Oleh : Amal Bahariawan *)

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

PEMBUATAN PENGKONVERSI SINAR SURYA MENJADI PANAS GUNA PENYEDIAAN AIR PANAS DALAM RUMAH TANGGA. Suharto. Jurusan Fisika, Universitas Gadjah Mada

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

Preparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menghasilkan prototip alat konsentrator surya (Gambar 14)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber energi pengganti yang sangat berpontensi. Kebutuhan energi di

Rancang Bangun Kolekor Surya Tipe Parabolic Trough untuk Menguapkan Air Laut berbahan Stainless dan Tembaga dengan Luas Tangkapan Cahaya 1 M 2

EXHAUST SYSTEM GENERATOR: KNALPOT PENGHASIL LISTRIK DENGAN PRINSIP TERMOELEKTRIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

PEMAKSIMALAN DAYA KELUARAN SEL SURYA MENGGUNAKAN LENSA CEMBUNG

RANCANG BANGUN ALAT PENGUMPUL PANAS ENERGI MATAHARI DENGAN SISTEM TERMOSIFON [DESIGN OF SOLAR THERMAL COLLECTOR TOOL WITH THERMOSIFON SYSTEM]

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

Bab III Metodologi III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat yang digunakan

PRESTASI SISTEM DESALINASI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BERBAGAI TIPE KACA PENUTUP MIRING

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses pengecatan terdapat sebuah proses yang penting yaitu proses

LAMPIRAN C DOKUMENTASI

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jalan Kolam No. 1 / jalan Gedung PBSI Telp , Universitas Medan

PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN

Kaji Eksperimental Pemisah Garam dan Air Bersih Dari Air LAut Mengunakan Kolektor Plat Alumunium Dengan Mengunakan Energi Surya

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. mengubah fasa fluida dengan cara mempertukarkan kalornya dengan fluida lain. Kalor yang

PENGARUH BESAR LAJU ALIRAN AIR TERHADAP SUHU YANG DIHASILKAN PADA PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN PIPA TEMBAGA MELINGKAR

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

ENERGI SURYA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA. TUGAS ke 5. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen Energi dan Teknologi

PERANCANGAN SUMBER ENERGI HYBRID PADA ALAT MESIN PENGERING IKAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MODIFIKASI MESIN PEMBANGKIT UAP UNTUK SUMBER ENERGI PENGUKUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK PANGAN

STUDI PERFORMANSI ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR STUDY OF WATER HEATER PERFORMANCE USING FLAT PLAT SOLAR COLLECTOR

BAB III PROSES PERANCANGAN, PERAKITAN, PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN POMPA SENTRIFUGAL UNTUK AIR MANCUR

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK

PENINGKATAN DAYA KELUARAN SEL SURYA DENGAN PENAMBAHAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA MATAHARI

PENINGKATAN DAYA KELUARAN SEL SURYA DENGAN PENINGKATAN TEMPERATUR PERMUKAAN SEL SURYA

BAB III METODE PENELITIAN

Berbagai Bentuk Energi dan Penggunaannya

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2)

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA

ANALISA PERFORMA KOLEKTOR SURYA TIPE PARABOLIC TROUGH SEBAGAI PENGGANTI SUMBER PEMANAS PADA GENERATOR SISTEM PENDINGIN DIFUSI ABSORBSI

ANALISIS TAHANAN DAN STABILITAS PERAHU MOTOR BERPENGGERAK SOLAR CELL

Perbandingan Konfigurasi Pipa Paralel dan Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

PEMANFAATAN ALAT PENGERING DENGAN PENGONTROL SUHU UNTUK PAKAN IKAN PADA CV. FAJAR ABADI

TIPS HEMAT ENERGI & LISTRIK

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ALAT PENGERING SINGKONG TENAGA SURYA TIPE KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

MESIN PENDINGIN. Gambar 1. Skema cara kerja mesin pendingin.

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar

MESIN PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYER)

I. PENDAHULUAN. minyak bumi memaksa manusia untuk mencari sumber-sumber energi alternatif.

SISTEM OTOMATISASI PENGENDALI LAMPU BERBASIS MIKROKONTROLER

Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN :

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON

collectors water heater menggunakan

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN PANEL SURYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboraturium Daya dan Alat Mesin Pertanian (Lab

PERANCANGAN SOLAR WATER HEATER JENIS PLAT DATAR TEMPERATUR MEDIUM UNTUK APLIKASI PENGHANGAT AIR MANDI

PERANCANGAN SOLAR WATER HEATER JENIS PLAT DATAR TEMPERATUR MEDIUM UNTUK APLIKASI PENGHANGAT AIR MANDI

Teknologi Dan Rekayasa TUNGSTEN INERT GAS WELDING (TIG / GTAW)

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Bab III ENERGI LISTRIK

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN WARNA PELAT KOLEKTOR SURYA BERLUBANG TERHADAP EFISIENSI DI DALAM SEBUAH WIND TUNNEL

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

SKRIPSI UJI PERFORMANSI DAN ANALISA TEKNIK ALAT EVAPORATOR VAKUM. Oleh: ASEP SUPRIATNA F

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TUNGKU PELEBURAN LOGAM DENGAN PEMANFAATAN OLI BEKAS SEBAGAI BAHAN BAKAR

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PROSES PENGUJIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI

Transkripsi:

RANCANGBANGUN PEMANAS AIR TENAGA SURYA TIPE KOLEKTOR PARABOLA TERKONTROL Oleh : Amal Bahariawan *) ABSTRAK Pengumpul energi surya yang mampu mencapai suhu tinggi hanya di peroleh dengan menggunakan kolektor surya jenis parabola. Pada cuaca cerah kolektor surya jenis parabola dengan diameter 230 cm dapat mendidikan air selama 3 menit dan kemampuan panas maksimal dapat mencairkan aluminium (Minto, 1995). Melihat kondisi seperti ini sangat memungkinkan energi surya dipergunakan untuk memanaskan air sampai mendidih dan air panas atau steam yang dihasilkan nantinya dapat dipergunakan untuk kepentingan yang lain seperti memasak, distilasi dan yang lainnya. Dalam penggunaannya jenis kolektor surya mengalami beberapa kendala seperti titik fokus harus tepat menghadap ke arah matahari agar dihasilkan suhu titik fokus yang maksimal dan selain itu cara pemanfaatan panas dititik fokus agar bisa dipergunakan untuk kepentingan yang lain. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang rancangan bangun pemanas air tenaga surya tipe kolektor parabola sistem terkontrol. Dasar perancangan pemanfaatan panas surya dengan mempergunakan kolektor surya jenis parabola adalah: panas di titik fokus kolektor ditangkap dengan memasang benda logam berbentuk bola atau tabung silinder yang didalamnya berisi cairan. Cairan penangkap panas ini kemudian disirkulasikan melalui sebuah pipa ke penukas panas. Dengan sistim pipa penukar panas bentuk spiral maka suhu yang sangat tinggi yang dibawa cairan akan dilepaskan untuk memanaskan bahan. Untuk mengkondisikan agar suhu sesuai dengan yang diinginkan maka proses sirkulasi cairan penangkap panas akan dikontrol secara otomatis. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (a) Kolektor surya parabola dengan diameter 250 cm dengan reflector plat stainless kilap 0,5 mm pada cuaca normal mampu membakar kertas Koran, (b) Sistim kontrol arah kolektor surya dengan menggunakan timer digital memberikan perubahan arah sebesar 7,5 derajat setiap 30 menit, dengan nilai ketepatan sesuai dengan yang diprogam, (c) Sistim kontrol sirkulasi air panas menggunakan Termo Kontrol Digital dengan sistim on-off kontrol dapat diprogram sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan memberikan ketepatan pengontrolan yang optimal, (d) Pada kondisi cuaca normal mampu memanaskan air sampai suhu 100 o C dalam waktu 1 jam 30 menit sehingga dapat digunakan untuk proses yang lain. Kata Kunci: air, kolektor, parabola, pemanas, surya PENDAHULUAN Kebutuhan air panas dalam kehidupan sehari-hari sangat penting terutama fungsinya sebagai media pencuci dan media pemasak. Dengan menggunakan air panas proses pencucian bahan hasil pertanian akan lebih sempurna sehingga akan dihasilkan produk yang lebih hygien. Namum demikian ada sebagian produk hasil pertanian harus yang prosese pencuciannya tidak memerlukan air panas. Selain itu kebutuhan air panas banyak juga dibutuhkan oleh rumahrumah makan, hotel pcnginapan, pencucian kendaraan dan rumah tangga. Untuk menghasilkan air panas ada dua cara yaitu dengan menggunakan alat pemanas tenaga listrik dan alat pemanas tenaga surya. Untuk kebutuhan panas yang cukup tinggi dan kapasitas besar biasanya menggunakan tenaga listrik. Sedangkan untuk kebutuhan yang tidak terlalu membutuhkan suhu yang terlalu tinggi dan kebutuhannya tidak terlalu banyak dan mendesak biasanya memanfaatkan energi panas surya. Alat pemanas air tenaga surya terdiri dari komponen pokok seperti alat pemanas dan tabung penyimpan air panas. Alat pemanas umumnya menggunakan pemanas jenis plat kolektor datar. Jenis ini lebih disukai karena mudah dioperasikan dan biaya operasi murah. Namun demikian jenis kolektor ini tidak mampu menghasilkan air panas dengan suhu tinggi yang dapat dipergunakan untuk memasak dan kebutuhan yang lain seperti distilasi dan pengeringan. Pengumpul energi surya yang mampu mencapai suhu tinggi hanya di peroleh dengan menggunakan kolektor surya jenis parabola. Pada cuaca cerah kolektor surya jenis parabola dengan 171

diameter 230 cm dapat mendidikan air selama 3 menit dan kemampuan panas maksimal dapat mencairkan aluminium (Minto, 1995). Melihat kondisi seperti ini sangat memungkinkan energi surya dipergunakan untuk memanaskan air sampai mendidih dan air panas yang dihasilkan atau steam yang dihasilkan nantinya dapat dipergunakan untuk kepentingan yang lain seperti memasak atau pengeringan. Dalam penggunaannya jenis kolektor surya mengalami beberapa kendala seperti titik fokus harus tepat menghadap ke arah matahari agar dihasilkan suhu titik fokus yang maksimal dan selain itu perlu dipikirkan juga cara pemanfaatan panas dititik fokus agar bisa dipergunakan untuk kepentingan yang lain. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang rancangan bangun pemanas air tenaga surya tipe kolektor parabola sistem terkontrol. METODOLOGI Tujuan penelitian ini adalah menciptakan alat pemanas air suhu tinggi yang nantinya dapat digunakan untuk kepentingan yang lain. Bahan dan Alat 1. Kolektor surya tipe parabola berfungsi sebagai konsentrator sinar surya. 2. Bola Penangkap panas berfungsi sebagai penangkap panas yang diletakkan dipusat titik fokus parabola. 3. Penukar panas berfungsi untuk melepaskan panas 4. Alat kontrol Elektronis berfungsi untuk mengontrol sirkulasi air panas dari bola pengkap panas ke pipa spiral pemanas dan alat kontrol arah kolektor terhadap datangnya sinar matahari Dasar perancangan pemanfaatan panas surya dengan mempergunakan kolektor surya jenis parabola adalah: panas di titik fokus kolektor ditangkap dengan memasang benda logam berbentuk bola atau tabung silinder yang didalamnya berisi cairan. Cairan penangkap panas ini kemudian disirkulasikan melalui sebuah pipa ke penukas panas. Dengan sistim pipa penukar panas bentuk spiral maka suhu yang sangat tinggi yang dibawa cairan akan dilepaskan untuk memanaskan bahan. Untuk mengkondisikan agar suhu sesuai dengan yang diinginkan maka proses sirkulasi cairan penangkap panas akan dikontrol secara otomatis. Penangkap panas Kontrol Motor Penggerak Pompa Sirkulasi Penukar panas Gambar 1. Desain Struktural Pemanas Kolektor Surya Parabola HASIL DAN PEMBAHASAN Kolektor Surya Tipe Parabola Rangka kolektor surya menggunakan rangka parabola 9 feet yang terbuat dari bahan aluminium. Kelebihan penggunaan rangka parabola ini bahan ringan, kuat, tahan karat, dan aplikasinya lebih mudah. Reflector menggunakan plat stainless mengkilap dengan ketebalan 0,5 mm dengan ukuran plat 120 x 240 cm. ketebalan plat stainless tersebut mempunyai pertimbangan aplikasi lebih mudah, kelengkungan lebih terbentuk sehingga daya reflector ketitik focus lebih sempurna, tidak terlalu berat sehingga tidak merubah kelengkungan kolektor yang nantinya berpengaruh pada pembentukan titik fokus sinar, dan hal ini akan berdampak pada panas yang dihasilkan dititik focus kurang maksimal. Rangka 172

penyangga kolektor surya menggunakan besi kotak 4 x 4 cm tebal 2 mm, untuk menyangga kolektor surya secara keseluruhan, tempat kotak control, tempat motor penggerak, dan tempat pompa sirkulasi. Penggunaan pipa kotak ini bertujuan kekuatan rangka akan lebih kuat dan berat rangka masih lebih ringan, sehingga dalam pengoperasian alat terutama dalam proses memindahan alat akan lebih mudah dilakukan. Gambar 2. Perakitan rangka kolektor surya parabola Penangkap Panas Dititik Fokus Prinsip penangkap panas dititik focus adalah panas yang ditangkap digunakan semaksimal mungkin untuk memanaskan air. Oleh karena itu rancangan yang dihasilkan untuk penangkap panas seperti gambar dibawah ini: Gambar 4. ALat Penangkap Panas Alat Penukar Panas Penukar panas berfungsi untuk melepaskan panas yang berasal dari tabung penangkap panas untuk memanaskan cairan di dalam tabung distilasi. Prinsip penukar panas adalah melepaskan panas semaksimal mungkin, oleh karena itu pipa-pipa penyalur air panas dilengkapi dengan sirip-sirip pelepas panas, sehingga panas lebih cepat terlepas. Untuk penukar panas menggunakan komponen kondensor dari kulkas yang terbuat aluminium yang sudah dilengkapi dengan sirip-sirip, dan juga dilengkapi dengan elemen pemanas listrik dengan daya 115 watt, yang nantinya dapat digunakan untuk pemanas cadangan dengan kombinasi solar sel. Gambar 3. Rancangan penangkap panas Tabung pemanas air akan diletakkan dititik focus parabolis, yang berfungsi untuk menangkap panas yang terkumpul dititik focus. Bahan penangkap panas ini terbuat dari plat stainless tebal 1 mm. Dimensi tabung pemanas air ini tidak terlalu besar agar tidak terlalu menutup sinar yang menuju ke kolektor, sehingga dimensi yang digunakan diameter 20 cm tinggi 20 cm. plat penutup bagian bawah ditambahkan sirip-sirip plat, agar penyerapan dan penyebaran panas lebih maksimal. Selain itu juga dinding tabung di pasang isolator panas agar panas yang terjadi tidak terbuang percuma ke lingkungan. Lubang penyaluran air panas menggunakan pipa stainless diameter 1/2 dim. Untuk penyaluran air panas ke alat penukar panas menggunakan slang diameter 1/2 dim yang digerakkan oleh sebuah pompa DC 12 volt 3 ampere. Gambar 5. Alat Penukar panas Sistim Kontrol Arah Kolektor Kontrol arah kolektor menggunakan sistim kontrol berbasis waktu, oleh karena itu alat kontrol menggunakan Timer Digital. Timer digital yang digunakan dapat mengontrol sembilan titik kontrol mati dan hidup dengan lama waktu mati dan hidup dapat di program sesuai dengan kebutuhan. Proses distilasi membutuhkan waktu sekitar 5 jam sehingga efektif penggunakan kolektor mulai jam 9.00 WIB sampai dengan Jam 14.00 WIB. Selang waktu 5 jam ini atau 300 menit dibagi menjadi sembilan titik kontrol sehingga setiap 30 menit ada pengontrolan arah kolektor. Arah matahari setiap 4 menit berubah satu derajat, sehingga pengontrol yang dilakukan setiap 30 menit akan mengubah arah kolektor sebesar 7,5 derajat. Perubahan sebesar 7,5 derajat posisi titik focus sinar masih berada di alas tabung penangkap 173

panas, sehingga tidak menggangu proses pemanasan. Timer Kontrol Digital Titik kontrol 9 on/off minggu-harijam-menit beban perubahan arah kolektor juga diamati dapat dilihat pada table dilampiran. Dari data yang ada menunjukkan bahwa perubahan suhu pada kondisi cuaca normal untuk mencapai suhu 100 o C hanya membutuhkan waktu 1 jam 30 menit, suhu yang dihasilkan ini mampu untuk memanasi cairan bahan bioetanaol yang hanya membutuhkan suhu 78 o C. Sedangkan perubahan arah kolektor terhadap matahari sesuai dengan yang diprogramkan, sehingga pemanasan air berjalan normal. KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 6. Timer Digital penggerak kolektor Sistim kontrol sirkulasi air panas Kontrol sirkulasi air panas menggunakan Termostart Digital. Dengan alat ini kebutuhan pengontrolan dapat diprogram, seperti mulai suhu berapa pengontrolan harus dilakukan, berapa lama beban kontol harus hidup atau mati. Dengan sistim ini maka aplikasi pengontolan lebih mudah dilakukan, dan ketepatan pengontrolan lebih terjamin. Termostart digital ini menampilkan dua tampilan yaitu suhu proses dan suhu setingan. Sirkulasi air panas menggunakan pompa DC 12 volt 3 Ampere yang di kendalikan oleh sebuah relay 12 volt 5 Ampere. Termo Kontrol Digital Suhu Proses (PV) suhu Setting (SV) sensor suhu termokoppel load kontrol 3A -220 v Gambar 7. Termo kontrol digital untuk sirkulasi air panas Unjuk kerja pemanasan air Penggunaan pemanas air dengan tenaga surya dimulai dengan memposisikan arah kolektor menghadap matahari posisi jam 09.00 WIB, proses pemanasan air di tabung penangkap panas yang berada di titik focus mulai berjalan. Pengamatan dilakukan terhadap suhu air awal pemanasan dan setiap 10 menit suhu air diamati, sehingga diperoleh data pengamatan seperti terlihat pada table dilampiran. Dan selain itu ketepatan Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Kolektor surya parabola dengan diameter 250 cm dengan reflector plat stainless kilap 0,5 mm pada cuaca normal mampu membakar kertas koran. 2. Sistim kontrol arah kolektor surya dengan menggunakan timer digital memberikan perubahan arah sebesar 7,5 derajat setiap 30 menit, dengan nilai ketepatan sesuai dengan yang diprogam. 3. Sistim kontrol sirkulasi air panas menggunakan Termo Kontrol Digital dengan sistim on-off kontrol dapat diprogram sesuai dengan kondisi yang diinginkan mampu memberikan ketepatan pengontrolan yang optimal. 4. Pada kondisi cuaca normal mampu memanaskan air sampai suhu 100 o C dalam waktu 1 jam 30 menit sehingga dapat digunakan untuk proses yang lain. Saran Untuk lebih memaksimalkan fungsi kolektor maka perlu dicari bahan reflector yang lebih mengkilap dari plat stainless, dan juga perlu di cari teknik pembentukan kelengkungan reflector sehingga fungsi reflector akan lebih sempurna. DAFTAR PUSTAKA Alsup, Fred dan Ricky M. Watson. 1991. Pratical Statistical Process Control: A Tool for Quality Manufacturing. Van Nostrand Reinhold. New York. Arismunandar, W, 1995 Teknologi Rekayasa Surya. Pradnya Paramita, Jakarta. 174

Bliss, J. 1979. Aplications of Phototransistor in Electronic-optic System. Motorola Semiconductor, Inc. Duffie, J.A. 1974. Solar Energi Thermal Proceses. John Wiley & Sons, New York Carr, J.J. 1982. Designing Microprocessor-Based Instrumentation. Reston Publishing Company, Inc., Reston, Virginia. Gunterus, F. 1994. Falsafah Dasar: Sistem Pengendalian Proses. Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Hogenboom, P. 1988. Data Sheet Book 3. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Hughes, F.W. 1986. Panduan Op-amp. Terjemahan.PT Elex Media Komputindo, Jakarta Masroni (1989). Rancangan dan Uji Teknis Kolektor Surya Parabola Silinder sederhana untuk Pendinginan Sistem Jet Uap. Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Minto, 1995, Kompor Tenaga Surya. CV. Eneka Solo. Phillips, C.L., dan Harbor, R.D. 1988. Feedback Control System. Prince-Hall International, Inc., New Jersey, USA. Susilo Sarwono. 1992. Penuntun Praktikum Kontrol Otomatik. JICA-IPB. Bogor 175