DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 35 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37

PELAKSANAAN SISTEM BELAJAR MOVING CLASS

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 101 B. TUJUAN 101 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 101 D. UNSUR YANG TERLIBAT 102 E. REFERENSI 102 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 102

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 65 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 22 B. TUJUAN 22 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 22 D. UNSUR YANG TERLIBAT 23 E. REFERENSI 23 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 23

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 22 B. TUJUAN 22 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 22 D. UNSUR YANG TERLIBAT 23 E. REFERENSI 23 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 23

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 12 B. TUJUAN 12 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 12 D. UNSUR YANG TERLIBAT 13 E. REFERENSI 13 F. URAIAN PROSEDUR KERJA 15

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

PANDUAN LAYANAN KELAS INTERNASIONAL

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 78 B. TUJUAN 78 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 78 D. UNSUR YANG TERLIBAT 79 E. REFERENSI 79 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 79

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 78 B. TUJUAN 78 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 78 D. UNSUR YANG TERLIBAT 79 E. REFERENSI 79 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 80

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 33 B. TUJUAN 33 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 34 D. UNSUR YANG TERLIBAT 34 E. REFERENSI 34 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 34

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DAFTAR ISI. Contents A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN C. RUANG LINGKUP KEGIATAN D. UNSUR YANG TERLIBAT E. REFERENSI...

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 33 B. TUJUAN 33 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN D. UNSUR YANG TERLIBAT 34 E. REFERENSI 34 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 34

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

BAB I PENDAHULUAN. Setiap sekolah hendaknya selalu melakukan berbagai inovasi pembelajaran

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 105 B. TUJUAN 105 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 105 D. UNSUR YANG TERLIBAT 106 E. REFERENSI 106 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 106

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 90 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 23 B. TUJUAN 23 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 24 D. UNSUR YANG TERLIBAT 24 E. REFERENSI 24 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 25

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011. Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 27 B. TUJUAN 27 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 27 D. UNSUR YANG TERLIBAT 28 E. REFERENSI 28 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 28

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 23 B. TUJUAN 23 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 24 D. UNSUR YANG TERLIBAT 24 E. REFERENSI 24 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 25

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Contoh Penyusunan PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) UJIAN PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun Loi em noi cho tinh chung ta, nhu doan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan. SMPN 1 Rejotangan, dan SMK Rejotangan.

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 144 B. TUJUAN 144 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 144 D. UNSUR YANG TERLIBAT 145 E. REFERENSI 145 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 145

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 13 B. TUJUAN 13 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 13 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 14 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 14

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 89 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91

Farida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 144 B. TUJUAN 144 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 144 D. UNSUR YANG TERLIBAT 144 E. REFERENSI 145 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 145

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 16 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) PESERTA DIDIK SMA

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan akademik ini disusun untuk meningkatkan kualitas layanan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Pare.

PEMBUKAAN PENGANTAR KEPALA SEKOLAH AGENDA MENJELANG UNBK UJIAN PRAKTEK, USBN, UNBK DAN SNMPTN

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 105 B. TUJUAN 105 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 105 D. UNSUR YANG TERLIBAT 106 E. REFERENSI 106 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 106

UJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012

Kurikulum 2013 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

PANDUAN PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PADA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DAN SEKOLAH LUAR BIASA KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN

Kata Pengantar. Jakarta, Desember Tim Penyusun

PERATURAN MENDIKNAS NOMOR 24 TAHUN 2006

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

LEMBAGA PENDIDIKAN MA ARIF NU JAWA TENGAH

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 13 B. TUJUAN 13 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 13 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 14 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 14

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 12 B. TUJUAN 12 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 12 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 13 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 13

Kondisi baik 425 Kondisi rusak ringan 0 Kondisi rusak berat 0

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 105 B. TUJUAN 105 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 105 D. UNSUR YANG TERLIBAT 106 E. REFERENSI 106 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 106

Bab IV Analisis Hasil Penelitian

PANDUAN PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL PERBAIKAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SMP NEGERI 1 SEMARAPURA Jalan Teratai, Semarapura Kelod, Klungkung Website:

BAB II HASIL SURVEY. enam kelas IPA dan tujuh kelas IPS. SMAN 1 Driyorejo memiliki fasilitas ruang

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BREBES SMA NEGERI 1 BUMIAYU website :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RUSLAN

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

LAMPIRAN. Fasilitas Akademik Sekolah

BAHAN RAPAT KOORDINASI PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH (US/M) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UJIAN NASIONAL. SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008

Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA

LEMBAR OBSERVASI Lembar Observasi Pelaksanaan Moving Class. Hasil observasi

SELAMAT DATANG PADA ACARA SOSIALISASI UN DAN SNMPTN TAHUN 2015

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

Transkripsi:

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 39 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENGEMBANGAN SISTEM BELAJAR MOVING CLASS 40 LAMPIRAN 2 : CONTOH STRUKTUR ISI PEDOMAN SISTEM BELAJAR MOVING CLASS 41 LAMPIRAN 3 : TIP DAN TRIK PELAKSANAAN MOVING CLASS 43 LAMPIRAN 4 : CONTOH PENETAPAN JUMLAH RUANG MATA PELAJARAN 44 LAMPIRAN 5 : CONTOH DENAH RUANG BELAJAR SISTEM BELAJAR MOVING CLASS 46 LAMPIRAN 6 : CONTOH FORMASI MEJA DAN TEMPAT DUDUK PESERTA DIDIK DALAM RUANG MAPEL 47 LAMPIRAN 7 : CONTOH DATA PERBANDAINGAN HASIL EVALUASI SISTEM KELAS MENETAP DAN MOVING CLASS 50 0

A. Latar Belakang Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi pada Lampiran Bab III Mengenai Beban Belajar menyebutkan bahwa Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket atau sistem kredit semester. Pada sistem kredit semester (SKS) diperlukan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik lebih aktif seperti sistem belajar kelas bergerak (moving class). Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang mencirikan kelas berkarakter mata pelajaran, dengan demikian peserta didik akan berpindah tempat sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang telah ditentukan. Konsep moving class mengacu pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan yang dipelajarinya. Sekalipun sistem moving class lebih sesuai pada SKS namun tidak menutup kemungkinan dilaksanakn pada sistem paket. Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi guru/pendamping di kelas. Konsep moving class mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan pelajaran yang dipelajarinya. Dengan moving class, pada saat subjek mata pelajaran berganti maka siswa akan meninggalkan kelas menuju ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi siswa yang mendatangi guru/pendamping, bukan sebaliknya. Sementara para guru, dapat menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu. Keunggulan sistem ini adalah para siswa lebih punya waktu untuk bergerak, sehingga selalu segar untuk menerima pelajaran. Dalam sistem moving class, ruang kelas didesain untuk mata pelajaran tertentu dan akan pindah ke ruang kelas lain setiap ganti pelajaran. Dengan demikian, ruang kelas akan difungsikan seperti laboratorium. Dengan moving class, siswa akan belajar bervariasi dari satu kelas ke kelas lain sesuai dengan bidang studi yang dipelajarinya. Sistem belajar moving class mempunyai banyak kelebihan baik bagi peserta didik maupun Guru. Bagi peserta didik, mereka lebih fokus pada materi pelajaran, suasana kelas menyenangkan, dan interaksi peserta didik dengan guru lebih intensif. Bagi Guru, mempermudah mengelola pembelajaran, lebih kreatif dan inovatif dalam mendesain kelas, guru lebih maksimal dalam menggunakan berbagai media, pemanfaatan waktu belajar lebih efesien, dan lebih mudah mengelola suasana kelas. Penyelenggaraan proses pembelajaran moving class bertujuan meningkatkan kualitas proses pembelajaran, meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu pembelajaran, meningkatkan disiplin siswa dan guru, meningkatkan keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari, meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat, dan bersikap terbuka pada setiap mata pelajaran, serta meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Pada kenyataanya, pelaksanaan moving class baru dilaksanakan oleh beberapa sekolah termasuk RSKM dan RSBI. Hal ini disebabkan karena belum terpahami cara melaksanakan sistem belajar moving class. Berkaitan dengan permasalahan/kendala dan masukan tersebut, untuk membantu sekolah agar dapat menyusun pedoman dan melaksanakan sistem belajar moving class, maka Direktorat PSMA menyusun dan menerbitkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sistem Belajar Moving Class di SMA. 35

B. Tujuan Petunjuk teknis ini disusun untuk memberikan acuan bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan sistem pembelajaran moving class. C. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan penyusunan petunjuk teknis ini adalah: 1. Pembentukan Tim Kerja; 2. Penyusunan dan pembahasan draf rencana kegiatan sistem belajar moving class; 3. Pembagian tugas untuk analisis kebutuhan yang meliputi analisis kebutuhan jumlah ruang belajar dan kelengkapan sarana dan prasarana belajar; 4. Penyusunan draf pedoman sistem belajar moving class; 5. Pembahasan, revisi, dan finalisasi draf pedoman sistem belajar moving class; 6. Pengesahan pedoman sistem belajar moving class; 7. Penggandaan dan pendistrubusian pedoman sistem belajar moving class. D. Unsur yang Terlibat 1. Kepala SMA, 2. Tim kerja persiapan moving class, 3. Wakil Kepala SMA, 4. Guru, dan 5. Penanggung jawab ruang mata pelajaran/koordinator guru mata pelajaran. E. Referensi 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 36, 37, dan 38; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab I Pasal 1; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Wewenang antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi; 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan; 6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun 2006 dan Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan; 7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Bagian B 2 butir 2.2 dan 2.10; 8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan; 36

JUKNIS PELAKSANAAN SISTEM BELAJAR MOVING CLASS DI SMA 9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian; 10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses; 11. Strategi belajar dengan sistem kelas bergerak (moving class), Sukarno Tahun 2006. Strategi Belajar dengan Kelas Bergerak (moving class). F. Pengertian dan Konsep 1. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 1); 2. Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 5); 3. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 4); 4. SKL terdiri atas SKL Satuan Pendidikan, SKL Kelompok Mata Pelajaran, dan SKL Mata Pelajaran (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006). Sedangkan SKL Ujian merupakan representasi dari keseluruhan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran; 5. Standar Pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan (PP Nomor 19 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 9). Saat ini standar pengelolaan yang sudah terbit adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); 6. Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 6); 7. Standar Penilaian Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 11); 8. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 13); 9. Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 butir 10); 10. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) adalah badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 22); 11. Tim kerja persiapan moving class terdiri atas pendidik, wakil kepala sekolah bidang akademik sebagai ketua merangkap anggota, kepala sekolah sebagai penanggung 37

jawab merangkap anggota. Dalam melakukan tugasnya, tim kerja persiapan moving class dapat melibatkan pengawas sekolah, komite sekolah, dan nara sumber, serta pihak lain yang terkait; 12. Kelas bergerak (moving class) adalah sistem belajar yang peserta didik/kelompok belajar berpindah ruangan setiap penggantian pelajaran sesuai mata pelajaran yang dipelajarinya. Guru mata pelajaran beserta perangkat pembelajarannya menetap di ruang mata pelajaran yang telah ditetapkan; 13. Kelas menetap adalah sistem belajar yang peserta didik/kelompok belajar menetap di ruang kelas dan guru berpindah sewaktu pergantian jam pelajaran sesuai jadwal mengajarnya; 14. Penanggung jawab ruang/koordinator mata pelajaran adalah guru mata pelajaran yang mengelola ruang mata pelajaran dan mengoordinasikan kegiatan pembelajaran bila ada guru yang tidak hadir di ruang tersebut; 15. Perbedaan moving class dan kelas menetap: No Moving classs Kelas Menetap 1. Pendidik menetap dalam ruang mata pelajaran, peserta didik berpindahpindah 2. Alat peraga/alat bantu KBM berada dalam ruang mata pelajaran 3. Ruang belajar mencirikan kekhasan mata pelajaran 4. Identitas ruang belajar adalah ruang mata pelajaran Setiap pergantian pelajaran tercipta 5. suasana baru bagi peserta didik karena kondisi ruang mata pelajaran yang suasananya berbeda-beda Peserta didik menetap dalam kelas, guru berpindah-pindah Alat peraga/alat bantu KBM harus dibawa guru berpindah-pindah kelas Ruang belajar tidak mencirikan kekhasan mata pelajaran Identitas ruang belajar adalah ruang kelas Suasana baru peserta didik diperoleh sewaktu jam istirahat dan pulang sekolah 16. Sebelum melaksanakan sistem belajar moving class, sekolah terlebih dahulu menganalisis kebutuhan jumlah ruang mata pelajaran yang diperlukan dengan cara menghitung keseluruhan jam setiap mata pelajaran dari kelas X sampai dengan kelas XII, hasilnya dibagi dengan jumlah jam yang ditetapkan dalam satu minggu. Contoh : Mata pelajaran Bahasa Indonesia: Jumlah rombongan belajar kelas X, XI dan XII masing-masing sebanyak 9 kelas dan jumlah jam per minggu adalah 4 jam pelajaran. Jumlah jam belajar per minggu ditetapkan sekolah 42 jam Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas X = 9 x 4 = 36 jam Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas XI = 9 x 4 = 36 jam Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas XII = 9 x 4 = 36 jam Jumlah jam belajar Bahasa Indonesia kelas X, XI, XII = 108 jam Jumlah ruang mata pelajaran yang diperlukan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah = 108/42 = 2,57 3. Artinya Bahasa Indonesia memerlukan 3 ruangan. Dengan menghitung jumlah ruang yang diperlukan setiap mata pelajaran seperti di atas maka dapat diketahui jumlah seluruh ruang mata pelajaran yang dibutuhkan. 17. Setiap ruang mata pelajaran diberi nomor dan nama mata pelajaran sebagai identitas ruang. Contoh : Ruang 1. B. Indonesia Ruang 2. B. Indonesia Ruang 3. B. Indonesia 38

18. Ruang mata pelajaran dilengkapi sarana/prasarana pembelajaran sesuai dengan kebutuhan yang mengakomodir rombongan belajar terbanyak; 19. Pengaturan tempat duduk peserta didik dapat divariasikan sesuai dengan kekhasan matapelajaran dan metode pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, komunikatif, kondusif sehingga menunjang proses pembelajaran yang diinginkan dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. 20. Wali kelas seperti halnya pada kelas menetap. Setiap kelompok belajar ada guru yang ditugaskan sebagai wali kelas dan bertanggung jawab dalam pengelolaan administrasi kelas, hasil belajar peserta didik, dan membina peserta didik di dalam perwalian. 21. Keterlaksanaan dan ketercapaian sistem belajar moving class perlu diadakan evaluasi. Evaluasi meliputi pemanfaatan sarana prasarana penunjang, alat peraga, dan media pembelajaran, efesiensi waktu, dan minat belajar peserta didik. G. Uraian Prosedur Kerja 1. Kepala SMA memberikan arahan teknis kepada warga sekolah tentang sistem belajar moving class yang sekurang-kurangnya memuat: a. Dasar pelaksanaan sistem belajar moving class; b. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan sistem belajar moving class; c. Manfaat sistem belajar moving class; d. Hasil yang diharapkan dari sistem belajar moving class; e. Unsur-unsur yang terlibat dan uraian tugasnya dalam melaksanakan sistem belajar moving class. 2. Kepala SMA membentuk tim kerja persiapan moving class untuk menyusun rencana kegiatan dan rambu-rambu pelaksanaan sistem belajar moving class. 3. Tim kerja bersama wakil kepala SMA menyusun draf rencana kegiatan sekurangkurangnya berisi tentang uraian kegiatan, sasaran, pelaksana kegiatan dan waktu/ jadwal pelaksanaan, yang meliputi kegiatan: a Menganalisis jumlah kebutuhan ruang mata pelajaran; b Membuat denah ruang mata pelajaran; c Merencanakan pengadaan sarana/prasarana ruang mata pelajaran; d Menyusun pembagian tugas mengajar guru; e Menyusun penanggung jawab ruangan/koordinator mata pelajaran dan wali kelas; f Menyusun jadwal pembelajaran; g Mensosialisasikan rencana kerja kepada warga sekolah. 4. Kepala SMA, tim kerja, wakil kepala SMA, penanggung jawab ruang membahas draf rencana kegiatan pengembangan sistem belajar moving class; 5. Kepala SMA menandatangani rencana kegiatan sistem belajar moving class; 6. Tim kerja melakukan pembagian tugas kepada penanggung jawab ruang untuk melakukan analisis kebutuhan ruang, perabot, peralatan, dan bahan sesuai mata pelajaran masing-masing; 7. Tim kerja dan wakil kepala SMA menyusun draf pedoman sistem belajar moving class; 8. Kepala SMA, tim kerja, wakil kepala SMA dan penanggung jawab ruang membahas dan merevisi draf pedoman sistem belajar moving class; 9. Tim kerja dan wakil kepala SMA menyempurnakan dan memfinalkan pedoman sistem belajar moving class; 10. Kepala SMA menandatangani pedoman sistem belajar moving class; 11. Tim kerja menggandakan pedoman sistem belajar moving class dan mendistribusikan kepada pihak yang berkepentingan. 39

Lampiran 1 : Alur Prosedur Kerja Pengembangan Sistem Belajar Moving Class INPUT PROSES KEPALA SMA TIM KERJA MOVING CLASS WAKIL KEPALA SMA PENANGGUNG JAWAB RUANGAN OUTPUT 1. UU 20/2003 2. PP 19/2005 3. PP 38/2007 4. Permen Diknas No:22/2006 5. Permen Diknas No:23/2006 6. Permen Diknas No:24/2006 dan No:6/2007 7. Permen Diknas No:13/2007 8. Permen Diknas No:19/2007 9. Permen Diknas No:20/2007 10. Permen Diknas No:41/2007 11. Strategi Belajar Moving Class, Sukarno (2006) Memberikan arahan teknis tentang sistem belajar moving class Membentuk tim kerja moving class tidak layak ya Menandatangani rencana kegiatan Menyusun draf rencana kegiatan sistem belajar moving class Membahas draf rencana kegiatan pengembangan sistem belajar moving class Melakukan pembagian tugas untuk analisis kebutuhan Menyusun draf pedoman sistem belajar moving class Melakukan pembahasan dan revisi draf pedoman sistem belajar moving class tidak layak ya Mengfinalkan hasil revisi pedoman sistem belajar moving class ` Menandatangani pedoman sistem belajar moving class Menggandakan dan mendistribusikan pedoman sistem belajar moving class Pedoman Sistem Belajar Moving Class 40

Lampiran 2 : Contoh Struktur Isi Pedoman Sistem Belajar Moving Class JUKNIS PELAKSANAAN SISTEM BELAJAR MOVING CLASS DI SMA 1. Sampul (contoh terlampir) Sekurang-kurangnya memuat: a. Logo sekolah atau logo pemerintah kabupaten/kota tempat sekolah tersebut berada b. Nama PEDOMAN SISTEM BELAJAR MOVING CLASS c. Satuan Pendidikan (Nama Sekolah) d. Tahun Pelajaran e. Kabupaten/Kota dan Provinsi tempat sekolah tersebut berada 2. Kata Pengantar Sekurang-kurangnya memuat: a. Ucapan syukur atas tersusunnya Pedoman Sistem Belajar Moving Class b. Proses penyusunan Pedoman Sistem Belajar Moving Class c. Tujuan dan manfaat disusunnya Pedoman Sistem Belajar Moving Class d. Ucapan terima kasih pada pihak yang telah berpartisipasi e. Tanda tangan Kepala Sekolah 3. Lembar Pengesahan Sekurang-kurangnya memuat: a. Pemberlakuan secara menyeluruh atau embeded b. Masa berlakunya c. Legalitas formal berupa tanda tangan kepala sekolah dan komite sekolah 4. Daftar Isi Memuat semua hal (item) yang ada dalam Pedoman Sistem Belajar Moving Class yang disusun dilengkapi dengan halaman. 5. Batang Tubuh yang memuat: BAB I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Memuat hal-hal sebagai berikut: 1) Kondisi ideal suatu sekolah sesuai Standar Nasional Pendidikan 2) Kondisi real sekolah 3) Upaya atau langkah untuk memenuhi kondisi ideal sekolah. b. Dasar Kebijakan Memuat landasan hukum yang digunakan dalam menyusun Pedoman Sistem Belajar Moving Class c. Tujuan dan Manfaat 1) Memuat tujuan penyusunan Pedoman Sistem Belajar Moving Class 2) Memuat manfaat yang diharapkan dengan adanya Pedoman Sistem Belajar Moving Class BAB II. PELAKSANAAN SISTEM BELAJAR MOVING CLASS a. Pengertian Sistem Belajar Moving Class b. Tahapan Pelaksanaan Sistem Belajar Moving Class, meliputi: 1. Perencanaan 2. Sosialisasi 3. Ujicoba c. Strategi Pengelolan Sistem Belajar Moving Class, yang meliputi: 1. Pengelolaan perpindahan peserta didik 2. Pengelolaan ruang belajar mengajar 3. Pengelolaan administrasi guru dan peserta didik 4. Pengelolaan program remedial dan pengayaan 5. Pengelolaan penilaian 41

d. Pengorganisasian Pelaksanaan Sistem Belajar Moving Class 1. Penanggung Jawab 2. Koordinator-koordinator 3. Uraian Tugas e. Struktur Program dan Jadwal Pembelajaran JUKNIS PELAKSANAAN SISTEM BELAJAR MOVING CLASS DI SMA BAB III. PENUTUP a. Kesimpulan b. Rekomendasi LAMPIRAN-LAMPIRAN Catatan : Struktur Isi Pedoman Sistem Belajar Moving Class ini dapat dikembangkan oleh masingmasing satuan pendidikan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan satuan pendidikan. 42

Lampiran 3 : Tip dan Trik Pelaksanaan Moving Class TIP DAN TRIK PELAKSANAAN MOVING CLASS JUKNIS PELAKSANAAN SISTEM BELAJAR MOVING CLASS DI SMA 1. Untuk efektifitas dan efisiensi waktu dalam penyusunan jadwal pelajaran perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Perpindahan kelompok belajar diusahakan ke ruang mata pelajaran yang terdekat; b. Bagi guru mata pelajaran yang merangkap (mengajar lebih dari satu mata pelajaran) yang berarti menggunakan lebih dari satu ruang mata pelajaran, diusahakan jadwal mengajarnya pada hari yang berbeda. 2. Ruang mata pelajaran adalah ruang guru oleh karena itu guru selalu berada di ruang mata pelajaran selama kegiatan belajar-mengajar. 3. Guru mata pelajaran diharapkan selalalu memantau kehadiran siswa terutama sewaktu perpindahan pembelajaran. 4. Antisipasi masalah: NO MASALAH ANTISIPASI MASALAH 1 Banyaknya waktu yang terbuang sewaktu perpindahan belajar Membudayakan disiplin waktu perpindahan belajar Membudayakan peserta didik jalan cepat Meningkatkan kepedulian guru bagi peserta didik yang lambat hadir 2 Keributan sewaktu perpindahan belajar Jadwal disusun memperhatikan : Perpindahan pada kelas yang terdekat 3 Kekurangan meja kursi peserta didik Jumlah meja dan kursi setiap ruang mata pelajaran sebanyak kelompok peserta didik terbanyak 4 Kebersihan ruang matapelajaran Menjadwalkan piket peserta didik ruang matapelajaran Meningkatkan kepedulian setiap guru mata pelajaran. Pemeriksaan piket peserta didik, setiap saat oleh penanggungjawab mapel/koordinator. 5 peserta didik yang bolos belajar Pengecekan kehadiran peserta didik oleh guru mata pelajaran Pemeriksaan absensi peserta didik setiap saat oleh guru piket. 43

Lampiran 4 : Contoh Penetapan Jumlah Ruang Mata Pelajaran NO MATA PELAJARAN JAM X XI IPA XI IPS XII IPA XII IPA JAM SELURUH KELAS JUMLAH RUANG YANG DIPERLUKAN KELEBIHAN JAM KETERANGAN 1. Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 56 56/40 = 1,4 = 2R 24 - Ruang belajar/ kelas = 28 R 2. PKn 2 2 2 2 2 56 56/40 = 1,4 = 2R 24 - Lab IPA = 3 R 3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 112 112/40 = 2,8 = 3R 8 - Ruang kesenian = 1 R 4. Bahasa Inggris 4 4 4 4 4 112 112/40= 2,8 = 3R 8 - Ruang Komputer = 1 R 5. Matematika 4 4 4 4 4 112 112/40 = 2,8 = 3R 8 - Lab. Bahasa = 1 R 6. Fisika 3 4-4 - 67 67/40 = 1,675 = 2R 13 7. Biologi 3 4-4 - 62 62/40 = 1,55 = 2R 18 Jumlah = 34 R 8. Kimia 2 4-4 - 62 62/40 = 1,55 = 2R 18 9. Sejarah 1 2 3 2 3 49 49/40 = 1,225 = 2R 31 Tambahan : 10. Geografi 1-3 - 3 33 33/40 = 0,825 = 1R 7 11. Ekonomi 2-5 - 5 58 58/40 = 1,45 = 2R 22 - Aula untuk ruang pergelaran 12. Sosiologi 2-3 - 3 42 42/40 = 1,05 = 2R 38 Seni Budaya 13. Seni Budaya 2 2 2 2 2 56 56/40 = 1,4 = 2R 24 14. Penjaskes 2 2 2 2 2 56 56/40 = 1,4 = 2R 24 - R. 25 untuk ruang perakitan 15. TIK 2 2 2 2 2 56 56/40 = 1,4 = 2R 24 Komputer ( TIK) 16. Bahasa Asing 2 2 2 2 2 56 56/40 = 1,4 = 2R 24 17. Mulok 2 2 2 2 2 56 56/40 = 1,4 = 2R 24 J u m l a h 40 40 40 40 40 1101 36 R 339 44

NO. MATA PELAJARAN JUMLAH RUANGAN NO. RUANGAN KETERANGAN 1. Pendidikan Agama 2 R.1 dan R.2 2. PKn 2 R.3 dan R.4 3. Bahasa Indonesia 3 R.27, R.28 dan R. 29 4. Bahasa Inggris 3 R.17, R.24dan R.25 - R. 17 = Lab Bahasa Inggris 5. Matematika 3 R. 20, R.21 dan R.22 6. Fisika 2 R. 14 dan R.32 - R. 32 = Lab Fisika 7. Biologi 2 R.18 dan R.34 - R. 34 = Lab biologi 8. Kimia 2 R. 19 dan R. 33 - R. 33 = Lab kimia 9. Sejarah 1 R.9 10. Ekonomi 1 R.8 11. Gab Sosiologi dan Geografi 1 R.6 12. Sosiologi 1 R.5 13. Gab Sejarah dan Ekonomi 1 R.7 14. Seni Budaya 2 R.30 dan R.31 15. Penjaskes 1 R.26 dan Lap. Olahraga 16. TIK 3 R.15, R.16 dan R. 23 - R. 23 = Lab Komputer 17. Bahasa Asing 2 R.12 dan R. 13 - R. 16 = Rg. perakitan komputer 18. Mulok 2 R.10 dan R.11 Jumlah 34 45

Lampiran 5 : Contoh Denah Ruang Belajar Sistem Belajar Moving Class CONTOH DENAH RUANG BELAJAR SISTEM MOVING CLASS SMA NEGERI 10 PALEMBANG SEMESTER 1 TAHUN 2009/2010 Lapangan Olahraga Basket, Volley, Volley Pantai Perpustakaan Biologi R. 34 Kimia R. 33 Kimia R. 33 Fisika R. 32 Kesenian R. 31 UKS Pramuka Kesenian R. 30 Kantin Gudang Biologi R. 18 Kimia R. 19 Kantin MTK R. 20 MTK R. 21 MTK R. 22 RUANG BK B I R. 29 B I R. 28 B I R. 27 W C SEJ R. 10 EKO R. 11 B A R. 12 B A R. 13 FIS R. 14 TIK R. 15 TIK R. 16 BHS. INGGRIS R. 17 TIK R. 23 B. ING R. 24 B. ING R. 25 PENJA S R. 26 MULOK R. 9 SEJ R. 10 SANG- GAR EKO R. 11 MULOK R. 8 B A R. 12 B A R. 13 RUANG PERTEMUAN FIS R. 14 FIS R. 14 DW Ruang Wakasek W C Ruang Kepsek Ruang Rapat Ruang T U AULA R. 35 P A R K I WC Tempat Wudhu Masjid Al Firdaus PP PP JALAN SRIJAYA NEGARA BUKIT BESAR 46

Lampiran 6 : Contoh Formasi meja dan Tempat Duduk Peserta Didik dalam Ruang Mapel CONTOH FORMASI MEJA DAN TEMPAT DUDUK PESERTA DIDIK DALAM RUANG MATA PELAJARAN 1. Bentuk U 2. Bentuk Konferensi 3. Bentuk lingkaran atau setengah lingkaran 4. Bentuk kelas tradisional 47

5. Bentuk kelompok Kelompok pada kelompok Ruang kerja Pengelompokan berpencar Formasi tanda pangkat Ruang kelas tradisional Auditorium 48

6. Contoh kegiatan belajar 49

Lampiran 7 : Contoh Data Perbandaingan Hasil Evaluasi Sistem Kelas Menetap dan Moving Class DATA HASIL EVALUASI SISTEM KELAS MENETAP DAN SISTEM MOVING CLASS PADA SMP NEGERI 2 TANJUNG LUBUK 1994/1995; NO KELAS MENETAP MOVING CLASS KETERANGAN 1 Banyak waktu yang terbuang setiap pergantian pelajaran berkisar 5,4 s.d. 2,9 menit dengan rata-rata 9,9 menit Banyak waktu yang terbuang setiap pergantian pelajaran berkisar 0,22 s.d. 3,9 menit dengan rata-rata 1,9 menit Efisiensi waktu yang terbuang setiap pergantian pelajaran 8 menit pada moving class 2 Siswa yang kurang bergairah selama berlangsungnya proses belajar mengajar (ijin keluar, tidak perhatian/mengantuk) 15% 3 Pemanfaatan laboratorium ruang kesenian, ruang keterampilan, alat peraga, media pembelajaran, buku paket dan ruang belajar belum optimal 4 Hubungan emosional antara siswa dan guru kurang Siswa yang kurang bergairah selama berlangsungnya proses belajar mengajar (ijin keluar, tidak perhatian/mengantuk) 3,57% Pemanfaatan laboratorium ruang kesenian, ruang keterampilan, alat peraga, media pembelajaran, buku paket dan ruang belajar optimal Hubungan emosional antara guru dan siswa lebih baik Moving Class meningkatkan gairah belajar siswa 11,43% Moving Class mengoptimalkan pemanfaatan sarana/prasarana penunjang Moving class meningkatkan hubungan emosional antara guru dan siswa Sumber : BUKU STRATEGI BELAJAR DENGAN SISTEM KELAS BERGERAK(MOVING CLASS); DRS. SUKARNO TAHUN 2006. 50