KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI,SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA

KEPPRES 135/1999, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA KOORDINASI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDOESIA NOMOR 60 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN,TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA

MEMUTUSKAN : Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANI-SASI, DAN TATA KERJA MENTERI MUDA.

Keputusan Presiden No. 101 Tahun 2001 Tentang : Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Menteri Negara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Presiden No. 163 Tahun 2000 Tentang : Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Menteri Negara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT PENGENDALIAN PEMERINTAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2001 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2001 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 111 TAHUN 2000 (111/2000) TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PEMBINA BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT PRESIDEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 175 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TUGAS MENTERI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190 TAHUN 2014 TENTANG UNIT STAF KEPRESIDENAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disebut LAN adalah lembaga pemerintah nonke

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PENGELOLA BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BADAN EKONOMI KREATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BADAN EKONOMI KREATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2000 TENTANG PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PUSAT STATISTIK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2005 TENTANG BADAN KOORDINASI KEAMANAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

2017, No Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Kabinet Persatuan Nasional dan untuk meningkatkan hasil pelaksanaan tugas dalam penyelenggaraan pemerintahan negara di bidang tertentu agar dapat berjalan lancar, berdaya guna, dan berhasil guna, dipandang perlu menetapkan kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Menteri Negara; Mengingat : Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 Menteri Negara, selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disingkat Meneg, adalah pembantu Presiden yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Pasal 2 Meneg mempunyai tugas menangani bidang tugas tertentu dalam kegiatan pemerintahan negara yang tidak ditangani oleh suatu departemen. Pasal 3 Meneg terdiri dari : 1. Meneg Riset dan Teknologi, disingkat Meneg Ristek; 2. Meneg Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah, disingkat Meneg Koperasi dan PKM; 3. Meneg Lingkungan Hidup, disingkat Meneg LH; 4. Meneg Otonomi Daerah, disingkat Meneg Otda; 5. Meneg Pariwisata dan Kesenian, disingkat Meneg Parseni; 6. Meneg Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara, disingkat Meneg

Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN; 7. Meneg Pemuda dan olah Raga, disingkat Meneg PORA; 8. Meneg Pekerjaan Umum, disingkat Meneg PU; 9. Meneg Pemberdayaan Perempuan; 10. Meneg Urusan Hak Asasi Manusia, disingkat Meneg Urusan HAM; 11. Meneg Transmigrasi dan Kependudukan, disingkat Meneg Transkep; 12. Meneg Pendayagunaan Aparatur Negara, disingkat Meneg PAN; 13. Meneg Masalah-masalah Kemasyarakatan, disingkat Meneg Maskat; Pasal 4 Meneg sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, mempunyai tugas : 1. Meneg Ristek : membantu Presiden dalam menyelenggarakan urusan di bidang riset dan teknologi. 2. Meneg Koperasi dan PKPM : koperasi dan pengusaha kecil dan menengah. 3. Meneg LH : lingkungan hidup. 4. Meneg Otda : otonomi daerah. 5. Meneg Parseni : pariwisata dan kesenian. 6. Meneg Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN : penanaman modal dan pembinaan Badan Usaha Milik Negara. 7. Meneg PORA : kepemudaan dan keolahragaan. 8. Meneg PU; pekerjaan umum. 9. Meneg Pemberdayaan Perempuan: pemberdayaan perempuan. 10. Meneg Urusan HAM: hak asasi manusia. 11. Meneg Transkep : transmigrasi dan kependudukan. 12. Meneg PAN :

pendayagunaan aparatur negara. 13. Meneg Maskat : masalah-masalah kemasyarakatan. Pasal 5 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, masing-masing Meneg menyelenggarkaan fungsi : 1. Meneg Ristek : a. perumusan kebijaksanaan pemerintahan di bidang ilmu pengetahuan, riset dan teknologi, penerapan hasil riset dan teknologi berikut keterkaitan dan pemanfaatannya dalam pelaksanaan pembangunan serta perwujudan kemandirian, ketangguhan, dan keunggulan bangsa melalui pengembangan budaya ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kemampuan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan teknik produksi, teknologi, ilmu pengetahuan terapan, dan ilmu pengetahuan dasar; program di bidang ilmu pengetahuan, riset, dan teknologi yang diselenggarakan oleh departemen, lembaga pemerintah nondepartemen, perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian milik masyarakat termasuk usaha industri, sehingga secara optimal mendukung keberhasilan pembangunan di berbagai bidang baik dari segi hasil, biaya, maupun pemanfaatan sumber daya; c. pengkoordinasian kegiatan operasional di bidang riset dan teknologi lembaga-lembaga pemerintah nondepartemen tertentu; 1) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; 2) Badan Tenaga Nuklir Nasional; 3) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi; 4) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional; 5) Badan koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional; 6) Badan Standarisasi Nasional; 7) Badan Pengawasan Tenaga Nuklir. d. peningkatan minat dan peran serta masyarakat di bidang ilmu pengetahuan, riset, dan teknologi; e. penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Presiden di bidang riset dan teknologi; f. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas 2. Meneg Koperasi dan PKM : a. perumusan kebijakan pemerintah di bidang pembinaan koperasi dan pengusaha kecil dan menengah; program di bidang pembinaan koperasi, pengusaha kecil dan menengah yang dilakukan oleh instansi pemerintah, swasta, dan lembaga masyarakat; c. peningkatan peran serta masyarakat di bidang koperasi, pengusaha kecil dan menengah;

d. pengkoordinasian kegiatan operasional lembaga pengembangan sumberdaya ekonomi rakyat; e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas 3. Meneg LH : a. perumusan kebijakan pemerintah di bidang pengelolaan lingkungan hidup; program departemen, lembaga nondepartemen, pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha di bidang pengolahan lingkungan hidup dalam rangka pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan wawasan lingkungan hidup; c. peningkatan peran serta masyarakat di bidang pengolahan lingkungan hidup; d. pengkoordinasian kegiatan operasional Badan Pengendalian Dampak Lingkungan; e. penyampaian laporan hasil evaluasi, sarana, dan pertimbangan di bidang tugas 4. Meneg Otda : a. perumusan kebijakan pemerintah di bidang otonomi daerah dan supervisi atas pelaksanaannya; program pengembangan administrasi pemerintahan daerah; c. pengakselerasian penyerahan kewenangan oleh departemen dan lembaga pemerintah nondepartemen kepada Pemerintah Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka optimalisasi otonomi daerah; d. evaluasi terhadap implementasi proses desentralisasi dan otonomi daerah; e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas 5. Meneg Parseni : a. perumusan kebijakan pemerintah di bidang pariwisata dan kesenian; program pembangunan pariwisata dan kesenian dengan departemen, lembaga pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha; c. peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha pariwisata dan kesenian dalam memajukan pariwisata dan kesenian; d. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas 6. Meneg Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN : a. perumusan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal serta pembinaan modal serta pembinaan, pengendalian, peningkatan efisiensi, privatisasi, dan restrukturisasi Badan Usaha Milik Negara; program penanaman modal dan pembinaan Badan Usaha Milik Negara; c. peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha di dalam dan di luar negeri di bidang penanaman modal dan pengelolaan Badan Usaha Milik Negara; d. pengkoordinasian kegiatan operasional Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Badan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara; e. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas

7. Meneg PORA : a. Perumusan kebijakan pemerintah di bidang pembinaan pemuda dan olah raga; program kepemudaan dalam pembangunan dan pencapaian prestasi yang tinggi di bidang keolahragaan; c. peningkatan peran serta masyarakat di bidang pemuda dan olah raga dalam pembangunan; d. pengkoordinasian kegiatan Komite Nasional Pemuda Indonesia dan organisasi kepemudaan lainnya; e. pengkoordinasian kegiatan Komite Olah Raga Nasional Indonesia dan lembaga-lembaga keolahragaan lainnya; f. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas 8. Meneg PU : a. perumusan kebijakan pemerintah di bidang pekerjaan umum, termasuk pengembangan konstruksi; program departemen, lembaga pemerintah nondepartemen, pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha di bidang pekerjaan umum; c. peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha di bidang pekerjaan umum; d. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas 9. Meneg Pemberdayaan Perempuan : a. perumusan kebijakan pemerintah di bidang pemberdayaan perempuan, termasuk keluarga berencana; b. pengkoordinasian dan peningkatan keterpaduan penyusunan rencana, monitoring, dan evaluasi terhadap program pemberdayaan perempuan; c. peningkatan peran serta masyarakat di bidnag pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender; d. pengkoordinasian kegiatan instansi pemerintah, swasta, dan lembaga swadaya masyarakat dalam rangka pemberdayaan perempuan; e. pengkoordinasian kegiatan operasional Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional; f. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas fungsinya kepada Presiden. 10. Meneg Urusan HAM : a. perumusan kebijakan pemerintah di bidang hak asasi manusia; program, serta kerja sama nasional dan internasional di bidang hak asasi manusia; c. peningkatan peran serta masyarakat di bidang penegakan dan pencegahan pelanggaran hak asasi manusia; d. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas 11. Meneg Transkep : a. perumusan kebijakan pemerintah untuk program transmigrasi dan

kependudukan; program departemen, lembaga pemerintah nondepartemen, pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha untuk program transmigrasi dan kependudukan; c. peningkatan peran serta masyarakat di bidnag pengolahan transmigrasi dan kependudukan; d. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas 12. Meneg PAN : a. perumusan kebijakan pemerintah di bidang pendayagunaan aparatur negara, termasuk peningkatan kapasitas kelembagaan dan modernisasi sistem serta sumber daya aparatur pusat dan daerah dalam rangka perwujudan pemerintah yang baik; program departemen, lembaga pemerintah nondepartemen, dan pemerintah daerah di bidang pendayagunaan aparatur negaraa; c. peningkatan kapasitas kelembagaan, sistem, sumber daya manusia, dan penyelesaian masalah-masalah aparatur beserta tindak lanjutnya; d. pengkoordinasian kegiatan operasional Lembaga Administrasi Negara, Badan Kepegawaian Negara, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, dan Arsip Nasional Republik Indonesia; e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas 13. Meneg Maskat : a. perumusan kebijakan pemerintah di bidang masalah-masalah kemasyarakatan; program departemen, lembaga pemerintah nondepartemen, dan pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha di bidang urusan kemasyarakatan; c. peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha di bidang masalah-masalah kemasyarakatan; d. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas BAB II SUSUNAN ORGANISASI Bagian Pertama Organisasi Pasal 6 (1) Meneg dibantu oleh : a. Sekretaris Menteri; b. Deputi Bidang Teknis, sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang sesuai dengan beban kerja. c. Staf Ahli, sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang sesuai beban kerja. (2) Apabila kebutuhan sangat memerlukan, Presiden atas usul Menteri yang bertanggung

jawab dibidang Pendayagunaan Aparatur Negara dapat memberikan pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b. Bagian kedua Sekretaris Menteri Pasal 7 (1) Sekretaris Menteri adalah unsur pembantu Meneg yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Meneg. (2) Sekretaris Menteri mempunyai tugas membantu Meneg, dan dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi : a. koordinasi kegiatan di lingkungan Meneg. b. penyelenggaraan pelayanan administrasi umum yang diperlukan dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Meneg. c. penyelenggaraan hubungan kerja dengan departemen, lembaga pemerintah nondepartemen, dan lembaga lain sesuai petunjuk Meneg; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Meneg sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. (3) Sekretaris Menteri membawahkan sebanyak-banyaknya 2 (dua) biro sesuai beban kerja. (4) Masing-masing biro terdiri dari sebanyak-banyaknya 4 (empat) bagian sesuai beban kerja. Bagian Ketiga Deputi Bidang Teknis Pasal 8 (1) Deputi Bidang Teknis adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi meneg yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Meneg. (2) Deputi Bidang Teknis mempunyai tugas membantu Meneg di bidang tertentu, dan dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan dan perumusan kebijakan Meneg sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya; b. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan tentang masalah atau kegiatan tertentu sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya; c. pelaksanaan hubungan kerja dengan departemen, lembaga pemerintah nondepartemen, dan lembaga lainnya sesuai petunjuk Meneg; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Meneg sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. (3) Dalam melaksanakan tugasnya Deputi Bidang Teknis dibantu oleh Asisten Deputi, sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang sesuai beban kerja. (4) Masing-masing Asisten Deputi dibantu oleh Analis Kebijakan, sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang sesuai beban kerja. (5) Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Teknis dikoordinasikan oleh Sekretaris

Menteri. Bagian Keempat Staf Ahli Pasal 9 (1) Staf Ahli adalah unsur pembantu Meneg yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Meneg. (2) Staf Ahli mempunyai tugas memberikan pemikiran atau pertimbangan teknis mengenai masalah tertentu yang diperlukan oleh Meneg dalam pelaksanaan tugas Meneg. (3) Dalam melaksanakan tugasnya, Staf Ahli dikoordinasikan oleh Sekretaris Menteri. Bagian Kelima Kelompok Kerja Pasal 10 Jika dipandang perlu, untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya, Meneg dapat membentuk beberapa kelompok kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB III TATA KERJA Pasal 11 (1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Meneg : a. berkoordinasi, bekerja sama, dan saling berkonsultasi sesama Meneg dalam menangani masalah-masalah yang menyangkut bidang tugas dan fungsinya; b. berkoordinasi, bekerja sama, dan berkonsultasi dengan Menteri yang memimpin departemen dan pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen lainnya. (2) Rencana pemecahan persoalan yang menghasilkan kebijakan baru dan bersifat pokok, disampaikan kepada Presiden sebagai bahan dan pertimbangan untuk dimintakan persetujuan atau untuk dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan dan petunjuk lainnya. (3) Ketentuan tentang koordinasi, kerja sama, dan konsultasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b berlaku pula bagi Menteri yang memimpin departemen dan pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen bila pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing berkaitan dengan tugas dan fungsi Meneg. Pasal 12 Meneg dan semua unsur di lingkungan Meneg dalam melaksanakan tugas masing-masing wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan

instansinya sendiri maupun dalam hubungan antardepartemen dan/atau instansi lain untuk kesatuan gerak sesuai dengan bidang tugas fungsi masing-masing. BAB IV KEPANGKATAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN Pasal 13 (1) Sekretaris Menteri dan Deputi Bidang Teknis adalah jabatan eselon Ia. (2) Staf Ahli adalah jabatan eselon Ib. (3) Kepala Biro dan Asisten Deputi adalah jabatan eselon IIa. (4) Analis Kebijakan adalah jabatan eselon IIIa, atau serendah-rendahnya setingkat eselon IVa. Pasal 14 (1) Pejabat eselon I diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. (2) Pejabat eselon II dan pejabat lainnya dilingkungan Meneg diangkat dan diberhentikan oleh Meneg yang bersangkutan. (3) Pada unit organisasi tertentu di lingkungan Meneg dapat dibentuk jabatan struktural setingkat eselon IV berdasarkan hasil analis organisasi dan beban kerja. BAB V ADMINISTRASI DAN PEMBIAYAAN Pasal 15 Pembinaan dan pelayanan administrasi kepegawaian, keuangan perlengkapan, dan lain-lain di lingkungan Meneg diselenggarakan oleh Meneg yang bersangkutan. Pasal 16 Segala pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Meneg, baik yang bersifat rutin maupun pembangunan dibebankan kepada anggaran Meneg yang bersangkutan. BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 17 Rincian tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja satuan organisasi Meneg ditetapkan oleh Meneg yang bersangkutan setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini, semua keputusan Meneg yang merupakan pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 101 Tahun 1998 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diubah atau diganti berdasarkan Keputusan Presiden ini. Pasal 19 Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini, maka Keputusan Presiden Nomor 101 Tahun 1998 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara dinyatakan tidak berlaku. Pasal 20 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 10 Nopember 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. ABDURRAHMAN WAHID