BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB 1 : PENDAHULUAN. udara, dan paling banyak terjadi pada negara berkembang. (1) Udara merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) Tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA BATU PADAS DI SILAKARANG GIANYAR BALI

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penunjang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Agar terciptanya lingkungan yang aman, sehat dan bebas dari. pencemaaran lingkungan (Tresnaniangsih, 2004).


BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya. Terutama industri tekstil, industri tersebut menawarkan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

KAPASITAS FAAL PARU PADA PEDAGANG KAKI LIMA. Olvina Lusianty Dagong, Sunarto Kadir, Ekawaty Prasetya 1

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB VI DINAMIKA PROSES AKSI. seperti menghirup udara yang kurang baik dalam hal ini debu pemotongan batu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

Arsih, Ratna Dian Kurniawati, Inggrid Dirgahayu ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) NON KONTAINER DI IPC TPK KOTA PONTIANAK

Petunjuk : Pilih salah satu jawaban dengan memberikan checklist ( ) pada kolom yang sesuai dengan jawaban responden.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGGUNAAN MASKER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA PENGAMPLASAN KAYU DI DESA RENGGING PECANGAAN JEPARA

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2008). Infeksi saluran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu mata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan hiperemia konjungtiva dan keluarnya discharge okular (Ilyas, 2013).

B A B I PENDAHULUAN. penyakit akibat pajanan debu tersebut antara lain asma, rhinitis alergi dan penyakit paru

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pemasaran (Manuaba, 1983). Aspek yang kurang diperhatikan bahkan

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

GAMBARAN FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PADA POLISI LALU LINTAS DI KOTA GORONTALO. Tian Bapino, Rama P. Hiola, Sri Manovita Pateda 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumokoniosis merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dalam upaya mencapai visi

Laporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, maupun kesehatan kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerugian yang dialami pekerja atau perusahaan. Potensi bahaya dan resiko di tempat kerja bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor manusia. Oleh karena itu perlu adanya upaya pencegahan dan pengendalian terhadap kemungkinan timbulnya gangguan kesehatan. Di tempat kerja banyak terdapat zat beracun yang dapat membahayakan pekerja. Bahan beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil berbahaya bagi kesehatan bahkan jiwa manusia (Anizar, 2009). Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, akibat kombinasi dari berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja (Suma mur, 2009). Lingkungan kerja yang sering penuh oleh debu, uap, gas dan lainnya yang disatu pihak mengganggu produktifitas dan mengganggu kesehatan di pihak lain. Hal ini sering menyebabkan gangguan pernafasan ataupun dapat mengganggu fungsi paru (Suma mur, 2009). Salah satu penyebab gangguan kesehatan akibat kerja di antanya adalah, debu yang merupakan salah satu gangguan yang tidak dapat diabaikan. Debu merupakan bahaya yang dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, 1

2 gangguan fungsi vital paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum ( Depkes RI, 2003). Seseorang yang bekerja lama di tempat kerja yang berdebu, maka kemungkinan debu untuk tertimbun dalam paru-paru semakin besar sebagai akibat hasil penghirupan sehari-hari dalam bekerja. Debu yang tertimbun tersebut dapat memperparah kondisi kesehatan pernafasan pekerja karena frekuensi yang sering untuk terpajan debu setiap harinya (Suma mur, 1991). Seseorang yang bekerja lama kemungkinan besar akan mengalami masalah kesehatan terutama gangguan saluran pernafasan. Akibat penghirupan debu yang langsung akan dirasakan adalah sesak, bersin, dan batuk. Semakin banyak debu yang tertimbun dalam paru-paru sehingga akan membentuk jaringan ikat dalam paru. Akibat terbentuknya jaringan ikat tersebut maka semakin banyak penyakit yang diderita oleh pekerja (Wang, 2004). Industri mebel merupakan salah satu industri yang pertumbuhannya sangat pesat. Proses fisik pengolahan bahan baku untuk dijadikan mebel cenderung menghasilkan polusi seperti partikel debu kayu. Industri mebel tersebut berpotensi menimbulkan polusi udara di tempat kerja yang berupa debu kayu. Ukuran partikel debu yang digergaji dan dihaluskan akan berbentuk debu kayu yang berterbangan diudara. Dampak negatif dari industri mebel adalah timbulnya pencemaran udara oleh debu yang timbul pada proses pengolahan atau hasil industri mebel tersebut. Debu kayu ini akan mencemari udara dan lingkungannya sehingga pekerja industri mebel dapat terpapar debu karena bahan baku, bahan ataupun produk akhir. Bahan pencemar tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia khususnya gangguan sistem pernafasan.

3 Zat pencemaran yang menetrasi ke dalam tubuh tergantung pada jenis pencemaran. Partikulat berukuran besar dapat bertahan di saluran pernafasan bagian atas, sedangkan partikulat partikulat kecil dan gas dapat mencapai paru-paru kemudian zat pencemaran diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar keseluruhan tubuh. Suatu penelitian yang di lakukan di Cina pada tahun 1996 menunjukkan bahwa lebih dari 7 juta tenaga kerja telah terekpose oleh debu, di temukan sekitar 400.000 kasus pneumonis dan mengakibatkan kurang lebih 80.000 kematian. Hal ini merupakan salah satu contoh resiko kesehatan yang dihubungkan dengan pencemaran udara di lingkungan kerja (Sheng, 1997). Sedangkan di Indonesia, berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga 1986 dan tahun 1992 dikemukakan bahwa penyakit Bronchitis Asma, Tuberculosis paru dan penyakit saluran nafas lainnya merupakan penyakit yang terbanyak yang di temukan di masyarakat. Penyakit TuberculosisParu menempati urutan ke dua dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) menempati urutan pertama dengan proporsi sebesar (25,6%) dan mortalitasnya sebesar 16,8% (survey kesehatan dalam Tesis Adelina, 2004). Sedangkan pada tahun 1995 hasil survai kesehatan rumah tangga menunjukkan penyakit TBC penyebab kematian no. 3 setelah penyakit kardio faskular atau pembuluh darah dan penyakit pernafasan pada semua kelompok usia pada urutan pertama. Berbagai faktor dalam timbulnya gangguan pada saluran nafas akibat debu dapat disebabkan oleh debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi, serta lama paparan. Faktor individual yang meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran nafas serta faktor imunologis. Penilaian paparan pada manusia perlu dipertimbangkan antara lain sumber paparan, jenis pabrik, lamanya paparan, dan paparan dari sumber lain. Pola aktifitas sehari-hari dan faktor penyerta yang

4 potensial seperti umur, jenis kelamin, etnis, kebiasaan merokok dan faktor allergen (Khumaidah, 2009). Penyakit saluran pernafasan banyak ditemukan secara luas dan berhubungan erat dengan lamanya pajanan terhadap debu tertentu karena pada dasarnya saluran nafas merupakan salah satu bagian yang paling mudah terpapar oleh bahan-bahan yang mudah terhirup yang terdapat dilingkungan. Dalam perindustrian mebel juga sering menghasilkan debu dalam proses produksinya yang tanpa disadari akan menimbulkan berbagai macam penyakit pernafasan yang bisa mengenai para pekerja. Pada pengamatan awal yang dilakukan peneliti di Kecamatan Turen banyak terdapat home industri mebel. Pada masing-masing mebel terdapat 2-4 pegawai yang bekerja. Pekerja tersebut 59,37% bekerja kurang dari 5 tahun dan 40,63% bekerja lebih dari 5 tahun. Pada bulan September 2013 peneliti melakukan studi pendahuluan dengan menyebarkan kuisioner pada 50 responden di dapatkan hasil pegawai yang mengalami alergi kulit sebesar 5,5%, nyeri punggung sebesar 3,5%, gangguan pendengaran sebesar 3,5%, kecelakaan kerja sebesar 10,5%, mata pedih sebesar 6,5%, dan gangguan pernafasan sebesar 70%, dengan tanda-tanda 10 % pegawai yang sering mengalami batuk-batuk, 9% sering mengalami sesak nafas, 4,5% pegawai mengeluh nyeri pada bagian dada, 7,5% sering mengeluarkan dahak, 1% pegawai mengalami mengi (ngikngik), 12,5% pegawai yang mempunyai riwayat merokok sampai saat ini, 8,5% pegawai memakai APD (masker), 3,5% hidup sehat atau berolahraga, 11,5% pegawai mempunyai riwayat bekerja di tempat yang berdebu, dan 2,5% pegawai mempunyai riwayat gangguan saluran pernafasan.

5 Hasil studi pendahuluan dari beberapa Home Industri Mebel yang berada di Kecamatan Turen mengarah pada pegawai yang beresiko tinggi untuk terjadi gangguan saluran pernafasan. Oleh sebab itu perlu penanganan yang tepat supaya tidak terjadi penyakit gangguan pernafasan pada pekerja. Penyakit pernafasan akibat debu home industri mebel mempunyai gejala dan tanda yang mirip dengan penyakit saluran pernafasan umum lainnya. Penegakan diagnosis perlu dilakukan dengan tepat karena penyakit biasanya timbul setelah terpapar dalam waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu pemeriksaan fisik perlu dilakuakan untuk membantu diagnosis dini penyakit gangguan saluran pernafasan. Untuk mengantisipasi efek negatif paparan debu di tempat kerja, maka perlu dilakukan upaya pencegahan dan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Salah satunya upaya pencegahan tersebut adalah menetapkan waktu bekerja sehari-hari selama tidak lebih dari 8 jam per hari atau 40 jam per minggu. Debu yang terhirup oleh tenaga kerja menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan nonspesifik berupa batuk, bersin, gangguan transport mukosilier dan fagositosis oleh makrofag. Otot polos disekitar jalan nafas dapat terangsang sehingga menimbulkan penyempitan. Keadaan ini terjadi biasanya bila konsentrasi debu melebihi nilai ambang batas. Sistem mukosilier juga mengalami gangguan dan menyebabkan produksi lendir bertambah. Bila lendir makin banyak atau mekanisme pengeluarannya tidak sempurna terjadi obstruksi saluran nafas sehingga resistensi jalan nafas meningkat (Yunus, 1997). Oleh karena itu,peneliti ingin melakukan penelitian pada masa kerja pekerja pembuatan mebel dengan terjadinya gangguan sistem pernafasan di home industri mebel di Kecamatan Turen Kabupaten Malang.

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat ditemukan rumusan masalah Apakah ada hubungan antara masa kerja tenaga pembuatan Mebel dengan terjadinya gangguan saluran pernafasan? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan masa kerja tenaga kerja dengan terjadinya penyakit gangguan saluran pernafasan pada pekerja home industri mebel Kecamatan Turen Kabupaten Malang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Mengidentifikasi masa kerja pada pekerja home industri mebel Kecamatan Turen Kabupaten Malang 2) Mengetahui kejadian gangguan saluran pernafasan pada pekerja home industri mebel di Kecamatan Turen Kabupaten Malang 3) Mengetahui hubungan antara masa kerja pada pekerja home industri mebel dengan kejadian gangguan saluran pernafasan di Kecamatan Turen Kabupaten Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi peneliti Sebagai tambahan pengetahuan tentang hubungan masa kerja dengan terjadinya gangguan saluran pernafasan pada masyarakat dan dapat melakukan upaya preventif pada masyarakat agar kejadian gangguan saluran pernafasan dapat menurun.

7 1.4.2 Manfaat bagi masyarakat Setelah dilakukan penelitian dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan yang berguna untuk masyarakat pada umumnya terutama para pekerja khususya, agar para pekerja dapat mencegah penyakit akibat kerja terutama tentang penyakit saluran pernafasan. 1.4.3 Manfaat bagi institusi Memberi masukan untuk pencegahan terhadap penyakit gangguan sistem pernafasan, terutama dalam menentukan sasaran program dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilannya, sehingga diperoleh pelaksanaan yang efisien dengan hasil yang maksimal dan dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan masyarakat terutama pekerja tentang pencegahan penyakit gangguan sistem pernafasan. 1.4.4 Manfaat bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber kedua untuk peneliti yang akan meneliti tentang kesehatan saluran pernafasan yang akan datang. 1.4.5 Manfaat bagi perawat Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat. 1.5 Keaslian penelitian 1. Penelitian Gede Yuda Marta Diputra (2012) meneliti tentang Hubungan antara masa kerja dan persepsi tenaga kerja tentang keselamatan dan kesehatan kerja dengan kejadian kecelakaan kerja. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah masa kerja dan persepsi tentang prosedur keselamatan dan kesehatan kerja sebagai variabel independen dan kecelakaan kerja sebagai variabel

8 dependen. Penelitian ini menggunakan metode analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dan persepsi tentang prosedur keselamatan kerja dengan kejadian kecelakaan kerja di dapatkan hasil penelitian 5,33% terdapat hubungan masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja. Perbedaan antara penelitian Gede Yuda (2012) dengan penelitian yang saya lakukan adalah variabel yang saya gunakan dan tempat penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang saya gunakan adalah masa kerja sebagai variabel independen dan gangguan saluran pernafasan sebagai variabel dependen. Sedangkan tempat yang saya gunakan untuk penelitian adalah home industri mebel di Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Persamaan antara penelitian yang saya lakukan adalah sampel yang di gunakan adalah pegawai mebel dan variabel independen yaitu paparan debu. 2. Penelitian Marianti L. Tamuntuan (2013) meneliti tentang Hubungan antara Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Pru pada Pekerja di Bagian Pengecatan Mobil. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah masa kerja sebagai variabel independen dan kapasitas vital paru sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden dan mengukur kapasitas paru pekerja didapatkan hasil penelitian adalah dari beberapa faktor, sebanyak 65% masa kerja > 5 tahun terjadi gangguan pada kapasitas vital paru. Perbedaan antara penelitian Marianti (2013) dengan penelitian yang saya lakukan adalah variabel dan tempat penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang saya gunakan adalah masa kerja sebagai variabel independen dan gangguan

9 saluran pernafasan sebagai variabel dependen. Sedangkan tempat yang saya gunakan untuk penelitian adalah home industri mebel di Kecamatan Turen. 3. Penelitian Qomariyatus Sholihah (2008) meneliti tentang pajanan debu batubara dan gangguan pernafasan pada pekerja. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah pajanan debu batubara sebagai variabel independen dan gangguan pernafasan sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan bertujuan untuk mengetahui kadar debu respirabel terhadap gangguan pernafasan pekerja didapatkan hasil penelitian adalah kadar debu dilapangan kerja melebihi ambang batas normal yaitu sebesar 2,19mg/m 3 yang mengakibatkan gangguan saluran pernafasan pada pekerja. Perbedaan antara penelitian Qomariyatus sholihah (2008) dengan penelitian yang saya lakukan adalah variabel dan tempat penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang saya gunakan adalah masa kerja sebagai variabel independen dan gangguan saluran pernafasan sebagai variabel dependen. Sedangkan tempat yang saya gunakan untuk penelitian adalah home industri mebel di Kecamatan Turen