BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan ini akan digunakan untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Tuanakotta, 2013:7) (Tuanakotta, 2013:113) (Sukrisno, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik pada saat ini merupakan profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini. Menghadapi MEA, keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses sistematik yang dilakukan untuk. mengevaluasi bukti secara objektif atas pernyataan-pernyataan dari

Bab I- Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Suatu profesi adalah suatu lingkungan pekerjaan masyarakat yang


Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Setiap kali ada protes anti-pemerintah, singkatan KKN ini dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup masyarakat, hal ini seiring dengan tujuan pembangunan yang tertuang

Mengingat. 1. Menimbang '. a. STANDAR AUDIT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu contoh kecurangan tersebut adalah tindakan perbuatan korupsi yang

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat akan terwujudnya pemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing auditor berbeda. Auditor pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merupakan suatu gangguan terhadap pemeriksa, bila sikap kebebasan

BAB I PENDAHULUAN. Auditor dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Tahun 2008 disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor pemerintahan merupakan pihak yang sangat berperan dalam pengawasan dan

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan kepada pihak luar, dimana pihak luarpun memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan penggunaan keuangan negara yang dilakukan pihak-pihak. tertentu. Dengan adanya pengawasan ini, pemerintah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas untuk setiap tahunnya. Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis dan

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pengendalian mutu. Selanjutnya De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk secara jujur tanpa manipulasi dan terbuka untuk melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). untuk menjamin bahwa tujuan tercapai secara hemat, efisien, dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Kasus-kasus korupsi masih menjadi hiasan di layar kaca televisi kita

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BAB I PENDAHULUAN. diaudit dapat dihandalkan dan manajemen juga akan mendapat keyakinan dan. melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien.

BAB 1 PENDAHULUAN. disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Profesi akuntan publik juga

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk menjamin kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, salah satu contoh kecurangan tersebut adalah korupsi. Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. korupsi yang telah dilakukan oleh institusi kelembagaan pemerintah selama ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Audit yang berkualitas dapat membantu mengurangi penyalahgunaan dana

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah

KUESIONER Profil Responden KOMPETENSI Dimensi Pernyataan Alternatif Jawaban STS TS N S SS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraud merupakan topik yang hangat dibicarakan di kalangan praktisi maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta

BAB I PENDAHULUAN. intensitas dan modusnya semakin berkembang dengan penyebab multi factor.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan ekonomi agar tetap eksis dalam persaingan. Keadaaan ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan publik. Dari profesi

4 BAB V SIMPULAN DAN SARAN. internal terhadap penerapan good corporate governance, maka penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. governance dalam hal ini menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara maka persaingan pasar tidak dapat dihindari dan akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. PT Indosat, Tbk dan anak perusahannya, Indosat Mega Media (IM2),

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu entitas yang

BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik, maka akuntabilitas dan transparansi informasi bagi masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. optimal, yaitu harus dilaksanakan secara efektif dan efisien serta bermanfaat bagi. program secara efektif, efisien dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. Tabloid Opini Edisi 11, Juli 2005 tentang Korupsi BUMN menuliskan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang dipercaya oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai tujuan untuk mendukung keuangan negara dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya mewujudkan tujuan nasional yang dilakukan secara berkesinambungan. Tujuan nasional termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial (Ace Suryadi,2014). Pembangunan nasional harus terus ditingkatkan demi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia pada semua aspek kehidupan (politik, ekonomi dan sosial budaya). Seiring dengan pembangunan nasional berkembang pula praktik kecurangan (fraud). Kecurangan merupakan tindakan melawan hukum yang merugikan entitas atau organisasi dan menguntungkan pelakunya (Karyono.2013:1). Salah satu contoh bagian dari kecurangan (fraud) yaitu korupsi. Korupsi merupakan permasalahan utama di Indonesia bahkan dunia. Korupsi menyebabkan kemiskinan akibat target-target dari tujuan pembangunan nasional tidak berhasil dan untuk kepentingan kelompok tertentu (Amrizal Sutan Kayo,2013:7). Hasil Survey Transparency International Corruption Index sampai dengan tahun 2013 Score Index Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia masih 1

2 menunjukan angka 3,2 yang artinya dengan skala score 1-10 Indonesia berada pada urutan terburuk. Semakin mendekati angka 10 negara dianggap semakin bersih dari praktik korupsi dan sebaliknya (www.transparency.org). Korupsi merupakan kecurangan yang mendapatkan perhatian cukup besar dari masyarakat karena korupsi telah menimbulkan kerugian negara yang sangat besar dan berdampak krisis diberbagai bidang. Komitmen Pemerintah untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme pada berbagai aspek diamanatkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam ketetapan No.XI/MPR/1998 dan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaran Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN harus dilaksanakan guna tercapai transparansi dan akuntabilitas publik (Pusdiklatwas BPKP,2008). Upaya pemberantasan korupsi telah dilakukan salah satunya dengan melaksanakan audit investigasi. Tujuan audit investigasi yaitu untuk mengumpulkan bukti yang dapat membantu pihak aparat penegak hukum dengan cara mendekatkan bukti audit menjadi bukti hukum di pengadilan dimana auditor harus mampu memperoleh bukti yang relevan terkait dengan pengungkapan fakta, modus operandi, jenis penyimpangan, penyebab penyimpangan, pihak yang terlibat dan jumlah kerugian yang ditimbulkan (Amrizal Sutan Kayo,2013:23). Fakta-fakta berkaitan dengan kecurangan atau tindak pidana korupsi dituangkan dalam Laporan Hasil Audit Investigasi yang harus diuji dengan bukti-bukti yang diperoleh selama audit investigasi (Pusdiklatwas BPKP,2010). Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai auditor investigasi maka auditor dituntut meningkatkan kualitas hasil audit yang ditunjukan dalam laporan hasil

3 audit investigasi. Dalam melaksanakan audit investigasi pentingnya kualitas hasil audit yaitu agar laporan tersebut tidak menyesatkan para pengguna dalam pengambilan keputusan serta dapat ditindaklanjuti dalam proses hukum (Muhammad Fuat Widyaiswara,2012). Kualitas hasil audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya yang ditunjukan dengan laporan hasil audit yang dapat diandalkan berdasarkan standar yang telah ditetapkan (Indrasti,2011). Sedangkan Septianingtyas et.al (2012) mengemukakan kualitas hasil audit adalah sikap auditor dalam melaksanakan tugasnya yang tercermin dalam hasil pemeriksaan yang dapat diandalkan sesuai dengan standar yang berlaku yang terjaminnya kredibilitas dan keandalan informasi dalam laporan audit agar laporan tersebut tidak menyesatkan para pengguna dalam mengambil keputusan. Laporan audit yang berkualitas harus akurat, jelas, lengkap, singkat dan disusun dengan logis, tepat waktu dan objektif (Pusdiklatwas BPKP,2010). Menurut Badjuri kualitas hasil audit berarti pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern, kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil audit, dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kualitas hasil audit harus tetap dijaga sehingga dapat mempertahankan profesionalisme dan kepercayaan masyarakat. Namun, saat ini terjadi penurunan terhadap kualitas hasil audit khususnya audit investigasi.

4 Contoh terkait penurunan kualitas hasil audit investigasi yaitu dalam perkara dugaan korupsi APBD 2004 Kota Cirebon senilai 4,9 milyar yang melibatkan 30 tersangka anggota DPRD Kota Cirebon. Hasil audit investigasi tersebut dinilai tidak valid disebabkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tidak melakukan klarifikasi atau meminta keterangan atas hasil temuan kepada yang bersangkutan. BPKP tidak sesuai aturan atau standar dalam menjalankan audit investigasi sehingga hasil audit dinilai tidak valid. Sedangkan menurut aturan dalam melakukan audit investigasi harus ada klarifikasi dari pihak terkait karena audit investigasi memuat 2 (dua) laporan yakni laporan hasil pemeriksaan tim audit dan juga keterangan dari pihak yang diaudit atau pihak terkait. Hal ini yang menunjukkan bahwa ada salah satu unsur standar audit yang tidak terpenuhi maka hasil audit BPKP dinilai tidak valid (www.pikiran-rakyat.com/node/122923). Selain itu, fenomena lain terkait penurunan kualitas hasil audit investigasi yaitu terjadi pada kasus PT Indosat Tbk dan PT Indosat Mega Media (IM2). Indar Atmanto Dirut PT Indosat Tbk menggugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) atas keputusan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang terdiri dari (i) Surat yang ditandatangani Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi No. SR-1024/D6/01/2012 tanggal 9 November 2012 perihal surat laporan hasil audit dalam rangka penghitungan kerugian negara atas dugaan tindak pidana korupsi dalam pembangunan jaringan frekuensi radio 2.1 Ghz/3G oleh PT Indosat Tbk dan IM2 serta (ii) Laporan hasil audit Tim BPKP atas perhitungan kerugian keuangan negara dalam perkara dugaan tindak pidana

5 korupsi penggunaan jaringan frekuensi 2.1 GHz /3G oleh PT. Indosat Tbk. Dalam surat tersebut BPKP menyatakan bahwa negara telah dirugikan sebesar Rp. 1,3 triliun. Namun pada 21 Juli 2014, hakim majelis kasasi Mahkamah Agung (MA) H. Bambang Heryanto., SH. Telah memutuskan hasil audit BPKP atas dugaan tindak pidana korupsi dalam pembangunan jaringan frekuensi radio 2.1 Ghz/3G oleh PT Indosat Tbk dan IM2 tidak sah. Hasil audit atas kasus tersebut tidak sah karena pertimbangan pertama, audit tidak diawali oleh permintaan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sebagai regulator telekomunikasi. Kedua, tidak ditemukan adanya penggunaan frekuensi bersama Indosat-IM2 sesuai fakta-fakta persidangan dan keterangan sejumlah ahli. Ketiga, BPKP tidak pernah melakukan pemeriksaan terhadap objek audit yakni PT Indosat Tbk dan anak usahanya IM2. Ketua majelis hakim H. Bambang Heryanto menambahkan bahwa objek berupa hasil audit perhitungan kerugian negara oleh BPKP mempunyai cacat hukum karena tidak pernah dilakukan audit dan tidak adanya permintaan dari Kemenkominfo sebagai regulator. Dengan demikian, hasil audit tersebut serta lampiran berupa Laporan Hasil Perhitungan Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) tertanggal 31 Oktober 2012 yang dibuat oleh tim BPKP telah dicabut dan tidak berlaku (www.beritasatu.com). Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas kualitas hasil audit investigasi masih belum memadai. Terlihat masih ada hasil audit investigasi yang dinyatakan tidak valid atau tidak sah. Hal ini mengakibatkan kepercayaan publik atas kualitas hasil audit investigasi mengalami penurunan. Faktor yang mempengaruhi kualitas hasil audit investigasi melihat fenomena di atas yaitu

6 kompetensi auditor investigasi. Auditor yang melaksanakan audit investigasi harus memiliki keahlian dan pengalaman dalam audit keuangan, audit kinerja, audit investigasi serta audit dalam penghitungan kerugian keuangan negara dan pemberi keterangan ahli di sidang pengadilan tindak pidana korupsi. Auditor investigasi dengan keahlian akuntansi dan audit kecurangan akan berperan membantu pihak penyidik dalam pengungkapan penyimpangan keuangan negara baik dari segi kualitas hasil audit maupun waktu pengungkapan kasus korupsi (Amrizal Sutan Kayo,2013:5). Kompetensi merupakan hal yang mendasar menjadi seorang auditor untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas yang didukung dengan pengetahuan keterampilan, pengalaman dan pendidikan yang memadai (Indrasti,2011). Penelitian yang dilakukan oleh Indrasti (2011), Perdany et.al (2012), Badjuri (2012), Subhan (2010) membuktikan bahwa semakin tinggi kompetensi auditor maka kualitas hasil audit akan semakin baik. Selain faktor kompetensi faktor lain yang mempengaruhi kualitas hasil audit investigasi yaitu kemahiran profesional atau due professional care. Standar Profesi Akuntan Publik (2011) menyebutkan Standar Umum Ketiga yaitu kemahiran profesional berarti auditor adalah profesional yang bertanggung jawab melaksanakan tugasnya dengan tekun dan seksama. Kemahiran profesional menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisisme profesional yaitu sikap auditor berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit. Menurut Arens et.al (2008:43) kemahiran profesional mencakup pertimbangan mengenai kelengkapan dokumen audit, kecukupan bukti audit serta ketepatan laporan audit. Kemahiran profesional

7 merupakann syarat diri yang penting untuk diimplementasikan dalam pekerjaan audit (Achmad Badjuri,2012). Dalam melaksanakan audit investigasi kemahiran profesional diperlukan dalam mengumpulkan bukti-bukti dengan penuh kehatihatian sehingga bukti dapat diterima di pengadilan (Alimudin Baso,2012). Penelitian Martani et.al (2013) dan Sumarni et.al (2013) membuktikan bahwa kemahiran profesional atau due professional care berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi due professional care diimplementasikan dalam pekerjaan audit maka kualitas hasil audit akan semakin baik. Penelitian ini mengacu pada penelitian Perdany et.al (2012) dengan responden penelitian pada BPK-RI Perwakilan Yogyakarta. Penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan kesamaan variabel independen yaitu Kompetensi. Namun, penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan pertama yaitu penulis mengganti variabel Independensi dengan Due Professional Care. Perbedaan kedua terdapat pada responden penelitian yaitu pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kompetensi dan Due Professional Care Auditor Investigasi Terhadap Kualitas Hasil Audit Investigasi (Suatu Studi Pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Barat).

8 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kompetensi auditor investigasi pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Barat, 2. Bagaimana due professional care auditor investigasi pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Barat, 3. Bagaimana kualitas hasil audit investigasi pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Barat, 4. Seberapa besar pengaruh kompetensi dan due professional care auditor investigasi terhadap kualitas hasil audit investigasi pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Barat secara simultan. 5. Seberapa besar pengaruh kompetensi dan due professional care auditor investigasi terhadap kualitas hasil audit investigasi pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Barat secara parsial.

9 1.3 Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kompetensi auditor investigasi serta due professional care auditor investigasi berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui kompetensi auditor investigasi di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Barat, 2. Untuk mengetahui due professional care auditor investigasi di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Barat, 3. Untuk mengetahui kualitas hasil audit investigasi di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Barat, 4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kompetensi dan due professional care auditor investigasi terhadap kualitas hasil audit investigasi di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Barat secara simultan. 5. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kompetensi dan due professional care auditor investigasi terhadap kualitas hasil audit investigasi di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Barat secara parsial.

10 1.4 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.4.1 Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan mengenai ilmu akuntansi dan ilmu auditing khususnya kompetensi auditor investigasi, due professional care auditor investigasi dan kualitas hasil audit investigasi. Selain itu, penelitian ini sebagai referensi dan pengembangan penelitian selanjutnya. 1.4.2 Kegunaan Praktis Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah serta dapat mengetahui secara langsung bagaimana kompetensi auditor investigasi, bagaimana due professional care auditor investigasi serta mengetahui bagaimana kualitas hasil audit investigasi. Selain itu, bagi lembaga terkait diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai kompetensi auditor investigasi, due professional care auditor investigasi dan kualitas hasil audit investigasi. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Jawa Barat Jln. Raya Cibeureum No. 50 Kotak Pos 1125 Bandung Jawa Barat 40184. Waktu penelitian dimulai bulan Agustus sampai dengan selesai.