I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar tidak hanya sekedar

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORETIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Ekonomi

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

Transkripsi:

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Gegne dalam Suprijono (2009 : 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Menurut Morgan dalam Suprijono (2009 : 3), belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Selain itu, menurut Bruner (Trianto, 2010: 15), belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Dipahak lain, Dimyati & Mudjiono (2002: 7) bahwa proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Menurut Djamarah (2008: 13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang dengan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan berkat latihan dan pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannyan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. B. Aktivitas Belajar Anak yang belajar selalu melakukan aktivitas. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Reber (Syah, 2003: 109) mengemukakan bahwa aktivitas adalah proses yang berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengan beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Menurut Kunandar (2010: 277), aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivi Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran akan berdampak baik pada hasil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab

kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak Aktivitas yang dilakukan siswa tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas hasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat dan aktifdengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan dengan pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak- Dalam belajar siswa dituntut untuk melakukan aktivitas, karena tanpa aktivitas berarti tidak ada belajar. Jenis-jenis aktivitas belajar menurut Paul D. Dierich dalam Hamalik (2008:173) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok sebagai berikut: 1. Visual Activities (kegiatan visual), misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaaan orang lain. 2. Oral Activities (kegiatan lisan), misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi. 3. Listening Activities (kegiatan mendengarkan), misalnya mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music dan pidato. 4. Writing Activities (kegiatan menulis), misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5. Drawing Activities (kegiatan menggambar), yaitu menggambar, membuat grafik, peta dan diagram. 6. Motor Activities (kegiatan metrik), misalnya melakukan kegiatan, membuat konsturksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berernak. 7. Mental Activities (kegiatan mental), missal menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional Activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup. Aktivitas-aktivitas tersebut mencerminkan proses berpikir siswa dan usaha siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Dari uraian-uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan hasil belajar siswa, karena di dalam kegiatan pembelajaran tanpa adanya suatu keaktifan siswa, maka belajar tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Siswa yang aktif dalam belajar akan mendapatkan prestasi yang baik dibandingkan dengan siswa yang kurang aktif dalam belajar. C. Hasil Belajar Belajar merupakan proses mengadakan perubahan, salah satunya perubahan pengetahuan. Ada tidaknya pengetahuan dalam diri siswa dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Melalui hasil belajar juga dapat diketahui tingkat keberhasilan pembelajaran berdasarkan Taksonomi Bloom (dalam Sudjana, 2010:22) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap, dan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemapuan bertindak. Hasil belajar dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang diberikan kepada anak. Ini berarti bahwa guru perlu menyusun rancangan dan pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan anak bebas untuk melakkukan eksplorasi terhadap lingkungannya. Menurut Kunandar (2010:277) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Selain itu, menurut Dimyati dan Mujiono (2002:3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari proses belajar mengajar tersebut. Harahap (1985:25), mengemukakan hasil belajar adalah hasil akhir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar. Pembelajaran dikatakan berhasil jika pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya. Jika pengetahuan siswa tidak bertambah perlu diadakan evaluasi sehingga pembelajaran selanjutnya dapat berhasil. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuam yang diperoleh siswa melalui kegiatan pembelajaran berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan diiringi pengevaluasian guna mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam belajar. D. Pendekatan CTL Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai angota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alami dalam bentuk

kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi lebih dipentingkan daripada hasil belajar. Menurut Howey R, Keneth, (2001) dalam Rusman (2010: 190), mendefinisikan CTL sebagai berikut, CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kontekstual Contextual teaching and learning (CTL) adalah merupakan suatu konsep belajar di mana guru mengahdirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari kontek yang terbatas, sedikitdemi sedikit, dan dari proses mengkontruksikan sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Model penerapan pembelajaran berbasis CTL ini memiliki tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan ( Modeling), refleksi ( Reflection), dan penilaian sebenarnya ( Auhentic Assessment), (Rusman, 2010 : 193-197). Sebuah kelas dikatakan menggunakan

pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajaranya. Pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru. Bagi siswa, bertanya menunjukan adanya perhatian terhadap materi yang dipelajari dan upaya menemukan jawaban dari hal yang tidak diketahui. Bagi guru, bertanya adalah untuk mengukur pengetahuan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Aktivitas bartanya juga dapat ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan memahami dan lain- lain. Dalam kelas dengan menggunakan pendekatan CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok- kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok- kelompok yang anggotanya heterogen. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Menurut Nurhadi (2002) dalam Muslich (2008: 42) dalam mendeskripsikan karateristik pembelajaran kontektual dengan cara menderetkan sepuluh kata kunci, yaitu Kerja sama, saling menunjang, menyenangkan dan tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis, guru kreatif. Untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas dengan kerjasama. Selain kerjasama, siswa juga dapat menggunakan berbagai sumber belajar. Setelah siswa bersemangat hendaknya harus didukung oleh guru yang baik. Para siswa tersebut memerlukan tenaga pengajar yang profesional, kreatif dan inovatif

sebagai pengarah dan pembimbing mereka agar siswa menjadi semangat dalam belajar. CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah pembelajaran CTL (Sagala, 2008: 92) adalah sebagai berikut mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua pokok bahasan, mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya, menciptakan masyarakat belajar, menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, melakukan refleksi diakhir pertemuan, melakukan penilaian yang sebenarnya. Dengan menerapkan konsep pendekatan CTL dalam proses pembelajaran di kelas, diharapkan hasil pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa, strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil, dimana siswa belajar mengkontruksikan sendiri. Karena diasumsikan dengan strategi dan pendekatan yang baik, maka akan diperoleh hasil yang baik pula. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Para siswa menyadari bahwa yang mereka pelajari akan berguna dan sebagai bekal hidupnya kemudian hari. E. Kerangka Berpikir

Pembelajaran dengan pendekatan CTL merupakan pembelajaran yang mengaitkan hubungan antara pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari. Pada pembelajaran dengan pendekatan CTL siswa perlu dibiasakan untuk mengkontruksi pengetahuan itu dan kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata. Jadi inti dari teori konstruktivisme ini adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke dalam pengetahuannya melalui keterlibatan secara aktif dalam proses pembelajaran. Penerapan di kelas, misalnya siswa mengutarakan pengertian sudut dengan pengertian siswa sendiri. Setelah mengutarakan pengertian sudut lalu menggambar sudut dipapan tulis. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan siswa menemukan dan menetapkan idenya sendiri, dan menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan antara siswa dengan guru, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan orang lain. Sehingga bertanya dapat mengembangkan sifat ingin tahu siswa. Aktivitas bertanya siswa menunjukan adanya perhatian siswa terhadap materi yang dipelajari dan upaya menemukan jawaban dari hal yang tidak diketahui. Demikian guru dapat mengukur pengetahuan siswa sebelum dan setelah pembelajaran. Dengan cara menemukan (Inquiry) siswa dapat memeperoleh pengetahuan dan keterampilan sendiri bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta. Dalam pembelajran CTL guru menciptakan masyarakat belajar (learning community) agar aktivitas siswa diperoleh dari kerjasama antar siswa tidak hanya diperoleh dari komunikasi dengan guru saja. Aktivitas antar siswa berupa kegiatan

kelompok berdiskusi aktivitas siswa dalam pembelajaran pada masyarakat belajar tampak pada kerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok dan penyajian hasil diskusi di depan kelas dan menanggapi hasil diskusi kelompok lain, sehingga membuat komunikasi dua arah dan belajar siswa lebih efektif. Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru dan dilihat. Model dalam hal ini dapat berupa apa saja yang bisa diikuti oleh siswa, contohnya cara memnngunakan jangka. Dengan begitu siswa akan mengetahui bagaimana cara menngunakan jangka. Secara sederhana, kegiatan itu disebut pemodelan. Dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satusatunya model dalam pembelajaran. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, seorang siswa dapat ditunjuk untuk memeberikan contoh bagi temanya yang lain. Siswa contoh tersebut dapat dikatakan sebagai model, siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yang harus dicapai. Refleksi (Reflection) merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Pada setiap akhir pembelajaran guru menyisakan waktu untuk memberi kesempatan bagi siswa melakukan refleksi. Refleksi dapat berupa pernyataan langsung siswa terhadap apa yang diperoleh setelah kegiatan pembelajaran, catatan, kesan dan saran, diskusi atau pertanyaan dari siswa, hasil karya. Selanjutnya diadakan assesment dengan diadakan assesment maka mngetahui gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang pembelajaran, jadi assesment tidak hanya dilakukan pada akhir periode seperti semester dan ujian nasional. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada

perolehan sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena assesment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Dengan melaksanakan proses belajar yang tepat, diharapkan siswa akan memiliki kemampuan dalam hal penguasaan materi, meningkatkan hasil belajar, sehingga siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang telah diharapkan oleh guru. Dengan demikian diharapkan dengan pembelajaran melalui pendekatan CTL siswa menjadi lebih menguasai materi dan akhirnya hasil belajar siswa akan meningkat. F. Hipotesis Pendekatan CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV SD N 1 Sukadana Ilir Lampung Timur semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013.