JURNAL FISIKA Himpunan Fisika Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL FISIKA Himpunan Fisika Indonesia

ANALISIS FAKTOR PUNCAK DAYA TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 SI 2 -AL. Jati Susilo, Endiah Pudjihastuti Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir

Analisis Neutronik Teras RSG-Gas Berbahan Bakar Silisida

ANALISIS POLA MANAJEMEN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

ANALISIS KOEFFISIEN REAKTIVITAS TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 4,8gU/cc DENGAN KAWAT KADMIUM MENGGUNAKAN SRAC ABSTRAK

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *)

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

ANALISIS PENGARUH FRAKSI BAKAR TERHADAP FLUX NEUTRON PADA DESAIN TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

PERHITUNGAN NEUTRONIK DESAIN TERAS SETIMBANG UNTUK MENDUKUNG TERBENTUKNYA TERAS REAKTOR RISET INOVATIF

ANALISIS KOMPOSISI BAHAN DAN SIFAT TERMAL PADUAN AlMgSi-1 TANPA BORON HASIL SINTESIS UNTUK KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

DESAIN KONSEPTUAL TERAS REAKTOR RISET INOVATIF BERBAHAN BAKAR URANIUM-MOLIBDENUM DARI ASPEK NEUTRONIK

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

diajukan oleh : VERY RICHARDINA J2D005202

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

EFEK PENGGUNAAN ELEMEN BAKAR SILISIDA KE- RAPATAN 4,8 gu/cc TERHADAP SIFAT KINETIKA REAKTOR RSG-GAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH DENSITAS PAD A KOEFISIEN REAKTIVIT AS TEMPERA TUR BAHAN BAKAR

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN

MENENTUKAN KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR BAHAN BAKAR SILISIDA

MENENTUKAN KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR BAHAN BAKAR SILISIDA

PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al

KARAKTERISTIKA TERAS RSG-GAS DENGAN BAKAR BAKAR SILISIDA. Purwadi Pusat Reaktor Serba Guna - BATAN

Diterima editor 10 Agustus 2010 Disetujui untuk dipublikasi 28 September 2010

PENENTUAN FAKTOR KOREKSI DOSIS RADIASI ELEMEN BAKAR BEKAS RSG-GAS Ardani *)

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O)

Diterima editor 11 November 2013 Disetujui untuk publikasi 10 Januari 2014

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

PENGARUH DENSITAS URANIUM TERHADAP UMUR DAN BURN UP BAHAN BAKAR NUKLIR DI DALAM REAKTOR RSG-GAS DITINJAU DARI ASPEK NEUTRONIK

ANALISIS PERHITUNGAN KOEFISIEN KEHITAMAN PADA PERANGKAT KRITIS HITACHI TRAINING REACTOR MENGGUNAKAN BATAN-2DIFF 1

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGARUH POROSITAS MEAT BAHAN BAKAR TER- HADAP KAPASITAS PANAS PELAT ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA

Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium. Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

STUDI PENGEMBANGAN DESAIN TERAS REAKTOR NUKLIR RISET 2 MWTH DENGAN ELEMEN BAKAR PLAT DI INDONESIA

ANALISIS REAKTIVITAS BATANG KENDALI TERAS SETIMBANG SILISIDA RSG-GAS DENGAN SRAC-

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI

ANALISIS JUMLAH PRODUK MOLYBDENUM-99 ( 99 Mo) SEBAGAI FUNGSI WAKTU BURN-UP PADA NILAI KRITIKALITAS OPTIMUM PADA AQUEOUS HOMOGENEOUS REACTOR (AHR)

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

PENGARUH POSISI DAN LINEARITAS DETEKTOR START-UP DALAM PENGUKURAN FRAKSI BAKAR RSG-GAS PADA KONDISI SUBKRITIS. Purwadi

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. KATA PENGANTAR...

STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR. Abdul Waris 1* dan Budiono 2

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan, yaitu mulai dari bulan Februari

ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Mohammad Taufik *

ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI SUHU PEN- DINGIN PRIMER PADA DAERAH RING B, C, D, E DAN F TERAS KARTINI UNTUK DAYA 250 KW.

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MAKSIMALISASI FLUKS NETRON CEPAT PADA POSISI IRRADIASI PUSAT (CIP) REAKTOR G.A. SIWABESSY

Bab 2 Interaksi Neutron

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK SIMULATOR REAKTOR NUKLIR

PEMBUATAN PELAT ELEMEN BAKAR MINI U-7Mo/Al

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VERIFIKASI DISTRIBUSI FAKTOR PUNCAK DAYA RADIAL TERAS 60 BOC REAKTOR RSG-GAS

ANALISIS NILAI KOEFISIEN REAKTIVITAS SUHU BAHAN BAKAR DAN MODERATOR PADA HTR-10

IDENTIFIKASI SENYAWA YANG TERBENTUK AKIBAT REAKSI TERMOKIMIA PADA INGOT BAHAN BAKAR

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa radiasi berbahaya karena dapat mengionisasi bahan yang dilaluinya,

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK SIMULATOR REAKTOR NUKLIR

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

ANALISIS PENGARUH DENSITAS BAHAN BAKAR TERDAHAP FLUKS NEUTRON PADA TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

ANALISIS KANDVNGAN PENGOTOR DALAM PELET VOz SINTER

PENGARUH GARPU PENYERAP UJI TERHADAP REAKTIVITAS TERAS DAN KALIBRASI DAYA RSG-GAS

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

REAKSI TERMOKIMIA PADUAN AlFeNi DENGAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

Transkripsi:

Volume A6 No. 0205 ISSN 0854-3046 Reprint dari JURNAL FISIKA Himpunan Fisika Indonesia Analisis Pengaruh Lebar Kanal Pendingin Terhadap Muatan Bahan Bakar Teras RSG-GAS Tukiran Surbakti, J. Fis. HFI A6 (2005) 0205 Diterima editor: 5 Februari 2005; Disetujui untuk publikasi: 26 Maret 2005 Φ H F I Diterbitkan oleh Himpunan Fisika Indonesia http://hfi.fisika.net

Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia Jurnal yang mencakup Fisika Terapan (Vol. A), Fisika Pendidikan (Vol. B), dan Fisika Teoritik (Vol. C) URL : http://jf.hfi.fisika.net Editor Laksana Tri Handoko (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Mitra Djamal (Institut Teknologi Bandung) Terry Mart (Universitas Indonesia) Editor Kehormatan Muhamad Barmawi (Institut Teknologi Bandung) Tjia May On (Institut Teknologi Bandung) Pramudita Anggraita (Badan Tenaga Atom Nasional Yogyakarta) Muslim (Universitas Gajah Mada) Makalah Makalah yang dapat dipublikasikan dalam jurnal ini adalah karya ilmiah orisinal dan termasuk ke dalam kriteria di atas (fisika terapan, fisika pendidikan, dan fisika teoritik). Lima bentuk makalah yang diterima editor adalah: 1. Letter : makalah singkat untuk hasil penelitian spektakuler yang belum sepenuhnya rampung, namun membutuhkan komunikasi dengan dunia ilmiah secara cepat (maks. 4 hlm). Laporan lengkap dari hasil penelitian tersebut dapat dipublikasikan sebagai artikel reguler setelah Letter terbit. 2. Regular : makalah yang merupakan laporan lengkap dari hasil sebuah penelitian. 3. Comment : Makalah yang mengajukan kritik terhadap makalah (reguler) yang telah dipublikasikan di jurnal ini (maks. 4 hlm). 4. Review : makalah yang mereview satu topik fisika tertentu secara komprehensif. Makalah jenis ini hanya dapat dipublikasikan atas undangan editor jurnal. 5. Prosiding : prosiding simposium-simposium yang diadakan oleh Himpunan Fisika Indonesia diterbitkan sebagai bagian yang utuh dari jurnal ini. Pengiriman Makalah Makalah dapat dikirimkan ke redaksi Jurnal Fisika dalam bentuk : 1. L A TEX: bentuk ini sangat dianjurkan karena dapat mempermudah dan mempercepat proses publikasi. File L A TEX serta gambar yang menyertai makalah dapat dikirimkan melalui sarana pengiriman online di situs di atas. 2. MS-Word : file makalah dalam MS-Word dapat dikirimkan melalui sarana pengiriman online di situs di atas. Biaya publikasi serta informasi lebih lengkap dapat dilihat di situs jurnal di atas. Seluruh proses komunikasi sesudahnya dilakukan melalui situs. Penjurian Setiap makalah yang masuk akan diperiksa oleh seorang juri (referee) yang ditunjuk oleh editor. Hanya makalah yang telah disetujui oleh juri dapat diterbitkan di jurnal ini. Penulis yang makalahnya ditolak oleh seorang juri berhak meminta editor untuk mencarikan editor lain, jika penulis tersebut dapat berargumentasi bahwa juri pertama tidak obyektif dalam menilai makalahnya. Keputusan editor atas suatu makalah tidak dapat diganggu-gugat. Editor berhak menolak makalah yang jelas-jelas tidak memenuhi kriteria ilmiah. Reprint Reprint versi elektronik lengkap dengan sampul depan dapat didownload secara cuma-cuma dari situs jurnal. Reprint versi cetak dapat juga dipesan pada redaksi jurnal. Informasi tentang biaya cetak serta biaya pengiriman reprint dapat dilihat pada situs jurnal. Himpunan Fisika Indonesia Ketua : Masno Ginting Wakil Ketua : Pramudita Anggraita Sekretaris : Edi Tri Astuti, Maria Margaretha Suliyanti Bendahara : Diah Intani Alamat Sekretariat : Dynaplast Tower 1 st Floor, Boulevard MH Thamrin #1, LIPPO Karawaci 1100 Tangerang 15811, Banten, Indonesia URL : http://hfi.fisika.net E-mail : info@hfi.fisika.net c 2005 Himpunan Fisika Indonesia ISSN 0854-3046

Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia Volume A6 (2005) 0205 Regular Analisis Pengaruh Lebar Kanal Pendingin Terhadap Muatan Bahan Bakar Teras RSG-GAS Tukiran Surbakti Bidang Pengembangan Teknologi Reaktor, Pusat Pengembangan Teknologi Reaktor Riset Batan, Kompleks Puspiptek Serpong, tangerang 15310, Indonesia Intisari : Reaktor RSG-GAS dengan bahan bakar uranium silisida tipe pelat dan muatan 250 g U direncanakan mengganti bahan bakarnya menjadi silisida 300 g U bahkan 400 g U. Karena bahan bakar silisida mempunyai keuntungan yang besar jika muatannya bertambah besar dengan volum yang sama. Karena penggunaan bahan bakar silisida dengan muatan yang meningkat di teras RSG-GAS maka dirasa perlu untuk mengetahui pengaruh lebar kanal pendingin terhadap muatan bahan bakar teras RSG-GAS. Untuk mengetahui pengaruhnya dilakukan perhitungan sel dan teras dengan menggunakan paket program WIMSD/4 dan BATAN-2DIFF. Program WIMSD/4 digunakan untuk generasi tampang lintang material teras dan program BATAN-2DIFF digunakan untuk perhitungan teras. Model yang digunakan dalam perhitungan ini ada 3 jenis muatan bahan bakar yaitu 250 g U, 300 g U dan 400 gu. Lebar kanal pendingin disimulasi dari 1,75 mm hingga 2,55 mm. Kemudian dari ke ketiga muatan bahan bakar tersebut dianalisis pengaruh lebar kanal pendingin yang mana yang memberikan nilai faktor multiplikasi terbesar (terbaik). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa lebar kanal yang memberikan hasil maksimum adalah 2,55 mm. Kata kunci : teras reactor, kanal pendingin, silisida E-mail : tukiran@batan.go.id Diterima editor: 5 Februari 2005; Disetujui untuk publikasi: 26 Maret 2005 1 PENDAHULUAN Reaktor Serba Guna G.A. Siwabesy menggunakan bahan bakar Silisida (U3Si2) dengan kerapatan Uranium 2,96 g U.cm 3. Saat ini kerapatan Uranium maksimum bahan bakar silisida yang digunakan di teras reaktor riset adalah sebesar 5,2 g.u cm 3 [1]. Penggunaan kerapatan bahan bakar sebesar ini menghasilkan kemampuan utilasi reaktor, yaitu panjang siklus operasi teras, sebesar 975 MWD. Dibandingkan dengan bahan bakar oksida (U3O8), yang digunakan sebelumnya, bahan bakar silisida memiliki beberapa keunggulan yaitu tingkat fraksi bakar dan kerapatan uranium yang lebih tinggi. Sedangkan untuk bahan bakar oksida kerapatan Uranium maksimum hanya 2,96 g.cm 3. RSG-GAS direncanakan menggunakan bahan bakar silisida yang muatannya lebih tinggi dari 250 gu yang digunakan sekarang. Sehingga dirasa perlu untuk mengkaji parameter teras reaktor terhadap muatan uranium di dalam bahan bakar yang mungkin digunakan yaitu 300gU dan 400 gu. Salah satu parameter teras yang paling perlu dikaji adalah nilai faktor multiplikasi efektif teras. Nilai tersebut disimulasi dengan memvariasi lebar kanal pendingin bahan bakar. Untuk menghitung nilai konstanta multiplikasi teras maka dilakukan perhitungan konstanta kelompok yang menggolongkan tampang lintang serapan, hamburan, penghilangan, dan fisi, dan juga penentuan koefisien difusi untuk setiap bagian teras reaktor. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan program WIMSD/4 yang membutuhkan variasi masukan data. Data yang diperlukan adalah suhu moderator dan bahan bakar, kerapatan moderator, komposisi bahan bakar. Kemudian dilakukan perhitungan teras untuk memperoleh nilai k-eff dengan menggunakan program Batan-2DIFF. 2 CARA KERJA 2.1 Perhitungan Kerapatan Unsur Salah satu data masukan paket program WIMS-D/4 yang paling menentukan akurasi hasil perhitungan sel adalah kerapatan unsur-unsur penyusun bahan bakar. Tabel.1 3 menunjukkan kerapatan usur penyusun meat, kelongsong, moderator H 2 O dan daerah extra c 2005 Himpunan Fisika Indonesia 0205-1

T. Surbakti J. Fis. HFI A6 (2005) 0205 Tabel 1: Data kelongsong AlMg2. Unsur BA wt% Densitas (atom/cc) Mg 24,305 0,0205 1,36127E-03 Si 28,0855 0,003 1,72395E-04 Cu 63,546 0,0005 1,26989E-05 Mn 54,938 0,003 8,81320E-05 Fe 55,847 0,004 1,15597E-04 Cr 51,996 0,003 9,31187E-05 Zn 65,38 0 0,00000E+00 Ti 47,88 0 0,00000E+00 Al 26,98154 0,966 5,77824E-02 1 di- region. Kerapatan unsur penyusun meat di Tab. lakukan dengan cara sebagai berikut [2], 1. Menghitung volume meat (cm 3 ) dilakukan dengan mengalikan dimensi panjang, tebal dan tinggi (cm) daripada meat. 2. Menghitung massa U 235 per pelat adalah dengan cara berat U 235 per elemen bakar (gr) dibagi dengan total pelat (21 buah). 3. Menghitung massa U 238 (g) per pelat = 4. Massa Uranium per pelat (g) = massa U 235 + massa U 238 5. Massa Si (g) = total U BA rata rata 2 3 BA Si. 6. Massa U 3 Si 2 (g) = total massa Uranium + massa Si. 7. Volume U 3 Si 2 dalam meat (cm 3 ) = massa U 3 Si 2 /kerapatan U 3 Si 2. 8. Fraksi volume U 3 Si 2 dalam meat = volume U 3 Si 2 dalam meat / volume meat 9. Fraksi volume porositas = (0,072 fraksi volume U 3 Si 2 dalam meat) (0,275 fraksi volume U 3 Si 2 dalam meat 2) + (1,32 fraksi volume U 3 Si 2 dalam meat 3). 10. Fraksi volume Al dalam meat = 1 - (fraksi volume U 3 Si 2 + fraks 11. volume porositas) 12. Massa Al dalam meat = fraksi volume x volume meat x kerapatan Al 13. Massa U 3 Si 2 -Al = Massa U 3 Si 2 + massa Al 14. Kerapatan senyawa dalam meat = Massa senyawa / volume meat Tabel 2: Data unsur bahan bakar teras RSG-GAS. Konstanta Avogadro 0,602214 Kerapatan U 3Si 2 12,2 g/cm 3 BA U 235 235,0439 Kerapatan Al 2,7 g/cm 3 BA U 238 238,0508 Pengkayaan 0,1975 BA AL 26,98154 BA U 237,4569 BA SI 28,0855 BA O 15,9994 Meat (cm) panjang 6,275 tebal 0,054 tinggi 60 jumlah 21 15. Fraksi berat unsur dalam U 3 Si 2 -Al = massa unsur / massa U 3 Si 2 -Al 16. Kerapatan atom (atom/cm 3 ) = fraksi berat unsur dalam [U 3 Si 2 -Al kerapatan U 3 Si 2 -Al bilangan avogadro]/ba unsur. 2.2 Konstanta Kelompok Tenaga Data tampang lintang suatu material diperlukan dalam pemodelan reaktor nuklir dan perhitungan perisai (shielding). Tampang lintang diukur dengan percobaan untuk seluruh rentang tenaga neutron dalam reaktor. Pada suatu rentang tenaga tertentu, terdapat kemungkinan untuk tidak diperoleh data tampang lintang, atau sebaliknya terdapat lebih dari satu hasil pengukuran. Dalam analisis reaktor nuklir, penggunaan sedikit kelompok neutron saja sudah mencukupi untuk mendapatkan hasil yang akurat. Pemilihan jumlah kelompok tenaga neutron tergantung pada jenis reaktor dan kondisi operasinya. Perhitungan reaktor termal yang sangat kasar cukup dengan 2 kelompok saja. Sedangkan untuk reaktor dengan pendingin air ringan (LWR = Light Water Reactor), diperlukan 4 kelompok yang meliputi kelompok neutron tenaga cepat (neutron hasil pembelahan), kelompok neutron perlambatan (slowing down), kelompok neutron yang mengalami serapan resonansi, dan kelompok neutron bertenaga termal [3]. Data perhitungan konstanta kelompok seperti suhu moderator dan bahan bakar, kerapatan moderator, dan komposisi bahan bakar digunakan bersama dengan pustaka-pustaka dasar untuk tampang lintang mikroskopis yang dipakai menghitung spektrum neutron cepat dan termal. Spektrum ini dipakai untuk menghitung konstanta makroskopis dengan teknik 0205-2

Analisis Pengaruh Lebar Kanal Pendingin... J. Fis. HFI A6 (2005) 0205 Tabel 3: Data bahan bakar dengan muatan yang berbeda. Berat U 235 perelemen bakar (g) 250 300 400 Volume meat (cm 3 ) 20,331 20,331 20,331 Massa U 235 perpelat (g) 11,9047619 14,2857143 19,0476191 Massa U 238 perpelat (g) 48,3725136 58,0470163 77,3960217 Massa uranium per pelat (g) 60,2772755 72,3327306 96,4436408 Massa U 3Si 2 (g) 65,0301863 78,0362235 104,048298 Massa Si (g) 4,75291081 5,70349297 7,60465729 Volume U 3Si 2 dalam meat (cm 3 ) 5,33034314 6,39641176 8,52854902 Fraksi vol U 3Si 2 dalam meat 0,26217811 0,31461373 0,41948498 Fraksi vol porositas 0,02376234 0,03653836 0,07924865 Fraksi vol Al dalam meat 0,71405955 0,64884791 0,50126638 Massa Al dalam meat (g) 39,1973708 35,6176626 27,5163661 Massa U 3Si 2 Al (g) 104,227557 113,653886 131,564664 Kerapatan: (g/cm 3 ) Kerapatan U 3Si 2 Al dalam meat 5,12653372 5,59017688 6,47113591 Kerapatan uranium dalam meat 2,96479639 3,55775567 4,74367423 Kerapatan U 3Si 2 dalam meat 3,19857293 3,83828752 5,11771669 Fraksi Berat : U 235 dalam U 3Si 2 Al 0,11421895 0,1256949 0,14477762 U 238 dalam U 3Si 2 Al 0,46410484 0,51073499 0,58827362 Si dalam U 3Si 2 Al 0,04560129 0,050183 0,05780167 Al dalam U 3Si 2 Al 0,37607493 0,31338711 0,20914709 Kerapatan atom (meat, atom/cm 3 ): U 235 1,5003E-03 1,8003E-03 2,4004E-03 U 238 6,0189E-03 7,2227E-03 9,6303E-03 Si 5,0127E-03 6,0152E-03 8,0203E-03 Al 4,3031E-02 3,9101E-02 3,0208E-02 merata-ratakan sel (cell averaging) yang tepat. Konstanta kelompok serapan biasanya dimodifikasi dengan menambahkan suatu tampang lintang efektif yang mengelompokkan beberapa elemen kendali pada daerah yang sedang diperhitungkan [4]. 2.3 Perhitungan konstanta Kelompok Dalam penelitian ini, perhitungan k inf dilakukan menggunakan paket program WIMS-D/4 dengan langkah-langkah sebagai berikut, 1. Semua data-data dalam teras reaktor dimasukkan Tabel 4: Data teras RSG-GAS untuk daerah extra region. % vol cladding (AlMg 2) di extra region 0,186386 % vol side plate (AlMgSi 1) di extra region 0,509376 % vol air di extra region 0,304238 kedalam program. 2. Dilakukan perhitungan k inf untuk variasi lebar kanal pendingin dari 1,75 mm sampai dengan 2,55 mm (selisih tiap variasi adalah 10 mm) pada massa Uranium 250 g dengan menggunakan 4 kelompok tenaga. 3. Perhitungan dilakukan lagi untuk massa 300 g, dan 400 g. 4. Langkah 2 dan 3 di ulang kembali untuk 10 kelompok tenaga. 5. Selanjutnya dibuat g. 6. Gambar hubungan lebar kanal pendingin dengan k inf untuk tiap-tiap massa Uranium. 2.4 Perhitungan Teras Data konstanta kelompok teras untuk bahan bakar dengan muatan 250 gu, 300 gu dan 400 gu ditabulasikan terhadap variasi lebar kanal. Kemudian digu- 0205-3

T. Surbakti J. Fis. HFI A6 (2005) 0205 Tabel 5: Kerapatan atom penyusun extra region. AlMg 2 AlMgSi 1 H 2O Kerapatan Kerapatan (g/cm 3 ) 2,68 2,7 0,9982 ekstra region %vol di extra region 0,186386 0,5093763 0,304238 (g/cm 3 ) Unsur BA wt% wt% wt% Mg 24,305 0,0205 0,009-5,60411E-04 Si 28,0855 0,003 0,01025-3,34402E-04 Cu 63,546 0,0005 0,007-9,36022E-05 Mn 54,938 0,003 0,007-1,21957E-04 F e 55,847 0,004 0,005-9,56977E-05 Cr 51,996 0,003 0,0015-4,12492E-05 Zn 65,38 0 0-0,00000E+00 T i 47,88 0 0-0,00000E+00 Al 26,98154 0,966 0,96025-4,02460E-02 H 1,0079 - - 2,03036E-02 O 15,9994 - - 1,01518E-02 nakan untuk perhitungan teras reaktor dengan menggunakan program Batan-2DIFF. Masukan yang ditambahkan pada progtram ini adalah data-data geometri teras dan lamanya operasi reaktor. 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menghitung densitas atom material teras reaktor Serba Guna G.A Siwabessy (RSG-GAS) dibutuhkan data ukuran material dan bahan yang diambil dari SAR [5]. Data ini perlukan untuk membuat masukan program WIMSD/4 yang diperlukan untuk melakukan studi pengaruh lebar kanal pendingin terhadap faktor perlipatan tak hingga sel (k inf). Adapun data-data mengenai cladding ditunjukkan oleh Tab. 1, data meat atau bahan bakar teras ditunjukkan oleh Tab. 2 dan 3, data untuk daerah ekstra region dan kerapatan unsur penyusunnya ditunjukkan Tab. 4 dan 5. Dari data-data tersebut diolah dan dijadikan sebagai masukan program WIMS-D/4 untuk mendapatkan besarnya nilai k inf untuk tiap-tiap lebar kanal pendingin yang divariasikan dari 1,75 mm sampai dengan lebar maksimum sebesar 2,55 mm dengan rentang perbedaan 1 mm. Perhitungan dilakukan untuk massa Uranium 250, 300, dan 400 gram sebanyak masingmasing 2 kali yaitu untuk kelompok tenaga 4 group dan 10 groups. Meskipun untuk tipe reaktor riset seperti RSG-GAS ini perhitungan dengan 4 groups saja sudah mencukupi, namun sebagai usaha perbandingan dan melihat tingkat keakuratan juga dilakukan perhitungan dengan 10 groups. Setelah program perhitungan k inf dengan WIMS- D/4 berdasarkan data-data tersebut diatas, maka Tabel 6: Hubungan variasi lebar kanal terhadap k inf pada muatan elemen bahan bakar 250 gram (kerapatan U 2,964796393 g/cm 3 ) Lebar Kanal (mm) 10 groups 4 groups 1,75 1,520228 1,545822 1,85 1,533735 1,555709 1,95 1,546156 1,564679 2,05 1,557447 1,572707 2,15 1,567398 1,579666 2,25 1,576298 1,585780 2,35 1,583916 1,590894 2,45 1,590218 1,595008 2,55 1,595405 1,598356 Tabel 7: Hubungan Variasi lebar kanal terhadap k inf pada muatan elemen bahan bakar 300 gram (kerapatan U 3,557755672 g/cm 3 ). Lebar Kanal (mm) 10 groups 4 groups 1,75 1,537363 1,564195 1,85 1,550107 1,573058 1,95 1,561721 1,580987 2,05 1,572153 1,587957 2,15 1,581229 1,593878 2,25 1,589184 1,598912 2,35 1,595822 1,602949 2,45 1,601116 1,605991 2,55 1,605175 1,608172 0205-4

Analisis Pengaruh Lebar Kanal Pendingin... J. Fis. HFI A6 (2005) 0205 Tabel 8: Hubungan variasi lebar kanal terhadap k-inf pada muatan elemen bahan bakar 300 gram (kerapatan U 4,150715 g/cm 3 ). Lebar Kanal (mm) 10 groups 4 groups Tabel 10: 2DIFF. Hasil perhitungan keff dari program Batan- Massa 250 massa 300 massa 400 silisida silisida silisida 1,75 1,547990 1,575625 1,85 1,560011 1,583565 1,95 1,570876 1,590568 2,05 1,580532 1,596616 2,15 1,588823 1,601643 2,25 1,595951 1,605765 2,35 1,601743 1,608902 2,45 1,606190 1,611062 2,55 1,609314 1,612298 clad 1.75 - - 0.992381 clad 1.85-0.997541 1.053563 clad 1.95 0.981234 1.022346 1.082762 clad 2.05 1.012378 1.062671 1.119487 clad 2.15 1.034320 1.095671 1.130456 clad 2.25 1.054389 1.102367 1.156737 clad 2.35 1.070294 1.110890 1.175649 clad 2.45 1.086991 1.121106 1.195923 clad 2.55 1.094227 1.137256 1.218462 diperoleh hasil perhitungan sebagaimana yang ditampilkan pada Tab. 6 dan 7. Kemudian dari hasil ini dibuatlah gambar hubungan antara lebar kanal pendingin dan k inf untuk masing-masing massa Uranium. Bentuk gambar yang diperoleh terlihat pada Gb. 1 3. TDari Tab. 6 9 diketahui bahwa nilai k inf atau faktor perlipatan tak hingga sangat dipengaruhi oleh probabilitas banyaknya bahan bakar fisil yang terbakar oleh nutron termis dan juga neutron cepat serta probabilitas banyaknya neutron cepat yang dihasilkan dari reaksi fisi oleh neutron termis. Disamping itu faktor lain yang amat berpengaruh adalah besarnya kemungkinan neutron termal lolos dari daerah resonansi, peluang neutron cepat termoderasi menjadi neutron termis dan seberapa besar kemungkinan neutron yang telah berenergi sedang (epitermal) lolos sebagai neutron temal. Karena reaktor memiliki bentuk geometris yang bukan tak berhingga, maka faktor peluang tidak lolosnya neutron ke luar ruang reaktor atau terserap oleh materi-materi non fisil mempengaruhi pula besarnya k inf. Dari hasil perhitungan sebagaimana kita lihat pada Tab. 6 dan 7 nilai k inf bertambah secara teratur seiring dengan bertambahnya lebar kanal pendingin pada semua muatan elemen bahan bakar (uranium). Secara lebih detail pada Gb. 1. hubungan antara lebar kanal pendingin dan k inf untuk masing masing muatan elemen bahan bakar (Uranium) terlihat bahwa nilai k inf naik membentuk sebuah garis lengkung. Untuk perhitungan 4 groups besarnya nilai k inf yang diperoleh lebih besar dari perhitungan dengan menggunakan 10 groups. Sebaliknya gradien kenaikan untuk 4 groups lebih kecil dari 10 groups. Sehingga terlihat bahwa nilai k inf pada 10 groups lebih rendah namun lebih curam dari yang 4 groups. Hal ini disebabkan oleh karena pembagian group energi neutron lebih kasar pada 4 group dibanding dengan 10 group. Pada 4 group energi neutron terdiri Tabel 9: Hubungan Variasi lebar kanal terhadap k inf pada muatan elemen bahan bakar 400 gram (kerapatan U 4,743674 g/cm 3 ). Lebar Kanal (mm) 10 groups 4 groups 1,75 1,554744 1,582881 1,85 1,566086 1,589985 1,95 1,576245 1,596149 2,05 1,585164 1,601360 2,15 1,592733 1,605587 2,25 1,599107 1,608901 2,35 1,604148 1,611257 2,45 1,607853 1,612668 2,55 1,610190 1,613126 Gambar 1: Hubungan lebar kanal terhadap k inf pada muatan elemen bahan bakar 250 gram. 0205-5

T. Surbakti J. Fis. HFI A6 (2005) 0205 Gambar 2: Hubungan lebar kanal terhadap k inf pada muatan elemen bahan bakar 300 gram. Gambar 3: Hubungan lebar kanal terhadap k inf pada muatan elemen bahan bakar 400 gram. atas satu group neutron cepat, dua group epitermal dan satu group neutron lambat. Sedangkan untuk 10 group energi neutron pada group neutron termal masih dibagi lagi lebih halus sehingga pustaka tampang lintang seperti koefisien difusi, sigma fisinya semakin kecil yang akhirnya menghasilkan nilai k inf semakin kecil dan juga gradiennya. Bertambahnya lebar kanal pendingin menyebabkan perubahan geometris dari teras reaktor. Walaupun suhu tidak mengalami perubahan, namun tampang lintang serapan menjadi bertambah untuk energi neutron termal dan berkurang untuk neutron cepat dan kelompok neutron perlambatan, namun penurunan ini amat kecil. Karena reaksi fisi terjadi oleh neutron pada energi termal dan bertambahnya tampang lintang serapan akan menaikkan nilai probabilitas banyaknya bahan bakar fisil yang terbakar oleh neutron termis, maka bertambahnya tampang lintang serapan untuk energi termal ini menjadi faktor yang dominan, salah satunya, yang menyebabkan terjadinya kenaikan nilai k inf akibat diperlebarnya jarak antar kanal pendingin. Bila diperhatikan efek jumlah neutron hasil reaksi fisi yang menyebabkan reaksi fisi berikutnya, pelebaran kanal pendingin menghasilkan neutron termal yang lebih banyak. Hal ini disebabkan karena perbesaran ruang kanal pendingin menyebabkab bertambahnya jumlah air untuk melakukan moderasi. Dengan demikian semakin banyak neutron hasil fisi yang termoderasi akan menghasilkan neutron termal yang akan menghasilkan reaksi fisi berikutnya yang lebih banyak sehingga faktor perlipatan tak hingganya menjadi lebih besar. Selain faktor pelebaran kanal pendingin, untuk pertambahan massa bahan bakar juga menaikkan nilai faktor perlipatan tak hingga di tiap-tiap lebar kanal. Hal ini tentu saja terjadi karena semakin banyaknya bahan fisil sehingga semakin besarlah peluang terjadinya reaksi fisi dan sekaligus memperbesar jumlah neutron cepat yang dihasilkan. Dan untuk lebar kanal yang semakin besar, makin besar pulalah kemungkinan neutron cepat ini termoderasi sehingga neutron termal dihasilkan juga semakin banyak dan tentu saja reaksi fisi berikutnya jadi semakin besar. Sehingga untuk massa yang besar dan lebar kanal yang besar pula kita melihat nilai faktor perlipatan tak berhingganya adalah yang terbesar namun ada nilai optimasi. Dari ketiga muatan bahan bakar yaitu 250 gu, 300 gu dan 400 gu diperoleh hasil nilai faktor multiplikasi efektif teras yang terbaik adalah pada lebar kanal 2,55 mm. Karena pada lebar tersebut paling efektif untuk mentrasfer panas yang dihasilkan oleh reaksi fisi pada bahan bakar. Tab. 10 menunjukkan bahwa nilai keff teras dengan muatan yang berbeda. Nilai keff menunjukan keadaan yang sesungguhnya bahwa Reaktor Serba Guna jika lebar kanal pendinginnya di bawah 2 mm tidak akan pernah kritis. Sehingga dicari nilai optimum berapa besar lebar kanal pendingin bahan bakar teras reaktor RSG-GAS. Semakin kecil nilai lebar kanal pendingin semakin kecil nilai keff teras. Hal ini menyatakan bahwa jika lebar kanal semakain kecil maka tidak efektif keadaan bahan bakar walaupun masih bisa reaktornya kritis. Sehingga yang paling baik (efektif) adalah lebar kanal 2,55 mm seperti yang ada sekarang ini. 4 KESIMPULAN Dari hasil perhitungan dengan program WIMS D/4 tentang studi pengaruh lebar kanal pendingin terhadap k inf pada berbagai kerapatan bahan bakar uranium silisida dapat diambil kesimpulan bahwa se- 0205-6

Analisis Pengaruh Lebar Kanal Pendingin... J. Fis. HFI A6 (2005) 0205 makin lebar kanal pendingin semakin besar nilai faktor perlipatan tak berhingganya. Semakin besar kerapatan uranium bahan bakar semakin besar nilai faktor perlipatan tak berhingganya. Reaktor Serba Guna G.A Siwabessy yang memiliki bahan bakar Uranium Silisida dengan muatan 250 gu, 300 gu, 400 gu memiliki lebar kanal optimum dari segi geometris yang terbaik adalah sebesar 2,55 mm karena memberikan nilai faktor multiplikasi efektif paling baik untuk ketiga muatan tersebut. Φhfi DAFTAR PUSTAKA [1] Bakri Arbie, Tesis S-3, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (1996). [2] J.J. Duderstadt dan L.J. Hamilton, Nuclear Reactor Analysis, John Wiley & Sons, Inc, USA (1976). [3] H. Bock, Reactor Kinetics and Dynamics, Lecture notes at RTS on The Use of PC in Research Reactor Operation and Management, Bandung, Indonesia (1991). [4] L.P. Hong, Atom Indonesia 25 (1999). [5] Safety Analysis Report MPR 30, Revisi 7, Vol. 1 (1993). 0205-7