TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI

Hari/Tanggal : Senin/22 Oktober 2012 : Pukul WIB s.d Selesai

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

: Dra. Hani Yuliasih, M.Si/Kabag.Set Komisi II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

Hari/Tanggal : Senin/24 September 2012 : Pukul WIB s.d Selesai

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT TIMUS/TIMSIN RUU TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

SINERGI PEMERINTAH DALAM RANGKA MENDUKUNG IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PILKADA SERENTAK TAHUN 2015

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

LAPORAN SINGKAT PANJA PENGAWASAN TENAGA HONORER KOMISI II DPR RI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

RAKYAT REPUBLIK INDONESI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM Pemilihan. Kepala Daerah. Pedoman.

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

2 inkonsistensi dan menyisakan sejumlah kendala apabila dilaksanakan, sehingga perlu disempurnakan. Beberapa penyempurnaan tersebut, antara lain: a. P

PERTAMA: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU TENTANG PERTANAHAN KOMISI II DPR RI

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 83 /KPTS/013/2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG. NOMOR : 17/Kpts/KPU-Kota /2013 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria) ------------------------------------------------------------------------------------------------------ Tahun Sidang : 2012-2013 Masa Persidangan : III Rapat Ke : -- Jenis Rapat : Rapat Kerja Sifat Rapat : Terbuka Hari/Tanggal : Rabu/6 Februari 2013 Waktu : Pukul 10.00 WIB s.d Selesai Tempat : Ruang Rapat Komisi II DPR RI (Gd. Nusantara / KK III) Acara : A. Tanggapan Pemerintah atas Penyampaian Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) RUU Pilkada Fraksi-Fraksi B. Pengesahan Anggota Panitia Kerja (Panja) RUU Pilkada C. Pembahasan Substansi/Cluster RUU Pilkada Ketua Rapat : Ganjar Pranowo/Wakil Ketua Komisi II DPR RI Sekretaris Rapat Hadir : Dra. Hani Yuliasih/Kabag.Set Komisi II DPR RI : A. Menteri Dalam Negeri beserta jajarannya dan Kementerian Hukum dan Ham. B. Komite I DPD RI B. 30 dari jumlah 48 Anggota Komisi II DPR RI I. PENDAHULUAN 1. Rapat Kerja Komisi II DPR RI pada hari Selasa tanggal 6 Februari 2013 dibuka pukul 10.15 WIB yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Yth. Ganjar Pranowo dan dinyatakan terbuka untuk umum. 2. Ketua Rapat menyampaikan agenda Rapat Kerja dengan Menteri Dalam Negeri beserta jajarannya, dan Kementerian Hukum dan Ham serta Komite I DPD RI pada hari ini yakni terkait tanggapan pemerintaha atas penyampaian Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) RUU Pilkada Fraksi-Fraksi, pengesahan anggota Panitia Kerja (Panja) RUU Pilkada, pembahasan substansi/cluster RUU Pilkada. 3. DPD RI menyampaikan masukan terkait dengan RUU Pilkada sebagai berikut: A. Pemilihan secara langsung oleh rakyat masih merupakan pilihan terbaik dari perspektif dan parameter demokrasi. DPD RI merekomendasikan pemilihan gubernur, bupati dan walikota secara langsung oleh rakyat melalui pemilu. Semua instrument kepemiluan berlaku juga dalam pilkada termasuk pemutus sengketa hasil pemilihan adalah Mahkamah Konstitusi.

B. Konstitusi tidak menyebut jabatan wakil kepala daerah, sehingga wakil kepala daerah tidak dipilih satu paket dengan pemilihan umum kepala daerah. DPD RI menilai keberadaan wakil tetap penting dalam membanuk tugas-tugas kepala daerah dan menggantikannya dalam keadaan berhalangan tetap. Hanya saja, wakil kepala daerah menjadi domain dan kewenangan kepala daerah terpilih dengan mengajukan calon kepada DPRD untuk mendapatkan persetujuan. C. Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemilukada yang lebih efektif dan efisien, DPD RI mengusulkan desain pelaksanaan pemilukada serentak di setiap provinsi. Teknisnya penyelenggaraa pemilu bupati/walikota dalam waktu yang sama dengan pelaksanaan pemilu gubernur. D. Dalam rangka memperkuat jaminan atas hak pilih warga negara, DPD RI merekomendasikan digunakannya KTP/KK sebagai kartu pemilih. Selanjutnya peran Bawaslu/Panwaslu perlu diperkuat dalam menentukan Daftar Pemilih Sementara (DPS) sebelum ditetapkan menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT). E. Dalam rangka peningkatan kualitas calon kepala daerah, DPD RI mendukung segala upaya untuk memperkuat syarat calon kepala daerah antara lain tingkat pendidikan S1 (Sarjana), memiliki pengalaman, dan tidak rangkap jabatan sebagai pimpinan dan/atau pengurus parpol setelah terpilih. DPD RI memberikan penekanan khusus bagi calon petahana dengan syarat yang lebih kuat, yaitu yang bersangkutan harus dinilai berhasil dalam kinerja pembangunan dareah berdasarkan parameter yang terukur dan kinerja keuangan daerah yang dibuktikan dengan hasil audit BPK terhadap laporan keuangan daerah yang bersangkutan dengan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama 2 periode pemeriksaan terakhir. F. Dalam rangka memperluas alternative calon kepala daerah yang akan dipilih oleh rakyat, DPD RI menilai syarat dukungan bagi calon parpol yang selama ini diberlakukan masih relevan. Sementara dukungan bagi calon perseorangan perlu ditetapkan lebih rasional dan proporsional. DPD RI mengusulkan dukungan bagi calon perseorangan sebanyak 3% dari DPT pemilu terakhir di daerah yang bersangkutan, yang dibuktikan dengan fotocopy KTP. G. Terkait pendanaan penyelenggaraan pemilukada, DPD RI mengusulkan pendanaan tersebut dibebankan pada APBN sebagai konsekuensi pilkada adalah pemilu sebagai barometer nasional. Pendanaan melalui APBN juga dimaksudkan agar tidak membebani keuangan daerah sehingga dapat lebih difokuskan untuk pembangunan di daerah. H. Terkait dana kampanye, DPD RI memberikan penekanan pada pengaturan aspek pengeluaran dengan membatasi total dana kampanye calon tidak boleh lebih dari 1% PAD daerah yang bersangkutan di tahun tersebut. I. Dalam rangka menjaga netralitas birokrasi dalam penyelenggaraan pemilukada, DPD RI mengusulkan larangan keikutsertaan pimpinan lembaga-lembaga negara dalam kampanye, larangan politisasi birokrasi disertai sanksi yang tegas hingga pembatalan pencalonan. J. DPD mengusulkan sejumlah ketentuan baru didalam RUU Pemilukada versi DPD maupun dalam DIM DPD RI antara lain : 1) Konsideran mengingat dan menimbang mengacu pada kebutuhan untuk mengefektifkan proses dan hasil pemilihan umum kepala daerah. Termasuk pula definisi baru tentang dana kampanye dan pendapat asli daerah.

2) Perlu membuka peluang bagi pengadaan perlengkapan e-voting bagi daerah yang mampu melaksanakan e-voting. 3) Mengusulkan hasil penghitungan suara di tiap TPS dan salinan sertifikat penghitungan suara wajib diumumkan ditempat umum selama 1 bulan. 4) Mengusulkan mekanisme baru pelantikan kepala daerah terpilih yakni untuk Gubernur dilantik oleh Presiden di ibukota negara. Sementara bupati/walikota dilantik secara serentak oleh Gubernur atas nama Presiden di ibukota Provinsi. 5) Mengusulkan agar RUU mengkodifikasi ketentuan pidana dalam sejumlah uu pemilu. Selain itu perlu penegasan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan penyelenggara lebih berat. 4. Menteri Dalam Negeri menyampaikan beberapa hal terkait DIM RUU Pilkada sebagai berikut: A. Permasalahan-permasalahan yang diketemukan selama implementasi mekanisme penyelenggaraan pemilihan kepala daerah secara langsung berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah JO UU No.12 Tahun 2008 antara lain: 1) Sistem pemilihan secara langsung yang diatur dalam UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah terlalu progresif bila dibandingkan dengan amanat Pasal 18 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 yang mengamanatkan pemilihan gubernur, bupati, walikota dilaksanakan secara demokratis. Dalam praktek pemilihan kepala daerah secara langsung banyak diwarnai oleh halhal sebagai berikut: a. Politik biaya tinggi b. Politisasi birokrasi c. Konflik horizontal 2) Sistem kandidasi secara paket ini juga melampaui amanat Pasal 18 ayat (4) UUN NRI Tahun 1945 yang secara eksplisit mengamanatkan hanya gubernur, bupati dan walikota yang dilakukan pemilihan secara demokratis. 3) Persyaratan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah selama ini belum efektif untuk meminimalisasi munculnya politik dinasti. 4) Penyelenggaran kampanye yang selama ini menggunakan cara-cara mobilisasi massa kurang sejalan dengan upaya mencerdaskan pemilih melalui pendidikan politik yang sehat. 5) Biaya penyelenggaraan pemilihan kepala daerah secara langsung relative sangat tinggi, sehingga hal tersebut secara potensial akan mengurangi kesempatan bagi daerah untuk meningkatkan pelayanan public secara optimal. 6) Tidak semua putusan penyelesaian sengketa baik di Mahkamah Konstitusi maupun di PTUN dapat dilaksanakan. B. Untuk memahami mekanisme penyelenggaraan pemerintahan dalam sistem NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 maka yang perlu kita pedomani sebagai berikut:

1) Pasal 4 UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD, artinya Presiden merupakan penanggungjawab tertinggi dalam penyelenggaraan pemerintahan secara nasional. 2) Untuk mengkorsinasikan pelaksanaan tugas menteri-menteri, dibentuk kementerian coordinator yang bertugas membantu Presiden mengkoordinasikan perencanaan dan penyusunan kebijakan serta menyinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidangnya. 3) Untuk melaksanakan prinsip desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dibentuk daerah-daerah otonom yang terdiri dari provinsi, kabupaten, dan kota yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan dareah, yang terdiri dari Pemerintah Daerah dan DPRD. 4) Sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan, Presiden mempunyai otoritas sampai pada tingkatan pemerintahan paling bawah. 5) Berkenaan dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan, untuk urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangannya, Pemerintah menyelenggarakan sendiri atau dapat melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada perangkat pemerintah atau wakil pemerintah didaerah atau dapat menugaskan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa. 6) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dapat dikelola bersama, pelaksanaannya menjadi kewenangan masing-masing tingkatan dan/atau susunan pemerintahan sesuai dengan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi. 7) Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah terdapat 6 urusan bidan pemerintahan yang bersifat absolut yakni, politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional serta agama. 8) Berkenaan dengan penyelenggaraan pemerintahan desa secara empiric camat tidak mempunyai otoritas dan garis pembinaan PNSD kepada kepala desa. C. Terkait dengan Kebijakan dan Implementasinya dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut: 1) Dalam penyelenggaraan pemerintahan, terdapat aspek kebijakan dan implementasi. 2) Sementara itu pemerintahan provinsi dalam menyelenggarakan pemerintahan relatif berimbang dalam hal penetapan kebijakan dengan implementasinya. 3) Terdapat pembagian urusan pemerintahan antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi. Secara empirik terdapat 30 bidang urusan pemerintahan yang dibagi antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan, yang secara garis besar dilaksanakan dalam pola sebagai berikut:

a. Pusat berwenang membuat norma-norma, standard, prosuder, monev, supervise, fasilitasi dan urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas nasional dan internasional. b. Provinsi berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas regional (lintas kabupaten/kota) c. Kabupaten/Kota berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas lokal (dalam satu kabupaten/kota) D. Adapun tanggapan Pemerintah terhadap pengantar DIM yang disampaikan Fraksi-Fraksi DPR RI diantaranya sebagai berikut: 1) Pemerintah menyambut baik atas pandangan seluruh Fraksi-Fraksi DPR RI terkait daftar inventarisasi masalah dan menyepakati agar pembahasan RUU Pilkada dapat dilanjutkan dan agar dapat segera diselesaikan. 2) Terhadap mekanisme pemilihan, terdapat beberapa catatan yakni: a. Fraksi Partai Demokrat dan Fraksi PPP sejalan dengan RUU yang diajukan Pemerintah yaitu untuk Gubernur dipilih oleh DPRD dan Bupati/Walikota dipilih secara langsung. b. Fraksi Partai Golkar masih mempertanyakan mengapa dibedakan mekanisme antara pemilihan Gubernur dengan pemilihan Bupati/Walikota. c. Fraksi PDIP tetap menginginkan pemilihan langsung. d. Fraksi PKS menginginkan pemilihan langsung dengan satu putaran. e. Fraksi PAN dengan pemilihan langsung dan serentak. f. Fraksi Partai Gerindra menginginkan pemilihan langsung. g. Fraksi Partai Hanura meminta pemilihan umum kepala daerah Terhadap catatan tersebut diatas, Pemerintah sepakat dilakukan pembahasan lebih lanjut dalam tingkat Panja. 3) Terhadap pemilihan hanya untuk Gubernur, Bupati, dan Walikota (tidak paket dengan Wakil Kepala Daerah) terdapat beberapa catatan yakni: a. Fraksi Partai Demokrat menyetujui usul Pemerintah. b. Fraksi Partai Golkar, Fraksi PDIP, Fraksi PKS, Fraksi PPP menghendaki pemilihan dengan cara paket antara Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. c. Fraksi PAN, Fraksi Gerindra dan Fraksi Hanura tidak secara eksplisit berpendapat. Terhadap catatan tersebut diatas, Pemerintah sepakat dilakukan pembahasan lebih lanjut dalam tingkat Panja. 4) Terhadap persyaratan calon yang diajukan fraksi-fraksi, yang terkait dengan DIM Fraksi PDIP tentang persyaratan tidak ada ikatan perkawinan dikatakan melanggar HAM, sejatinya Pemerintah hanya ingin mencari solusi terhadap maraknya politik dinasti di berbagai daerah yang terasa tidak adil. Pemerintah sepakat dilakukan pembahasan lebih lanjut dalam tingkat Panja.

II. KESIMPULAN 1. Komisi II DPR RI menyepakati bahwa agar sebelum dilakukan pembahasan terhadap RUU Pilkada selanjutnya, terlebih dahulu dilakukan pembahasan/diskusi antara pemerintah dengan DPR RI dengan mengikutsertakan DPD RI melalui forum lobby untuk membahas bagaimanakah sebenarnya bentuk Pemilihan Kepala Daerah yang ideal. 2. Disepakati pembentukan Panitia Kerja RUU Pilkada sebanyak 25 orang yang akan melakukan pembahasan RUU Pilkada dan menyepakati pembahasan yang akan dilaksanakan dengan menggunakan sistem cluster. 3. Mengupayakan agar pembahasan RUU tentang Pemilihan Kepala Daerah dapat diselesaikan dan disahkan menjadi undang-undang pada Masa Persidangan III Tahun Sidang 2012-2013. III. PENUTUP Rapat ditutup Pukul 12.20 WIB. KETUA RAPAT, ttd GANJAR PRANOWO A-365