Transformasi Pasar untuk Membuat Minyak Sawit Lestari Menjadi Suatu Norma Pengantar untuk Perangkat Hitung PalmGHG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

Pertanyaan yang Sering Diajukan PalmGHG Calculator

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Lembar Fakta Kurva Biaya Pengurangan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) Indonesia

2012, No BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Indonesia

Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Barat

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Bali

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di DKI Jakarta

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Maluku

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Aceh

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Papua

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Gorontalo

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

Muhammad Evri. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Nusa Tenggara Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Tenggara

Persyaratan ISPO Untuk Bahan Baku Energi Terbarukan (Bioenergi)

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Utara

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Pertanyaan Umum (FAQ):

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

47. Kriteria Kelayakan Investasi Kompos & Listrik Akibat Penurunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

Disampaikan pada Annual Forum EEP Indonesia 2012 di Provinsi Riau Pekanbaru, Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Barat

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

Persyaratan RSPO-RED yang disesuaikan dengan Persyaratan Undang-Undang Tentang Energi Terbarukan Uni Eropa (UE)

BAB 1. PENDAHULUAN. peningkatan pesat setiap tahunnya, pada tahun 1967 produksi Crude Palm Oil

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

Iklim Perubahan iklim

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

BIOMASSA: BAHAN BAKAR BERSIH UNTUK INDUSTRI KARET DI SUMATERA SELATAN

METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Biomassa dan Karbon Biomassa Atas Permukaan di Kebun Panai Jaya, PTPN IV Tahun 2009

F1.82 KAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAN OPTIMASI INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI INDONESIA SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN YANG BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

BERSEDIA? SIAP! RSPO! LENCANA KARTU PENGETAHUAN KARTU KEMAMPUAN KHUSUS PERMAINAN PAPAN (SEMUANYA DAPAT DICETAK)

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Stok Karbon SCPP dan Jejak Karbon di Sektor Kakao Indonesia

Corporate Presentation Tentang Musim Mas

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Luas lahan, produksi dan produktivitas TBS kelapa sawit tahun Tahun Luas lahan (Juta Ha)

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit adalah rata rata sebesar 750 kg/ha/tahun. Berarti

Golden Agri-Resources Ltd

Potensi pengurangan emisi. LULUCF 590 Mt (21%) Mt Mencegah deforestasi, SFM, reforestasi

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

ISCC 201 DASAR SISTEM UNTUK PETANI SWADAYA. Versi 3.0

Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3. Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4. Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gambar 1 Produksi dan ekspor CPO tahun 2011 (Malaysian Palm Oil Board (MPOB))

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010.

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya demikian juga perkembangannya, bukan hanya untuk kebutuhan

PRINSIP DAN KRITERIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) UNTUK USAHA KEBUN SWADAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya

Transkripsi:

Transformasi Pasar untuk Membuat Minyak Sawit Lestari Menjadi Suatu Norma Pengantar untuk Perangkat Hitung PalmGHG Melissa Chin (RSPO) Dr. Cecile Bessou (CIRAD)

Konteks Gas Rumah Kaca (GRK) yang berasal dari aktivitas manusia (antropogenik) di seluruh dunia: Pertanian + Perubahan pemanfaatan lahan ~25% Kesadaran mengenai kontribusi pertanian terhadap perubahan iklim semakin meningkat kebutuhan akan sistem produksi dengan dampak karbon yang rendah desakan dari konsumen untuk dihasilkannya produk-produk berlabel rendah karbon Produsen minyak kelapa sawit RSPO merupakan salah satu pionir yang berkomitmen untuk memonitor pemantauan GRK

Apakah yang dimaksud dengan PalmGHG? Perangkat hitung PalmGHG memberikan estimasi emisi netto/bersih GRK yang dihasilkan selama proses produksi minyak kelapa sawit dengan cara mengkuantifikasi sumber utama emisi GRK dan penyerapan karbon di perkebunan dan pabrik kelapa sawit (PKS).

Bagaimana PalmGHG Dikembangkan? PalmGHG adalah suatu perangkat hitung yang dikembangkan oleh Kelompok Kerja GRK RSPO (RSPO GHG Working Group) (2010-2011) - Berdasarkan pada program kalkulasi yang diperkenalkan oleh Chase & Henson (2010) - Telah diuji di lapangan pada beberapa perusahaan anggota RSPO tahun 2011-2012: Versi awal hanya berupa berkas Excel: v1-2014: v2 sudah berbentuk program - Diuji dan diperbaiki secara terus-menerus.

Catatan penting Tidak ada model yang sempurna untuk menghitung neraca GRK: aturan-aturan yang telah diharmonisasikan ditetapkan untuk meminimalkan kesalahan dan memungkinkan dilakukannya perbandingan sistem-sistem yang ada; harus dibuat asumsi jika ada informasi yang hilang; ketelitian hasil turut berkembang seiring dengan peningkatan pengetahuan ilmiah dan pengukuran lapangan. Oleh karena itu, hasil penilaian GRK selalu merupakan perkiraan dari kondisi nyata dan tidak ada kebenaran mutlak, melainkan hanyalah estimasi untuk perbandingan.

Karakteristik penting PalmGHG PalmGHG menghitung emisi GRK dari faktor pendorong utama GRK dalam minyak kelapa sawit Fleksibilitas: PalmGHG memungkinkan digunakannya standar baku alternatif PalmGHG memungkinkan penghitungan GRK untuk minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) Data emisi bersih tahunan dapat diperbaharui setiap tahunnya sehingga menunjukkan efek dari perbaikan yang dilakukan PalmGHG mencakup sebanyak mungkin parameter spesifik dari pengelolaan untuk sistem minyak kelapa sawit PalmGHG memungkinkan dilakukannya pengujian skenario

Batasan sistem untuk penghitungan GRK dalam PalmGHG Batasan sistem untuk penghitungan GRK dalam PalmGHG Emisi yang disebabkan kehilangan simpanan karbon dalam biomassa ketika pembukaan lahan Penyerapan karbon dalam biomassa kelapa sawit Emisi dari pembakaran bahan bakar fosil Kredit emisi untuk kebutuhan ekspor kelebihan energi yang dihasilkan dari biomassa Masukan Emisi yang disebabkan proses produksi, transportasi dan penggunaan pupuk, termasuk di dalamnya produksi gas N2O Tahap Pertanian Tahap PKS Keluaran Alokasi emisi bersih untuk produk-produk kelapa sawit tco 2 e per ha dan per ton produk kelapa sawit: CPO,PKO, bungkil inti sawit (PKE) Emisi yang disebabkan budi daya pada lahan gambut Emisi dari pembakaran bahan bakar fosil di lapangan Emisi bersih metana yang dihasilkan dari limbah cair PKS (POME) Kredit: C. Bessou@CIRAD

Sumber emisi yang disertakan dalam penghitungan => 99% dari emisi GRK Pembukaan lahan Proses produksi pupuk dan transportasi ke perkebunan Gas N 2 O and CO 2 dari penggunaan pupuk mineral dan organik di lapangan Penggunaan bahan bakar fosil di lapangan Penggunaan bahan bakar fosil di PKS Gas CH 4 yang dihasilkan dari POME (termasuk opsi untuk penangkapan & penggunaan metana) Gas N 2 O dan CO 2 yang dihasilkan dari budi daya pada tanah gambut (tergantung pada pengelolaan drainase) GRK yang disertakan dalam penghitungan PalmGHG: CO 2, N 2 O, CH 4

Pengikatan dan kredit GRK yang disertakan CO 2 yang diikat oleh tanaman kelapa sawit, tutupan tanah dan karbon yang diserap dalam serasah perkebunan CO 2 yang semakin bertambah dan diikat oleh biomassa di kawasan konservasi (penghitungan belum dilaksanakan) Emisi GRK yang dihindarkan melalui penjualan produk sampingan energi dari PKS (seperti contohnya listrik dijual ke jaringan listrik, cangkang inti sawit dijual ke tungku yang dipergunakan industri).

Hal-hal yang tidak disertakan: sumber atau penyerap GRK yang dapat diabaikan Tahap semai Pengelolaan pestisida Bahan bakar untuk pembukaan lahan Emisi yang ada pada infrastruktur dan mesin-mesin Penyerapan karbon pada produk kelapa sawit dan produk sampingannya GRK yang tidak disertakan dalam PalmGHG: NOx, O3, uap air, CFC

Basis Pasok Gambar 1. Asumsi PalmGHG yang sebenarnya Petani 1 Estate 1 PKS X Petani 2 Estate 2 Estate 3 Asumsi ini juga dibuat sesuai dengan unit sertifikasi RSPO yaitu PKS dan basis pasoknya.

Gambar 2. Situasi yang dijumpai selama fase uji coba terkait TBS yang dipasok ke PKS Petani 1 ESTATE 1 Unit bersertifikat 1 PKS X ESTATE 2 ESTATE 3 Petani 2 Penting untuk diperhatikan bahwa PalmGHG merupakan perangkat yang digunakan manajemen PKS, bukan yang digunakan estate. ESTATE 4 PKS Y PKS Z ESTATE 6 Pasokan TBS dari estate sendiri Pasokan TBS dari estate kelompok ESTATE 5 Unit bersertifikat 2 Untuk emisi lapangan, diasumsikan bahwa pupuk dari tandan buah kosong (TBK), POME dan kompos diberikan secara merata di semua kawasan pasokan PKS yang dikaji

Data apa sajakah yang diperlukan untuk pasokan Tandan Buah Segar (TBS)? Di manakah perkebunan sendiri dan petani berada? Seberapa banyakkah TBS yang dipasok ke PKS per perkebunan? Seberapa luaskah perkebunan tersebut? Bagaimanakah histori penanaman dari perkebunan tersebut? Apa saja dan berapa banyak pupuk yang digunakan? Dari manakah pupuk tersebut berasal? Berapa banyak bahan bakar yang digunakan di lapangan? Apakah ada lahan gambut? Jika ada, bagaimana pengelolaan airnya?

Berapa banyak bahan bakar yang digunakan di lapangan? Yang disertakan: masukan data agregat untuk lebih memudahkan Pengangkutan pupuk dan bahan-bahan ke lapangan Pengangkutan pekerja di lokasi untuk operasional di lapangan Panen dan penyiangan yang menggunakan alat Pengangkutan TBS ke PKS Pengangkutan TBK dan kompos untuk dikembalikan ke lapangan Mesin-mesin seperti pengolah kompos, pompa, dll. Bahan bakar yang digunakan untuk divisi pendukung Yang tidak disertakan: Transportasi pekerja (dari rumah ke lokasi kerja) Penggunaan gen-set untuk pemukiman Mesin-mesin untuk pembukaan lahan dan penanaman kembali Pengangkutan bibit untuk penanaman kembali

Apa saja data yang diperlukan pada tingkat PKS? Berapa banyak minyak sawit mentah (CPO) dan inti sawit yang diproduksi? Berapa banyak bahan bakar yang digunakan di PKS? Keperluan proses penyalaan mesin perebusan (boiler) Keperluan operasi gen set ketika listrik mati Kendaraan PKS alat pemuat (loader), forklift, dll. Berapa banyak POME yang dihasilkan? Bagaimana pengelolaan POME? Apa saja yang terjadi dengan PKS? Apa yang terjadi dengan TBK? Apakah ada penghancur inti kelapa sawit (kernel crusher) di PKS? (opsional) Jika ada, berapa banyak bahan bakar yang digunakan? Bagaimana produksi minyak inti sawit dan bungkil inti sawit?

Bagaimana cara penghitungan emisi?

Emisi dari pembukaan lahan 1/2 Emisi GRK dari pembukaan lahan selama satu siklus penuh tanaman dirata-ratakan dalam PalmGHG: Emisi total setiap tahun karena pembukaan baru diestimasikan, dijumlahkan, dan dibagi dengan jumlah tahun pada siklus tanaman rata-rata (angka bakunya yaitu 25): emisi rata-rata per ha per tahun Yang dipertimbangkan oleh PalmGHG hanyalah perubahan pemanfaatan lahan secara langsung

Emisi dari pembukaan lahan 2/2 Pada PalmGHG terdapat nilai untuk 6 pemanfaatan lahan yang sebelumnya dilakukan Nilai-nilai tersebut akan ditinjau dan diperbarui Akan disediakan opsi bagi pengguna untuk memasukkan data (key in) stok yang ditetapkan oleh pengguna untuk pemanfaatan lahan sebelumnya Tipe tc/ha Hutan tak terganggu 268 Hutan terganggu 128 Semak 46 Padang rumput 5 Tanaman kayu 75 Tanaman pangan/tanaman tahunan 8,5

Serapan karbon pada tanaman komoditas Data serapan karbon pada tanaman komoditas dapat diperoleh dari berbagai sumber. Opsi yang lebih disarankan: pengukuran langsung Jika pengukuran tidak tersedia data yang dimodelkan: PalmGHG saat ini menggunakan OPRODSIM dan OPCABSIM (Henson, 2005; Henson, 2009) yang didasarkan pada kondisi Malaysia. Model alternatif lainnya yang juga dapat digunakan kemudian, dapat dilihat dalam van Noordwijk et al. (2010), Khasanah et al. (2012) (Harja et al., 2012).

Emisi lapangan dari pupuk Emisi pada pupuk sintetis terdiri atas: i) emisi hulu dari proses produksi; ii) pengangkutan dari lokasi produksi ke lapangan; iii) emisi lapangan langsung yang terhubung dengan proses fisika dan mikrobiologi pada tanah (IPCC 2006); dan iv) emisi lapangan tidak langsung setelah deposisi ulang emisi lapangan langsung sebelumnya (IPCC 2006) Untuk emisi hulu, angka baku diberikan pada 9 pupuk sintetis umum dan 2 pupuk organik (TBK dan POME). Jenis pupuk tambahan dapat pula dimasukkan oleh pengguna jika diperlukan.

Emisi lapangan dari budi daya pada lahan gambut 1/2 Emisi CO 2 dari oksidasi karbon organik dan emisi N 2 O terkait. Termasuk di dalamnya akibat dari kedalaman permukaan air terhadap emisi CO 2 dari lahan gambut: Oksidasi gambut (t CO 2 /ha/tahun) = 0,91 x cm kedalaman drainase

Emisi lapangan dari budi daya pada lahan gambut 2/2 Dalam PalmGHG, kedalaman drainase baku tanpa pengelolaan aktif adalah 100 cm, atau jika disertai pengelolaan permukaan air secara aktif maka kedalaman drainase bakunya adalah 60 cm Praktik Pengelolaan Terbaik (PPT) RSPO mengenai gambut sangat menyarankan dilakukannya pemantauan ketinggian air secara rutin dan PPT RSPO juga memberikan panduan mengenai hal tersebut (PLWG 2012). Pengguna juga dianjurkan untuk memasukkan data pengukuran aktual ke dalam PalmGHG.

Penggunaan angka baku untuk gambut Pengelolaan air yang baik Struktur kontrol air ditempatkan sedemikian rupa sehingga memiliki satu bendungan untuk setiap penurunan ketinggian air sebesar 20 cm (penurunan ketinggian di muka bendungan tidak boleh lebih dari 20 cm) jika memungkinkan. Harus terdapat rencana kelola dan pemantauan. Harus dilaksanakan pemantauan air, dan hasilnya dicatat paling tidak satu kali setiap bulannya. Respons pengelolaan yang dapat ditunjukkan berdasarkan pemantauan untuk menjamin ketinggian air tersebut harus dipertahankan pada kisaran 50-70 cm di bawah permukaan pada saluran pengumpul dan 40-60 cm pada piezometer/saluran lapangan. Angka baku dalam PalmGHG adalah 60 cm. Pengelolaan air sebagian Terdapat struktur kontrol air dan program pemantauan tetapi tidak memadai untuk mencapai standar pengelolaan yang baik. Angka baku dalam PalmGHG adalah 75 cm. Tanpa pengelolaan air Tanpa struktur kontrol air atau tanpa program pemantauan. Angka baku dalam PalmGHG adalah 100 cm.

Emisi PKS dari operasi & POME Terdapat 2 sumber utama GRK pada tingkat PKS, yaitu: Konsumsi bahan bakar fosil Emisi CH 4 dari POME Emisi metana dari POME berbeda-beda tergantung pada pengelolaan yang diterapkan: Jika gas metana ditangkap dan kemudian dibakar atau digunakan untuk membangkitkan listrik, maka yang dihitung adalah emisi metana tereduksi per unit POME yang tidak dikelola Jumlah POME dan juga jumlah metana cukup bervariasi, tergantung pada kondisi di PKS; Pengguna dianjurkan untuk menggunakan angka yang lebih mewakili jika misalnya dilakukan pengukuran terhadap volume POME, dan/atau jika sudah ada Kebutuhan Oksigen Kimianya (KOK)

Alur POME yang diasumsikan dalam PalmGHG Titik ukur KOK sebelum pengelolaan Kemungkinan titik ukur KOK setelah perlakuan Listrik PKS KOLAM PENDINGIN TANGKAPAN METANA KOLAM ANAEREOBIK KOMPOS tungku KOLAM AEREOBIK APLIKASI LAPANGAN PEMBUANGAN DI SUNGAI

Penanganan produk sekutu (co-product) Perluasan sistem (emisi yang terhindarkan) Penjualan kelebihan listrik yang dibangkitkan oleh boiler Penjualan listrik yang dibangkitkan metana: Emisi yang terhindarkan dihitung menggunakan rata-rata faktor emisi listrik untuk Indonesia dan Malaysia (RFA, 2008) Kelebihan cangkang inti sawit dijual ke tungku yang digunakan industri (seperti misalnya tanur semen): Emisi yang terhindarkan dari pembakaran batu bara Alokasi masal Antara CPO & inti sawit (PK) Antara PKO & PKE

Parameter sensitif utama 22 parameter telah diuji, 5 di antaranya cukup sensitif: tpome/ttbs kgch 4 /tpome Kedalaman baku drainase pada gambut (cm) tco 2 /ha/thn untuk budi daya pada lahan gambut Stok karbon pada pemanfaatan lahan sebelumnya

Penyerahan laporan PalmGHG

Penyerahan laporan PalmGHG Segera setelah perusahaan diaudit terhadap P&C 2013, maka pihaknya harus menyusun dan menyerahkan laporan mengenai emisi GRK yang diatur dalam Kriteria 5.6.3. Perangkat lunak PalmGHG memungkinkan dihasilkannya laporan secara otomatis oleh pengguna dalam format pdf Perusahaan dapat memilih untuk menyerahkan berkas dalam format pdf ataupun accdb Agar dapat menggunakan perangkat hitung selain PalmGHG, perusahaan perlu mengajukan permohonan tertulis secara formal kepada Sekretariat RSPO agar perangkat hitung/metodenya dapat disetujui sebagai perangkat/metode yang setara Agar dapat memantau penyerahan laporan dengan baik, maka Sekretariat RSPO dan Kelpompok Kerja RSPO untuk penurunan emisi (ERWG) telah meminta agar penyerahan laporan dilakukan bersamaan dengan periode audit

Kesetaraan Teks panduan dalam Kriteria 5.6.3 PalmGHG ataupun perangkat hitung/metode lain yang disetujui RSPO sebagai perangkat/metode yang setara akan digunakan untuk mengkaji, memantau dan melaporkan emisi GRK. Berbagai pihak yang hendak menggunakan perangkat/metode selain PalmGHG harus menunjukkan kesetaraan perangkat/metode tersebut kepada RSPO untuk disetujui. Setiap perusahaan yang hendak menggunakan metode penghitungan lain harus mengajukan permohonan tertulis secara formal kepada Sekretariat RSPO. Permohonan ini akan diteruskan kepada ERWG untuk dibahas terlebih dahulu. Sekadar informasi, pada pertemuan ERWG terakhir, penghitungan ISCC dianggap tidak setara dengan PalmGHG karena alasan berikut ini. Batasan (cut off) yang berbeda untuk emisi perubahan pemanfaatan lahan (LUC) Tidak tersedianya cara untuk menghitung emisi pada lahan gambut dalam ISCC Unit sertifikasi yang berada di bawah ISCC berbeda dengan yang berada di bawah RSPO

Informasi lebih lanjut: kunjungi www.rspo.org