BAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mempercepat persebaran penyakit perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. penghujan disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak pertama kali dilaporkan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

Fajarina Lathu INTISARI

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

PENINGKATKAN KEMANDIRIAN DASA WISMA KELURAHAN SEKARAN DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia dari waktu ke waktu terus bertambah, namun demikian jumlah korban jiwa akibat serangan penyakit berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya penanganan penderita DBD. Menurut Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang bahwa jumlah kasus DBD di kota Semarang menunjukkan tren peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2006 tercatat terdapat 1.845 kasus DBD dimana 42 (2,28%) diantaranya meninggal dunia, pada tahun 2007 meningkat menjadi 2.924 kasus dan 32 (1,09%) diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2008 jumlah korbannya meningkat menjadi 3.368 kasus DBD, dan 15 (0,45%) diantaranya meninggal dunia (DKK Semarang, 2008). Meski menunjukkan peningkatan jumlah penderita DBD, namun kasus DBD di Semarang belum dimasukkan dalam kategori Kejadian Luar Biasa (KLB). Namun demikian hampir semua wilayah di daerah Semarang termasuk endemis DBD meliputi kecamatan Tembalang, Genuk, Gayamsari, Pedurungan, dan Tugu. Beberapa daerah endemis DBD di Semarang, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang tahun 2008 kecamatan Pedurungan merupakan daerah endemis DBD dengan jumlah penderita paling tinggi dibandingkan dengan daerah endemis lainnya. Hal ini terlihat dari data selama 1

tiga tahun terakhir (2006 2008) yaitu sebanyak 467 orang pada tahun 2006, 648 orang pada tahun 2007, dan 576 kasus DBD pada tahun 2008. Sementara daerah / kecamatan lain hanya berkisar 440 orang pada tahun 2006, 340 orang pada tahun 2007, dan 409 kasus DBD pada tahun 2008 (DKK Semarang, 2008). DBD merupakan salah satu penyakit menular yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor perilaku masyarakat. Faktor lingkungan antara lain karena kondisi geografis seperti tingkat ketinggian dari permukaan laut, peralihan musim yang berkepanjangan yang membuat jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti semakin mudah untuk berkembang biak, kondisi musim seperti angin, tingkat kelembaban udara, dan kondisi curah hujan yang belum tentu turun setiap hari menyebabkan timbulnya genangan-genangan air hujan yang berpotensi menjadi sarang berkembang biaknya jentik-jentik nyamuk, serta kondisi kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dan transportasi (Nyoman, 2007). Siklus hidup nyamuk umumnya mulai dari telur, larva (jentik), pupa (kepompong), dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa. Telur nyamuk bisa mencapai ratusan butir dan dapat bertahan hidup selama 3 sampai 4 minggu. Telur-telur nyamuk akan menetas sekitar 2 hari kemudian menjadi jentik-jentik nyamuk. Jentik-jentik nyamuk ini akan berkembang biak di permukaan air jernih. Kondisi lingkungan yang sesuai pertumbuhan dan perkembangan jentik nyamuk antara 27 hingga 30ºC dengan kelembaban udara antara 70 hingga 74% dan ph rata-rata 7. pada kondisi normal nyamuk dapat menghasilkan telur antara 50 sampai 100 butir. Sedangkan apabila terjadi peningkatan suhu lingkungan bisa meningkat mencapai 400 butir. Nyamuk 2

Aedes aegypti sebagai vector penyakit memiliki pola hidup dan berkembangbiak pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun, dengan adanya pemanasan global, daerah pegunungan mulai meningkat suhunya sehingga memberikan ruang baru untuk nyamuk ini berkembangbiak (Febrianti, 2007). Selama ini DBD disebabkan oleh 4 macam varian virus. Keempat varian tersebut yaitu sub virus dengue (DEN) I, DEN II, DEN III, dan DEN IV. Setiap sub virus memiliki tingkat keganasan berbeda dan spesifikasi sendiri-sendiri. Kemungkinan terjadi mutasi virus ditandai munculnya gejala awal penderita DBD yang tidak lazim. Terjadi mutasi tersebut bisa disebabkan oleh pola hidup manusia saat ini, diantaranya penggunaan obatobatan, perubahan alam. Karena perubahan perilaku tersebut, virus yang semula natural, kini menjadi lebih ganas, itu karena mengalami mutasi (Siswono, 2005). Tingginya kasus DBD juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat. Perilaku yang tidak sehat memberi ruang leluasa perilaku pada nyamuk Aedes aegypti untuk hidup dan berkembang biak. Sebagian besar masyarakat telah mengetahui program pemberantasan nyamuk demam berdarah melalui kegiatan 3- M (menguras, mengubur, dan menutup), namun sebagian besar tidak banyak yang melaksanakannya (Tatik, 2008). Kepedulian masyarakat terhadap PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) DBD relatif belum optimal, ini ditunjukkan berdasarkan survei di 37 kelurahan di kota Semarang menunjukkan bahwa angka bebas jentik (ABJ) nyamuk baru mencapai 78,8 persen (Achyani, 2006). Di sisi 3

lain masyarakat lebih senang jika pemberantasan nyamuk demam berdarah dilakukan dengan cara yang langsung dapat dilihat yaitu dengan cara pengasapan (fogging) (Achyani, 2006). Perilaku masyarakat yang cenderung berpikir cepat-hasil dalam penanganan DBD tanpa memperdulikan efek samping yang ditimbulkan dari kegiatan pengasapan selayaknya harus diubah. Perilaku hidup masyarakat harus diperbaiki dan jangan bergantung pada fogging (pengasapan), karena fogging sebetulnya tidak efektif untuk memberantas DBD (Erna, 2008). Di sisi lain kegiatan pengasapan justru hanya membuat nyamuk makin kebal terhadap pestisida dan hanya membunuh nyamuk di permukaan. Sementara ribuan telur di bawah air tidak mati dan akan segera berubah menjadi nyamuk dewasa yang kebal terhadap semprotan. Berdasarkan fenomena tersebut maka perlu dicari alternatif lain yang berbasis pada upaya pemberdayaan masyarakat. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan survey jentik nyamuk. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat dalam rangka mencegah agar lingkungan menjadi bebas jentik nyamuk DBD yang dilakukan dengan pemeriksaan tempat-tempat yang dicurigai sebagai perindukan nyamuk DBD. Cara ini lebih efektif dibandingkan dengan kegiatan pengasapan. Adanya program survey jentik nyamuk ini diharapkan timbul suatu kesadaran dan pemahaman bagi seluruh masyarakat terhadap pencegahan DBD sehingga berdampak pada angka bebas jentik nyamuk (ABJ). Semakin besar angka bebas jentik nyamuk semakin kecil resiko terhadap penyakit 4

DBD, sebaliknya semakin kecil angka bebas jentik nyamuk (BJN) semakin besar resiko terhadap penyakit DBD (Tatik, 2008). Berdasarkan data dari Puskesmas Tlogosari Kulon diketahui bahwa kegiatan survey jentik nyamuk yang dilakukan di RW 9 kelurahan Gemah mampu menekan terjadinya DBD bahkan dalam tahun 2008 tidak ditemukan adanya warga setempat yang menderita DBD (dr. Faizin, Kepala Puskesmas Tlogosari Kulon, Komunikasi Personal, 20 Februari 2009). Namun demikian diperlukan kesiapan seluruh lapisan masyarakat terutama dari sisi pengetahuan, sikap, maupun, dari sisi ketrampilan dalam melakukan kegiatan survey jentik nyamuk. Karena dengan pengetahuan yang cukup diharapkan akan berimbas pada sikap atau dukungan yang positif terhadap kegiatan survey jentik nyamuk yang pada akhirnya berdampak positif pada perilaku atau praktik survey jentik nyamuk itu sendiri. Salah satu upaya untuk meningkatkan tingkat pengetahuan, sikap dan ketrampilan masyarakat adalah melalui kegiatan pelatihan. Fokus dari pelatihan adalah melatih masyarakat untuk melakukan monitoring dan pemberantasan jentik-jentik nyamuk. Karana itu pelatihan mengenai DBD diberikan sebagai upaya awal meningkatkan pengetahuan masyarakat akan berbahayanya penyakit DBD. Perspektif yang berpusat pada pesona mempertanyakan faktor-faktor internal apakah baik berupa sikap, instink, motif, kepribadian, system kognitif yang menjelaskan perilaku menusia (Rakhmat, 1994). Sehingga secara garis besar ada 2 faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson dikutip oleh 5

Rakhmat (1994), perilaku sosial seseorang dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Program ini berfungsi untuk mengatur perilaku manusia untuk memiliki kemampuan memahami ekspresi wajah sampai kepada persaingan politik. Sebagaimana diketahui bahwa perilaku yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya melainkan sebagai akibat dari stimulus atau rangsang yang diterima oleh individu yang bersangkutan, baik stimulus eksternal maupun internal (Walgito, 2001). Hasil penelitian di daerah Kabupaten Gresik tentang pengaruh pelatihan terhadap tingkat pengetahuan siswa dalam pemantauan jentik nyamuk, yang melibatkan siswa-siswa sekolah untuk kegiatan penanggulangan DBD yang dikenal dengan kegiatan WAMANTIK (Siswa Pemantau Jentik) mampu meningkatkan angka bebas jentik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ABJ di rumah WAMANTIK yang semula 51% dapat ditingkatkan menjadi 89% pada akhir pelatihan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan pelatihan (p < 0.05) (Hidayat, 2005). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah penelitiannya adalah adakah perbedaan kemampuan masyarakat dalam melakukan survey jentik nyamuk DBD sebelum dan setelah dilakukan pelatihan tentang pencegahan DBD melalui survey jentik di Kecamatan Pedurungan? 6

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh perbedaan kemampuan masyarakat dalam melakukan survey jentik nyamuk DBD sebelum dan setelah dilakukan pelatihan tentang pencegahan DBD melalui survey jentik di Kecamatan Pedurungan. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tingkat kemampuan masyarakat dalam survey jentik nyamuk sebelum dilakukan pelatihan pencegahan DBD melalui survey jentik nyamuk. b. Mendiskripsikan tingkat kemampuan masyarakat dalam survey jentik nyamuk setelah dilakukan pelatihan pencegahan DBD melalui survey jentik nyamuk. c. Menganalisis perbedaan kemampuan masyarakat dalam survey jentik nyamuk sebelum dilakukan pelatihan tentang pencegahan DBD melalui survey jentik nyamuk. d. Menganalisis perbedaan kemampuan masyarakat dalam survey jentik nyamuk setelah dilakukan pelatihan tentang pencegahan DBD melalui survey jentik nyamuk. 7

D. Manfaat Penelitian 1. Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat direkomendasikan ke Puskesmas Tlogosari sebagai manajemen pengelolaan pencegahan DBD terutama dalam program survey jentik nyamuk di daerah Kecamatan Pedurungan melalui pemberdayaan masyarakat (community empowerment). 2. Masyarakat Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat khususnya masyarakat di wilayah Kelurahan Palebon tentang bagaiamana praktik pencegahan DBD melalui survey jentik nyamuk. 3. Dinas Kesehatan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran, khususnya dalam menjalankan program dan menentukan strategi serta evaluasi dalam penanggulangan dan pencegahan DBD melalui survey jentik nyamuk. 4. Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam mengkaji permasalahan tentang DBD terutama tingkat kemampuan masyarakat dalam pencegahan DBD melalui survey jentik nyamuk. E. Bidang Ilmu Bidang keilmuan yang diteliti adalah ilmu keperawatan komunitas. 8