PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN DI KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI MAKASSAR TAHUN ) Oleh:

dokumen-dokumen yang mirip
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB I PENDAHULUAN. segala perbuatan melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan terhadap. korban kejahatan dengan perlindungan terhadap pelaku, merupakan

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak, adalah merupakan hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

BAB I PENDAHULUAN. di gunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari- hari. Sehingga dalam setiap

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCABULAN ANAK Oleh Wayan Widi Mandala Putra I Gusti Ngurah Wairocana

BAB II TINJAUAN UMUM. Perlindungan Korban dan Saksi, bahwa yang dimaksud dengan korban adalah

BAB II TINJAUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. budayanya. Meskipun memiliki banyak keberagaman bangsa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. mahluk sosial dan sebagai mahluk individu. Dalam kehidupan sehari-harinya

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

Menanti Tuntutan Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Oleh : Arrista Trimaya * Naskah diterima: 07 Desember 2015; disetujui: 22 Desember 2015

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB III PENUTUP. mulai dari pembuktian selesai, dilanjutkan dengan pembelaan dari. terdakwa/penasehat hukum, kemudian replik dan duplik.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari segi kualitas dan kuantitas. Kualitas kejahatan pada

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi demi perkembangan dan pertumbuhannya. kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

SKRIPSI. PELAKSANAAN PENYIDIKAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP ANAK (Studi Kasus di Polres Pasaman Barat)

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

PERAN POLRI DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA CABUL PADA ANAK DI POLSEK KECAMATAN LOLAK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

: Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membedabedakan. orang (asas persamaan di muka hukum) Pasal 4 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini

BAB III PENUTUP. 1. Secara umum hukum pidana telah memberikan perlindungan dan kontribusi

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan diterapkannya sebuah hukum atau peraturan. Bangsa Indonesia sudah

BAB I PENDAHUULUAN. terjadi tindak pidana perkosaan. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. penahanan, penuntutan dan pemeriksaan disidang pengadilan, serta pelaksanaan putusan

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BAB I PENDAHULUAN. maupun bahaya baik berasal dari dalam mupun luar negeri. Negara Indonesia dalam bertingkah laku sehari-hari agar tidak merugikan

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Sebagai UU yang Mengatur Tindak Pidana Khusus

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dibidang hukum. Hal ini seiring degan amanat Undang-undang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum tentang Anak dan Perlindungan Hukum Bagi Anak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PERLINDUNGAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DI WILAYAH HUKUM KABUPATEN JEMBRANA

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

selalu berulang seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ke

I. PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat merupakan suatu gejala yang biasa dan bersifat umum

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

Transkripsi:

13 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN DI KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI MAKASSAR TAHUN 2010-2013) Oleh: ANA ANNISA Mahasiswa Jurusan PPKn FIS Universitas Negeri Makassar HERI TAHIR Dosen FIS Universitas Negeri Makassar ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Tingkat pencabulan anak di kota Makassar sejak tahun 2010-2013, 2). Faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencabulan anak di kota Makassar, 3). Upaya-upaya yang dilakukan Pengadilan Negeri Makassar dalam melakukan perlindungan hukum terhadap anak dikota Makassar. Penelitian ini adalah penelitian ex post facto dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah dokumen data pencabulan anak yang terjadi dalam wilayah kota Makassar tahun 2010-2013. Metode penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling purposive, yaitu sampel dalam penelitian ini diambil dari dokumen data pencabulan anak yang terjadi dalam wilayah kota Makassar tahun 2010-2013 yang tersedia pada Pengadilan Negeri Makassar. Penelitian ini mengambil sampel pada tahun 2010-2013 karena pada kurun waktu 4 tahun tersebut jumlah pencabulan terhadap anak berfluktuasi. Dimana informan dalam penelitian ini sebanyak 3 orang yaitu Hakim Ketua Pengadilan Negeri Makassar, Hakim Anggota Pengadilan Negeri Makassar, dan Panitera Pengganti Pengadilan Negeri Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1). Tingkat pencabulan anak di Kota Makassar pada tahun 2010-2013 berfluktuasi dimana pada tahun 2010-2011 terus mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2012-2013 tingkat pencabulan terhadap anak menurun dan mulai dapat diminimalisir oleh pihak Pengadilan Negeri Makassar serta mayoritas pelaku pencabulan itu sendiri berasal dari kerabat, sahabat, bahkan orang tuanya. 2). Faktor penyebab terjadinya pencabulan anak di Kota Makassar meliputi : faktor internal dan faktor eksternal. Dari kedua faktor tersebut, faktor eksternal merupakan faktor yang paling dominan dalam diri seseorang dalam melakukan pencabulan terhadap anak di kota Makassar. 3). Upaya-upaya yang dilakukan Pengadilan Negeri Makassar dalam melakukan perlindungan hukum dikota Makassar ada dua, yaitu upaya preventif dan upaya represif. Tetapi pihak Pengadilan Negeri Makassar lebih cenderung keperan preventif dengan cara melakukan penyuluhan kepada masyarakat seperti lewat seminar, diskusi, program konsultasi hukum pada media massa dan elektronik. Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Anak, Tindak Pidana, Pencabulan

14 PENDAHULUAN Kejahatan merupakan salah satu kenyataan dalam kehidupan yang mana memerlukan penanganan secara khusus. Hal tersebut dikarenakan kejahatan akan menimbulkan keresahan dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, selalu diusahakan berbagai upaya untuk menanggulangi kejahatan tersebut, meskipun dalam kenyataannya sangat sulit untuk memberantas kejahatan secara tuntas karena pada dasarnya kejahatan akan senantiasa berkembang pula seiring dengan perkembangan masyarakat. Salah satu contoh dari perilaku menyimpang adalah tindak pidana pencabulan, yang merupakan perwujudan dari seseorang yang melakukan suatu perbuatan atau tindakan yang melanggar rasa kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan lain yang keji. Semuanya itu dalam lingkungan nafsu birahi kelamin, contohnya cium-ciuman, merabaraba anggota kemaluan, meraba-raba buah dada yang dilakukan terhadap anak dan juga bisa dilakukan terhadap keluarganya sendiri. Tindak pidana pencabulan anak di bawah umur hukum pidana memegang peranan penting. Kasus ini terkait dengan Undang-Undang No.23 Tahun 2002 terdapat dalam Pasal 82 Tentang Perlindungan Anak. Hukum pidana berfungsi melindungi masyarakat dan mencegah serta mengandung ancaman hukum buat para pelaku tindak pidana. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: (1). Bagaimana tingkat pencabulan anak di kota Makassar dalam kurun waktu tahun 2010-2013? ( 2). Faktor apakah yang menyebabkan terjadinya pencabulan terhadap anak di kota Makassar? (2). Upaya apakah yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri Makassar dalam melakukan perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana Perkembangan masyarakat yang begitu pesat, di dalam kehidupan bermasyarakat, berdampak kepada suatu kecenderungan dari anggota masyarakat itu sendiri untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya, dan dalam interaksi ini sering terjadi suatu perbuatan yang melanggar hukum atau kaidah- kaidah yang telah ditentukan dalam masyarakat, untuk menciptakan rasa aman, tentram dan tertib, dalam bermasyarakat. Dalam hal ini tidak semua anggota masyarakat mau untuk menaatinya, dan masih saja ada yang menyimpang yang pada umumnya perilaku tersebut kurang disukai oleh masyarakat. pencabulan?. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui tingkat pencabulan anak di kota Makassar dalam kurun waktu tahun 2010-2013. (2) Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya pencabulan terhadap anak di kota Makassar. (3) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri Makassar dalam melakukan perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana pencabulan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Defenisi Perlingdungan Hukum Pengertian perlindungan adalah tempat berlindung, hal (perbuatan dan sebagainya) melindungi dalam Undang- Undang No. 23 Tahun 2002 adalah segala upaya yang ditujukan untuk memberi rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan. Menurut Abdul Hakim (1986: 35) mengatakan bahwa : Masalah perlindungan hukum bagi anak-anak merupakan satu sisi pendekatan untuk melindungi anak-anak Indonesia. Masalahnya tidak semata-mata

15 bisa didekati secara yuridis, tapi perlu pendekatan lebih luas,yaitu ekonomi, sosial, dan budaya. Perlindungan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2002 adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberi rasa aman baik fisik maupun mental, kepada korban dan saksi, dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun, yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau pemeriksaan di sidang pengadilan. Menurut Purwodarminto (1959: 224) pengertian perlindungan hukum adalah tindakan melindungi atau memberi pertolongan dalam bidang hukum. Yang dimaksud perlindungan hukum adalah cara, proses, dan perbuatan melindungi. Definisi Anak Di Indonesia sendiri ada beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang anak, misalnya Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan anak, Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, dan berbagai peraturan lainnya yang berkaitan dengan masalah. Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan anak merumuskan sebagai berikut : Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin. Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia adalah sebagai berikut : Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun dan belum pernah menikah termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya. Dirancangkan Gerakan Nasional Perlindungan Anak pada hari Anak Nasional 23 juli 1997, merupakan upaya yang ditunjukkan untuk mencegah, mengentaskan, rehabilitasi anak-anak yang menjadi korban tindak kekerasan, eksploitasi, penelantaran dan sebagainya. Rancangan itu merupakan langkah yang tepat, karena masalah perlindungan anak adalah masalah yang kompleks dan multidimensional, yang membutuhkan pendekatan multidisiplin serta pendekatan multisektoral. Definisi Korban Korban adalah sebagai seseorang yang telah menderita kerugian sebagai akibat tindak pidana dan rasa keadilannya secara langsung tergantung sebagai akibat pengalamannya sebagai target atau sasaran tindak pidana. Secara epistimologis adalah merupakan orang yang mengalami kerugian baik fisik, mental maupun kerugian finansial yang merupakan akibat dari suatu tindak pidana (sebagai akibat) atau merupakan sebagai salah satu faktor timbulnya tindak pidana. Menurut Supeno (1997: 14) korban adalah orang secara individual atau kolektif menderita kerugian, termasuk luka fisik maupun mental, penderitaan emosional, kehilangan ekonomi atau pelanggaran terhadap pokok-pokok hak dasar mereka, melalui perbuatan-perbuatan atau kelalaian yang belum merupakan pelanggaran Undang- Undang pidana Nasional tetapi norma-norma diakui secara internasional yang berhubungan dengan hak-hak asasi manusia. Sedangkan menurut Gosita (2004: 222) yang dimaksud korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan kepentingan dan hak asasi manusia. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur- Unsurnya

16 Pengertian tindak pidana adalah bahwa perbuatan pidana atau tindak pidana senantiasa merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai atau melanggar suatu aturan hukum atau perbuatan yang dilarang oleh aturan yang disertai dengan sanksi pidana yang mana aturan tersebut ditujukan kepada perbuatan, sedangkan ancaman atau sanksi pidananya ditujukan kepada orang yang melakukan atau orang yang menimbukan kejadian tersebut. Adapun pengertian tindak pidana adalah merupakan suatu dasar yang pokok dalam menjatuhi pidana pada orang yang telah melakukan perbuatan pidana atas dasar pertanggung jawaban seseorang atas perbuatan yang dilakukannya, tapi sebelumnya itu mengenai dilarang dan diancamnya suatu perbuatan yaitu mengenai perbuatannya sendiri, dan berdasarkan asas legalitas (Principle of legality) asas yang menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam perundang-undangan. Asas legalitas dimaksud mengandung 3 (tiga) pengertian, yaitu : a. Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau hal itu terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan Undang-Undang. b. Untuk menentukan adanya perbuatan pidana tidak boleh digunakan analogi. c. Aturan-aturan hukum pidana tidak boleh berlaku surut. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal dengan istilah startbaarfeit dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana sering mempergunakan istilah delik, sedangkan pembuat Undang-Undang merumuskan suatu Undang-Undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau tindak pidana. Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum pidana. Definisi Pencabulan Pengertian atau definisi cabul hingga kini belum diperoleh suatu kesepakatan dari para ahli hukum. Oleh karena itu ada keberagaman pendapat. Keberagaman pendapat tersebut lalu pengertian cabul tidak dapat diperoleh suatu penggarisan yang menyatu. Karena para ahli hukum satu persatu berbeda sudut pandang dalam melihat dan memberikan pengertian cabul itu sendiri. Para ahli hukum baru dalam tahap memberikan kriteria dan unsur-unsur cabul tersebut. Ada yang memberikan kriteria cabul dianggap sama dengan pornografi, yang mana sulit untuk dipisahkan antara perbuatan cabul dan porno itu sendiri. Bukan hanya itu saja di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) itu sendiri hanya memberikan kriteria dan unsur-unsur cabul, porno/pornografi, perkosaan dan perzinahan saling mempunyai titik kesamaan.. Tingkat Pencabulan Anak di Kota Makassar Sejak Tahun 2010-2013 Adapun jumlah korban pencabulan anak yang terjadi di kota Makassar dari tahun 2010-2013 dapat dilihat pada tabel 3 dan 4 yakni sebagai berikut : Tabel 1. Jumlah korban Pencabulan Anak di Kota Makassar Sepanjang Tahun 2010-2011 Jumlah No. Tahun Presentase Pencabulan 1 2010 4 66,67 %

17 2 2011 2 33,33 % Jumlah 6 100 % Sumber: Data Pengadilan Negeri Makassar tanggal 5 Maret 2014 Tabel 2. Jumlah Korban Pencabulan terhadap Anak di Kota Makassar Tahun 2012-2013. Jumlah No. Tahun Presentase Pencabulan 1 2012 3 75,00 % 2 2013 1 25,00 % Jumlah 4 100 % Sumber: Data Pengadilan Negeri Makassar tanggal 5 Maret 2014 PENUTUP Mengacu pada hasil penelitian, maka kesimpulan penelitian ini meliputi tingkat terjadinya pencabulan anak di kota Makassar pada tahun 2010-2013, faktorfaktor penyebab terjadinya pencabulan anak, dan upaya-upaya untuk mengatasi pencabulan anak di kota Makassar, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut : 1). Tingkat pencabulan terhadap anak di Kota Makassar pada tahun 2010-2011 mengalami kenaikan sedangkan pada tahun 2012-2013 mengalami penurunan dan mayoritas pelaku pencabulan itu sendiri berasal dari kerabat, sahabat, bahkan orang tuanya. 2). Faktor terjadinya pencabulan terhadap anak di kota Makassar ada 2, yaitu : Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam individu, seperti: Sifat khusus dalam diri individu adalah keadaan psikologi individu, masalah kepribadian sering kali menimbulkan kelakuan yang menyimpang, terlebih jika seseorang tertekan perasaannya. Orang tersebut cenderung untuk melakukan penyimpangan, mungkin terhadap sistem sosial atau terhadap pola-pola kebudayaan. Dimana ada beberapa sifat khusus yang dapat menimbulkan kejahatan, seperti : sakit jiwa, daya emosional, rendah mental dan status sosial individu. Faktor eksternal yaitu faktor ini bertitik pangkal pada lingkungan diluar diri (eksternal) setiap individu, terutama hal yang memiliki hubungan dengan timbulnya kejahatan seperti pencabulan terhadap anak. Faktor eksternal yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan pencabulan meliputi hal-hal sebagai berikut : sosial ekonomi, agama, seringnya membaca buku porno, nonton video porno dan faktor lingkungan juga sering mempengaruhi terjadinya pencabulan terhadap anak. Dari kedua faktor diatas, faktor yang paling dominan dalam diri seseorang untuk melakukan pencabulan terletak pada faktor eksternal. 3) Upaya-upaya yang dilakukan Pengadilan Negeri Makassar dalam melakukan perlindungan hukum dikota Makassar ada dua, yaitu upaya preventif dan upaya represif. Tapi pihak Pengadilan Negeri Makassar lebih cenderung keperan preventif dengan cara melakukan penyuluhan kepada masyarakat seperti lewat seminar, diskusi, program konsultasi hukum pada media massa dan elektronik. DAFTAR PUSTAKA Hakim, Abdul. 1986. Hukum dan Hak-hak Anak, Jakarta: Garuda Nusantara Gosita, Arif. 2004. Masalah Perlindungan Anak. Jakarta: Akademi Pressindo. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Marpuang, Ledeng. 1996. Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya. Jakarta: Sinar Grafika. Porwadarminta WJS,1986.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Simanjuntak,1981. Beberapa Aspek Patologi Sosial. Alumni Bandung. Sudjana, Nana. 1987. Tuntutan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ( Makalah- Skripsi-Tesis-Disertasi). Bandung : Sinar Baru Algesindo. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sudarsono,2007. Kamus Hukum. Jakarta: Rhineka Cipta. Soesilo, R, 1988.Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Komentarnya Lengkap pasal Demi Pasal. Bogor: Pelita Solahuddin. 2008. Kitab Undang- Undang Hukum pidana, Acara Pidana & Perdata( KUHP, KUHAP, dan KUHPdt). Jakarta: Visimedia. Soetodjo, Wigiati. 2008. Hukum Pidana Anak. Bandung: PT. Refika Aditama. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Acara Pidana, & Perdata (KUHP, KUHAP, & KUHPdt). Jakarta: Visimedia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Jakarta: Cemerlang 18