HUKUMAN MATI dari SISI HAK ASASI MANUSIA. Roichatul Aswidah, Jakarta, 18 Agustus 2016

dokumen-dokumen yang mirip
UNOFFICIAL TRANSLATION

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Kewajiban Negara Pihak terhadap Pelaksanaan Instrumen-instrumen HAM Internasional. Ifdhal Kasim

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 15/PUU-X/2012 Tentang Penjatuhan Hukuman Mati

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Prinsip Dasar Peran Pengacara

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

MAKALAH. Hak Sipil & Politik: Sebuah Sketsa. Oleh: Ifdhal Kasim (Ketua KOMNAS HAM RI)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM

HAK ASASI MANUSIA. by Asnedi KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANWIL SUMATERA SELATAN

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh: Abdul Hakim G Nusantara SH, LLM. Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

MAKALAH INDONESIAN HUMAN RIGHTS LEGISLATION. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

c. Menyatakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN I. UMUM

PASAL-PASAL BERMASALAH PADA NASKAH RUU PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME NO. 15/2003

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

SURAT TERBUKA KEPADA KETUA PANSUS RUU TERORISME DPR RI TENTANG RENCANA REVISI UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ringkasan Putusan.

Institute for Criminal Justice Reform

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

Pokok-pokok Isi Protokol Opsional pada Konvensi Menentang Penyiksaan

Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945:

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH

HAK SIPIL DAN POLITIK

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Komite Hak Asasi Manusia. Komentar Umum 1. Kewajiban Pelaporan. (Sesi ketiga belas, 1981), Kompilasi Komentar Umum dan Rekomendasi Umum

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI III DPR RI DENGAN

Ifdhal Kasim. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Disampaikan dalam acara Workshop Memperkuat Justisiabilitas Hakhak Ekonomi, Sosial dan Budaya: Prospek dan Tantangan, diselenggarakan oleh Pusat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BANTUAN HUKUM DAN UPAYA PERLINDUNGAN HAK ASASI TERDAKWA DALAM PROSES PERADILAN PIDANA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lembar Klarifikasi Kebijakan Daerah Untuk Pemenuhan Hak Konstitusional Perempuan (Masukan Komnas Perempuan)

HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB III HUKUMAN MATI DALAM INTERNASIONAL COVENANT CIVIL AND. POLITIC RIGHTS (ICCPR) DAN UU No. 39 TAHUN 1999 TENTANG HAM

Dikdik Baehaqi Arif

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

Komentar Umum 1. Kewajiban Pelaporan. (Sesi ketiga belas, 1981), Kompilasi Komentar Umum dan Rekomendasi

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

MASUKAN KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ATAS PERUBAHAN UU NO. 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

Undang. Undang UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

Rilis Pers Bersama. Perppu Ormas Ancaman bagi Demokrasi dan Negara Hukum

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA. Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

Materi Kuliah HAK ASASI MANUSIA

KELOMPOK KERJA UNTUK PENAHANAN SEWENANG-WENANG. Lembar Fakta No. 26. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

2017, No Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin

KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI DAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK

Transkripsi:

HUKUMAN MATI dari SISI HAK ASASI MANUSIA Roichatul Aswidah, Jakarta, 18 Agustus 2016

Keterangan tertulis Komnas HAM di hadapan MK, 2 Mei 2007 Kesimpulan: Konstitusi Indonesia atau UUD 1945, secara tegas telah mengatur bahwa hak hidup merupakan salah satu hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun (non derogable rights). Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik juga menyatakan bahwa hak hidup merupakan hak yang tidak dapat dikurangi (nonderogable rights). Oleh karena itu, penerapan hukuman mati, harus diterapkan dengan beberapa pembatasan-pembatasan sebagai berikut: Pertama adalah hukuman mati tidak bisa diterapkan kecuali pada kejahatan paling serius dan sesuai dengan hukum yang berlaku pada saat kejahatan berlangsung. Kedua, keharusan tiadanya perampasan kehidupan yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Kovenan, sehingga misalnya mesti ada jaminan pemeriksaan yang adil.

Keterangan tertulis Komnas HAM di hadapan MK, 2 Mei 2007 Ketiga ialah bahwa hukuman mati hanya bisa dilaksanakan sesuai dengan putusan akhir yang dijatuhkan oleh pengadilan yang berwenang. Keempat ialah bahwa siapa saja yang dihukum mati berhak meminta pengampunan atau keringanan hukuman dan bisa diberi amnesti, pengampunan, atau keringanan hukuman. Kelima ialah bahwa hukuman mati tidak bisa dikenakan pada remaja di bawah umur 18 tahun dan tidak bisa dilaksanakan pada wanita hamil.

Keterangan tertulis Komnas HAM di hadapan MK, 2 Mei 2007 Anggota-anggota PBB pada 1989 memutuskan bahwa "penghapusan hukuman mati membantu peningkatan martabat manusia dan pengembangan HAM secara bertahap," dan kemudian menetapkan Protokol Kedua KIHSP yang secara eksplisit bertujuan menghapus hukuman mati. Ada kecenderungan negara-negara di dunia untuk menghapus hukuman mati.

KAJIAN HUKUMAN MATI DALAM PANDANG AN HAK ASASI MANUSIA Hak hidup adalah hak bersifat melekat (inherent) yang merupakan karunia Tuhan Yang maha Esa. Hak hidup tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun (non-derogable rights), bahkan dalam keadaan yang mengancam kehidupan bangsa. Komentar Umum menegaskan bahwa hak hidup merupakan hak absolut yang tidak boleh dikurangi bahkan dalam kondisi darurat publik yang mengancam kehidupan bangsa. Komite Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa- Bangsa menyatakan hak hidup adalah supreme human rights, yaitu bahwa tanpa pemenuhan hak hidup, hak-hak asasi manusian lain tidak akan mempunyai arti apa-apa

KAJIAN HUKUMAN MATI DALAM PANDANG AN HAK ASASI MANUSIA Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik meminta penghapusan hukuman mati bagi negara-negara pihak. Pemberlakukan kembali hukuman mati merupakan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik. Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik mengatur pembatasan yang ketat terhadap pemberlakukan hukuman mati bagi negara yang belum menghapus hukuman mati. Ketentuan Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik tidak secara ekpolisit memuat larangan terhadap hukuman mati, namun hal tersebut tidak dapat dibaca bahwa ketentuan tersebut memperbolehkan demikian saja pemberlakukan hukuman mati. Ketentuan tersebut justru meminta penghapusan hukuman mati. Pembatasan yang ada diberlakukan hanya terhadap negara yang belum menghapus hukuman mati yang terus dituntut untuk menghapusnya

KAJIAN HUKUMAN MATI DALAM PANDANG AN HAK ASASI MANUSIA: Simpulan Resolusi Komisi Hak Asasi Manusia PBB mengakui adanya hukuman mati yang masih diberlakukan oleh negara-negara di dunia. Namun demikian, sama seperti Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik, Resolusi tersebut meminta penghapusan hukuman mati. Resolusi menekankan bahwa penghapusan hukuman mati membutuhkan waktu dan proses yang kemudian harus dilakukan secara bertahap dengan membatasi jenis kejahatan yang diancam hukuman mati dan lebih jauh menetapkan adanya moratorium pelaksanaan hukuman mati.

KAJIAN HUKUMAN MATI DALAM PANDANG AN HAK ASASI MANUSIA Bacaan Resolusi tersebut bersama dengan ketentuan Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik Pasal 6 menyimpulkan bahwa hukuman mati diminta untuk dihapus. Namun penghapusannya membutuhkan waktu. Pembatasan yang ada dalam ketentuan Kovenan Hak Sipil dan Politik dengan demikian diberlakukan kepada negara yang belum menghapus hukuman mati yang dalam hal ini diminta untuk menghapusnya. Jadi pembatasan tersebut diberlakukan untuk pelaksanaan hukuman mati yang diharuskan dihapus. ketentuan pembatasan yang termuat dalam Pasal 6 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik tidak dapat dibaca dan ditafsir memperbolehkan pemberlakukan hukuman mati secara terus menerus. ketentuan pembatasan dalam Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik haruslah dibaca bahwa sementara negara melakukan upayanya untuk menghapus hukuman mati, hukuman mati hanya dibolehkan dengan syarat-syarat yang ketat sesuai Kovenan

Hanya untuk the most serious crime Pembatasan hukuman mati hanya untuk kejahatan yang paling berat (the most serious crime): hukuman mati tidak dapat diberlakukan untuk tindak kejahatan seperti kejahatan properti, kejahatan ekonomi, kejahatan politik atau tindakan perlawanan yang tidak menggunakan kekerasan serta harus dihapuskan pula dari kejahatan yang berkaitan dengan obat-obatan. Komisi Hak Asasi Manusia PBB juga menyatakan bahwa hukuman mati haruslah tidak dapat diberlakukan untuk kejahatan yang tidak menggunakan kekerasan misalnya kejahatan keuangan atau pun praktik keagamaan serta ekspresi keyakinan yang dilakukan tanpa kekerasan. Komite Hak Asasi Manusia PBB, melalui mekanisme pelaporan negara menyatakan bahwa istilah kejahatan yang paling serius/the most serious crime dalam Pasal 6 ayat (2) dibatasi hanya pada pembunuhan terencana dan tindakan terencana yang menyebabkan penderitaan jasmaniah yang memilukan.

Hanya untuk the most serious crime: Situasi Indonesia Lima dari sepuluh peraturan perundang-undangan yang memuat hukuman mati diundangkan oleh Indonesia dalam waktu sepuluh tahun terakhir. Lima peraturan perundangundangan tersebut kesemuanya merupakan tindak kejahatan dengan jenis baru yang diancam hukuman mati. Indonesia juga justru memperbanyak jenis kejahatan yang diancam hukuman mati. Pidana-pidana yang diancam pun tidak masuk dalam kelompok kejahatan yang paling serius (the most serious crimes) menurut Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik. Hukuman mati di Indonesia diberlakukan juga untuk kejahatan ekonomi, politik maupun kejahatan berkaitan dengan obat-obatan terlarang.

tidak bertentangan dengan ketentuan Kovenan... hukuman mati tidak boleh didasarkan pada hukum yang tidak adil (unjust laws) hukum yang menjatuhkan hukuman mati haruslah secara substantif konsisten dengan rule of law yang disuarakan oleh isi Kovenan secara keseluruhan Mendasarkan pada berbagai jenis kejahatan yang diancam hukuman mati dalam peraturan perundangundangan, terutama berkaitan dengan kejahatan makar, dapat diduga bahwa ketentuan-ketentuan membuka kemungkinan dimanfaatkan oleh penguasa untuk melakukan represinya dan dengan demikian tidak dilandasi semangat rule of law. Dapat dinyatakan bahwa ketentuan tersebut tidak sejalan dengan ketentuan pasal 6 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik

atas dasar putusan akhir yang dijatuhkan oleh pengadilan yang berwenang (competent) Putusan hukuman mati hanya dapat diberlakukan oleh sebuah pengadilan yang adil, berwenang (kompeten/competent), mandiri, dan tidak memihak yang diatur berdasarkan hukum dan melalui proses yang tidak diskriminatif, berdasarkan asas praduga tak bersalah dan adanya jaminan minimum hak para tersangka sebagaimana diatur dalam Pasal 14 (3) ICCPR

atas dasar putusan akhir yang dijatuhkan oleh pengadilan yang berwenang (competent) : Situasi Indonesia Berdasarkan beberapa kasus yang muncul diantaranya terjadinya salah tangkap dan/atau penyiksaan atau pun kekerasan, serta kecenderungan terjadinya hal tersebut kepada mereka yang bersalah dari kelompok ekonomi bawah proses hukum di Indonesia tidaklah memenuhi ketentuan Kovenan Internasional hak Sipil dan Politik pasal 14 dan juga Pasal 15, 2 dan 26. Proses hukum di Indonesia belum memenuhi ketentuan adanya sebuah pengadilan yang adil, berwenang (kompeten/competent), mandiri, dan tidak memihak yang diatur berdasarkan hukum dan melalui proses yang tidak diskriminatif, berdasarkan asas praduga tak bersalah dan adanya jaminan minimum hak para tersangka. Hukuman mati yang dihasilkan oleh proses hukum seperti ini juga tidak memenuhi ketentuan bahwa [h]ukuman mati hanya dapat dilaksanakan atas dasar putusan akhir yang dijatuhkan oleh pengadilan yang berwenang (competent ) dan Pasal 6 ayat (2) Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik yang meminta bahwa hukuman mati tidak diperkenankan melanggar ketentuan lain dalam Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik.

Sedikit kemajuan: RKUHP Sedikit kemajuan dapat dilihat dalam pemberlakukan ancaman hukuman pidana mati dalam Rancangan Kitab Undang-Undangn Hukum Pidana (RUUKUHPidana) dimana hukuman mati tidak lagi menjadi pidana pokok tetapi ditempatkan dalam rumusan pidana bersifat khusus dan diancamkan secara alternatif dan tidak lagi mutlak. Namun demikian, dalam RKUHPidana ancaman pidana mati diberlakukan terhadap berbagai jenis tindak pidana termasuk tindak pidana yang tidak termasuk dalam kategori kejahatan yang paling serius ( the most serious crime) di antaranya berkaitan dengan obat-obatan terlarang.

Rekomendasi Indonesia segera melakukan upaya untuk menghapus hukuman mati dalam hukum nasional dengan mulai membatasi jenis kejahatan yang diancam hukuman mati. Selanjutnya Indonesia harus secara bertahap dan terencana melakukan upaya untuk menghapus hukuman mati Sementara dalam proses penghapusan hukuman mati secara bertahap dan terencana tersebut, Indonesia harus mengkaji kembali hukum nasional yang ada serta praktik-pratik yang ada sehingga dapat menjamin adanya prosedur hukum yang paling hati-hati (the most careful procedure) serta kemungkinan yang paling besar adanya perlindungan bagi tersangka hukuman mati sesuai Resolusi Umum PBB. Lebih jauh hendaknya Indonesia memberlakukan moratorium bagi pelaksanaan hukuman mati Indonesia segara melakukan pengesahan Protokol Opsional Kedua pada Kovena Internasional Hak Sipil dan Politik yang Ditujukan untuk Penghapusan Hukuman Mati Tahun 1989

Sikap Kelembagaan Komnas HAM KEPUTUSAN SIDANG PARIPURNA KOMNAS HAM Nomor: 07/SP/VI/2013 (Sidang Paripurna Komnas HAM dalam Sidang pada: Senin - Selasa, 3 4 Juni 2013) Memutuskan sikap kelembagaan Komnas HAM menolak hukuman mati

TERIMA KASIH