PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JASA TIRTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1979 TENTANG BADAN KOORDINASI BIMAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1979 TENTANG BADAN KOORDINASI BIMAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1997 TENTANG BADAN PENGENDALI BIMBINGAN MASSAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 62 TAHUN 1983 (62/1983) TENTANG BADAN PENGENDALIAN BIMAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1997 TENTANG BADAN PENGENDALI BIMBINGAN MASSAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1982 TENTANG DEWAN GULA INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1978 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYELENGGARAAN TRANSMIGRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1979 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYELENGGARAAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA

KEPPRES 135/1999, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA KOORDINASI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2001 TENTANG DEWAN BIMBINGAN MASSAL KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tentang: KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI KOORDINATOR BIDANG EKONOMI, KEUANGAN, DAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2003 TENTANG DEWAN GULA INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994 (13/1994) TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN : Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANI-SASI, DAN TATA KERJA MENTERI MUDA.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 111 TAHUN 2000 (111/2000) TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 109 TAHUN 2000 (109/2000) TENTANG DEWAN GULA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2000 TENTANG DEWAN GULA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1984 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1974 POKOK-POKOK ORGANISASI DEPARTEMEN TENTANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1980 TENTANG BADAN KOORDINASI ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1991 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT NEGARA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1989 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1985 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 132 TAHUN 2001 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2003 TENTANG POLA ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA DAN STAF AHLI BUPATI

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL

KEPPRES 52/1997, SEKRETARIAT BADAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK *47366 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 52 TAHUN 1997 (52/1997)

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NO. : 37/Kpts/OT.210/2/1998

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT PENGENDALIAN PEMERINTAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RGS Mitra 1 of 6 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2003 TENTANG POLA ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1997 TENTANG PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 37 TAHUN 2007

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TAHUN 1995 TENTANG BADAN URUSAN LOGISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEBUMEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DPRD

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT NEGARA

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

2017, No Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 063/KPTS-II/2000 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA MENTERI NEGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN SUMEDANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA KERJA DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN DAN SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 1983 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PEMBINA BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

Transkripsi:

Bentuk: Oleh: KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 5 TAHUN 1990 (5/1990) Tanggal: 12 PEBRUARI 1990 (JAKARTA) Sumber: LN 1990/8 Tentang: PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JASA TIRTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka lebih meningkatkan dan memantapkan produksi pertanian yang diprioritaskan melalui program intensifikasi, maka telah dibentuk Badan Pengendali Bimas dengan Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 1983; b. bahwa untuk menyesuaikan dengan susunan Kabinet Pembangunan V serta meningkatkan koordinasi agar dapat berjalan lebih efektif dan efisien, perlu dilakukan penyempurnaan organisasi Badan Pengendali Bimas sesuai dengan keperluan; c. bahwa sehubungan dengan halhal sebagaimana dimaksud di atas, dipandang perlu menetapkan kembali Keputusan Presiden tentang Badan Pengendali Bimas; Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang Undang Dasar 1945; 2. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1990; Tahun 1988; 3. Keputusan Presiden Nomor 64/M MEMUTUSKAN: Dengan mencabut Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 1983 tentang Badan Pengendali Bimas; Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG BADAN PENGENDALI BIMAS. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Bimas adalah Bimbingan Massal, yang merupakan perangkat terpadu dari kegiatan penyuluhan pertanian disertai penyediaan paket sarana peningkatan produksi komoditi pertanian melalui intensifikasi. 2. Program Bimas adalah program peningkatan produksi dengan sistem Bimas. 3. Badan Pengendali Bimas adalah wadah koordinasi penyelenggaraan Bimas yang bersifat non struktural. 4. Tim Ahli adalah Kelompok tenaga ahli yang membantu Pimpinan Badan Pengendali Bimas dalam pelaksanaan tugasnya. 5. Tim Teknis adalah suatu Tim kerja yang bersifat non struktural terdiri dari pejabatpejabat teknis yang membantu Sekretaris Badan Pengendali Bimas dalam pelaksanaan tugasnya. 6. Satuan Pembina Bimas Propinsi adalah wadah koordinasi pembinaan Bimas di tingkat Propinsi. 7. Pembina Harian Bimas Propinsi adalah pelaksana tugas koordinasi sehari-hari pembinaan Bimas di tingkat Propinsi. 8. Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten adalah wadah koordinasi pelaksanaan Bimas di tingkat Kabupaten. 9. Pelaksana Harian Bimas Kabupaten adalah pelaksana koordinasi sehari-hari kegiatan operasional Bimas di tingkat Kabupaten. 10. Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan adalah satuan tugas penggerak pelaksanaan Bimas di tingkat Kecamatan. 11. Satuan Pelaksana Bimas Desa adalah satuan tugas penggerak pelaksanaan Bimas di tingkat Desa. BAB II KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK Pasal 2 (1) Badan Pengendali Bimas yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut Badan, berkedudukan langsung di bawah dan bertanggung

jawab kepada Presiden. (2) Tugas Pokok Badan adalah menyelenggarakan koordinasi perumusan kebijaksanaan dan perencanaan serta koordinasi pelaksanaan operasional program peningkatan produksi komoditi yang ditetapkan Menteri Pertanian dengan sistem Bimas. BAB III SUSUNAN ORGANISASI Pasal 3 (1) Susunan organisasi Badan terdiri dari: a. Ketua: Menteri Pertanian, merangkap anggota; b. Wakil Ketua: Menteri Muda Pertanian, merangkap anggota; c. Sekretaris: 1. Sekretaris Badan, merangkap anggota; 2. Wakil Sekretaris Badan, merangkap anggota; d. Anggota: 1. Direktur Jenderal anggota Pertanian Tanaman Pangan, Departemen Pertanian ; 2. Direktur Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian; 3. Direktur Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian; 4. Direktur Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian; 5. Direktur Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum; 6. Direktur Jenderal Bina Usaha Koperasi, Departemen Koperasi; 7. Direktur Jenderal Moneter, Departemen Keuangan; 8. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Perdagangan; 9. Asisten III Menko Ekuin dan Pengawasan Pembangunan; 10. Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, Depertemen Dalam Negeri 11. Direktur Jenderal Penerangan Umum, Departemen Penerangan; 12. Kepala Badan Pendidikkan dan Latihan Pertanian, Departemen Pertanian; 13. Kepala Badan Peneliti an dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian; 14. Direktur Jenderal Industri Kimia Dasar, Departemen Perindustrian; 15. Wakil Kepala Badan Urusan

Logistik; 16. Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan, Sekretariat Negara; 17. Direktur Perkreditan, Bank Indonesia; 18. Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia; 19. Direktur Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Departemen Kehutanan; Statistik; 20. Kepala Biro Pusat Indonesia; 21. Sekretaris Dewan Gula 22. Pejabat-pejabat lain nya yang mempunyai hubungan erat dengan pelaksanaan operasional Bimas. (2) Ketua dan Wakil Ketua selaku pimpinan Badan bertanggung jawab kepada Presiden. Pasal 4 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Badan dibantu oleh sebuah Sekretariat Badan yang berada di lingkungan Departemen Pertanian. (2) Sekretariat Badan dipimpin oleh seorang Sekretaris yang merupakan jabatan setingkat dengan eselon Ia, dan dibantu seorang Wakil Sekretaris yang merupakan Jabatan setingkat dengan Eselon Ib. (3) Sekretariat Badan terdiri dari : a. Biro Tata Usaha; b. Biro Perencanaan; c. Biro Sarana, Kredit dan Permodalan; d. Biro Monitoring Program Intensifikasi Wilayah I; e. Biro Monitoring Program Intensifikasi Wilayah II. (4) Biro-biro dalam Sekretariat Badan dipimpin oleh seorang Kepala Biro yang merupakan jabatan setingkat Eselon IIa. (5) Perincian perumusan tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Sekretariat Badan ditetapkan oleh Menteri Pertanian setelah memperoleh persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur Negara. (6) Sekretaris dan Wakil Sekretaris Badan diangkat dan

diberhentikan dengan Keputusan Presiden. (7) Sekretaris Badan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari bertanggung jawab kepada Ketua Badan melalui Sekretaris Badan. (8) Wakil Sekretaris Badan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari bertanggung jawab kepada Ketua Badan melalui Sekretaris Badan. Pasal 5 (1) Kepada Pimpinan Badan diperbantukan beberapa tenaga ahli yang terdiri dari para cendekiawan/tenaga ahli yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian. (2) Kepada Sekretaris Badan diperbantukan Tim Teknis yang terdiri dari beberapa pejabat dan/atau tenaga teknis dari instansi yang mempunyai kaitan kerja dengan Bimas yang dirunjuk oleh Menteri Pertanian atas usul Sekretaris Badan. Pasal 6 Untuk pelaksanaan tugas Badan, di daerah dibentuk: a. Satuan Pembina Bimas Propinsi; b. c. Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten; Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan; d. Satuan Pelaksana Bimas Desa. Pasal 7 (1) Satuan Pembina Bimas Propinsi selaku koordinator pembinaan Bimas di tingkat Propinsi dipimpin oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I selaku Ketua. (2) Ketua Satuan Pembina Bimas Propinsi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh : a. Musyawarah Pembina Bimas Propinsi, yang terdiri dari: 1. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sebagai Ketua; 2. Para pejabat dari instansi tingkat Propinsi yang ditetapkan sebagai anggota oleh Ketua Satuan Pembina Bimas Propinsi sesuai dengan petunjuk Ketua Badan. b. Pembina Harian Bimas Propinsi,terdiri dari : 1. Kepala Kantor Wilayah Departemen

Pertanian sebagai Ketua; 2. Para pejabat dari Dinas Daerah Tingkat I/ instansi yang mempunyai kaitan kegiatan operasional dalam penyelenggaraan Bimas yang ditetapkan sebagai anggota oleh Ketua Satuan Pembina Bimas Propinsi atas usul Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian; 3. Sekretariat Pembina Harian Bimas Propinsi yang berada di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Pertanian dipimpin oleh Sekretaris yang diangkat oleh Menteri atas usul Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian dalam jabatan eselon IIIa. (3) Ketua Satuan Pembina Bimas Propinsi dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua Badan. Pasal 8 (1) Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten selaku koordinator pelaksanaan Bimas di tingkat Kabupaten dipimpin oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II selaku Ketua. (2) Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh: a. Musyawarah Pelaksana Bimas Kabupaten terdiri dari : 1. Bupati Kepala Daerah Tingkat II sebagai Ketua; 2. Para Pejabat dari Dinas/Instansi tingkat Kabupaten yang ditetapkan sebagai anggota oleh Ketua Satuan Pelaksana Bimas Propinsi. b. Pelaksana Harian Bimas Kabupaten terdiri dari : 1. Kepala Dinas Tingkat II/Pejabat lingkup pertanian yang ditetapkan sebagai Ketua oleh Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten. 2. Para Pejabat dari Dinas/Instansi yang mempunyai kaitan operasional dalam pelaksanaan Bimas yang ditetapkan sebagai anggota oleh Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten atas usul Ketua Pelaksana Harian Bimas Kabupaten; 3. Sekretariat Pelaksana Harian Bimas Kabupaten yang satuan administrasi pangkalnya berada pada Kantor Wilayah Departemen Pertanian dan dipimpin oleh Sekretaris yang diangkat oleh Ketua Pembina Harian Bimas Propinsi atas usul Ketua Pelaksana Harian Bimas Kabupaten.

(3) Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari bertanggung jawab kepada Ketua Satuan Pembina Bimas Propinsi. Pasal 9 (1) Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan adalah penggerak operasional Bimas di tingkat Kecamatan dipimpin oleh Camat selaku Ketua. (2) Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh petugas yang memimpin pertanian tanaman pangan di Kecamatan, sebagai Wakil Ketua, dan para anggota yang ditetapkan oleh Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten. (3) Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari bertanggung jawab kepada Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten. Pasal 10 (1) Satuan Pelaksana Bimas Desa selaku pembimbing operasional Bimas di tingkat Desa dipimpin oleh Kepala Desa selaku Ketua. (2) Ketua Satuan Pelaksana Bimas Desa dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Pamong Tani Desa, sebagai Wakil Ketua dan anggotaanggota yang ditetapkan oleh Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan. (3) Satuan Pelaksana Bimas Desa dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari bertanggung jawab kepada Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan. BAB IV TUGAS, WEWENANG, DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 11 Badan Pengendali Bimas mempunyai tugas,wewenang, dan tanggung jawab dalam : a. menyiapkan rencana program penyelenggaraan Bimas berdasarkan kebijaksanaan umum di bidang peningkatan produksi komoditi pertanian yang termasuk dalam program Bimas; b. menyiapkan rencana kebutuhan dan alokasi dana anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan program

Bimas; c. merumuskan dan menyiapkan saran-saran tentang kebijaksanaan umum pemerintah dalam meningkatkan produksi komoditi pertanian yang termasuk dalam program Bimas; d. mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan proram Bimas; e. mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka mengatasi persoalan yang timbul dalam pelaksanaan program Bimas; f. menampung aspirasi masyarakat dan menggiatkan partisipasi dalam pelaksanaan program Bimas; g. melakukan kerjasama dan koordinasi dengan instansi-instansi pemerintah dan organisasi swasta yang mempunyai hubungan dan berkepentingan dengan produksi padi, jagung, kedelai dan tebu rakyat; h. memberikan petunjuk-petunjuk teknis kepada Satuan Pembina Bimas Propinsi. Pasal 12 Sekretariat Badan mempunyai tugas, wewenang, dan tanggung jawab : a. mengatur dan membina kerjasama, mengintegrasikan dan menyinkronkan seluruh administrasi Badan; b. mempersiapkan rencana, mengolah, menelaah dan mengkoordinasikan perumusan kebijaksanaan sesuai dengan tugas pokok Badan; c. melakukan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan dan peralatan/perlengkapan Sekretariat Badan; d. melakukan koordinasi dan pemantauan pelaksanaan program Bimas; e. melakukan koordinasi dan pemantauan penyaluran kredit, sarana produksi dan permodalan dalam rangka kebijaksanaan peningkatan produksi melalui program Bimas; f. mempersiapkan laporan berkala dan/atau sewaktuwaktu untuk Ketua Badan; g. melakukan kegiatan-kegiatan lain dalam rangka pelaksanaan program Bimas. Pasal 13

(1) Tim Ahli mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan penelaahan masalahmasalah dalam usaha peningkatan produksi dengan program Bimas berdasarkan keahlian atas petunjuk Ketua Badan. (2) Tim Teknis mempunyai tugas, wewenang dan tanggungjawab memberikan saran-saran aspek teknis dalam rangka pelaksanaan tugas Sekretariat Badan sesuai dengan petunjuk dan instruksi Sekretaris Badan. Pasal 14 (1) Musyawarah Pembina Bimas Propinsi mempunyai tugas, wewenang, dan tanggung jawa dalam : a. menerapkan kebijaksanaan Pemerintah (Badan Pengendali Bimas) dalam bidang peningkatan produksi komoditi pertanian yang termasuk dalam program Bimas berikut proyek-proyek lain di daerah yang dapat menunjang pelaksanaan program Bimas; b. merumuskan dan mengkoordinasikan kebijaksanaan pembinaan program Bimas; c. menyusun dan merumuskan penggunaan dana/ anggaran pusat maupun daerah dalam peningkatan produksi komoditi pertanian yang termasuk dalam program Bimas berikut proyek-proyek lain di daerah yang dapat menunjang pelaksanaan program Bimas. (2) Pembina Harian Bimas Propinsi mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam: a. melaksanakan kebijaksanaan produksi komoditi pertanian yang termasuk dalam program Bimas yang telah ditetapkan ; b. mengatur dan membina kerjasama serta mengintegrasikan dan menyinkronkan Kegiatan yang mendukung pelaksanaan program Bimas di tingkat Propinsi; c. mempersiapkan rencana operasional terperinci tingkat propinsi dan Kabupaten untuk tiap musim tanam sesuai dengan kebijaksanaan regional yang telah ditetapkan; d. memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan program Bimas; e. mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan program Bimas di Kabupaten, Kecamatan dan Desa termasuk penyaluran kredit dan sarana produksi; f. memberikan petunjuk-petunjuk teknis kepada Pelaksana Harian Bimas Kabupaten serta Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan dan Desa;

g. mempersiapkan laporan berkala dan/atau sewaktu-waktu untuk Ketua Satuan Pembina Bimas Propinsi; h. menyampaikan saran-saran perumusan kebijaksanaan regional kepada Musyawarah Pembina Bimas Propinsi; i. menampung dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Bimas. Pasal 15 (1) Musyawarah Pelaksana Bimas Kabupaten mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam : a. menjabarkan perincian kebijaksanaan produksi komoditi pertanian yang termasuk dalam program Bimas ke dalam program Bimas tingkat Kabupaten/Kecamatan/Desa yang bersangkutan sesuai dengan Keputusan Musyawarah Pembina Bimas Propinsi; b. merumuskan dan mengkoordinasikan kebijaksanaan pelaksanaan program Bimas; c. mengkoordinasikan dan mennyinkronkan penggunaan dana/anggaran Pusat maupun Daerah yang dapat menunjang pelaksanaan program Bimas. (2) Pelaksana Harian Bimas Kabupaten mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam : a. melaksanakan kebijaksanaaan program Bimas yang telah ditetapkan; b. mengatur dan membina kerjasama antar instansi maupun pihak swasta yang mendukung pelaksanaan program Bimas; c. mempersiapkan rencana terperinci tiap musim tanam di tingkat Kabupaten; d. memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan program Bimas; e. mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan program Bimas dan memberikan petunjukpetunjuk teknis yang diperlukan; f. mengkoordinasikan dan memantau penyaluran sarana produksi serta realisasi dan pengembalian kredit; g. mempersiapkan laporan berkala dan/atau sewaktu-waktu untuk Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten; h. menyampaikan saran-saran kebijaksanaan lokal pelaksanaan program Bimas kepada Musyawarah Pelaksana Bimas Kabupaten; i. menampung dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Bimas.

Pasal 16 Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan/Desa mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam: a. melaksanakan kerjasama antar instansi maupun swasta yang mendukung pelaksanaan program Bimas; b. mengkoordinasikan penyiapan rencana terperinci tiap musim tanam untuk Kecamatan/ Desa; c. menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Bimas; d. mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan program Bimas dan memberikan petunjuk-petunjuk teknis yang diperlukan; e. mengikuti jalannya penyaluran sarana produksi serta realisasi dan pengembalian kredit di Kecamatan/Desa; f. menyampaikan laporan berkala dan/atau sewaktuwaktu mengenai pelakanaan program Bimas di tingkat Kecamatan/Desa; g. menyampaikan saran-saran perbaikan mengenai pelaksanaan program Bimas di Kecamatan/Desa. BAB V TATA KERJA Pasal 17 (1) Badan mengadakan rapat-rapat pleno dan rapat-rapat khusus yang bersifat berkala dan/atau sewaktuwaktu sesuai dengan keperluan sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun untuk : a. membahas perumusan kebijaksanaan operasional dan program Bimas yang telah disiapkan oleh Sekretariat Badan; b. membahas masalah-masalah yang timbul dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan dan program Bimas; c. membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan penyelenggaraan program Bimas; d. mengambil keputusankeputusan yang berhubungan dengan hal-hal tersebut di atas dalam rangka menunjang/memperlancar pelaksanaan program Bimas. (2) Rapat Pleno Badan dipimpin oleh Ketua Badan untuk membahas kebijaksanaan umum peningkatan komoditi pertanian yang termasuk dalam program Bimas dan dihadiri oleh Wakil Ketua serta anggota Badan. Apabila dianggap perlu, Ketua dapat mengundang Menteri/Pejabat lain yang ada kaitannya dengan penyelenggaraan Bimas. (3) Wakil Ketua Badan mengadakan rapat-rapat khusus,

untuk menentukan sasaran-sasaran kebijaksanaan koordinasi pelaksanaan kebijaksanaan, serta pertemuan-pertemuan teknis lainnya bidang komodi pertanian yang termasuk dalam program Bimas dengan para anggota Badan serta instansi-instansi yang terkait dengan pelaksanaan program Bimas. Rapatrapat tersebut diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu kali sebulan. (4) Kehadiran anggota dalam rapat Badan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pada dasarnya tidak dapat diwakilkan. Apabila seorang anggota Badan karena suatu hal berhalangan hadir, maka harus ditunjuk pejabat yang mewakilinya dengan mandat penuh. Pasal 18 (1) Semua unsur Sekretariat Badan dalam melaksanakan tugas masing-masing wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dalam lingkungan Sekretariat Badan, maupun dalam hubungan antar Departemen/Instansi untuk kesatuan gerak yang serasi sesuai dengan tugas pokok. (2) Sekretaris Badan melaksanakan tugasnya berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Ketua Badan. Pasal 19 (1) Tim Ahli dalam melaksanakan tugasnya berkedudukan langsung dibawah dan bertanggung jawab kepada Ketua Badan, serta wajib menyampaikan laporan berkala dan/atau sewaktu-waktu mengenai pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Badan. (2) Tim Teknis dalam melaksanakan tugasnya berkedudukan langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Badan. Pasal 20 (1) Satuan Pembina Bimas Propinsi mengadakan rapat berkala dan/atau sewaktu-waktu sesuai dengan keperluan dan dalam mengambil keputusannya wajib memperhatikan saran serta petunjuk yang diberikan oleh pimpinan Badan. (2) Ketua Pembina Harian Bimas Propinsi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari wajib memperhatikan petunjuk-petunjuk operasional dari Ketua Pembina Bimas Propinsi. (3) Ketua Pembina Bimas Harian Propinsi menyampaikan Laporan Berkala dan/atau sewaktu-waktu mengenai

pelaksanaan program Bimas, baik yang bersifat phisik maupun keuangan serta hambatan-hambatan yang dihadapi kepada Ketua Satuan Pembina Bimas Propinsi dengan tembusan kepada Ketua Badan. (4) Ketua Pembina Harian Bimas Propinsi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari bertanggung jawab kepada Ketua Satuan Pembina Bimas Propinsi. Pasal 21 (1) Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten mengadakan rapatrapat berkala dan/atau sewaktu-waktu sesuai dengan keperluan dan dalam mengambil keputusannya wajib memperhatikan petunjuk Ketua Satuan Pembina Bimas Propinsi. (2) Ketua Pelaksana Harian Bimas Kabupaten dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari wajib memperhatikan petunjuk-petunjuk operasianal Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten dan Petunjukpetunjuk teknis Ketua Pembina Harian Bimas Propinsi. (3) Ketua Pelaksana harian Bimas Kabupaten menyampaikan laporan berkala dan/atau sewaktuwaktu mengenai pelaksanaan program Bimas, baik yang bersifat pisik maupun keuangan, serta hambatan-hambatan yang dihadapi kepada Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten dengan tembusan kepada Ketua Satuan Pembina Bimas Propinsi. (4) Ketua Pelaksana Harian Bimas Kabupaten dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari bertanggung jawab kepada Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten. Pasal 22 (1) Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari wajib memperhatikan petunjuk-petunjuk operasional Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten dan petunjuk teknis Ketua Pelaksana Harian Bimas Kabupaten. (2) Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan menyampaikan laporan berkala dan/atau sewaktu-waktu mengenai pelaksanaan program Bimas, baik yang bersifat pisik maupun keuangan, serta hambatan-hambatan yang dihadapi, kepada Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten. (3) Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari bertanggung

jawab kepada Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten. Pasal 23 (1) Satuan Pelaksana Bimas Desa dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari wajib memperhatikan petunjukpetunjuk operasional dan teknis Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan. (2) Satuan Pelaksana Bimas Desa menyampaikan laporan dan/atau sewaktu-waktu mengenai pelaksanaan program Bimas baik yang bersifat pisik maupun keuangan, serta hambatan-hambatan yang dihadapi kepada Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan. (3) Satuan Pelaksana Bimas Desa dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari bertanggung jawab kepada Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kecamatan. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 24 Segala biaya yang bersangkutan dengan pelaksanaan tugas Badan dibebankan kepada Anggaran Departemen Pertanian. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Masalah-masalah Bimas yang menyangkut bidang tugas dari beberapa Departemen dan yang memerlukan koordinasi antar para Menteri yang bersangkutan, dibicarakan dalam rapat koordinasi bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri. Pasal 26 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 Januari 1990 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd. SOEHARTO -------------------------------- CATATAN

Kutipan: LEMBARAN LEPAS SEKRETARIAT NEGARA TAHUN 1990