BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan,

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasar menimbang Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk dilaksanakan bagi pengguna narkoba. Zat yang terkandung dalam obat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

BAB III PENUTUP. hukum ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 56 / HUK / 2009 TENTANG

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan narkoba menjadi salah satu faktor banyaknya terjadi kasus

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasar menimbang Undang-undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan teknologi. Adanya perkembangan dan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971)

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1. adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB 1 PENDAHULUAN. dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu, tetapi persepsi itu kini

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPPRES 116/1999, BADAN KOORDINASI NARKOTIKA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan. tantangan global di masa kini dan di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

SKRIPSI. UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang)

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena Narkoba di Indonesia

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan saat ini dimana moralitas masyarakat telah dihegomoni oleh perkembangan budaya negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Trend perkembangan kejahatan Narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang kurang perhatian orang tua, dan begitu beragamnya kegiatan yang

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. secara persuasif yang dilandasi kesadaran dan kesukarelaan.

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Nasional, Jakarta, 2003, h Metode Therapeutic Community Dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba, Badan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II PENGATURAN TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PECANDU NARKOTIKA. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

PUSAT REHABILITASI KRISTIANI TERPADU BAGI KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN STRES PSIKOSOSIAL DI UNGARAN

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Say no to drugs adalah ungkapan yang tidak asing lagi di telinga kita. Ungkapan ini merupakan bagian dari ekspresi kegelisahan pemerintah dan masyarakat untuk memerangi Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza). Mereka melihat bahaya Napza sebagai bahaya yang mengancam peradaban manusia. Disadari ataupun tidak, Napza telah menjadi bagian kehidupan masyarakat modern. Kenyataan-kenyataan yang dialami bangsa-bangsa lain menunjukkan bahwa masalah Napza adalah timbul dari pilihan-pilihan umat yang keliru dalam mengisi kehidupannya yang menjadikan dirinya tidak produktif dan memperpendek usia secara dini, merusak moral dan perkembangan fisiknya. Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan juga Zat Adiktif lainnya bukan hanya merupakan masalah kesehatan dan kedokteran, melainkan juga merupakan masalah kejiwaan/kepribadian, masalah sosial-kultural dan melanggar peraturan perundang-undangan yang terkait. Sejak tahun 1969 masalah penyalahgunaan Napza dan kenakalan remaja telah merambah ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. 1 Remaja dan pemuda yang merupakan aset bangsa di kemudian hari telah menghadapi sebuah kenyataan yang cukup menyedihkan yaitu tidak ada wilayah di Jakarta yang terbebas dari penyalahgunaan NAPZA. Kenyataan ini berdasarkan atas penelitian "Profil Masyarakat Jakarta terhadap Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif", yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) 2. Inilah sebuah penelitian yang terjadi di Jakarta sehingga patut dipertanyakan; bagaimana dengan daerah-daerah lainnya? Kenyataan ini merupakan sebuah teguran buat kita bahwa penyalahgunaan Napza ini tidak saja merupakan masalah internasional tetapi sudah menjadi masalah nasional. 1 2 Dadang Hawari, Gerakan Orang Tua Memerangi NAZA, dalam Panduan Keluarga Untuk Pencegahan, Penanggulangan Penyalahgunaan Obat dan Narkotika, Jakarta,Yayasan Insan Pengasih Indonesia-Drop In Centre, 1998, hlm 2 Adi Prinantyo, Narkoba-Problem Serius Ditangani Setengah Hati, dalam Kompas Cyber Media, 09- Mei-2004.

2 Pada awalnya penemuan obat-obatan sejenis narkotika ditujukan bagi dunia kedokteran atau kepentingan medis tetapi di kemudian hari terjadi penyimpangan dalam pemanfaatannya sehingga dapat membahayakan perikehidupan dan perkembangan budaya manusia. Mengkonsumsi Napza secara terus -menerus dan tanpa pengawasan secara medis akan menyebabkan seseorang menderita ketergantungan (dependency) dan apabila orang tersebut tidak diberi pertolongan maka akan berakibat fatal karena selain dapat merusak organ-organ tubuh, Napza juga akan menyebabkan kematian akibat overdosis (OD). Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya juga telah menjadi masalah nasional. Indonesia semenjak jaman penjajahan sudah mulai mengenal pemadatan tetapi karena harga yang sangat mahal pada saat itu maka hanya penjajah yang mampu untuk membelinya. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu terutama dalam mengisi kemerdekaan Indonesia, banyak sekali muncul kenakalan remaja di antaranya masalah penggunaan narkotika. Berdasarkan kenyataan ini presiden RI mengeluarkan Instruksi Presiden No.6/1971, yaitu mengenai penanggulangan peredaran gelap dan penyalahgunaan Narkotika. Berbagai pihak baik itu pemerintah, aparat hukum dan masyarakat bersatu bahu-membahu untuk melakukan berbagai upaya penanggulangan salah satunya melalui pembuatan Undang-Undang Narkotika No.9 Th 1976; dan dalam tingkat internasional Indonesia meratifikasi konvensi tunggal, The Single Convention on Narcotic Drug yang diselenggarakan oleh PBB tahun 1961 dan juga konvensi tentang obat-obat dan bahan psikotropika tahun 1971. Iklim Indonesia yang termasuk negara tropis sangat cocok untuk tanaman candu tumbuh dengan sangat baik oleh sebab itu jika kurang waspada maka ancaman bahaya narkotika dapat saja berkembang di Indonesia bahkan Indonesia dapat dijadikan pasar bagi peredaran gelap terutama oleh sindikat kejahatan internasional. Keterlambatan langkah terutama dalam upaya pencegahan dalam era kemajuan teknologi dan dalam ilmu pengetahuan akan membawa dampak buruk yaitu Indonesia akan menjadi ajang pasar yang menguntungkan buat kelompok yang tidak bertanggung jawab. 3 3 Jeanne Mandagi, Wresniwiro dan Haris Sumarna, Masalah Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya Serta Penanggulangannya, Pramuka Saka Bhayangkara, hlm 58-59.

3 Bahaya penyalahgunaan maupun peredaran gelap Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya dapat menjadi kerikil tajam bagi kelancaran pembangunan sumber daya manusia sehingga perlu untuk ditanggulangi dengan cepat, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Jadi, sekarang ini cukup banyak bermunculan organisasi atau yayasan yang mengurus masalah penyalahgunaan narkoba. Pada tingkat nasional dan internasionalpun banyak instansi yang terkait, kerjasama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat. Contohnya dalam tingkat regional (ASEAN), dan tingkat internasional (UNDCP), telah terlibat untuk memerangi masalah penggunaan Napza. 4 Meskipun kekuatan untuk memerangi narkoba terus ditambah tetapi trend penyalahgunaan Napza kualitas dan kuantitasnya juga terus meningkat. Menangani masalah penyalahgunaan Napza yang merupakan masalah sosial memerlukan kerjasama dari pemerintah, masyarakat serta lembaga keagamaan. Peran serta masyarakat sudah terlihat dari begitu banyaknya masyarakat yang tergabung dan membentuk organisasi atau yayasan yang berkecimpung dalam penanganan masalah penyalahgunaan Napza. Peran serta masyarakatpun sangat bermanfaat karena bagaimanapun juga pemerintah tidak dapat memberantasnya seorang diri melainkan dibutuhkan badan-badan sosial untuk membantu memerangi masalah penyalahgunaan Napza. Banyak badan-badan sosial yang juga berlatarbelakang agama, misalnya pesantren atau rumah pemulihan yang ikut mengambil peran memerangi penyalahgunaan Napza dan dari sini penulis melihat bahwa peran serta umat beragama juga diperlukan dalam proses kesembuhan seorang pasien. Bila sampai saat ini penyalahgunaan barang haram ini masih terus terjadi tentunya bukan peredarannya tetapi permintaan yang terus meningkat. Hal ini mengimplikasikan perlunya untuk menahan keinginan atau pengendalan diri terhadap Napza oleh karena itu tepatlah bila agama sebagai dasar atau pondasi seseorang untuk dapat melawan godaan Napza. Pengobatan spiritual di tiap-tiap pusat rehabilitasi berbeda-beda. Demikian juga dengan Griya Pemulihan Siloam sebagai sebuah organisasi yang bergerak dalam upaya menyembuhkan pecandu Napza mempunyai metode-metode tertentu dalam upaya penyembuhannya. Penulis memilih Griya Pemulihan Siloam sebagai tempat penulis 4 Satya Joewana, Aspek Medik Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika, dalam Panduan Keluarga Untuk Pencegahan, Penanggulangan Penyalahgunaan Obat dan Narkotika (Naza), Jakarta, Yayasan Insan Pengasih Indonesia-Drop In Centre, 1998, hlm 25.

4 melakukan penelitian. Griya Pemulihan Siloam yang merupakan organisasi Kristen, memandang peran serta agama sangatlah penting bagi proses kesembuhan seorang pasien. II. Pokok Permasalahan Griya Pemulihan Siloam merupakan badan sosial yang berkecimpung dalam permasalahan penyalahgunaan Napza. Cara menangani penyalahgunaan Napza dilakukan dalam empat macam pengobatan, yang pertama, pengobatan spiritual, kedua, pengobatan medis, ketiga, pengobatan sosial, dan keempat, pengobatan psikologis Penulis dalam skripsi ingin mengangkat dan membahas salah satu dari cara pengobatan yang ada, yaitu pengobatan spiritual. Griya Pemulihan Siloam memandang penting pengobatan spiritual. Banyak kegiatan yang dilakukan dalam panti ini yang berkaitan dengan spiritualitas, contohnya ibadah pagi dan malam, pemahaman Alkitab serta menonton film yang berhubungan dengan tokoh Alkitab. Berkat adanya penyembuhan secara spiritual ini beberapa pasien berhasil disembuhkan. Bahkan mereka mengakui bahwa kesembuhan yang mereka peroleh merupakan mujizat dari Tuhan Yesus, karena mereka tidak menyangka bisa disembuhkan dari ketergantungan terhadap Napza. Penulis melakukan penelitian di Griya Pemulihan Siloam untuk lebih mengetahui dengan mendalam mengenai : a. Seberapa penting penyembuhan spiritual dipandang oleh Griya Pemulihan Siloam dan bagaimana mereka menerapkan penyembuhan spiritual kepada para pasiennya? b. Jika penyembuhan spiritualitas itu berdampak dan mempunyai peran penting bagi kesembuhan pasien, apa yang mereka rasakan? c. Jika tidak mempunyai peranan dalam kesembuhan, lalu apakah yang berperan dalam kesembuhan pasien? d. Bagaimana hubungan pasien dengan Allah sewaktu menggunakan Napza dan sekarang, ketika pasien sudah sembuh?

5 III. Batasan Permasalahan Griya Pemulihan Siloam dalam menangani permasalahan penyalahgunaan Napza mempunyai empat macam pengobatan, diantaranya pengobatan medis, pengobatan sosial, pengobatan spiritual, dan pengobatan psikologis. Penulis tidak akan mengfokuskan diri kepada seluruh pengobatan tetapi penulis akan fokus pada pengobatan spiritual, karena pengobatan spiritual tetap memberikan perannya ketika pengobatan sosial, medis dan psikologis dilakukan. Jadi, meskipun penulis berfokus pada pengobatan spiritual, penulis juga akan melihat cara pengobatan yang lain sejauh itu terkait dengan pengobatan secara spiritual. dua hal, yaitu : Penulis memilih Griya Pemulihan Siloam sebagai tempat penelitian dikarenakan 1. Griya Pemulihan Siloam merupakan badan sosial yang mempunyai latar belakang kekristenan. Spiritualitas Kristen mengambil peran yang sangar besar dan penting karena itu spiritualitas Kristen sangat terasa dan terlihat dalam setiap pengobatan dan kehidupan dipanti. 2. Griya Pemulihan Siloam sangat peduli terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di Indonesia khususnya di Yogyakarta. Masalah sosial jika tidak cepat diatasi maka akan berbahaya bagi masa depan para remaja dan pemuda. Terlebih lagi Yogyakarta yang identik sebagai kota pelajar, kota yang penuh dengan para pendatang dengan tujuan untuk belajar. Berdasarkan permasalahan diatas, penulis mengajukan judul: Pengobatan Spiritual Bagi Para Pengguna Napza di Griya Pemulihan Siloam

6 IV. Alasan Pemilihan Judul a. Penulis ingin terlibat langsung untuk mengetahui secara lebih mendalam bagaimana Griya Pemulihan Siloam memperbaiki manusia yang sudah dirusak oleh karena penyalahgunaan Napza. b. Penulis tertarik pada salah satu pengobatan yang ada di Griya Pemulihan Siloam dalam menangani masalah penyalahgunaan Napza, yaitu pengobatan spiritual. Bagaimana pengobatan spiritual ini berdampak dan berpengaruh bagi para pengguna, terutama ketika mereka memutuskan untuk lepas dari cengkraman Napza. V. Tujuan Penulisan a. Penulis mengharapkan melalui skripsi ini, pembaca dapat mengetahui peran, kontribusi dan dampak yang dapat diberikan oleh pengobatan spiritual kepada kesembuhan para pasien. b. Berdasarkan atas hasil observasi dan wawancara, penulis dapat menjawab pokok permasalahan. VI. Metode Penulisan 1. Jenis Metode Dalam melakukan penyusunan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pengalaman hidup seseorang menjadi inti dan pusat perhatian penulis. Dalam skripsi ini penulis menggunakan pengalaman hidup pengguna Napza. Pengalaman mereka saat pertama kali mengenal dan menggunakan Napza. Faktor-faktor yang menyebabkan mereka menjadi pencandu. Bentuk pengobatan-pengobatan yang telah mereka peroleh. Pengalaman pasien ketika menerima pengobatan spitiual. Pengobatan spiritual mempunyai dampak atau tidak bagi kesumbahan mereka. Untuk memahami pengalaman hidup para mantan pengguna tersebut, penulis harus mengesampingkan pandangan dan pengalaman pribadi, agar penulis mendapatkan

7 makna dibalik pengalaman mereka. Penulis berusaha menggambarkan dan menjelaskan makna pengalaman para mantan pengguna Napza. Melalui pengalaman mereka penulis akan mencocokannya dengan pengobatan-pengobatan yang ada di Griya Pemulihan Siloam, terutama dengan pengobatan spiritual. Jika pengobatan secara spiritual memberikan peran yang cukup besar dalam proses penyembuhan, spiritualitas yang seperti apa dan demikian juga sebaliknya yaitu jika pengobatan spiritual sama sekali tidak berperan, lalu apa yang berperan cukup besar dalam penyembuhan. Sehingga penulis harus mempunyai beberapa kecakapan, diantaranya adalah mampu mendengarkan, mengamati dan membentuk rasa empatik dengan para pemakai. 2. Metode Pengumpulan Data Wawancara Dalam metode kualitatif, pengalaman hidup seseorang menjadi pusat untuk diteliti, dan untuk mengumpulkan sumber data tersebut penulis menggunakan metode wawancara. Dalam wawancara penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan informasi dari subyek tersebut. Wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada para mantan pengguna Napza bersifat non-formal, wawancara bersifat mendalam, dengan keterbukaan, keterlibatan emosional, dan kepercayaan antara penulis dengan para mantan pengguna Napza. Penulis juga melakukan wawancara kreatif. Wawancara dilakukan berdasarkan situasi sehingga dapat berubah, penulis melakukan wawancara tergantung dari situasi yang dihadapi, tidak terpaku pada aturanaturan melakukan wawancara. Observasi Dalam skripsi ini penulis mengamati kehidupan para mantan pengguna Napza dan tempat rehabilitasi dimana mereka memperoleh pengobatan untuk penyembuhan mereka. Penulis tidak hanya dapat memperoleh data dari yang terlihat saja tetapi juga dapat melalui apa yang dapat diraba, dicium dan

8 didengar. Dalam metode ini penulis terjun langsung ke Griya Pemulihan Siloam kurang lebih selama 6 bulan, untuk dapat merasakan secara langsung kehidupan di dalam pusat rehabilitasi tersebut. 3. Populasi dan Penentuan Sampel Populasi yang diambil oleh penulis adalah para mantan pengguna Napza yang pernah menjadi pasien di Griya Pemulihan Siloam dan seluruh staff Griya Pemulihan Siloam. Tiga tahap dalam penentuan sampel, yaitu : a. Pemilihan Sampel Awal Penulis akan memilih beberapa mantan pengguna Napza untuk memperoleh informasi seputar pengalaman hidup mereka dalam penyalahgunaan Napza. Penulis juga akan mencari informasi seputar kegiatan dalam Griya Pemulihan Siloam, melalui para staff. b. Pemilihan Sampel Lanjutan Penulis lebih memperluas lagi informasi seputar pengalaman hidup para mantan pengguna Napza dan membuka kemungkinan dengan adanya informasi baru dari pengalaman hidup mereka. c. Menghentikan Pemilihan Sampel Lanjutan Jika penulis sudah tidak lagi menemukan variasi informasi, maka pemilihan sampel akan dihentikan. Dari semua informasi yang sudah terkumpul dari para mantan pengguna Napza, maka penulis akan memilih key informan. 5 5 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitiab Kualitatif, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1998, hlm 53-54.

9 VII. Hipotesa Penulis melihat pengobatan spiritual di Griya Pemulihan Siloam berdampak dalam proses kesembuhan pasien. Meskipun terdapat tiga macam pengobatan lainnya, tetapi pengobatan-pengobatan tersebut dipayungi oleh pengobatan spiritual. Penulis melihat pengobatan spiritual sangat mendominasi dalam proses kesembuhan pasien. VIII. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan I.1 Permasalahan I.2 Alasan Pemilihan Judul I.3 Tujuan Penulisan 1.4 Metode Penulisan 1.5 Hipotesa 1.6 Sistematika Penulisan Bab II : Napza dan Griya Pemulihan Siloam II.1 Mendeskripsikan Napza Secara Umum II.2 Mendeskripsikan Griya Pemulihan Siloam secara Umum Bab III : Tinjauan atas Pengobatan Spiritual terhadap Pasien III.1 Proses Penelitian III.2 Pengobatan Spiritual Griya Pemulihan Siloam III.3 Deskripsi Hasil Penelitian III.4 Analisis III.5 Pengobatan Spiritual yang Paling Berperan dalam Proses Kesembuhan Pasien

10 Bab IV : Refleksi Teologis IV.1 Manusia Seutuhnya IV.2 Kuasa Doa dan Kuasa Firman Tuhan Bab V : Kesimpulan