KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-05/PJ/2012 TENTANG

SE - 25/PJ.6/2006 TATA CARA PEMBENTUKAN/PENYEMPURNAAN ZNT/NIR

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak. Menurut UU Republik Indonesia No 28 tahun 2007, pajak

Kini PBB Menjadi Pajak Daerah!

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-14/PJ/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Daerah telah disahkan pada tanggal 15 September 2009 dan mulai berlaku secara

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK...*)

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP

2011, No Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN PBB-P2 SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KPDJP

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG

Sehubungan dengan Luapan Lumpur Sidoarjo. yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :... Alamat :... Kecamatan :... Provinsi :... Nomor Telepon :...

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-07/PJ/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

TATA CARA PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGALIHAN BPHTB SEBAGAI PAJAK DAERAH PADA KP DJP

Mengajukan permohonan pengurangan BPHTB sebesar 100% (seratus persen) dari BPHTB yang terutang ***) : berdasarkan Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP);

(Kop Surat) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR... (1) TENTANG KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ATAS SPPT/SKP PBB *) NOMOR... (2) TANGGAL...

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan

JADWAL KEGIATAN PENDATAAN DAN PENILAIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG

(Kop Surat) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR... (1) TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini begitu banyak pembangunan di wilayah perkotaan atau di

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 mendefinisikan pajak dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Surat Edaran

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.03/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

...1. DAFTAR TUNGGAKAN PBB LUNAS BERDASARKAN PENYELESAIAN DATA TUNGGAKAN PBB Nomor : 2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

Kritikan terhadap Bunyi Beberapa Pasal Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Faktur Pajak Diindikasikan Tidak Sah. Nomor

DAFTAR ISI. Halaman. xiii xv xvi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-03/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu properti berwujud (Tangible Property) yang

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan dalam negeri telah mengalami pergeseran, semula didominasi

Dengan adanya pajak sebagai sumber PAD, daerah dapat membiayai. pembangunan secara optimal. Dalam Undang-undang RI Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia senantiasa melakukan pembangunan nasional untuk mensejahterakan

LAPORAN INDUK SPMKP DAN SP2D DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH KANTOR PELAYANAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal untuk

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak. Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-69/PJ/2011 Tentang : Tata Cara Pelaksanaan Identifikasi (Matching) Nomor Pokok Wajib Pajak

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-60/PJ/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dan tepat untuk diterapkan (Ismail, 2005: 1). Dengan pemberian otonomi secara

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Pajak Bumi dan

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ini ditandai dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

Oleh Sunyoto, SE. MM. Ak. Ery Hidayanti, SE. MM. Ak. Dosen Program Studi Akuntansi STIE Widya Gama Lumajang ABSTRAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri dan dalam negeri. Salah satu penghasilan dalam negeri berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap

Disusun oleh: Anastasya Putri Lestari NPM:

Tri Fajarhayu Kadarisman Hidayat Sri Sulasmiyati

JADWAL KEGIATAN MASA TRANSISI PENDATAAN DAN PENILAIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TAHUN 2000 JANUARI

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.03/2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota Denpasar pada awalnya merupakan pusat Kerajaan Badung yang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-03/PJ/2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR... (1) TENTANG PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGARUH DESENTRALISASI BPHTB TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN BADUNG. Komang Yogi Wirasatya Made Yenni Latrini

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat dan pembangunan (Siahaan, 2010:9). Sedangkan pajak

PT Cartenz Technology International

Transkripsi:

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-14/PJ/2012 TENTANG MONOGRAFI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-14/PJ/2012 Tanggal : 21 Maret 2012 Tata Cara Penyusunan Monografi PBB-P2 Monografi PBB-P2 memuat materi mengenai: a. Gambaran Umum Berisi informasi dan data PBB-P2 minimal tiga tahun terakhir tentang: i. Jumlah objek pajak per kabupaten/kota; ii. Jumlah Pokok Ketetapan PBB-P2 per kabupaten/kota; iii. Jumlah Rencana Penerimaan PBB-P2 per kabupaten/kota; iv. Jumlah Realisasi Penerimaan PBB-P2 per kabupaten/kota; b. Kegiatan Pendataan dan Penilaian Berisi informasi kegiatan minimal tiga tahun terakhir tentang: i. Pembentukan basis data per kelurahan; ii. Pemeliharaan basis data per kelurahan; iii. Pemutakhiran Zona Nilai Tanah (ZNT)/Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) per kelurahan; iv. Penilaian Individu per Objek Pajak; v. Pemutakhiran Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB) per kabupaten/kota. c. Kualitas Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Berisi informasi tentang kualitas NJOP PBB-P2 tahun terakhir sebagaimana petunjuk yang diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-01/PJ.06/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Analisis Assessment Sales Ratio (ASR). Informasi kualitas NJOP meliputi: i. Data transaksi jual beli, lelang, pemberian hak tanggungan termasuk penawaran per kecamatan. Apabila ketersediaan data sebagaimana diatur pada SE-01/PJ.06/2002 tidak mencukupi maka diperlukan minimal 30 (tiga puluh) data transaksi untuk setiap kecamatan. ii. Pengolahan dan analisis data transaksi untuk mengukur: a) ASR per kecamatan berdasarkan rata-rata tertimbang (weighted mean) b) Coefficient of Dispersion (COD) dan Coefficient of Variation (COV) untuk mengetahui tingkat keseragaman hasil penilaian dalam wilayah tertentu. iii. Peta sebaran ASR per kecamatan dalam satu wilayah kabupaten/kota. d. Simpulan Berisi interpretasi hasil pengolahan dan analisis data yang diperoleh sebagai bahan pertimbangan/rujukan oleh pemerintah kabupaten/kota dalam merumuskan kebijakan pengelolaan PBB-P2.

LAMPIRAN II Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-14/PJ/2012 Tanggal : 21 Maret 2012 MONOGRAFI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN Kabupaten/Kota :... (1) Tahun :... (2) Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Kanwil DJP... (3)

MONOGRAFI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN/KOTA... (1) I. Pendahuluan Seiring dengan era otonomi daerah saat ini membawa konsekuensi terhadap penyediaan sumber keuangan yang sebanding dengan banyaknya kegiatan pelayanan pemerintahan di daerah. Besar kecilnya jumlah dana yang diperlukan tergantung pada luas wilayah, keadaan geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, kompleksitas kebutuhan penduduk serta hal-hal lainnya yang sangat mempengaruhi pertumbuhan sosial ekonomi daerah tersebut. Pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) pada tanggal 15 September 2009 dan secara resmi telah berlaku pada tanggal 1 Januari 2010. Bagian Keenam Belas UU No. 28 Tahun 2009 mengatur tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2), sedangkan Bagian Ketujuh Belas tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Berdasarkan Pasal 184 Undang-undang tersebut, maka sejak tanggal 1 Januari 2011, Pemerintah Kabupaten/Kota sudah diperbolehkan untuk menerima pengalihan PBB-P2 dan BPHTB dengan tahapan pengalihan PBB-P2 dan BPHTB diatur dengan peraturan bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri (sesuai dengan pasal 182 UU PDRD). Kehadiran Undang-undang tersebut, memperluas pemerintah daerah dalam menggali potensi pendapatan asli daerahnya, khususnya dengan masuknya PBB sektor perdesaan dan perkotaan dan BPHTB yang semula merupakan Pajak Pusat dialihkan menjadi Pajak Daerah. Pengalihan ini berarti pengelolaan PBB-P2 dan BPTHB secara keseluruhan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota, hal ini sangat sesuai karena : 1. Karakteristik PBB-P2 memenuhi syarat sebagai Pajak Daerah Lokalitas (immobile) Hubungan antara Wajib Pajak dan yang memperoleh manfaat pajak (the tax benefit-link and local accountability) Best practice di beberapa negara 2. Daerah bisa lebih optimal dalam menggali potensi PBB dan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik, karena pemerintah daerah lebih mengenal karakteristik wilayah dan Wajib Pajaknya. Pengalihan tersebut merupakan angin segar bagi pemerintah kabupaten/kota dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekaligus meningkatkan kemampuan dalam hal pengelolaan pajak daerah sebagai salah satu modal kemandirian APBD. II. Latar Belakang Dalam rangka memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pemerintah daerah terutama gambaran mengenai PBB-P2 saat dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak, agar dapat dijadikan pertimbangan oleh pemerintah daerah, maka perlu disusun Monografi PBB-P2. Monografi PBB-P2 berisi interpretasi hasil pengolahan dan analisis data yang diperoleh sebagai bahan pertimbangan/rujukan oleh pemerintah kabupaten/kota dalam merumuskan kebijakan pengelolaan PBB-P2. III. Maksud dan Tujuan Penyusunan Monografi PBB-P2 ini dimaksudkan untuk memberikan informasi pengelolaan PBB-P2 sampai dengan kondisi terakhir saat penyerahan kepada pemerintah kabupaten/kota di wilayah kerja KPP Pratama yang bersangkutan. Tujuannya adalah decision support system, artinya Monografi PBB-P2 ini dapat dijadikan pertimbangan oleh pemerintah kabupaten/kota dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD).

IV. Gambaran Umum Informasi Kinerja Penerimaan PBB-P2 Kabupaten/Kota... (1) Tahun... s.d.... (4) No. Tahun (5) KPP Pratama (6) Ketetapan Penerimaan Penerimaan Jumlah OP Jumlah Pokok Rencana Realisasi Pds (7) Pkt (8) Pds (9) Pkt (10) Pds (11) Pkt (12) Pds (13) Pkt (14) 1. Tahun... KPP Pratama... KPP Pratama... dst TOTAL Tahun... KPP Pratama... KPP Pratama... dst TOTAL Tahun... dst Keterangan: - Jumlah OP PBB-P2, dicantumkan dalam satuan OP - Jumlah Pokok Ketetapan PBB-P2, dicantumkan dalam ribuan rupiah - Jumlah Rencana Penerimaan PBB-P2, dicantumkan dalam ribuan rupiah - Jumlah Realisasi Penerimaan PBB-P2, dicantumkan dalam ribuan rupiah - Data per 31 Desember

V. Kegiatan Pendataan dan Penilaian 1. Tabel Kegiatan Pembentukan Basis Data Sismiop No. KPP Pratama (6) Tahun (5) Kecamatan/Kelurahan (15) Pembentukan Jumlah (Objek Pajak) (16) 1. KPP Pratama...... 1. Kecamatan...... 2. Kecamatan......... 1. Kecamatan...... 2. Kecamatan...... 2. Tabel Kegiatan Pemeliharaan Basis Data Sismiop... 1. Kecamatan...... No. KPP Pratama (6) Tahun (5) Kecamatan/Kelurahan (15) Pemeliharaan Jumlah (Objek Pajak) (17) 1. KPP Pratama...... 1. Kecamatan...... 2. Kecamatan......... 1. Kecamatan......... 1. Kecamatan...... 3. Tabel Kegiatan Pemutakhiran ZNT/NIR No. KPP Pratama (6) Tahun (5) Kecamatan/Kelurahan (18) 1. KPP Pratama...... 1. Kecamatan... a. Kelurahan... b. Kelurahan... 4. Tabel Kegiatan Penilaian Individu... 1. Kecamatan... a. Kelurahan... No. KPP Pratama (6) Tahun (5) Nama Wajib Pajak (19) Lokasi Objek Pajak/Kelurahan (20) 1. KPP Pratama...... 1. PT.... Kelurahan... 2. ABC Kelurahan... 3. PT.... Kelurahan... dst... 1. PT.... Kelurahan... 2. Hotel Kelurahan... 3. CV.... Kelurahan... dst 5. Tabel Kegiatan Pemutakhiran DBKB No. KPP Pratama (6) Tahun Pemutakhiran (21) 1. KPP Pratama.........

6. Tabel Jumlah desa/kelurahan yang sudah/belum berbasis data SISMIOP sampai dengan tahun... (2) : Jumlah Desa/Kelurahan No. KPP Pratama (6) Kecamatan (15) Sudah Belum SISMIOP (22) Sismiop (23) 1. KPP Pratama... Kecamatan......... Kecamatan......... Kecamatan......... TOTAL...... Keterangan : Daftar rincian nama desa/kelurahan yang sudah/belum berbasis data sismiop sebagaimana tersebut pada lampiran 1.

VI. Kualitas NJOP 1. Data transaksi jual beli dan lain-lain per kecamatan sampai dengan tahun... (2), adalah sebagaimana pada lampiran 2. 2. Pengolahan data transaksi: a. Mengukur nilai ASR per kecamatan: yaitu menghitung rata-rata tertimbang dari total NJOP dibandingkan dengan total nilai pasar dalam satuan wilayah kecamatan, dengan rumusan: ASR = NJOP Harga Pasar Rekapitulasi Assessment Sales Ratio (ASR) adalah sebagai berikut : No. Kecamatan (15) ASR (24) Keterangan (26) 1 Kecamatan......... 2 Kecamatan......... 3 Kecamatan......... Kabupaten/Kota... (1)... (25)... Keterangan : - Jika 0,900 < ASR < 1,100, maka dapat disimpulkan bahwa NJOP mencerminkan harga pasar; - Jika ASR < 0,900, maka dapat disimpulkan bahwa NJOP di bawah harga pasar; - Jika ASR > 1,100, maka dapat disimpulkan bahwa NJOP di atas harga pasar; - Rincian penghitungan ASR sebagaimana tersebut pada lampiran 3. b. Mengukur Tingkat Keseragaman Hasil Penilaian (Assessment Uniformity): yaitu untuk mengetahui tingkat keseragaman hasil penilaian di wilayah tertentu. Pengukuran tingkat keseragaman ini menggunakan koefisien dispersi (Coefficient of Dispersion - COD) dan koefisien variasi (Coefficient of Variation - COV). COD adalah ukuran seberapa besar tingkat keragaman data, kegunaannya untuk membandingkan dua atau lebih kelompok data. COV adalah ukuran seberapa besar nilai simpangan baku terhadap rata-ratanya, yang melibatkan seluruh data. Rumus: Keterangan: COD = Coefficient of Dispersion COV = Coefficient of Variation A/S median = ASR median (nilai tengah) A/S = ASR rata-rata Ai = NJOP data ke-i Si = Harga Pasar data ke-i n = Jumlah data Aturan umum yang dijadikan standar dalam perhitungan COD dan COV adalah: Penentuan NJOP dikatakan seragam jika COD < 15% dan COV < 20%. Penentuan NJOP dikatakan kurang seragam jika COD >15% dan COV < 20% atau COD < 15% dan COV > 20%. Penentuan NJOP dikatakan tidak seragam, jika COD > 15% dan COV > 20%. Hasil Pengolahan data : No. Kecamatan (15) COD (27) COV (29) Keterangan (31) 1 Kecamatan............ 2 Kecamatan............ 3 Kecamatan............ Kabupaten/Kota... (1)... (28)... (30)... Keterangan : Rincian penghitungan tingkat keseragaman penentuan NJOP sebagaimana tersebut pada lampiran 3.

VII. SIMPULAN *) Isi dari kesimpulan merupakan deskripsi dan interpretasi data tentang: 1. Kinerja penerimaan PBB-P2 2. Hasil kegiatan pendataan dan penilaian. 3. Kualitas NJOP Demikian laporan Monografi PBB-P2 Kabupaten/Kota... (1) yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten/Kota... (1) dalam mengelola pemungutan PBB-P2 pada masa selanjutnya. Penyusun, Kepala KPP Pratama... (32) Nama... (33) NIP... (34)

Lampiran 1 Monografi PBB-P2 Kabupaten/Kota... DAFTAR DESA/KELURAHAN YANG SUDAH/BELUM BERBASIS DATA SISMIOP No. KPP Pratama Kecamatan/Kelurahan Sudah SISMIOP Belum SISMIOP KPP Pratama... Kecamatan A 1 Kelurahan aa - 2 Kelurahan ab - 3 Kelurahan ac - 4... - Jumlah...... Kecamatan B 1 Kelurahan ba - 2 Kelurahan bb - 3 Kelurahan bc - Jumlah......

Lampiran 2 Monografi PBB-P2 Kabupaten/Kota... No. Kecamatan NOP DATA NJOP DAN HARGA TRANSAKSI KPP PRATAMA... LT (M2) LB (M2) NJOP (Rp) HARGA TRANSAKSI (Rp) 1 2 3 4 5 6 7 1. Kecamatan... 12.34.567.890.123-XXXX.X............ 12.34.567.890.123-XXXX.X............ 12.34.567.890.123-XXXX.X...........................

Lampiran 3 Monografi PBB-P2 Kabupaten/Kota Rincian Penghitungan ASR, Tingkat Akurasi Penilaian, dan Tingkat Keseragaman Kabupaten/Kota... No. NOP NJOP (Rp) (A) HARGA TRANSAKSI (Rp) (S) RATIO (A/R) 1 2 3 4 5 1 12.34.567.890.123-XXXX.X 2 12.34.567.890.123-XXXX.X 3 12.34.567.890.123-XXXX.X 4 12.34.567.890.123-XXXX.X dst... TOTAL A S A / S n =... A =... S =... A/S =... A/S med =... Rank NOP RATIO A/S-A/S med [A/S-A/S med ] (A/S - A/S (A/S - A/S ) 2 2 5 6 7 8 9 1 12.34.567.890.123-XXXX.X 2 12.34.567.890.123-XXXX.X 3 12.34.567.890.123-XXXX.X 4 12.34.567.890.123-XXXX.X dst... TOTAL Tingkat keseragaman Hasil Penilaian :

Rincian Penghitungan ASR, Tingkat Akurasi Penilaian, dan Tingkat Keseragaman Kecamatan... No. NOP NJOP (Rp) (A) HARGA TRANSAKSI (Rp) (S) RATIO (A/R) 1 2 3 4 5 1 12.34.567.890.123-XXXX.X 2 12.34.567.890.123-XXXX.X 3 12.34.567.890.123-XXXX.X 4 12.34.567.890.123-XXXX.X dst... TOTAL A S A / S n =... A =... S =... A/S =... A/S med =... Rank NOP RATIO A/S-A/S med [A/S-A/S med ] (A/S - A/S (A/S - A/S ) 2 2 5 6 7 8 9 1 12.34.567.890.123-XXXX.X 2 12.34.567.890.123-XXXX.X 3 12.34.567.890.123-XXXX.X 4 12.34.567.890.123-XXXX.X dst... TOTAL Tingkat keseragaman Hasil Penilaian :

PETA SEBARAN

Petunjuk Pengisian Lampiran II Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE-14/PJ/2012 Angka (1) : Diisi dengan nama Kabupaten/Kota yang pengelolaan PBB-P2-nya akan dialihkan. Angka (2) : Diisi dengan tahun sebelum pengalihan pengelolaan PBB-P2. Angka (3) : Diisi dengan nama Kanwil DJP yang wilayah kerjanya meliputi Kabupaten/Kota yang pengelolaan PBB-P2-nya akan dialihkan. Angka (4) : Diisi dengan periode data yang dihimpun (minimal 3 Tahun Pajak terakhir sebelum tahun pengalihan) Angka (5) : Diisi dengan Tahun Pajak. Angka (6) : Diisi dengan nama KPP Pratama di Kabupaten/Kota yang pengelolaan PBB-P2nya akan dialihkan. Angka (7) : Diisi dengan jumlah Objek PBB sektor Perdesaan pada tahun n di Kabupaten/Kota yang pengelolaan PBB-P2-nya akan dialihkan. Angka (8) : Diisi dengan jumlah Objek PBB sektor Perkotaan pada tahun n di Kabupaten/Kota yang pengelolaan PBB-P2-nya akan dialihkan. Angka (9) : Diisi dengan jumlah pokok ketetapan PBB sektor Perdesaan pada tahun n di Kabupaten/Kota yang pengelolaan PBB-P2-nya akan dialihkan. Angka (10) : Diisi dengan jumlah pokok ketetapan PBB sektor Perkotaan pada tahun n di Kabupaten/Kota yang pengelolaan PBB-P2-nya akan dialihkan. Angka (11) : Diisi dengan jumlah rencana penerimaan PBB sektor Perdesaan pada tahun n di Kabupaten/Kota yang pengelolaan PBB-P2-nya akan dialihkan. Angka (12) : Diisi dengan jumlah rencana penerimaan PBB sektor Perkotaan pada tahun n di Kabupaten/Kota yang pengelolaan PBB-P2-nya akan dialihkan. Angka (13) : Diisi dengan jumlah realisasi penerimaan PBB sektor Perdesaan pada tahun n di Kabupaten/Kota yang pengelolaan PBB-P2-nya akan dialihkan. Angka (14) : Diisi dengan jumlah realisasi penerimaan PBB sektor Perkotaan pada tahun n di Kabupaten/Kota yang pengelolaan PBB-P2-nya akan dialihkan. Angka (15) : Diisi dengan nama Kecamatan/Kelurahan di Kabupaten/Kota yang pengelolaan PBB-P2-nya akan dialihkan. Angka (16) : Diisi dengan jumlah pembentukan basis data Sismiop (dalam satuan objek pajak) pada tahun n di Kabupaten/Kota yang pengelolaan PBB-P2-nya akan dialihkan Angka (17) : Diisi dengan jumlah pemeliharaan basis data Sismiop (dalam satuan objek pajak) pada tahun n di Kabupaten/Kota yang pengelolaan PBB-P2-nya akan dialihkan. Angka (18) : Diisi dengan nama Kecamatan/Kelurahan tempat pelaksanaan kegiatan pemutakhiran ZNT/NIR pada tahun n. Angka (19) : Diisi dengan nama wajib pajak pelaksanaan kegiatan penilaian individu pada tahun n. Angka (20) : Diisi dengan nama kelurahan tempat objek PBB yang dilaksanakan kegiatan penilaian individu pada tahun n. Angka (21) : Diisi dengan tahun pelaksanaan kegiatan pemutakhiran Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB). Angka (22) : Diisi dengan jumlah kelurahan/desa yang sudah berbasis data SISMIOP pada kecamatan n. Angka (23) : Diisi dengan jumlah kelurahan/desa yang belum berbasis data SISMIOP pada kecamatan n. Angka (24) : Diisi dengan ASR (tiga digit di belakang koma) pada kecamatan n. Angka (25) : Diisi dengan ASR pada kabupaten/kota n. Angka (26) : Diisi dengan keterangan dari ASR, yaitu: ASR Keterangan ASR < 0,900 NJOP di bawah harga pasar 0,900 < ASR < 1,100 NJOP mencerminkan harga pasar ASR> 1,100 NJOP di atas harga pasar Angka (27) : Diisi dengan COD (dalam %) pada kecamatan n. Angka (28) : Diisi dengan COD (dalam %) pada kabupaten/kota n. Angka (29) : Diisi dengan COV (dalam %) pada kecamatan n. Angka (30) : Diisi dengan COV (dalam %) pada kabupaten/kota n. Angka (31) : Diisi dengan keterangan dari COD & COV, yaitu: ASR COD < 15% dan COV < 20% COD < 15% dan COV > 20% atau COD> 15% dan COV < 20% COD > 15% dan COV > 20% Keterangan Penentuan NJOP seragam Penentuan NJOP kurang seragam Penentuan NJOP tidak seragam Angka (32) : Angka (33) : Angka (34) : Diisi dengan nama KPP Pratama yang menyusun/ditunjuk untuk menyusun monografi PBB-P2. Diisi dengan nama Kepala KPP Pratama yang menyusun/ditunjuk untuk menyusun monografi PBB-P2. Diisi dengan Nomor Induk Pegawai (NIP) Kepala KPP Pratama yang menyusun/ditunjuk untuk menyusun monografi PBB-P2.