Subject 2 Income Tax Article 21

dokumen-dokumen yang mirip
Subject 2 Income Tax Article 21

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

Subject 4. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo,

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana. Meitri Megawati DA03

Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom. M,Ak

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. 1. Bagian-bagian dalam proses perhitungan pajak penghasilan PPh

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

BAB II LANDASAN TEORI

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Ekonomi. Pajak Penghasilan. Pesangon. Langsung. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 169)

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap adalah:

3 Tipe Perhitungan Pajak Penghasilan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2009 TENTANG

Pertemuan 3 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + P)

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

AGENDA. PPh Pasal 26

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

PEMOTONGAN PPh PASAL 21

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia Diana dan Lilis Setiawati Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN KARYAWAN DI PT. ASTINAPUTERA EKAPERKASA SANGASANGA. Gunawan, Titin Ruliana, Eka Yudhyani ABSTRAKSI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG

SOAL LATIHAN: JAWABLAH SOAL SOAL BERIKUT INI, TERKAIT DENGAN: PER - 16 / PJ / 2016 (Terlampir)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG

Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TARIF DAN PENERAPANNYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG

LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2012 TENTANG

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

Dosen: Adhi Prakosa, M. Sc

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/20

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PETUNJUK UMUM

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- -1 /PJ/2012 TENTANG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah

PPh Pasal 21. Maksud. Dasar Hukum. Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21. Bukan Pemotong PPh Pasal 21. Penerima Penghasilan

PER - 32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PA

PENGHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari dana publik yang harus dikelola

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: 15/PJ/2006 TENTANG

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

ANALISIS PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA OLAHRAGA KOTA BANJARBARU

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang)

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

b. PPh 21 seminggu = PPh 21 sebulan dibagi empat

Analisis Paket Kebijakan Pemerintah di Sektor Perpajakan terhadap Penghasilan Karyawan

Makalah Perpajakan. Perhitungan PPh 21

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

Judul : Evaluasi Kewajiban Perpajakan Pasal 21 PT ABC Studi Kasus di Kantor Sopindo Consulting Nama : Juniar Tigva Boru NIM : ABSTRAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26

Kasus : A. Pegawai Tetap

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

MODUL PPh PASAL 21/26 & espt PPh Pasal 21

Pertemuan 2 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + B)

Pemotongan yang bersifat final Objek pemotongan (Pasal 2, PP Nomor 68 Tahun 2009) Pemotong (Pasal 1 angka 9, PP Nomor 68 Tahun 2009)

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Universitas Kristen Maranatha

Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Untuk Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Imigrasi Kelas II Depok

PPH 21 Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

MAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB III SISTEM PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR DPRD PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dukungan dana terutama yang berasal dari penerimaan dalam negeri. dari sektor pajak disajikan pada Tabel I di bawah ini:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada pembangunan di masing-masing daerah. Terutama kota Medan yang

GAJI NAIK - PAJAK PENGHASILAN TURUN

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

KULIAH PERPAJAKAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) Oleh : Mustofa, S.Pd., M.Sc. Dosen Pendidikan Ekonomi FE UNY. PPh UMUM 1

Pengertian Pajak Penghasilan 21

BAB 3 GAMBARAN UMUM SEJARAH BESARAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (TAHUN )

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

I. KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (KUP)

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

PPh Pasal 21. Lingkungan Kewajiban Pajak 12/21/2017

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang)

BAB III PAJAK PENGHASILAN

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

Transkripsi:

Subject 2 Income Tax Article 21 Presented By : Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic 2012 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com

Subjects 1. Pemotong dan Bukan Pemotong PPh Pasal 21 2. Objek PPh Pasal 21 3. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun 4. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 5. Tarif PPh Pasal 21 6. Tarif Uang Pesangon, THT atau JHT 7. Tata Cara Perhitungan PPh Pasal 21 (Pegawai Tetap, Upah Harian, dan Mingguan)

Objective Memberikan Pemahaman Atas : Pemotong dan Bukan Pemotong PPh Pasal 21 Objek PPh Pasal 21 Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun PTKP Tarif PPh Pasal 21 Tarif Uang Pesangon dan THT/JHT Tata Cara Perhitungan PPh Pasal 21 (Pegawai Tetap, Upah Harian, dan Mingguan)

Pemotong dan Bukan Pemotong PPh Pasal 21

Pemotong Pajak PPh Pasal 21 (Pasal 21 ayat 1) a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan

Pemotong Pajak PPh Pasal 21 (Pasal 21 ayat 2) Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah kantor perwakilan negara asing dan organisasiorganisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Pasal 3 UU PPh Pasal 1 a. Kantor perwakilan negara asing b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat c. Organisasi-organisasi internasional d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional

Objek PPh Pasal 21

Objek PPh Pasal 21 Pasal 21 (3) Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun : PMK 250/PMK.03/2008 PTKP : PMK137/PMK.03/2005 UU PPh Pasal 7 (1)

Biaya Jabatan & Biaya Pensiun PMK 250/PMK.03/2008 1. Biaya Jabatan Bagi pegawai tetap, ditetapkan sebesar 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp. 6.000.000,00 setahun atau Rp. 500.000,00 sebulan. 2. Biaya Pensiun Bagi pensiunan, ditetapkan sebesar 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp. 2.400.000,00 setahun atau Rp. 200.000,00 sebulan.

PTKP UU PPh Pasal 7 (1) No Keterangan PTKP 1 2 3 4 Untuk diri Wajib Pajak orang pribadi Untuk Wajib Pajak yang kawin Untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya Rp15.840.000,00 Rp1.320.000,00 Rp15.840.000,00 Rp1.320.000,00 Paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga

Objek PPh Pasal 21 Pasal 21 (4) Penghasilan pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang dipotong pajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagian penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan. PTKP : PMK 254/PMK.03/2008 (Rp. 150.000), dan tidak berlaku bila: 1. Penghasilan bruto dimaksud jumlahnya melebihi Rp. 1.320.000,00/bulan 2. Atau dibayar secara bulanan

Tarif PPh Pasal 21

Pasal 21 (5) Tarif PPh Pasal 21 Tarif pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, kecuali ditetapkan lain dengan Peraturan Pemerintah. PP No. 68 Tahun 2009 Uang Pesangon, THT, dan JHT Pasal 21 (6) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan NPWP.

Tarif PPh Pasal 17 (1a) Taxable income brackets Tax Rate Article 17 (1a) Personal Tax Payer Rp50.000.000,00 or less 5 % Over Rp50.000.000,00 Rp250.000.000,00 Over Rp250.000.000,00 Rp500.000.000,00 15 % 25 % Over Rp500.000.000,00 30 %

Tarif Uang Pesangon Lapisan Uang Pesangon Tarif Penghasilan bruto sampai dengan Rp50.000.000,00 0 % Penghasilan bruto di atas Rp50.000.000,00 sampai dengan Rp 100.000.000,00 Penghasilan bruto di atas Rp 100.000.000,00 sampai dengan Rp500.000.000,00 Penghasilan bruto di atas Rp500.000.000,00 5 % 15 % 25 %

Tarif Uang Manfaat Pensiun, THT atau JHT PP No. 68 Tahun 2009 Tarif PPh atas Uang Manfaat Pensiun Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua 1. O% (nol persen) atas penghasilan bruto sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); 2. 5% (lima persen) atas penghasilan bruto di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Tata Cara Perhitungan PPh Pasal 21

Tata Cara Perhitungan PPh Pasal 21 (8) Pasal 21 Ketentuan mengenai petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. PMK 252/PMK.03/2008 Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi Per 31/PJ.03/2009 jo Per 57/PJ.03/2009

Summary & Questions

Summary 1. Pemberi Kerja, Penyelenggara Kegiatan merupakan contoh pemotong PPh Pasal 21. 2. Kantor perwakilan negara asing dan pejabatnya bukan merupakan pemotong PPh Pasal 21 3. Biaya Jabatan, Biaya Pensiun, dan PTKP merupakan pengurang penghasilan bruto. 4. Tarif PPh Pasal 21 sesuai dengan pasal 17 (1a) dan PP No. 68 Tahun 2009. 5. Tarif PPh Pasal 21 diterapkan lebih tinggi 20 % bagi WP yang tidak bisa menunjukkan NPWP

Questions 1. Sebutkan Pemotong dan bukan Pemotong PPh Pasal 21? 2. Sebutkan Objek PPh Pasal 21? 3. Sebutkan Tarif PPh Pasal 21? 4. Sebutkan Besaran PTKP? 5. Sebutkan Tarif Uang Pesangon, THT atau JHT? 6. Jelaskan Tata Cara Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap dan Upah Harian!

References IKPI, 2012, Kumpulan Soal & Jawab Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak "A, B, & C", PT Cipta Bina Parama, Jakarta IKPI, 2011, Rangkuman Undang- Undang Perpajakan, PT Cipta Bina Parama, Jakarta Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Edisi Revisi, Andi Yogyakarta Taf Consulting, 2008, Executive Tax Program Pendidikan Pajak Terapan Komprehensif Brevet A-B-C, PT. Taf Consulting, Jakarta

Thank You As long as we still keep our exciting goal in mind, we should not stop half way. In reality, there is no real success achieved without any failure. International Registered Tax Consultant www.nyomandarmayasa.com