetis yang searah putaran jarum jam. Langkah-langkah kerja sistem sudut polygon tertutup adalah sebagai berikut : a. Dari hasil orientasi telah didapat trayek sementara dilapangan dan posisi titik ukuran serta nomor urut titik sesuai dengan tujuan untuk kerangaka pemetaan. b. Dirikan alat ukur dititik referensi yang telah mempunyai nilai koordinat X, Y dan Elevasi yang akan menjadi acuan. Misalkan titik awal CAE dan titik akhir CAE. Untuk alat bisa digunkan T0 atau theodolit sumbu rangkap. c. Seperti biasa sebelum memulai pengukuran terlebih dahulu menyetel sumbu mendatar atau gelembung nivo baik kotak maupun tabung sesuai dengan teori menyetel alat. d. Karena pada kesempatan kali ini kita menggunakan theodolit sumbu rangkap yang mempunyai tabung utara( berdifat orientasi) maka untuk sket harus kita gunakan kompas tangan untuk pengambilan arah utara magnetis sebagai acuan pembuatan sket awal dengan mengambil azimuth dari titik CAE ke titik 1 Created by Planning Survey Section Hal 21 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 22 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan e. Dilanjutkan dengan mengarahkan teropong bacaan biasa dari titik CAE ke titik 1 dengan data pengambilan sudut horizontal, vertikal dan jarak lapangan, catatan dibuku ukur dikolom bacaan biasa titik 1 f. Kemudian buka kunci badan pesawat dengan mengarahkan teropong pesawat ketitik 54 dengan pengambilan data bacaan biasa sudut horizontal, vertikal dan jarak lapangan, catat dibuku ukur kolom biasa titik 54 g. Balik teropong ke bacaan luar biasa dengan mengarahkan teropong ke titik 1 dan titik 54 dengan pengambilan data sudut mendatar, vertikal dan jarak lapangan. Catat dibuku ukur dikolom bacaan luar biasa titik 1 dan titik 54 h. Dengan mengunakan busur buat sket sesuai dengan arah kompas, kontur dan lakukan perhitungan perata-rataan sudut β ( seperti dasar teori diatasi dilanjutkan CAE ke 1 dan 54 ) i. Pindah pesawat ukur di titik 1, lakukan hal yang sama terlebih dahulu mendatarakan dan menyetel gelembung nivo, sesuai dengan teori mendatar alat. j. Kemudian dilanjutkan mengarahkan teropong bacaan biasa ke titik 2 dan ketitik CAE, data yang diambil bacaan horizontal, vertikal dan jarak lapangan. Masukkan ke kolom bacaan biasa titik 2 dan titik CAE k. Lanjutkan balik teropong ke bacaan luar biasa ketitik 2 dan titik CAE, data yang diambil bacaan horizontal, vertikal dan jarak lapangan. Masukkan kebacaan luar biasa titik 2 dan titik CAE. l. Dengan menggunakan buasur buat sket sesuai dengan arah kompas, kontur dan lakukan perhitungan perata-rataan sudut β (seperti dasar teori diatas) dilanjutkan setiap hasil pembacaan rata-rata β (+) 180º dan seterusnya (sket tergambar titik 1 ke 3 dan CAE ) m. Lakukan hal yang sama seperti kolom I,j,k,l sampai kembali lagi ketitik CAE n. Data yang terukur adalah sudut horizontal, vertikal, jarak lapangan dan sket serta perata skala 1: 2000 rata sudut β o. Selesai pengukuran titik kerangka pemetaan sistem sudut, yang akan dilanjutkan ke pemetaan situasi dengan sistem kompas dan pengolahan data Pelatihan Survey & Pemetaan b. Dirikan alat dititk 2, kemudian dilanjutkan dengan menyetel dan mendatarkan nivo sesuai dengan teori. Alat yang kita gunakan adalah jenis T 0 Wild c. Kemudian dengan membuka kunci bousole untuk mendapatkan arah utara magnetis pada titik 2, dilanjutkan mengerahkan teropong ke titik 51 polygon tertutup untuk mendapatkan besaran azimuth 2 ke 51, sudut vertikal dan jarak. Catat dibuku ukur pada kolom pembacaan azimuth ukuran. d. Putar teropong kearah titik 3, bacaan azimuth ukuran titik 2 ke 3, sudut vertikal dan jarak lapangan. Catat dibuku ukur kolom pembacaan azimuth ukuran, buat sket titik 2 ke titik 51 dan titik 3 dengan menggunakan busur dan konturnya. e. Pindah alat ke titik 4 dengan sembarang tempat dengan melihat topografi setempat. f. Kemudian mendatarkan alat sesuai teori menyetel nivo di titik 4, diteruskan membuka kunci bousole untuk mendapatkan arah utara magnetis di titik 4 g. Arahkan teropong ke titik 3, bacaan azimuth titik 4 ke titik 3, sudut vertikal dan jarak lapangan. Catat di buku ukur. h. Buka kunci badan pesawat, putar teropong arahkan ketitik 5. baca azimuth titik 4 ke titik 5, sudut vertikal dan jarak lapangan. Buat sket titik 4 ke titik 3 dan titik 5 dengan menggunakan busur dan konturnya. i. Pindah alat ke titik 6, lakukan hal yang sama pada kolom e,f,g,h sampai titik terakhir mengikat pada ukuran polygon tertutup. j. Untuk berdirinya alat selalu dititik yang genap bukan titik ganjil, karena kita memakai sistem lompat kijang dan selalu memancar untuk pengambilan detailnya. k. Kondisi topografi pada ukuran pemetaan situasi harus terukur semuanya, karena akan digambarkan bentuk konturnya. l. Selesai pekerjaan pengukuran, dilanjutkan pengolahan data. Contoh Sket dengan pengukuran memancar: Langkah langkah kerja sistem kompas dengan lompat kijang, Polygon tertutup adalah sebagai berikut : a. tentukan titik awal sembarang tempat, dengan ikatan polygon sudut pemetaan Gambar 18 Created by Planning Survey Section Hal 23 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 24 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan Pengukuran dengan GPS ( Global Position System ) Petunjuk Penggunaan GPS Geo Explorer Geo Explorer adal salah satu GPS Handheld keluaran Amerika yang diproduksi oleh Trimble. Banyak Jenis GPS yang ada dipasaran mulai dari GPS Navigasi sampai Geodetic. Geo Explorer merupakan salah satu GPS Navigasi yang banyak digunakan untuk Kegiatan Pengukuran dengan ketelitian > 5 m 2. Pengenalan alat a. Layar Dispay Monitor mini ± 4 untuk tampilan menu-menu dan operasional alat Pelatihan Survey & Pemetaan 8 9 10 11 Penunjuk posisi satelit, kondisi battrey dan menampilkan data sistem pada GPS Geo Explorer ( Konfigurasi) untuk Melakukan Perintah Pengukuran Untuk melakukan perintah Navigasi Tombol Kombinasi b. Tombol-tombol 12 13 14 15 Tombol Memulai Pengukuran Tombol Mengaktifkan GPS Membatalkan Perintah yang sedang berlangsung Untuk mengaktifkan lampu layar N O Tombol Fungsi 16 Untuk Mengurangi Kontras layar 1 Untuk mengahiri suatu perintah dalam menu bila ditekan bersamaan Tombol Fn untuk pembatalan perintah. 17 Untuk Menambah Kontras layar 2 3 4 5 6 7 Menampilkan sub menu Untuk mengarahkan perintah kebawah Untuk mengarahkan perintah keatas Untuk mengarahkan perintah ke kiri Untuk mengarahkan perintah ke kanan Untuk Memproses perintah 18 19 20 21 22 Untuk Masuk ke Bagian Menu Menunjukan jumlah satelite yang tertangkap oleh GPS Muncul bila mode RCTM diaktifkan Lampu Redup Jika Tombol Fn dan Data ditekan bersamaan Muncul bila antena luar dipasang Created by Planning Survey Section Hal 25 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 26 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan 23 24 25 26 3.Penggunaan alat a. Melakukan pengambilan titik Lampu Terang Jika Tombol Fn dan Data ditekan bersamaan setelah tombol lampu redup Menunjukkan level bateray yang sudah digunakan Symbol Pensil akan bergerak jika pengambilan data dilakukan Symbol Pensil akan terhenti jika tombol LOG tidak di tekan, untuk memulai pengukuran tekan LOG dan symbol pensil akan bergerak serta angka logging akan bertambah Sket GPS Geo explorer 3 1. Tekan DATA 2. Pilih Create new file, kemudian tekan ENTER 3. Arahkan ke feature Titik (sesuai nama yg kita buat) menggunakan tombol panah atas-bawah 4. Arahkan ke Later menggunakan tombol panah kiri-kanan 5. Tekan ENTER 6. Isi dictionary dengan keterangan yang lengkap 7. Tekan LOG untuk memulai pengukuran 8. Apabila sudah selesai pengukuran, tekan CLOSE untuk menyimpan data 9. Catatan : record pengukuran minimal 12 (logging interval 5s) b. Melakukan Pengambilan garis lapangan / Jalan 1. Tekan DATA 2. Pilih Create new file, kemudian tekan ENTER Pelatihan Survey & Pemetaan 3. Arahkan ke feature Garis (atau sesuai nama yang kita buat) menggunakan tombol panah atas-bawah 4. Arahkan ke Later menggunakan tombol panah kiri-kanan 5. Tekan ENTER 6. Isi dictionary dengan keterangan yang lengkap 7. Tekan LOG untuk memulai pengukuran 8. Apabila sudah selesai pengukuran, tekan CLOSE untuk menyimpan data C. Melakukan Pengukuran Garis/ Jalan dan titik 1. Tekan DATA 2. Pilih Create new file, kemudian tekan ENTER 3. Arahkan ke feature Garis (atau sesuai nama yang kita buat) menggunakan tombol panah atas-bawah 4. Arahkan ke Later menggunakan tombol panah kiri-kanan 5. Tekan ENTER 6. Isi dictionary dengan keterangan yang lengkap 7. Tekan LOG untuk memulai pengukuran 8. Tekan CLOSE untuk menyimpan data feature Garis yang kita ukur 9. Arahkan ke feature Titik (atau sesuai nama yang kita buat), kemudian tekan ENTER 10. Isi dictionary dengan keterangan yang lengkap 11. Tekan LOG untuk memulai pengukuran feature point 12. Setelah record pengukuran feature point sudah cukup (minimal 12 record), kemudian tekan CLOSE untuk menyimpan data ukuran feature point 13. Tekan OPTION, pilih Continous Garis, kemudian tekan ENTER. Berarti pengukuran feature line dilanjutkan kembali. 14. Apabila akan menyisipkan ukuran point lagi, ulangi langkah (9) sampai (12). 15. Untuk melanjutkan pengukuran line lagi, ulangi langkah ke (3). Demikian seterusnya. D. Mencari Titik di Lapangan Berdasarkan Jarak 1. Buat New waypoint dengan cara sebagai berikut : a. Tekan OPTION b. Pilih New waypoint, tekan ENTER c. Isi Name sesuai yang kita kehendaki, Posisi East/North secara otomatis merupakan posisi tempat kita berdiri. Posisi ini dapat kita rubah sendiri secara manual. 2. Tekan OPTION 3. Pilih Selest start, tekan ENTER, arahkan ke file waypoint yang kita maksud, tekan ENTER Created by Planning Survey Section Hal 27 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 28 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan 4. Tekan OPTION 5. Pilih Select target, tekan ENTER, arahkan ke file waypoint yang kita maksud, tekan ENTER 6. Lihat ke menu utama (NAV ROAD) dan perhatikan di tampilan DISTANCE. 7. Pada tampilan DISTANCE tersebut, secara otomatis GPS akan mengukur jarak yang kita tempuh. Apabila sudah sampai pada jarak yang kita kehendaki, berhentilah, kemudian ukur posisi tersebut menggunakan feature point. Hal ini untuk membandingkan terhadap posisi yang sudah terkoreksi. Pelatihan Survey & Pemetaan f. Ukur posisi tersebut menggunakan feature point untuk membandingkan terhadap koordinat yang sudah terkoreksi. g. Koordinat yang fixed/benar adalah yang sudah terkoreksi. h. Catatan : Gunakan sistem koordinat UTM agar lebih mudah! E. Mencari Titik di Lapngan Berdasarkan Koordinat 1. Buat New waypoint dengan cara sebagai berikut : a. Tekan OPTION b. Pilih New waypoint, tekan ENTER c. Isi Name dan koordinat yang akan kita cari di lapangan berdasarkan peta kerja (bisa dicari di komputer/mapinfo). 2. Tekan OPTION 3. Pilih Selest start, tekan ENTER, arahkan ke file waypoint yang kita maksud, tekan ENTER 4. Tekan OPTION 5. Pilih Select target, tekan ENTER, arahkan ke file waypoint yang kita maksud (yang akan dicari di lapangan), tekan ENTER 6. Lihat ke menu utama (NAV CHART) dan perhatikan di tampilan DISTANCE dan BEARING. 7. Pada tampilan DISTANCE dan BEARING tersebut, secara otomatis GPS akan menunjukkan jarak (distance) dan azimuth (bearing) menuju koordinat yang kita cari. 8. Apabila sudah sampai pada koordinat yang kita cari, berhentilah, kemudian ukur posisi tersebut menggunakan feature point. Hal ini untuk membandingkan terhadap posisi yang sudah terkoreksi. 9. Dapat juga dilakukan dengan cara lain sebagai berikut : a. Tekan SYS dan arahkan ke manu SYS GPS b. Pada menu tersebut secara otomatis akan tampil posisi/koordinat. c. Sesuai dengan peta kerja, dekati lokasi koordinat yang akan kita cari di lapangan. d. Setelah dekat dekat lokasi koordinat yang akan kita cari, hidupkan alat GPS. e. Kemudian geser-geser alat GPS tersebut sampai tepat atau sangat mendekati dengan koordinat yang kita maksud. Created by Planning Survey Section Hal 29 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 30 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan IV. Pengolahan Data Hasil Pengukuran A. Pengolahan data Pengamatan Matahari 1. Menentukan deklinasi matahari dari tabel almanak matahari Perhitungan deklinasi dari koreksi bousole Dimana : Rata-rata waktu pengambilan = 8 h 7 m 36 s WIB Perubahan waktu pengambila = 7 h WIB ( 1 h 7 m 36 s WIB ) Deklinasi ( ) Tabel = -22º 34 22 Tanggal Pengamatan = 6 Jan 99 Perubahan tiap jam ( Δ ) = 17,3 Maka Deklinasi pada saat itu : = -22º 34 22 + ( 1x 3600 +7 x 60 + 36 )/ 3600 x 0º 0 17,3 = -22º 34 22 + 0º 0 19,49 = -22º 34 2,51 untuk perhitungan pengamatan matahari sudut jurusan / Azimuth pokok caranya sama dengan koreksi bousole Menentukan besarnya koreksi ( r ) dan setengah diameter ( 1/2 ) tabel dibawah ini adalah besarnya koreksi refraksi untuk tinggi matahari tertentu : Tinggi Matahari Refraksi 7 º - 8º 7 9º 6 10º - 11º 5 12º - 15º 4 16º - 20º 3 21º - 30º 2 > 30º 1 Pelatihan Survey & Pemetaan Tinggi Ukuran (1/2 0º - 14º 16 14º - 24º 17 24º - 30º 18 > 30º 19 Tanda ( + / - ) untuk 1/2 adalah sebagai berikut Kedudukan matahari tepi Teropong dengan bayangan Terbalik ( Wild T-0 Lama ) 1/2 1/2 - + + - + - - + Teropong dengan bayangan tegak ( T-0, T2 ) Jika pengamatan matahari langsung pada pusat matahri, misalnya menggunakan prisma relofs, maka koreksi 1/2 tidak perlu diberikan Menghitung Q ( Lintang ) dari interpolasi peta topografi daerah Gunung Walat, kecamatan sukabumi kabupaten Jawa Barat Dengan demikian tinggi matahari adalah t = tuk 1 Koreksi setengah diameter ( 1/2 ) Pengamatan mathari dengan cara menadah bayangan matahari yang tepi-tepinya disinggungkan pada benang silang teropong, perlu diberikan koreksi 1/2 terhadap tinggi matahari ( sudut miring ) untuk memperoleh tinggi terhadap pusat matahari. Untuk pengamatan T0, karena 1/2 nya tetap yaitu 16, maka 1/2 dapat disusun pada tabel dibawah ini : Created by Planning Survey Section Hal 31 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 32 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan Misal Gambar Peta Topografi : Pelatihan Survey & Pemetaan Cara Penyelesaiannnya adalah : Dimana : Pembacaan Rata-rata (: 4 ) A = 247º 24 57,7 β = 317º 37 21,5 α CAE = A + β = 247º 24 57,7 + 317º 37 21,5 = 565º 2 19 360º = 205º 2 19 Peta Topografi Skala 1 : 50.000 Jadi cara mencarinya adalah : Rumus : d.1 = d d x ( 1.2 1.1 ) d Jadi Q. Gunung Walat = -6º 30 + ( 41.5 Cm x ( -70º 0 (-) 6º30 )) 50 Cm = -6º30 + 0º24 54 = -6º30 + 0º25 = -6º 55 Catatan : a. kalau kita akan mengadakan pengamatan disebelah utara mulai dari utara ke selatan, maka Q diberi tanda (-) b. Kalau kita akan mengadakan pengamatan disebelah selatan mulai dari selatan ke Utara, maka Q diberi tanda (+) B. Perhitungan kerangka Utama Polygon Tertutup Tahapan tahapan perhitungan adalah : 1. Meghitung sudut jurusan awal / akhir dengan hasil pengamatan matahari sistem tadah, pada pengamatan sore hari Dalam penentuan sudut awal / akhir, data yang diamati dalam pembacaan alat ukur antara lain : a. Pembacaan azimuth ke matahari ( A sesungguhnya ) b. Pembacaan ke titik acuan ( Ta ) c. Pembacaan lingkaran Tegak ( V ) Diketahui jurusan awal = 205º 2 19-180º = 25º 2 19 Menghitung Kesalahan Pengukuran Sudut ( β = ( α Akhir α Awal + k.180 + f β β ( α Ahir α Awal ) + k.180 = 9990 5'16" (205 2'19" 205 2'19") + (53 + 2)*180 Rumus = = 9990 5'16" 9990 0'0" Catatan : Jika Kβ = = 0 5'16" = 0 5'16"( KesalahanSudut ) f β ) f β ( + ) maka nilai K β ( - ) dan sebaliknya Nilai Koreksi Sudut untuk tiap-tiap titik adalah sebagai berikut : Rumus K β 1= Kβ / n Dimana K β 1 = Koreksi untuk Setiap titik K β = Kesalahan seluruh titik = Jumlah titik yang terukur Jadi Kβ 1 = 0 5'16"/ 53 Titik = 0º 0 6 x 52 titik = 0º0 4 x 1 titik n Created by Planning Survey Section Hal 33 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 34 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan Menghitung Sudut Jurusan Dik : jurusan awal dan akhir = 205º 2 19 α.c2.cae = 2045º 2 19-180º = 25º 2 19 α.2.3 = 25º 2 19 + 156º 25 22-0º 0 6 = 181º 27 35 α.3.2 = 181º 27 35-180º = 1º 27 35 α.3.4 = 1º 27 35 +201º 12 51-0º 0 6 = 202º 40 20 ( dst sampai kembali ke titik CAE ) Coba dan hitung kembali blangko pengukuran yang ada Menghitung Jarak Datar Menghitungh jarak datar dengan menggunakan jarak optis berlanku rumus dibawah ini dengan data-data pendukung adalah : a. Sudut lereng rata-rata ( Z ) derajat b. Jarak ukuran / lapangan ( L ) meter Perhatikan gambar sebagai dasar rumus dibawah ini : Pelatihan Survey & Pemetaan Menghitung Selisih Absis ( Δ x ) dan Ordinat ( Δ y ) Beberapa contoh perhitungan dari hasil pengukuran sebagai berikut : Nilai untuk selisih absis : Rumus Δ x = d x Sin α Δ x.cae.2 = 36.893 Sin 205º 2 19 = -15.614 Δ x.2.3 = 51.304 Sin 181º 27 35 = - 1.307 Nilai untuk Selisih Ordinat Rumus Δ y = d x Cos α Δy.CAE.2 = 36.893 Cos 205º 2 19 = -15.614 Δ y.2.3 = 51.304 Cos 181º 27 35 = - 1.307 Pengecekan dan Perbaikan Absis dan Ordinat Maksudnya untuk mengetahui berapa besar koreksi yang harus diberikan kepada besarn kesalahan jarak pada tiap-tiap dalam suatu kegiatan pengukuran. Untuk besarnya nilai koreksi tiap-tiap titk tidak sama nilainya tergantung pada besarnya nila jar dan kesalahan proyeksi disumbu x dan y Untuk nilai koreksi absis ( k Δ y) Rumua : AB = d = 100.(Ba-Bb).Sin 2 Z AB = d = ( Ba-Bb )*2.100 Beberapa contoh dari hasil perhitungan jarak optis sesuai dengan blangko Pengukuran P.CAE.1 = 37.000 x Sin 2 93º 5 18 = 36.893 Rumus = d x Sinα Koordinat Awal Koordinat Akhir) = -4.106 ( - 16775.360 (-) 16775.360 ) = -4.106 ( Kesalahan absis ) maka nilai k Δ y positif dan sebaliknya 1.2 = 38.000 x Sin 2 91º 33 5 = 37.972 Created by Planning Survey Section Hal 35 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 36 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan Nilai Kesalahan tiap-tiap titik adalah : Rumus : Kx1.2 = d. 1.2 / d x fx Beberapa contoh dari hasil pengukuran untuk perhitungan nilai koreksi (Δ x) k.δ x.cae.2 = 36,893 / 2205,834 x 4,106 = 0,069 k.δ x.2.3 = 51,304 / 2205,834 x 4,106 = 0,095 Untuk nilai koreksi ordinat ( k Δ y) Rumus : Kx1.2 = d. 1.2 / d x fy Beberapa contoh dari hasil pengukuran untuk perhitungan nilai koreksi (Δy) k.δ.y.cae.2 = 36,893 / 2205,834 x 1,907 = 0,032 k.δ..y.2.3 = 51,304 / 2205,834 x 1,907 = 0,044 Catatan : Hasil nilai koreksi x, y dijumlahkan jika terjadi selisih angka, koreksi terbesar diberikan pada jarak terpanjang Menghitung Koordinat x dan y Data yang diperlukan sebagai acuan perhitungan koordinat adalah : a. Koordinat awal dan akhir yang diketahui nilainya b. Selisih absis dan ordinat dari hasil perhitungan c. Koreksi absis dan ordinat dari hasil perhitungan Rumus = X 2= X1 ± d.1.2sinα 1.2 ± kx.1. 2 Y 2= Y1 ± d.1.2 Cosα 1.2 ± ky.1.2 Beberapa contoh dari hasil pengukuran untuk perhitungan nilai koordinat x, y 1. Koordinat Sumbu x 2. Koordinat Sumbu y kx.1.2 = -16775,360 15,614 + 0,069 k.y.1.2 = -9031,400 33,426 + 0,032 = -16790,950 = -9064,794 Pelatihan Survey & Pemetaan Ketelitian Pengukuran Supaya kita ketahui ketelitian pengukuran, lakukan pengecekan sebagai berikut : Menghitung Kesalahan linier jarak ( fl ) Rumus = fl = fx 2+ fy2 fl = 4.1062+ 1. 9072 = 4,53 meter Menghitung kesalahan relatif ( kr ) Rumus : Kr = fl / d = 4.53 ( dijadikan /1000 ) 2205,834 Perhitungan Beda tinggi = 0,205 / 1000 ( Nilai kesalahan tiap jarak sepanjang / 1000 meter ) Karena alat yang kita gunakan meteran / pita ukur, maka rumus yang dipakai adalah : Rumus : AB =.Δ d1.2 = L x Sin Z x x Cos Z Dimana :.Δ d1.2 = Beda Tinggi 1 ke 2 L = Jarak Lapangan Z = Sudut Miring / Vertikal rata-rata Beberapa Contoh Perhitungan Beda tinggi (.Δ d ).Δ dcae = 37.000 x Sin 93º 5 18 x Cos 93º 5 18 = 37.000 x 0,05 = -1.99.Δ d.1.2 = 51.600 x Sin 94º 20 33 x Cos 94º 20 33 = 51.600 x 0,08 = -3.90 kx2.3 = -16790,905-1,307 + 0,095 k.y2.3 = -9064,474 51,287 + 0,044 = -16792,117 = -9116,794 Created by Planning Survey Section Hal 37 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 38 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan V. Penggambaran Peta A. PENGENALAN PETA A.1. Arti peta Peta adalah gambaran dari bagian permukaan bumi yang digambarkan pada bidang datar dengan proyeksi tertentu dan skala tertentu. Segala seluk beluk tentang pembuatan peta dipelajari dalam satu bidang ilmu pengetahuan yang disebut ilmu kartografi. Ilmu kartografi merupakan gabungan dari ilmu pemetaan dan ilmu seni (keindahan). Karena itu pembuatan peta harus pula memperhatikan keindahan peta. A.2. Fungsi Peta Akhir-akhir ini, penggunaan peta semakin luas. Tidak hanya menyangkut bidang yang menyangkut penggunaan lahan tetapi juga digunakan dibidang yang lain seperti bidang sosial, kependudukan, ekonomi, perhubungan dan lain sebagainya. Dari berbagai bidang penggunaan peta tersebut dapat disimpulkan bahwa peta berfungsi untuk menyajikan informasi-informasi baik informasi parsial maupun informasi non parsial. Dalam bidang kehutanan peta sangat diperlukan untuk membuat perencanaan penataan areal, prasarana transportasi, realisasi kegiatan dll. A.3. Jenis Peta Berdasarkan ilmu kartografi peta dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu : A.3.a. Peta Topografi yaitu peta yang mengambarkan unsur-unsur alam (gunung, sungai, lembah dll ) dan unsur-unsur buatan ( Jalan, Jembatan, Bangunan dll ) yang ditandai dengan adanya garis kontur atau garis ketinggian Contoh Peta Topgrafi Pelatihan Survey & Pemetaan A.3.b.Peta Tematik yaitu peta yang menggambarkan satu tema atau lebih yang masih ada hubunganya dengan topografi. Tema tersebut tergambar dalam judul peta. A.4. Skala Peta A.4.a.Arti Skala Skala Peta adalah angka yang menyatakan perbandingan antara jarak dipeta dengan jarak yang sesungguhnya dilapangan. A.4.b.Fungsi Skala Skala peta berfungsi untuk mengetahui besar jarak dipeta jika unsur tersebut dilhat dilapangan atau sebaliknya jarak dilapangan jika ditransformasikan dipeta. A.4.c.Macam-macam Skala Ada dua skala peta yang dipakai yaitu : A.4.c.(1).Skala Numeris yaitu Skala yang menyatakan angka perbandingan antara jarak dipeta dengan jarak dilapangan Contoh 1 : 50.000 A.4.c.(2).Skala grafis/bar/garis yaitu Skala yang dibuat berbentuk gambar garis/bar. Skala bar/grafis/garis ini tidak bisa kita baca secara langsung. Untuk membaca skala tersebut kita harus mengukur panjang gambar skala tersebut A.4.d.Pembacaan Skala A.4.d.(1).Peralatan A.4.d.(1).(a)Penggaris A.4.d.(1).(b)Peta skala 1 : 10.000, Peta skala 1 : 25.000, Peta skala 1 : 50.000 A.4.d.(1).(c)Pinsil A.4.d.(1).(d)Kalkulator Created by Planning Survey Section Hal 39 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 40 Dari 60

Pelatihan Survey & Pemetaan A.4.d.(2).Pelaksanaan Pada skala numeris pembacaan skala dapat langsung dibaca, karena skala numeris langsung menuliskan angka perbandingan antara jarak yang ada dipeta dengan jarak dilapangan. Misal pada skala numeris tertulis 1 : 100.000 artinya jarak 1 Cm dipeta sama dengan jarak 100.000 Cm ( 1 Km ) dilapngan. Untuk mengetahui jarak dilapangan maka diukur jarak dipeta dikalikan faktor skala. Berbeda dengan skala numeris, skala bar/grafis tidak dapat langsung dibaca. Untuk mengetahuinya maka ukur pangjang garis skala dengan penggaris: Lihat angka pangkal/awal dan ujung garis. Misal panjang garis 4 Cm, angka pangkal/awal 0 (nol), angka ujung adalah 1 Km. Berarti jarak 4 Cm dipeta sama dengan jarak 1 Km dilapangan. Jika kita tuliskan dalam skala numeris menjadi 4 Cm / 4 = 1 Cm. 1 Km / 4 = 0.25 Km ( 250 Cm). Maka skala numeris sama dengan 1 cm : 250 Cm atau 1 : 25.000. A.5. Pembacaan Peta. Sebelum menganalisa peta, kita harus membaca bagian-bagian peta yang menjelaskan tentang isi dari peta. Pertama yang harus kita baca adalah judul peta, arah utara peta, skala peta, legenda peta. Setelah mengetahui informasi tersebut baru dapat menganalisa peta, posisi suatu tempat, jarak dari satu tempat ke tempat yang lain, luas dll. B. PEMBUATAN PETA B.1. Bagian-bagian peta Peta terdiri dari beberapa bagian. Tiap bagian mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Bagian-bagian dari peta : B.1.a.Isi Peta Isi peta adalah bagian terpenting dari peta dimana isi peta ini memuat informasi-informasi yang akan disampaikan/disajikan dalam peta tersebut. Informasi yang disajikan berupa unsur-unsur alam dan Pelatihan Survey & Pemetaan unsur buatan ditambah dengan informasi utama yang akan disajikan sesuai dengan tema/ judul peta. B.1.b.Informasi tepi peta. B.1.b.(1).Judul Peta Judul peta menggambarkan tema peta yang dibuat dalam isi peta. Judul peta harus dibuat sesingkat mungkin namun masih mudah dipahami. Antara isi peta dan judul peta harus ada hubungan yang jelas B.1.b.(2).Arah utara Arah utara ini berfungsi untuk menunjukan utara dari peta. Informasi ini diperlukan karena tanpa penunjuk arah utara yang menganalisa peta menjadi sulit untuk menentukan posisi suatu obyek. Arah utara biasanya digambarkan berbentuk panah yang menunjuk kearah utara peta. Arah Utara Geografis B.1.b.(3).Skala Skala peta berfungsi untuk mengetahui besar suatu unsur (luas atau jarak ) yang digambarkan dipeta jika unsur tersebut dilihat dilapangan. Skala Grafis dan Numeris Created by Planning Survey Section Hal 41 Dari 60 Created by Planning Survey Section Hal 42 Dari 60