BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-Undang Negara. kewajiban perpajakannya (John Hutagaol, 2007:275).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber utama penerimaan yang potensial untuk negara dalam. membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara materiil maupun spiritual (Waluyo dan Wirawan : 2001). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. peranan minyak dan gas bumi terhadap penerimaan negara (Munari,2005:120).

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. internal adalah pajak, sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan biaya yang tak sedikit jumlahnya. Usaha yang dilakukan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam upaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang ada di Asia Tenggara.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan komponen penting dalam perekonomian Indonesia. Pajak. penerimaan negara terbesar adalah pajak.

2015 PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. negara dapat juga digunakan untuk kepentingan umum lainnya seperti subsidi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. satu penopang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan target awal APBN-P 2015 sebesar Rp 1.379,9 triliun, angka tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia yang dapat mendukung kegiatan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, dan penerimaan hibah. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut P.J.A. Andriani dalam Ikatan Akuntan Indonesia, pajak adalah:

BAB I PENDAHULUAN. mengatur sumber penerimaan dan pengeluaran negara. Rencana keuangan

Meningkatkan Tax Ratio Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

REALISASI PENDAPATAN NEGARA SEMESTER I 2012

BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN. penting untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur maupun meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber migas dan non migas. Optimalisasi penerimaan pajak dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2009 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tercapainya pembangunan nasional yang telah dicita-citakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Tahun WP Terdaftar WP yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan di Indonesia berubah yang awalnya official assessment system menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya. kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Belanja Negara (APBN), sumber pembiayaannya berasal dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. kesenjangan antara sisi pengeluaran dan sisi penerimaan negara. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara

BAB I PENDAHULUAN. (rakyat) agar berbuat, atau bersikap sesuai dengan kehendak Negara, agar mematuhi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan agar tercapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar (Muliari, 2011). Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang penerimaan dalam negeri adalah untuk menggali, mendorong, dan mengembangkan sumbersumber penerimaan dari dalam negeri agar jumlahnya meningkat sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Pertumbuhan populasi dunia usaha di Indonesia yang pesat merupakan indikator peningkatan potensipenerimaan pemerintah dari sektor pajak meskipun belum mencerminkan kondisi yang diinginkan, karena itu kebijaksanaan sektor perpajakan diarahkan untuk mendorong perekonomian (Euphrasia Susy Suhendra, 2010) Menurut Sri Rustianingsih (2011) penerimaan pajak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi suatu negara karena pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai kemampuan secara financial untuk membayar pajak. Penerimaan pajak merupakan sumber pendapatan yang utama dalam APBN. Selama lima tahun terakhir, penerimaan pajak rata-rata senilai 80 persen 1

2 dari total pendapatan negara. Hal ini menunjukan bahwa peranan pajak dalam membiayai APBN semakin besar. Peran pajak tersebut akan semakin besar di masa yang akan datang, karena pemerintah ingin mengurangi jumlah utang untuk mendanai APBN. Karena peranan pajak semakin penting, maka penerimaan pajak membutuhkan sistem pengelolaan yang lebih baik sehingga penerimaan pajak semakin optimal sesuai dengan kondisi ekonomi dan kemampuan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan peningkatan target penerimaan pajak yang tepat dan optimal dengan menerapkan kepatuhan pajak pada masyarakat. Pendapatan negara pada periode 2008 2012 terus mengalami peningkatan. Dalam periode tersebut, secara nominal pendapatan negara meningkat rata-rata sebesar 8,1% per tahun, dari Rp981,6 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp1.338,1 triliun pada tahun 2012. Pendapatan negara terdiri atas pendapatan dalam negeri yang tumbuh 8,0% per tahun dan memberikan kontribusi rata-rata 99,7%, serta penerimaan hibah yang tumbuh 25,9% dengan kontribusi rata-rata 0,3%. Dalam APBNP 2013, pendapatan negara ditargetkan mencapai Rp1.502,0 triliun, meningkat 12,2% dari realisasinya dalam tahun 2012. Jumlah tersebut terdiri atas pendapatan dalam negeri sebesar Rp1.497,5 triliun dan penerimaan hibah sebesar Rp4,5 triliun. Perkembangan pendapatan negara tahun 2008 2013 disajikan dalam Tabel 1.1.

3 TABEL 1.1 PERKEMBANGAN PENDAPATAN NEGARA, 2008-2013*) (triliun rupiah) Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 APBN P 2013 I PENDAPATAN DALAMNEGERI 1. Penerimaan Perpajakan a. Pendapatan Pajak DalamNegeri 1) Pendapatan Pajak Penghasilan a)pendapatan PPh Migas b)pendapatan PPh Nonmigas 2) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai & Pajak Penjualan atas Bawang Goreng 3)Pendapatan Pajak Bumi danbangunan 4)Pendapatan BPHTB 5)Pendapatan Cukai 6)Pendapatan Pajak Lainnya b.pendapatan Pajak Perdagangan Internasional 1)Pendapatan Bea Masuk 2)Pendapatan Bea Keluar 2.Penerimaan Negara Bukan Pajak a.penerimaan Sumber Daya Alam 1)Pendapatan SDA Migas a)pendapatan Minyak Bumi b)pendapatan Gas Bumi 2)Pendapatan SDA Nonmigas a)pendapatan Pertambangan Umum**) b)pendapatan Kehutanan c)pendapatan Perikanan d)pendapatan Panas Bumi b.pendapatan Bagian Laba BUMN c.pnbp Lainnya d.pendapatan BLU IIPENERIMAAN HIBAH 979,3 658,7 622,4 327,5 77.0 250,5 209,6 25,4 5,6 51,3 3,0 36,3 22,8 13,6 320,6 224,5 211,6 169,0 42,6 12,8 9,5 2,3 0,1 0,9 29,1 63,3 3,7 2,3 847,1 619,9 601,3 317,6 50,0 267,6 193,1 24,3 6,5 56,7 3,1 18,7 18,1 0,6 227,2 139,0 125,8 90,1 35,7 13,2 10,4 2,3 0,1 0,4 26,0 53,8 8,4 1,7 992,2 723,3 694,4 357,0 68,9 298,2 230,6 28,6 8,0 66,2 4,0 28,9 20,0 8,9 268,9 168,8 152,7 111,8 40,9 16,1 12,6 3,0 0,1 0,3 30,1 59,4 10,6 3,0 1.205,3 723,3 819,8 431,1 73,1 358,0 277,8 29,9-77,0 3,9 54,1 25,3 28,9 331,5 213,8 193,5 141,3 52,2 20,3 16,4 3,2 0,2 0,6 28,2 69,4 20,1 5,3 1.332,3 980,5 930,9 465,1 83,5 381,6 337,6 29,0-95,0 4,2 49,7 28,4 21,2 351,8 225,8 205,8 144,7 61,1 20,0 15,9 3,2 0,2 0,7 30,8 73,5 21,7 5,8 1.497,5 1.148,4 1.099,9 538,8 74,3 464,5 423,7 27,3-104,7 5,4 48,4 30,8 17,6 349,2 203,7 180,6 129,3 51,3 23,1 18,1 4,3 0,3 0,5 36,5 85,5 23,5 4,5 Jumlah 981,6 848,8 995,3 1.210,6 1.336,1 1.502,0 *) Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan **) Sejak tahun 2013 menjadi pendapatan pertambangan mineral dan batu bara Sumber : Kementerian Keuangan Dalam periode 2008 2012, realisasi penerimaan perpajakan mengalami peningkatan secara signifikan, dari Rp658,7 triliun (2008) menjadi Rp980,5 triliun (2012). Sejalan dengan makin meningkatnya penerimaan perpajakan, kontribusi penerimaan perpajakan terhadap pendapatan negara juga meningkat, dari 67,3%

4 (2008) menjadi 73,6% (2012). Pendapatan pajak dalam negeri dalam periode tersebut meningkat rata-rata sebesar 10,6% per tahun,sedangkan pendapatan pajak perdagangan internasional meningkat rata-rata sebesar 8,1% per tahun. Dilihat dari kontribusinya, pendapatan pajak dalam negeri dan pendapatan pajak perdagangan internasional memberikan kontribusi rata-rata masing-masing sebesar 95,2% dan 4,8%. Pendapatan pajak dalam negeri dalam periode 2008 2010 terdiri atas pendapatan pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah (PPN dan PPnBM), pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), cukai, dan pajak lainnya. Sejak tahun 2011, pendapatan BPHTB sudah bukan merupakan bagian dari pendapatan pajak dalam negeri karena telah dialihkan sebagai pendapatan pajak daerah. Pendapatan pajak dalam negeri dalam periode 2008 2012 terutama berasal dari pendapatan PPh (migas dan nonmigas) dengan kontribusi rata-rata sebesar 51,9%, serta pendapatan PPN dan PPnBM dengan kontribusi rata-rata sebesar 33,8%. Sementara itu, pendapatan pajak perdagangan internasional dalam periode 2008 2010 terutama berasal dari pendapatan bea masuk, sedangkan pendapatan bea keluar masih rendah. Namun, sejak tahun 2011 pendapatan bea keluar meningkat secara signifikan sehingga hampir sama dengan pendapatan bea masuk, sebagai akibat dari kenaikan harga CPO serta kebijakan Pemerintah dalam rangka penghiliran CPO yang menyebabkan pengenaan tarif bea keluar CPO makin tinggi dan progresif. Bisa dijelaskan dengan tabel berikut:

5 Penerimaan perpajakan dalam APBNP 2013 ditargetkan mencapai Rp1.148,4 triliun, naik 17,1% dari realisasinya dalam tahun 2012. Beberapa faktor yang mendukung peningkatan tersebut antara lain adalah terjaganya pertumbuhan ekonomi, terjaganya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, dan pelaksanaan kebijakan kenaikan tarif cukai tembakau rata-rata sebesar 8,5%. Perkembangan penerimaan perpajakan dalam tahun 2008 2013 disajikan Dalam grafik1.1. Grafik 1.1 Perkembangan Penerimaan Perpajakan, 2008-2013 Kepatuhan pajak mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat di definisikan sebagai suatu keadaan di mana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakan. Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia baik bagi negara maju

6 maupun di negara berkembang, karena jika wajib pajak tidak patuh akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindak penghindaran, pengelakan, penyelundupan, dan pelalaian pajak, yang ada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang, kesadaran teknis dan kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan tidak hanya tergantung kepada masalah-masalah teknis saja yang menyangkut metode pemungutan, tarif pajak, teknis pemeriksaan, penyidikan, penerapan saknsi sebagai perwujudan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dan pelayanan kepada wajib pajak selaku pemberi dana bagi negara dalam hal pembayar pajak, disamping itu tergantung kemauan wajib pajak juga, sampai sejauh mana wajib pajak tersebut akan mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:141). Berdasarkan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak jumlah wajib pajak secara nasional adalah sebagai berikut: Tabel 1.2 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Jumlah Wajib Pajak 2009 2010 2011 2012 2013 WP Badan 1,608,337 1,760,108 1,929,507 2,136,014 2,218,573 WP Orang Pribadi WP Bendahara 13,861,253 16,880,649 19,881,684 22,131,323 23,082,822 441,986 471,833 507,882 545,232 555,995 Total 15,911,576 19,112,590 22,319,073 24,812,569 25,857,390 Sumber: DJP, 2013

7 Menurut Agus D Martowardojo dikutip dari (www.vivanews.com) diakses 14 februari 2013, bila dibandingkan potensi pajak dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 240 juta orang, kekayaan alam yang berlimpah, jumlah badan usaha yang lebih dari 20 juta, Indonesia bisa terus meningkatkan penerimaan negara dari pajak. Namun perlu dilakukan kerja keras dan cerdas serta langkah-langkah terobosan dibidang ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajak serta perbaikan secara fundamental dalam pelayanan kepada Wajib Pajak dan administrasi perpajakan. Fakta menunjukkan, lanjut Agus D Martowardojo, tingkat kepatuhan masyarakat Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya masih sangat rendah. Untuk WP Badan pembayaran pajak yang dilaporkan melalui penyerahan SPT hanya berjumlah 8,5 juta, padahal jumlah orang yang aktif bekerja di Indonesia berjumlah 110 juta (data BPS). Artinya, rasio SPT terhadap kelompok pekerja aktif hanya mencapai 7,73%; dengan kata lain tingkat kepatuhan WP Badan masih sangat rendah. Menurut APBN sumber pendapatan pemerintah terbanyak didapat dari sektor perpajakan, meskipun masih banyak sektor lain seperti minyak dan gas bumi, serta bantuan luar negeri yang merupakan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Hal tersebut dapat dilihat dari makin tingginya target penerimaan negara 3 yang berasal dari pajak, dan untuk tahun 2010 target penerimaan pajak adalah sebesar Rp. 729,2 triliun yang kurang lebih merupakan 70% dari penerimaan APBN tahun 2010 akan tetapi dalam kenyataannya pembayaran pajak masih banyak terdapat kelalaian, bahkan mangkir dalam melaksanakan pembayaran dan

8 pelaporan pajak terutang oleh wajib pajak tertentu. Pajak terutang yang lalai dilunasi oleh Wajib pajak akan terakumulasi menjadi tunggakan pajak yang berpotensi mengurangi penerimaan pajak secara tidak langsung. Adapun fenomena yang menyangkut tingkat kepatuhan wajib pajak menurut Fuad Rahmany yang dikutip dari (www.liputan6.com) 40 juta orang yang belum membayar pajak disebut koruptor pada hari rabu, 23 September 2013 mengatakan bahwa : Ada sekitar 40 juta individu dan 5 juta badan usaha belum membayar pajak. Sedangkan WP badan usaha yang sudah menyetorkan pajak sebanyak 520 ribu dari 20 juta perusahaan di tanah air. Lalu fuad menambahkan padahal jika sebanyak 5 juta badan usaha dan 40 juta WP tersebut menyetor pajak, maka penerimaan pajak di Indonesia akan sangat besar, bahkan mencapai dua kali lipatnya. Berdasarkan latar belakang yang telahdiuraian diatas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (Survey pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Bandung). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perlu adanya ruang lingkup untuk mempermudah penjelasan. Dalam penelitian ini penulis membuat ruang lingkup atau merumuskan masalah sebagai berikut:

9 1. Bagaimana tingkat kepatuhan wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Bandung. 2. Bagaimana tingkat penerimaan pajak penghasilan badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Bandung. 3. Seberapa besar pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap tingkat penerimaan pajak penghasilan badan yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Bandung. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kepatuhan wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat penerimaan pajak penghasilan badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap tingkat penerimaan pajak penghasilan badan yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Bandung.

10 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Adapun kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran guna mendukung pengembangan teori yang sudah ada dan dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan yang berkembang dengan disiplin ilmu ekonomi akuntansi dan perpajakan, khususnya mengenai kepatuhan wajib pajak badan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan. 1.4.2 Kegunaan Praktis Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain: a. Bagi penulis Menambah wawasan untuk mengatahui bagaimana tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan pada Kantor Pelayanan Pajak. Juga sebagi salah satu syarat dalam memenuhi ujian sidang sarjana ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. b. Bagi Instansi Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan yang dapat digunakan untuk bahan pertimbangan terutama dalam masalah yang menyangkut Kepatuhan Wajib Pajak badan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan.

11 c. Bagi pihak lain Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang terkait dengan topik sejenis serta dapat digunakan dalam penelitia n selanjutnya. 1.5 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis berencana melaksanakan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung, yaitu: 1. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonegara, Jl. Asia Afrika No. 114 2. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees, Jl. Ibrahim Adjie (d/h Kiaracondong) No 372 3. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying, Jl. Purnawarman No. 21 4. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas, Jl. SoekarnoHatta No. 781 5. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tegalega, Jl. SoekarnoHatta No. 216