WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan untuk memberikan alternatif sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur di daerah guna mempercepat pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan pelayanan masyarakat maka pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman daerah; b. bahwa untuk melakukan pinjaman daerah perlu persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pinjaman Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); 2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 258, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4060); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5219); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA GORONTALO dan WALIKOTA GORONTALO MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PINJAMAN DAERAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksudkan dengan : 1. Daerah adalah Kota Gorontalo. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Kepala Daerah adalah Walikota Gorontalo. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kota Gorontalo sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
5. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Gorontalo dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. 6. Peraturan Kepala Daerah adalah Peraturan Walikota Gorontalo. 7. Pusat Invetasi Pemerintah yang selanjutnya disingkat PIP adalah Pemerintah dibawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. 8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Rencana Keuangan Tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 9. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. 10. Pengembalian Pinjaman adalah kewajiban untuk membayar kembali semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain. 11. Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disingkat DAU, adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar Daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 12. Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disingkat DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi. 13. Administration Fee adalah biaya yang wajib dibayarkan dimuka oleh Pemerintah Daerah kepada Pusat Investasi Pemerintah sebagai biaya administrasi pemberian pinjaman. 14. Management Fee adalah biaya yang wajib dibayarkan dimuka oleh Pemerintah Daerah kepada Pusat Investasi Pemerintah sebagai biaya pengelolaan dana investasi. 15. Upfront Fee adalah biaya yang wajib dibayarkan dimuka oleh Pemerintah Daerah kepada Pusat Investasi Pemerintah sebagai biaya atas penyediaan dana investasi. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud Pinjaman Daerah adalah untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan daerah dalam rangka pembangunan infrastruktur yaitu terminal Dungingi type A.
(2) Tujuan Pinjaman Daerah adalah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur terminal yang merupakan salah satu solusi dalam mengurangi kemacetan serta dapat mendorong percepatan pembangunan ekonomi. BAB III SUMBER, JENIS DAN PENGGUNAAN Pasal 3 (1) Pinjaman Daerah bersumber dari Pusat Investasi Pemerintah. (2) Jenis Pinjaman Daerah adalah pinjaman jangka panjang. (3) Pinjaman Daerah digunakan untuk membiayai kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka pembangunan Terminal Dungingi Type A. BAB IV JUMLAH PINJAMAN DAERAH Pasal 4 Jumlah Pinjaman Daerah ditetapkan sebesar Rp. 35.000.000.000 (tiga puluh lima milyar rupiah). BAB V JANGKA WAKTU DAN BUNGA PINJAMAN Pasal 5 (1) Jangka waktu pengembalian Pinjaman Daerah adalah 5 (lima) tahun termasuk masa tenggang waktu (grace period) 16 (enam belas) bulan. (2) Bunga Pinjaman Daerah sebesar 7,75 % (tujuh koma tujuh puluh lima persen) efektif pertahun. BAB VI PENCAIRAN PINJAMAN DAERAH Pasal 6 (1) Realisasi Pencairan Pinjaman Daerah dari PIP ke Pemerintah Daerah dapat dilakukan setelah Perjanjian efektif dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan. (2) Realisasi Pencairan Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara pemindahbukuan/transfer dari Rekening Induk Dana Investasi kepada Rekening Umum Kas Daerah. (3) Realisasi pencairan Pinjaman Daerah dilakukan secara bertahap sesuai dengan pencapaian kinerja
BAB VII KEWAJIBAN PEMBAYARAN Pasal 7 (1) Pemerintah Daerah wajib melakukan kewajiban pembayaran sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam perjanjian pinjaman. (2) Kewajiban pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. pokok pinjaman; b. bunga pinjaman; c. administration fee; d. management fee; e. upfront fee; dan f. denda keterlambatan. (3) Kewajiban pembayaran Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setiap tahun anggaran. BAB VIII PENATAUSAHAAN, PELAPORAN DAN PUBLIKASI Pasal 8 Kepala Daerah melakukan penatausahaan Pinjaman Daerah atas: a. penerimaan dan penggunaan Pinjaman Daerah; dan b. kewajiban pembayaran kembali Pinjaman Daerah. Pasal 9 Pemerintah Daerah wajib melaporkan posisi kumulatif Pinjaman Daerah dan kewajiban Pinjaman Daerah kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri setiap semester dalam tahun anggaran berjalan. Pasal 10 (1) Kepala Daerah menyelenggarakan publikasi informasi mengenai pinjaman daerah secara berkala. (2) Publikasi informasi mengenai pinjaman daerah meliputi : a. kebijakan tentang pinjaman daerah; b. posisi kumulatif pinjaman daerah; c. jangka waktu pinjaman daerah; d. tingkat bunga pinjaman daerah; e. sumber pinjaman daerah; f. penggunaan pinjaman daerah; g. realisasi penyerapan pinjaman daerah; h. pemenuhan kewajiban pinjaman daerah. BAB IX
SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 11 (1) Dalam hal Pemerintah Daerah tidak memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) kepada Pemerintah, pembayaran kewajiban diperhitungkan dengan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil. (2) Dalam hal Pemerintah Daerah tidak menyampaikan laporan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, Menteri dapat menunda penyaluran Dana Perimbangan. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Gorontalo. Ditetapkan di Gorontalo pada tanggal 17 Desember 2012 WALIKOTA GORONTALO, TTD + CAP Diundangkan di Gorontalo pada tanggal 17 Desember 2012 ADHAN DAMBEA SEKRETARIS DAERAH KOTA GORONTALO, TTD + CAP DARWIS SALIM LEMBARAN DAERAH KOTA GORONTALO TAHUN 2012 NOMOR 4 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG
PINJAMAN DAERAH I. PENJELASAN UMUM Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah pada prinsipnya mengatur mengenai pendanaan atas pelaksanaan otonomi daerah berupa konsep desentralisasi fiskal secara komprehensif termasuk Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Hibah, Pinjaman dan sumbersumber penerimaan daerah lainnya. Pinjaman Daerah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah dalam rangka pelakasanaan desentralisasi yang dicatat dan dikelolan dalam APBD. Pinjaman daerah merupakan alternatif sumber pembiayaan APBD untuk mendanai kegiatan yang merupakan inisiatif dan kewenangan daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. Dana pinjaman dapat ditujukan untuk mendanai kegiatan investasi berupa pengadaan prasarana dan/atau sarana daerah yang memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat. Kegiatan investasi tersebut memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian Daerah pada umumnya dan/atau penerimaan Daerah pada khususnya. Dengan demikian Pinjaman Daerah merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan hubungan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah Berdasarkan hal-hal tersebut diatas salah satu upaya Pemerintah Kota Gorontalo dengan membentuk Peraturan Daerah tentang Pinjaman Daerah sebagai salah satu sumber pendanaan pembangunan daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Ayat (1) Yang dimaksud dengan masa tenggang (grace period) adalah kelonggaran waktu dalam pembayaran kembali angsuran pinjaman pokok dan/atau bunga yang telah disepakati oleh Pemerintah Kota dengan PIP. Ayat (2)
Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 172