13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Teori 2.1.1 Pengertian Dividen Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi distribusi keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis. Deviden diberikan setelah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa uang tunai dalam jumlah tertentu untuk setiap saham, atau dapat berupa deviden saham, yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan deviden sejumlah saham yang dimiliki seseorang pemodal sehingga saham yang dia miliki akan ditambah dengan deviden saham tersebut.
14 2.1.2 Teori Kebijakan Dividen 1. Teori Deviden Irrelevance Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak merupakan pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen (dividends irrelevance theory) ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (1958) dalam Brigham (2001). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya. Dengan kata lain, nilai perusahaan tergantung hanya pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara dividen dan laba yang ditahan. Keown et. al (2000) menyatakan bahwa pada teori ketidakrelevanan dividen, tak ada hubungan antara kebijakan dividen dan nilai saham. Satu kebijakan dividen sama bagusnya dengan lainnya. Secara agregat investor hanya mementingkan pengembalian total keputusan investasi, tak peduli apakah pengembalian berasal dari perolehan modal atau pendapatan dividen. 2. Teori Bird in The Hand Para pemilik saham lebih menyukai pembayaran dividen saat ini daripada menundanya untuk direalisir dalam bentuk capital gain nanti. Tarif pajak untuk capital gain memang sering lebih rendah daripada untuk dividen, namun para pemilik saham banyak yang lebih menyukai dividen saat ini, karena dengan pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan bahwa
15 apa yang diharapkan meleset. Teori ini dianut oleh Myron Borden dan John Lintner (Husnan, 1993). 3. Teori Tax Preference Suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap devidend dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak dengan alasan (Setiadi, 2012) : Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah daripada untuk pembagian dividen, karena itu investor yang kaya mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba di dalam perusahaan. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, karena adanya nilai efek waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris dapat terhindar dari pajak keuntungan modal. Perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : Jika manajemen percaya bahwa deviden irrelevence theory dari Modigliani dan Miller (M-M) itu benar maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya deviden yang harus dibagikan.
16 Jika perusahaan menganut Bird In The Hand Theory, maka perusahaan harus membagi selurus EAT ( Earning After Tax ), dalam bentuk deviden. Sedangkan jika perusahaan lebih cenderung mempercayai tax preference Theory, maka perusahaan harus menahan seluruh keuntungan. 2.1.3 Alternatif Pembayaran Deviden Perusahaan harus memutuskan berapa besarnya keuntungan yang ditahan dan berapa besarnya yang akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Keputusan ini penting karena menyangkut tanggung jawab terhadap pemegang saham yang telah menanamkan dananya dan juga terhadap pertumbuhan perusahaan. Ada tiga macam alternatif pembayaran dividen (Setiadi, 2012) : a. Divident Pay Out yang Konstan Divident pay out yang konstan merupakan penetapan pembagian rasio yang tetap terhadap keuntungan yang didapat perusahaan. Berapapun keuntungan yang diperoleh persentase keuntungan yang dibagikan selalu sama. Sebagai akibat maka jumlah uang yang dibayarkan akan berbeda tergantung pada keuntungan yang diperoleh. b. Jumlah yang Stabil Kebijakan ini akan menyebabkan perusahaan membayarkan jumlah yang tetap untuk beberapa periode. Pembayaran ini akan dinaikan apabila perusahaan merasa yakin bahwa kenaikan itu dapat dipertahankan untuk
17 periode selanjutnya. Perusahaan juga tidak akan melakukan penurunan dividen sampai benar-benar terbukti bahwa perusahaan tidak sanggup lagi membayarkan. c. Jumlah yang Kecil ditambah Dividen Ekstra Perusahaan membayarkan dividen dalam jumlah yang kecil dan apabila ada keuntungan yang melonjak maka pada akhir periode perusahaan menambahkan dividen extra. Tujuan manajemen melakukan hal ini adalah untuk menghindari konotasi dividen permanen. 2.2 Deviden Payout Ratio Dividend Payout Ratio adalah rasio antara dividen yang dibayarkan sebuah perusahaan (dalam satu tahun buku) dibagi dengan keuntungan bersih perusahaan (net income), pada tahun buku tersebut. Deviden akan diterima oleh pemegang saham hanya apabila ada usaha akan menghasilkan cukup uang untuk membagi deviden tersebut dan apabila dewan direksi menganggap layak bagi perusahaan untuk mengumumkan deviden. Deviden merupakan hak pemegang saham (common stock), untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan membagi keuntungan dalam bentuk deviden semua pemegang saham mendapatkan haknya yang sama. Namun pembagian deviden untuk pemegang saham preferen lebih diutamakan dari pembagian deviden pemegang saham biasa. Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan yang dihasilkan dari pembagian deviden, dimana badan usaha menyerahkan
18 sebagian labanya, untuk kepentingan kesejahteraan pemegang saham. Dividen yang dibagikan oleh perusahaan bisa mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut (Setiadi, 2012) : a. Dividen Kas Dividen yang paling umum dibagikan oleh perusahaan adalah dividen kas dan yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas adalah apakah jumlah uang yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut. b. Dividen Aktiva Selain Kas (Property Dividends) Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan, barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan mencatat dividen yang diterimanya ini sebesar harga pasar aktiva tersebut c. Dividen Utang (Scrip Dividends) Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan scrip dividends yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. d. Dividen Likuidasi Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pembagian modal. Apabila perusahaan membagi dividen likuidasi, maka para pemegang saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah pembagian laba
19 dan berapa yang merupakan pengembalian modal, sehingga para pemegang saham bisa mengurangi rekening investasinya. e. Dividen Saham Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya. Dalam pembayaran dividen oleh emiten, maka emiten selalu akan mengumumkan secara resmi jadwal pelaksanaan pembayaran deviden. Tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut : Tanggal Pengumuman (Declaration Date) Yaitu tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembagian divisi. Tanggal Cum Dividen (Cum Dividend Date) Merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham. Tanggal Pencatatan Dalam Daftar Pemegang Saham (Date of Record) Tanggal dimana seorang investor harus terdaftar sebagai pemegang saham perusahaan publik atau emiten sehingga ia mempunyai hak yang diperuntukkan bagi pemegang saham.
20 Tanggal ex. Dividen (Ex. Dividend Date) Tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut, jangka waktunya adalah 4 hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang saham. Tanggal Pembayaran (Payment Date) Tanggal dimana pemegang saham dapat mengambil dividen sesuai dengan dividen yang diumumkan oleh emiten. 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividen Payout Ratio 2.3.1 Cash Ratio Cash ratio adalah perbandingan antara alat-alat likuid yang dikuasai bank dengan kewajiban yang harus segera dibayar (Ade, 2006). Rasio ini digunakan untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan. Aktiva perusahaan yang paling likuid adalah kas. Cash ratio menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek dengan kas yang ada dan surat berharga yang segera dapat diuangkan. 2.3.2 Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio merupakan indikator struktur modal dan risiko finansial, yang merupakan perbandingan antara hutang dan modal sendiri. Bertambah besarnya Debt to Equity Ratio suatu perusahaan menunjukkan risiko distribusi laba usaha perusahaan akan semakin besar terserap untuk melunasi kewajiban perusahaan (Purwanto dan Haryanto, 2004).
21 Debt to Equity Ratio adalah rasio yang menunjukkan persentase penyedia dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman (Darsono 2005). Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham, jika dilihat dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. Debt to Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut (Prihadi, 2010): DER = Total Debt Total Equity Robinson & Munter (2003) dalam Fauzan (2009) mengatakan bahwa : Debt to Equity Ratio (DER) measure how much money a company should safely be able to borrow over long periods of time. It does this by comparing the company s total debt (including short term and long term obligations) and dividing it by the amount of total equity. Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup sebagian atau seluruh hutang-hutangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana yang berasal dari total modal dibandingkan besarnya hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk
22 struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya (Prihantoro, 2003). 2.3.3 Return On Asset Return on Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. (Bambang R, 1997). Return On Assets (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika ROA negatif menunjukan toal aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan/rugi. 2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu akan dirangkum secara singkat karena mengingat penelitian ini sendiri mengacu kepada beberapa penelitian terdahulu. Meskipun ruang lingkup dari beberapa penelitian yang akan dirangkum ini hampir sama, namun semuanya memiliki objek dan waktu yang berbeda. Berikut ini adalah beberapa rangkuman penelitian terdahulu :
23 Penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2009) dengan judul Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio yang meneliti di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004 hingga 2007 pada industri manufaktur. Penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel cash position, DER dan ROA berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kebijakan deviden yang pernah dilakukan di Indonesia, antara lain adalah penelitian yang dilakukan Efendri (1993), yang berjudul Faktor-faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Kebijakan Dividen Oleh Perusahaan-perusahaan Go Publik Di Indonesia. Dalam penelitian tersebut digunakan kuesioner untuk mengetahui persepsi manajemen tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam kebijakan pembagian dividen kas. Penelitian yang menggunakan 84 sampel ini menghasilkan kesimpulan bahwa faktor peningkatan dan penurunan laba termasuk faktor yang sangat penting yang dipertimbangkan manajemen dalam kebijakan pembagian dividen kas. Penelitian lain yang juga meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio adalah penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2005). Pada penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 335 perusahaan yang eksis di Bursa Efek Indonesia (2001-2003). Penelitian ini menyimpulkan bahwa Current Ratio dan Cash Position berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan DER dan ROA tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Faktor-faktor yang
24 mempengaruhi kebijakan dividen antara lain dikemukakan oleh Riyanto (1997) bahwa kebijakan dividen itu dipengaruhi oleh posisi likuiditas, kebutuhan dana dan untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan emiten dan pengawasan terhadap emiten. Berikut adalah tabel penelitian terdahulu : Tabel 2.4 Tabel Penelitian Terdahulu No. Penulis Topik Alat Analisis Hasil Penelitian 1. Marlina Dependen : DPR Analisis Regresi Cash position, (2009) Linier Berganda DER dan ROA Independen : berpengaruh Cash Position, terhadap dividend DER, ROA payout ratio 2. Efendri Dependen : DPR Analisis Regresi Current Ratio dan (1993) Independen : Current Ratio dan ROA Linier Berganda ROA berpengaruh terhadap dividend payout ratio 3. Hapsari Dependen : DPR Analisis Regresi Current Ratio dan (2005) Independen : Current Ratio, Cash Position DER dan ROA Linier Berganda Cash Position berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan DER
25 dan ROA tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio 4. Setiadi (2012) Dependen : DPR Independen : Growth dan ROA Analisis Regresi Linier Berganda Growth berpengaruh terhadap DPR sedangkan ROA tidak berpengaruh terhadap DPR