METODE ANALISIS ENERGI SISTEM PEMBANGKIT

dokumen-dokumen yang mirip
Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA

KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Dari studi kasus penelitian manajemen terintegrasi, sumber energi di

PENGOPERASIAN OPTIMUM SISTEM TENAGA LISTRIK

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sementara tingginya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

dan bertempat di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga digunakan adalah laptop, kalkulator, buku panduan perhitungan NPHR dan

Analisa Energi, Exergi dan Optimasi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Super Kritikal 660 MW Nasruddin*, Pujo Satrio

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin

Bab I. Pendahuluan. Energi listrik adalah energi yang tersimpan dalam arus listrik, dimana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena serta hubungan-hubunganya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA ALAM 2: MINERAL DAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

BAB I PENDAHULUAN I.1

OCEAN ENERGY (ENERGI SAMUDERA)

ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA

Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di Indonesia

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

Generation Of Electricity

Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga GAS Batubara di Kabupaten Sintang

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

DIRECTORATE GENERAL OF NEW RENEWABLE AND ENERGY COSERVATION. Presented by DEPUTY DIRECTOR FOR INVESTMENT AND COOPERATION. On OCEAN ENERGY FIELD STUDY

PENGEMBANGAN MODEL INDONESIA 2050 PATHWAY CALCULATOR (I2050PC) SISI PENYEDIAAN DAN PERMINTAAN ENERGI BARU TERBARUKAN. Nurcahyanto

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Hibrida di Pulau Panjang Menggunakan Software HOMER

KEBIJAKAN ENERGY MIX DAN POTENSI ENERGI TERBARUKAN DI INDONESIA

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK NUKLIR DAN FOSIL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK LINGKUNGAN. Mochamad Nasrullah, Suparman

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ROADMAP PENDIRIAN PABRIK BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR KAPASITAS 710 TON/fAHUN

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA

PENGARUH JARAK LENSA KONVEKS TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL TENAGA SURYA TUGAS AKHIR

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

STANDAR KOMPETENSI. Kode Unit : JPI.KE

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Pengaruh tingkat kekristalan..., Arif Rahman, FT UI, 2009

1 BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sumber energi utama yang dikonversi menjadi energi listrik

BAB 1 Pendahuluan Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS. energi (PLTBm) dengan pengolahan proses pemisahan. Selanjutnya subsistem

ANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS ( )

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

SUMBER DAYA PANAS BUMI: ENERGI ANDALAN YANG MASIH TERTINGGALKAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS LAUT BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan

Simulasi dan Analisis Sistem Pembangkit Hibrida Mikrohidro/Diesel

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

BAB I PENDAHULUAN. terjamah oleh fasilitas pelayanan energi listrik, dikarenakan terbatasnya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

: PT P T PL P N N (P

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

Transkripsi:

Metode Anafisis Energi Sistem Pembangkit Listrik (Suprapto) METODE ANALISIS ENERGI SISTEM PEMBANGKIT Suprapto ') LlSTRIK Abstrak METODE ANALISIS ENERGI SISTEM PEMBANGKIT LlSTRIK. Dalam proses optimasi sistem kelistrikan, pads umumnya para planner memfokuskan kajian terhadap sistem pads segi keekonomiannya atau dengan kata lain menggunakan metode analisis berbasis ekonomi (Investment Analysis Mode/) memakai program WASP-ENPEP. Manfaat dari hasil studi dapat diterapkan langsung pad a sistem manajemen industri. Pads kesempatan ini penulis menyampaikan metode analisis berbasis sistem energi pembangkit listrik yang bisa mendampingi dan sifatnya saling melengkapi terhadap metode analisis berbasis ekonomi. Metode Analisis Energi (MAE) mengkaji efektifitas unjuk kerja sistem berdasarkan perbandingan energi input dan output keseluruhan proses dari sistem. Absract ENERGY ANALYSIS MODEL ON THE ELECTRICITY GENERATION SYSTEMS. To achieve an optimum solution on the electical grid system, planners usually focus on economic methodology (Investment Analysis Mode/) using WASP-ENPEP for the simplicity in the adoption of the result to the industrial management. In this description to complete the study mentioned above we propose the Energy Analysis Model (EAM) as a more fundamental methodological approach on solving in the electricity generation systems expansion problem. The EAM enhances the study on balancing the energy flow used as input and output (1/0) of the power generation unit. The EAM will determine the effectiveness of the power generator unit. Bidang Sistem Energi P2EN-BA TAN 43

I. Jumal Pengembangan energi Nuklir Vol 2, No 1 Maret 2000.' 43-50 PENDAHULUAN Metode Analisis Energi (MAE) adalah suatu metodologi tambahan untuk melakukan evaluasi dalam berbagai aspek meliputi engineering, ekonomi dan dampak lingkungan yang ditujukan untuk mengkaji efektifitas kinerja secara kuantitatif sistem konversi dan konservasi energi berbagai unit pembangkit listrik. Model ini menerapkan metodologi analisis energi total (net energy analysis) menggunakan satuan fisika untuk perhitungan input dan output., Satuan yang digunakan adalah satuan panas kalori. Energi input dihitung dari seluruh tahapan proses yang dilalui tetapi tidak termasuk energi yang dikandung pada bahan bakar dan material dasar yang digunakan, sedangkan energi output berupa produk listrik selama umur hidup pembangkit tersebut. Hasil dari penggunaan model MAE ini adalah angka rasio (R), yaitu angka besaran perbandingan antara energi input dan output yang merupakan ukuran relatif efektifitas unjuk kerja dari sistem pembangkit. Berbeda dengan model lain misalnya WASP-EN PEP (Investment Analysis) dengan hasil fungsi obyektif (Fo) menggunakan satuan mala uang tertentu untuk menentukan susunan atau konfigurasi sistem pembangkit yang paling ekonomis. Kelebihan MAE adalah bahwa seluruh perhitungan bernilai tetap dan validitasnva terjaga tidak seperti satuan mala uang yang lebih banyak tergantung dari pasar dan sangat rentan terhadap waktu. Pada label dibawah ini dapat dilihat karakter dari Metode Analisis Energi dan program evaluasi energi WASP-ENPEP sehingga dapat dijelaskan bahwa kedua program dapat saling melengkapi. Tabel1. Karakteristik Model Analisis Energi MAE dan WASP-ENPEP No Karakteristik MAE WASP-ENPEP 1 Obyek Studi Unit Pembangkit Sistem Jaringan Kelistrikan 2 Pilihan Efisiensi Neraca Energi Sistem Ekonomis 3 Satuan Satuan Fisika (kalori) Satuan Moneter/CufTency 4 Program 5 Bank Data 6 Externalities Terbuka Kecil Integral T erformat Besar Terpisah II. METODOLOGI Sebuah unit pembangkit listrik memerlukan material konstruksi, bahan bakar, dan aliran listrik untuk memproduksi listrik dan menyisakan limbah dalam volume tertentu sesuai dengan 44

Metode Ana/isis Energi Sistem Pembangkit Listrik (Suprapto) sistem yang digunakan. Sistem pembangkit listrik secara sederhana dapat digambarkan seperti bagan Gambar 1. Gambar 1. Bagan Sistem Pembangkit Listrik. Dalam kajian Metode Analisis Energi ini. prinsip pengukuran efektifitas sistem pembangkit listrik dinyatakan dalam Rasio perbandingan total output energi dengan total input energi dirumuskan sebagai berikut: dimana: Fo * Eo R = (1) Tj + { Fj * Ej} R = Rasio Fo = Faktor konversi energi produk listrik. F 0 = 860 kcal/kwh = 3600 kj/kwh Eo = Produk listrik selama umur hidup unit pembangkit dalam kwh. Tj = Energi termal input dalam kcal. Fj = Faktor konversi energi input listrik dengan efisiensi 33-38,2%. Fj = 2250-2600 kcal/kwh Fo dan Fj tidak mempunyai harga yang sarna sebab pada Fj telah dimasukkan komponen efisiensi sistem 33-38,2 %, karena aliran listrikyang dipergunakan adalah hasil dari proses pembangkitan lain atau sendiri. Energi termal input adalah seluruh energi non listrik yang digunakan pads seluruh proses pembangkitan tidak termasuk bahan bakar yang digunakan selama umur waktu pembangkitan. Energi yang digunakan oleh pekerja tidak dimasukkan dalam perhitungan. Eo dihitung sesuai dengan umur hidup pembangkit yang direncanakan 30 th (8760 jam/th) dan capacity factor (CF) yang telah ditentukan rata-rata 70%. Tj merupakan jumlah suksesif kebutuhan energi termal pembangkitan dari seluruh kelompok kegiatan yang terdiri dari : A Material Unit Pembangkit 1. Konstruksi Pembangkit 2. Operasi Pembangkit 3. Maintenance Pembangkit 45

Jumal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 2, No.1 Maret 2000..43-50 B. Bahan bakar 1. Konstruksi T ambang 2. Operasi Tambang 3. Maintenance Tambang 4. Fabrikasi Bahan bakar 5. Transportasi Bahan bakar C. Listrik Seluruh Kebutuhan Listrik D. Limbah 1. Konstruksi Fasilitas Limbah 2. Operasi Fasilitas Limbah 3. Dekomisioning Proses komputasi yang paling sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas pemrograman Excel, karena sudah tersedia fungsi matematika yang cukup. Program disesuaikan dengan asumsi yang diambil den data yang tersedia sehingga program ini masih berupa program yang terbuka untuk menjadikan sebuah perangkat lunak yang utuh den perlu konsensus yang harus disepakati bersama oleh pihak pengguna. III. HASIL STUDI OJ bawah ini kami sajikan hasil perhitungan dalam bentuk tabel dan grafik dari berbagai data acuan yang terdiri dari 2 kelompok pembangkit listrik yaitu : 1. Pembangkit listrik besar yang berpotensi masuk ke jaringan. 2. Pembangkit listrik kecil yang berpotensi untuk daerah rural (pedesaan). Kelompok pembangkit listrik besar terdiri dari PWR, BWR, CANOU dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan residu, LNG, batu bara dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil dengan daya masing-masing sebesar 1000 MW. Pembangkit besar ini cocok untuk dipasang pada sistem jaringan Jawa-Bali-Sumatra untuk menjamin pasokan daya listrik. Sedangkan pembangkit listrik kecil berdaya kurang dari 10 MW seperti PL T A, Geotermal, Angin. Gelombang, Matahari dan sel Volta cocok untuk daerah-daerah terpencil seperti Nusa Tenggara. Maluku dan daerah yang tidak terlalu padat penduduknya seperti Kalimantan dan Irian Jaya. 4R

Metode Ana/;s;s Energ; S;stem Pembangkit Listrik (Suprapto) Tabel 2. Hasil perhitungan Rasio input-output energi pembangkit yang berpotensi masuk ke Jaringan. Pembangkit -~ - Asumsi Utama Asumsi Tambahan - PWR. BWR, CANDU, Residu, LNG, Batubara.-- Daya 1000 MW(8) Uranium 0.1% CF Pembangkit 70% Umur hidup Pembangkit 30 th Fo = 860 kcal/kwh dan Fj = 2450 kcal/kwh Rumus Hasil perhitungan Energi produksi LNG diperhitungkan R = 860 Eo I { T; + 2450 E;} PWR BWR CANDU Residu LNG Batubara 16,18 15,09,07 12, 4,79 1,46 4, 99 47

:;J Jurnal Pengembangan Energi Nuklir Vol. 2, No.1 Maret 2000 43-50 Gambar 2. Grafik hasil perhitungan Rasia input-output energi pembangkit yang berpotensi masuk ke Jaringan. Crileriorl re$io Units 01 measurement: not specified,, '-~'-"~"-- 45 "1r.'.?=;""i7;_~ TC- Ar40,6,r I PLI 4U,I)! :~- 40 j" l ' 15 :ra~: I_M~har.i 0 I I Volta 0, Gambar 3. Grafik hasil perhitungan Rasio input-output energi pembangkit yang berpotensi untuk daerah rural. IV. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan untuk klasifikasi (1) pembangkit listrik besar yang berpotensi untuk masuk ke jaringan PWR dan BWR yang masing-masing adalah pembangkit listrik tenaga nuklir mempunyai rasio yang terbesar, hal ini mudah untuk dimengerti mengingat 48

Metode Analisis Energi Sistem Pembangkit Listrik (Suprapto) keunggulan pembangkit listrik tenaga nuklir memiliki bahan bakar dan limbah yang kompak sehingga tidak banyak memerlukan energi untuk mengelolanya. Sedangkan untuk Batu bara dan LNG meliki rasio yang relatif kecil, sebab pads pembangkit listrik berbahan bakar batu bara memerlukan volume bahan bakar yang sangat besar begitu juga limbahnya, sedangkan pada pembangkit listrik berbahan bakar LNG memerlukan energi yang sangat besar untuk menyediakan bahan bakar gas mulai dari explorasi, dan proses liquifaction hingga transportasinya. Hasil perhitungan pada klasifikasi (2) pembangkit listrik kecil yang berpotensi untuk daerah rural PL TA dan Geotermal memiliki rasio yang paling besar, hal ini disebabkan pada kedua jenis pembangkit listrik ini tidak banyak diperlukan energi transportasi untuk air maupun uap dari panas bumi begitu juga dengan volume limbah yang relatif tidak berarti. Untuk pembangkit listrik tenaga angin dan gelombang air laut nilai rasio lebih kecil sebab produksi listrik tiap-tiap unit pembangkit relatif kecif sehingga untuk memproduksi listrik yang besar diperlukan banyak material. Sedangkan untuk dua jenis pembangkit listrik terakhir yaitu pembangkit listrik tenaga matahari dan sel volta belum diketahui datanya, karena pemakaian dalam sekala besar tidak lazim. Energi yang tersimpan dalam bahan bakar tidak dihitung dalam program ini, karena kurang praktis tetapi tidak tertutup kemungkinan jika memang harus dimasukkan dalam perhitungan, hat ini merupakan kesepakatan saja. Kuantifikasi energi yang tersimpan dalam fluida kerja sangat bervariasi. Energi air pada PL T A sangat tergantung dari letak dan ketinggian reservoir atau dam, begitu juga untuk geotermal energi uap dari panas bumi tergantung kedalaman sumber panas, sedangkan energi gelombang. energi angin, dan sinar matahari tercurah begitu saja Studi ini hanya untuk menguji efisiensi kinerja sistem pembangkit saja tidak mencerminkan besarnya nilai investasi unit pembangkit, harga bahan bakar, biaya operasi dan perawatan, harga produk listrik, serta cash flow. V. KESIMPUlAN Metode Analisis Energi memberikan tingkat efisiensi sistem pembangkit listrik dengan menghitung rasio input-output energi untuk diterapkan dalam sistem kelistrikan baik lokal, regional maupun interregional tidak terpaku pada sistem jaringan. Hasil studi hanya tergantung pada perkembangan ilmu dan teknologi itu sendiri tidak tergantung dari perubahan eksternal seperti harga pasar serta perubahan harga mala uang tertentu terhadap satu mata uang yang lain. Walaupun untuk pengambilan keputusan masih diperlukan studi lain yang meninjau sistem benefit-cost dan juga analisis dari segi keekonomiannya. Metode Analisis Energi ini perlu disusun menjadi sebuah program yang utuh dan dijadikan sebuah perangkat lunak yang dapat digunakan oleh para perencana untuk melakukan studi dasar sistem kelistrikan. 49

2. Jumal Pengembangan Eneryi Nuklir Vol. 2, No 1 Maret 2000 43-50 DAFT AR PUST AKA 1 INSTITUTE OF POLICY SCIENCE. A Study on Energy Utilization Structure and Energy 3. 4. Analysis. (1977) RESOURCE RESEARCH INTITUTE. Science and Technology Agency (Japan), Renewable Energies and Electricity Generation, Taisei Shuppan Co. (1983) IAEA. Net Energy Analysis of Different Electricity Generation Systems. (1994) MISHAN.Edward J, Cost-Benefit Analysis.(1976) 50