HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA REMAJA AWAL. Khoirunnisa, Imam Setyawan*

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN DISIPLIN DIRI DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA SISWA RSBI KELAS VII SMP NEGERI 4 SURAKARTA

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA REMAJA AWAL KELAS VII

DUKUNGAN SOSIAL AYAH DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA LAKI-LAKI

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL GURU DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI (SELF DISCLOSURE) PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG PERAN AYAH DENGAN BENTUK KENAKALAN REMAJA YANG MELAWAN STATUS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI X SEMARANG

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KETERLIBATAN AYAH DALAM PENGASUHAN DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA LAKI-LAKI KELAS X SMK NEGERI 4 SEMARANG

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA- ORANGTUA DAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 7 SEMARANG

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PERILAKU SEKSUAL PADA SMP NEGERI X

PENGUNGKAPAN DIRI DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS DIPONEGORO.

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang setiap harinya menjalin hubungan

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP METODE PEMBELAJARAN GURU DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI GISIKDRONO 02 DAN 04 SEMARANG

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA SISWA-SISWI AKSELERASI. Abstrak

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTAR KARYAWAN DAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk KANTOR WILAYAH SEMARANG

*) Alumni Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto **) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Kewirausahaan Pada Mahasiswa UKM Research n Business Universitas Diponegoro

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA YANG BEKERJA SEBAGAI PENYULUH DI KABUPATEN PURBALINGGA

KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN ASERTIVITAS PADA SISWA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA REMAJA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LAPAS ANAK KELAS II A KUTOARJO

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL YANG EFEKTIF ANTARA IBU DAN ANAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA MAHASISWA TINGKAT I

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

HUBUNGAN ANTARA KETERTARIKAN INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

KONTRIBUSI SELF CONCEPT MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

: dukungan sosial teman sebaya, pengungkapan diri, siswa

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

HUBUNGAN ANTARA KETERBUKAAN DIRI DENGAN PERILAKU MENCARI BANTUAN ADAPTIF DALAM PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI DI SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

HUBUNGAN ANTARA SECURE ATTACHMENT DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJADI SMAN 2 PADANG. Winda Sari Isna Asyri Syahrina

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN PADA TEMAN SEBAYA DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN KEPUASAN TERHADAP GAJI DENGAN ETOS KERJA KARYAWAN KPRI DI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Dwi Hurriyati

HUBUNGAN ANTARA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI AYAH-ANAK DENGAN KECENDERUNGAN BULLYING PADA SISWA KELAS XI DAN XII SMA MARDISISWA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-CONCEPT WITH ASSERTIVENESS IN CLASS X STUDENTS KESATRIAN 2 SENIOR HIGH SCHOOL SEMARANG

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA JANDA/DUDA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL DAN GENDER

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 PURWOREJO

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN ASERTIVITAS TERHADAP PASANGAN PADA WANITA MENOPAUSE. Ratri Dewi Anggraini, Sri Hartati*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. biasa atau persahabatan yang terjalin dengan baik. Kecenderungan ini dialami

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA DAN EFIKASI DIRI DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN KARIR PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PENGARUH KELEKATAN ORANGTUA TERHADAP STRESS COPING PADA MAHASISWA YANG MENYUSUN SKRIPSI DI PRODI RUMPUN IKK, UNJ

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 20 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN PERILAKU DIET PADA REMAJA PUTRI DI FITNESS CENTER SEMARANG JURNAL SKRIPSI

BAB V PENUTUP 5.1 Bahasan

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

HUBUNGAN ANTARA COPING STRESS DENGAN BULLYING PADA SISWA SMK MUHAMMADIYAH KUDUS. Herlin Eviani, Jati Ariati *

PERSEPSI REMAJA TENTANG POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DI BANDA ACEH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP TATA RUANG TOKO DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SWALAYAN ADA BARU SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

KONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN BULLYING PADA SISWA SMK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan sebuah hal penting dalam sebuah kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN HIBURAN KOREA DENGAN BENTUK-BENTUK PERILAKU MODELING PADA REMAJA

BAB V PENUTUP 5.1 Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara compassion orangtua dengan perilaku prososial

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA REMAJA AWAL Khoirunnisa, Imam Setyawan* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro nisa_mdj92@yahoo.com, imamsetyawan.psiundip@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk menguji secara empiris hubungan antara persepsi terhadap peran ayah dengan pengungkapan diri pada remaja awal, serta mengetahui besaran prediksi dari persepsi terhadap peran ayah. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap peran ayah dengan pengungkapan diri pada remaja awal. Teknik sampel menggunakan cluster random sampling dengan 5 kelas sebagai sampel penelitian berjumlah 163 subjek. Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan skala psikologi yang terdiri dari skala persepsi terhadap peran ayah dan skala pengungkapan diri. Skala persepsi terhadap peran ayah terdiri atas 36 aitem (α = 0,907) dan skala pengungkapan diri terdiri dari 23 aitem (α = 0,754). Analisis data dalam penelitian menggunakan metode analisis regresi sederhana dengan hasil koefisien korelasi rxy=0,218 dan p=0,003 (p<0,05), maka hipotesis diterima dan signifikan. Ada hubungan positif antara persepsi terhadap peran ayah dengan pengungkapan diri. Artinya, semakin positif persepsi terhadap peran ayah, maka semakin tinggi pengungkapan diri. Sebaliknya semakin negatif persepsi terhadap peran ayah maka semakin rendah pengungkapan diri. Koefisien determinasi menunjukkan secara simultan persepsi terhadap peran ayah dapat menjelaskan perubahan pengungkapan diri sebesar 4,8%, dan sisanya 95,2% dijelaskan oleh sebab lain. Kata Kunci: Persepsi terhadap peran ayah, pengungkapan diri, remaja awal * Penulis Penanggungjawab 1

THE CORRELATION BETWEEN OF PERCEPTION TO ROLE OF FATHER WITH SELF DISCLOSURE IN EARLY ADOLESCENT Khoirunnisa, Imam Setyawan* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro nisa_mdj92@yahoo.com, imamsetyawan.psiundip@gmail.com Abstract The purpose of the study is to examine empirically the correlation between of perception to role of father with self-disclosure in early adolescent, as well as determine the amount of prediction of perception to role of father. The hypothesis that submitted of the study is the existence the positive correlation between of perception to role of father with self-disclosure in early adolescent. Sampling techniques using cluster random sampling with 5 classes as research sampling numbered 163 subjects. Collecting data in the study using the psychological scale consists of perception to role of fathers scale and selfdisclosure scale. Perception to role of father scale consists of 36 items (α = 0.907) and self-disclosure scale consists of 23 items (α = 0.754). The data analysis on the research using simple regression analysis method with the result of correlation coefficient rxy = 0.218 and p = 0.003 (p <0.05), then the hypothesis is accepted and significant. There is a positive correlation between perceptions to role of father with self-disclosure. It means more positive of perception to role of father, that higher of self-disclosure. Conversely, more negative of perception to role of father, that is lower of self disclosure. The coefficient of determination shows the simultaneous perception to role of father can explain changes in self-disclosure by 4.8%, and the remaining 95.2% is explained by other causes. Keywords: Perception to role of father, self disclosure, early adolescent * Penulis Penanggungjawab 2

PENDAHULUAN Masa remaja adalah peralihan masa perkembangan antara masa kanakkanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif dan psikososial (Papalia, Olds & Feldman, 2009, h. 8). Perubahan-perubahan tersebut yang mendasari remaja untuk mampu menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang tersulit menurut Hurlock (1996, h. 213) adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Hal tersebut dikarenakan remaja menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman sebaya (Papalia dkk, 2009, h. 87). Remaja lebih banyak menjalin interaksi dengan teman sebaya, sehingga membutuhkan keterampilan komunikasi interpersonal. Sesuai dengan tugas perkembangan remaja menurut Kay (dalam Yusuf, 2001, h. 72) adalah mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok. Johnson (dalam Supratiknya, 1995, h. 14) menyebutkan bahwa salah satu bentuk keterampilan berkomunikasi yaitu pengungkapan diri. West & Tuner (2009, h. 199) mendefinisikan pengungkapan diri sebagai proses pembukaan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan. Pengungkapan diri dapat dilakukan dengan menyampaikan perasaan, ide atau pikiran, serta tentang kebutuhan-kebutuhan individu, sikap, pengalaman, aspirasi dan kekhawatiran (Archer, 1980; dalam Michener, & Delamater, 1999, h. 218). Individu yang berbagi informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain dengan tepat merupakan indikasi kesehatan mental seseorang (Papu, 2002). Penelitian Johnson (1981) meyebutkan bahwa individu yang mampu mengungkapkan diri secara tepat terbukti lebih mampu menyesuaikan diri (adaptive), lebih percaya pada diri sendiri, lebih kompeten, extrovert, dapat diandalkan, lebih mampu bersikap positif dan percaya terhadap orang lain, lebih obyektif dan terbuka (dalam Papu, 2002). Devito (2011, h. 67) dengan pengungkapan diri, individu mendapatkan pengetahuan tentang diri dan dapat meningkatkan kemampuan mengatasi masalah. Papalia dkk (2009, h. 97) bercerita kepada teman membantu remaja untuk menggali perasaan sendiri, mendefinisikan 3

identitas dan menekankan harga diri. Hasil penelitian Sari, Andayani & Masykur (2006, h. 11) bahwa ada hubungan positif antara harga diri dengan pengungkapan diri. Pengungkapan diri sangat dibutuhkan dan sangat berbeda dari masa remaja dibandingkan pada masa anak-anak atau pra-remaja (Cobb, 2007, h. 248). Pengungkapan diri dengan teman sebaya meningkat pada remaja awal (Buhrmester & Prager, dalam Rotenberg, 1995, h. 28). Remaja awal adalah periode remaja antara usia sekitar 11 sampai 15 tahun, ditandai dengan masa pubertas, perubahan peran gender, hubungan yang lebih otonom dengan orangtua dan hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya (Cobb, 2007, h. 4). Kenyataannya sekarang banyak remaja awal yang terlibat mulai dari kenakalan, penggunaan obat terlarang, minuman keras, bahkan depresi dan bunuh diri. Keterlibatan remaja awal dalam kenakalan, penggunaan obat terlarang, minuman keras hingga bunuh diri ditunjukkan sebagai pelampiasan terhadap masalah-masalah yang terjadi. Pelampiasan atau pelarian pada perilaku-perilaku negatif menunjukkan bahwa remaja awal enggan membagi masalah-masalah yang sedang terjadi dengan teman sebaya maupun orang lain. Papu (2002) berpendapat bahwa kesulitan dalam mengungkapkan diri terjadi karena penyampaian informasi negatif dapat menganggu hubungan dengan orang lain meskipun sebenarnya perlu disampaikan kepada orang lain. Selain tersebut, kekhawatiran remaja awal untuk mengungkapkan diri kepada teman sebaya atau orang lain berkaitan dengan risiko yang akan diterima. Taylor, Peplau & Sears (2009, h. 336) menyebutkan risiko pengungkapan diri yaitu pengabaian, penolakan, dan pengkhianatan. Remaja awal takut akan mengalami pengabaian, penolakan dan pengkhianatan dari teman sebaya terhadap informasi yang akan diungkapkan. Keengganan remaja awal dalam melakukan pengungkapan diri berdampak pada ketidakmampuan untuk terjun dalam sebuah jaringan sosial. Hal tersebut yang akan membuat remaja awal sulit dalam berkomunikasi dengan teman sebaya dan orang lain, sulit mengutarakan pendapat, ide dan gagasan, dan sulit bergaul. 4

Santrock (2007, h. 58) orangtua dapat memberi model atau melatih remajanya dalam hal menjalin relasi dengan kawan-kawan sebaya. Papu (2002) menyebutkan bahwa pola asuh menjadi salah satu faktor yang berperan penting, dalam keluarga atau lingkungan yang tidak mendukung semangat keterbukaan dan kebiasaan berbagi informasi, maka individu akan sulit untuk bisa mengungkapkan diri secara tepat. Orangtua yang menciptakan hubungan yang positif, sehingga diharapkan anak akan mempersepsikan hubungan tersebut secara positif pula. Persepsi menurut Rakhmat (2011, h. 50) diperoleh berdasarkan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi merupakan cara individu menyimpulkan dan menafsirkan informasi berdasarkan pengalaman tentang objek tersebut. Maka, cara untuk memahami peran orangtua yaitu disesuaikan dengan yang dihayati atau dipersepsikan anak terhadap kebiasaankebiasaan dan sikap orangtua. Orangtua terdiri dari ayah dan ibu. Ibu dan ayah memiliki peran yang berbeda. Ibu memiliki peran yang lebih besar dalam pengasuhan daripada ayah, bahkan ayah sangat jarang terlibat dalam pengasuhan. Sejalan dengan pendapat Dagun (2002, h. 2) yang mengatakan bahwa ayah memiliki citra keperkasaan dan kekokohan, namun jauh dari anak-anaknya dan seakan melepas tanggung jawab membina kehidupan anak langsung. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran ayah kerapkali dilupakan bahkan diabaikan, padahal peran ayah tak bisa dihilangkan ataupun digantikan. Era modern sekarang, banyaknya ibu yang bekerja, menuntut peran ayah yang lebih dalam pengasuhan. Penelitian yang dilakukan Slameto (2003) bahwa ayah memiliki peran sebagai pencari nafkah, pembimbing, pendidik dan teladan. Dagun (2002, h. 2) berpendapat bahwa betapa pentingnya partisipan seorang ayah dalam membina pertumbuhan fisik dan psikologis anak. Jika ayah tidak ikut terlibat dalam pengasuhan, maka akan terjadi ketidakseimbangan. Cara ayah mendidik bukan lagi dengan menghukum, menurut Hidayati, Kaloeti & Karyono (2011, h. 8) perlu dihilangkan bahwa mendidik adalah menghukum dan melarang ataupun memerintah anak apalagi dengan kekerasan. 5

Carlos & McLanahan (2002); Jones (2006); Parke (2002) menyebutkan bahwa interaksi dengan ayah yang mengasihi, mudah berkomunikasi dan dapat diandalkan yang dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan pada anakanaknya, sangat mendukung perkembangan sosial remaja (dalam Santrock, 2007, h. 18). Anak yang kurang mendapat perhatian ayahnya cenderung memiliki kemampuan akademis menurun, aktivitas sosial terhambat, dan interaksi sosial terbatas (Dagun, 2002, h. 13). Interaksi ayah-anak merupakan cara ayah dalam mengembangkan perkembangan sosial anak. Interaksi yang dilakukan ayah dapat menjadi contoh bagi anak. Anak akan mengamati dan meniru sikap yang sesuai pada ayahnya (Dagun, 2002, h. 107-108). Penelitian hubungan antara persepsi terhadap peran ayah dengan pengungkapan diri perlu dilakukan, mengingat remaja awal mulai melepaskan ketergantungan pada orangtua dan beralih pada teman sebaya dan kelompok seusianya, sehingga dapat mengembangkan hubungan akrab dengan teman sebaya. METODE PENELITIAN Pengungkapan diri adalah kemampuan membuka atau membagi informasi pribadi secara sengaja mengenai pikiran, perasaan, ide, gagasan, impian dan harapan yang biasanya tersembunyi dan melibatkan sedikitnya satu orang lain, sehingga dapat memulai, memelihara dan mengembangkan hubungan yang lebih akrab. Pengungkapan diri akan diukur dengan skala pengungkapan diri yang disusun berdasarkan aspek-aspek menurut Hargie (2011, h. 245-257) yaitu valensi, informatif, ketepatan, fleksibilitas, kemudahan akses, kejujuran dan penghindaran pengungkapan. Persepsi terhadap peran ayah adalah penilaian individu terhadap fungsi ayah dalam keluarga yang melibatkan kognitif dan afektif yang disesuaikan dengan pengalaman dan kemampuan individu. Persepsi terhadap peran ayah pada akan diukur dengan skala persepsi terhadap peran ayah yang disusun berdasarkan aspek-aspek persepsi dan peran ayah. Aspek-aspek persepsi yang digunakan menurut Coren (dalam Freedheim & Weiner, 2003, h. 89) adalah kognitif dan 6

afektif dengan peran ayah menurut Lamb (dalam Lamb, 2010, h. 3) yaitu teman, pemberi kasih sayang, pasangan, pelindung, model atau teladan, pemandu moral, pendidik dan pencari nafkah. Populasi penelitian yang digunakan adalah remaja awal di SMP Negeri 6 Cirebon yang berjumlah 294 orang. Karakteristik populasi penelitian antara lain : remaja awal berusia 11-15 tahun di SMP Negeri 6 Cirebon dan memiliki ayah yang tinggal bersama. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling, yaitu menurut Azwar (2013, h. 87) dengan melakukan randomisasi (acak) terhadap kelompok, bukan terhadap subjek secara individual. Kerlinger (2006, h. 207) menyebutkan misalnya kelas-kelas. SMP Negeri 6 Cirebon terdiri dari kelas-kelas yang akan menjadi kluster atau kelompok yang akan dipilih sebagai sampel. Pengumpulan data menggunakan skala psikologi yang terdiri dari dua skala yaitu skala pengungkapan diri dan skala persepsi terhadap peran ayah. Skala tersebut menggunakan model Likert yang dimodifikasi dengan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai. Skala tersebut berisi dua pernyataan yaitu favorable dan unfavorable. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi terhadap peran ayah dengan pengungkapan diri pada remaja awal. Hal tersebut dibuktikan dengan angka korelasi rxy = 0,218 dan tingkat signifikan p=0,003 (p<0,05). Nilai positif skor korelasi dan tingkat signifikan p=0,003 (p<0,05) menunjukkan arah hubungan yang positif dan signifikan antara kedua variabel. Semakin positif persepsi terhadap peran ayah, maka semakin tinggi pengungkapan diri, dan sebaliknya semakin negatif persepsi terhadap peran ayah, maka semakin rendah pengungkapan diri. Hasil penelitian membuktikan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap peran ayah dengan pengungkapan diri pada remaja awal dapat diterima. 7

Persepsi terhadap peran ayah mempengaruhi pengungkapan diri terlihat dari koefisien determinasi sebesar 0,048, artinya 4,8% variasi pengungkapan diri dipengaruhi oleh persepsi terhadap peran ayah, sedangkan sisanya 95,2% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Sesuai dengan yang diungkapkan Devito (2006, h. 106; 2011, h. 65-67) bahwa pengungkapan diri dipengaruhi faktor-faktor antara lain besar kelompok, perasaan menyukai, efek diadik, kompetensi, kepribadian, topik, jenis kelamin dan kebudayaan. Salah satu hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan pengungkapan diri berdasarkan jenis kelamin, yaitu pengungkapan diri pada pria lebih rendah daripada wanita (Sari, Andayani & Masykur, 2006, h. 19). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurvita (2008, h. 61 & 65) bahwa ada hubungan positif antara persepsi terhadap peran pengasuhan ayah dengan kepercayaan diri anak. Semakin positif persepsi terhadap peran pengasuhan ayah, maka semakin tinggi kepercayaan diri anak, dan sebaliknya semakin negatif persepsi terhadap peran pengasuhan ayah, maka semakin rendah kepercayaan diri anak. Variabel persepsi anak terhadap peran pengasuhan ayah memberikan sumbangan efektif terhadap variabel kepercayaan diri anak sebesar 11.15 persen. Ayah berperan penting dalam menumbuhkan kepercayaan diri pada anak. Kepercayaan diri dibutuhkan dalam pergaulan dengan teman sebaya maupun orang lain. Hubungan ayah-anak merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kemampuan anak dalam bergaul dengan teman barunya (Dagun, 2002, h. 87). Anak yang memiliki kepercayaan diri akan mudah bergaul dengan teman sebaya atau orang lain. Anak yang lebih percaya diri dan mudah bergaul menandakan bahwa anak mampu mengungkapkan diri dengan tepat. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saputra, Prastuti, & Sulistiyorini (2011) menyatakan bahwa ada hubungan antara kepercayaan diri dengan pengungkapan diri. Semakin tinggi kepercayaan diri, maka semakin tinggi pengungkapan diri, serta semakin rendah kepercayaan diri maka semakin rendah pengungkapan diri. Pengungkapan diri merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal yang harus dimiliki dalam pergaulan dengan teman sebaya maupun orang lain. 8

Penelitian yang dilakukan oleh Stolz menyimpulkan bahwa anak-anak yang jarang bersama ayahnya akan berkurang gairahnya dalam bergaul dengan teman sebayanya bila dibandingkan kelompok anak yang secara rutin dekat dengan ayahnya (Dagun, 2002, h. 87-88). Individu yang memiliki persepsi terhadap peran ayah yang positif akan lebih mudah mengungkapkan diri dengan teman sebaya maupun orang lain. Martinez & Howe (2013, h. 288) dalam penelitian mengatakan bahwa orangtua dengan menyoroti kebutuhan untuk program pendidikan, intervensi dan strategi yang membantu anak-anak dan remaja mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan melalui pengungkapan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi terhadap peran ayah dari subjek pada saat penelitian berada pada kategori positif. Kondisi tersebut terlihat dari gambaran umum skor variabel yang menunjukkan bahwa mean empirik variabel persepsi terhadap peran ayah adalah sebesar 116,7 yang berada pada rentang antara skor 90-117 (positif). Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa subjek memiliki persepsi terhadap peran ayah yang tergolong positif. Remaja awal berdasarkan hasil penelitian memiliki persepsi terhadap peran ayah yang positif. Hal tersebut ditandai dengan penilaian positif mengenai fungsi atau posisi orangtua laki-laki (ayah) dalam satu kelompok yaitu keluarga yang dibuat berdasarkan harapan-harapan terhadap posisi tersebut. Menurut Lamb (dalam Lamb, 2010, h. 3) bahwa ayah memiliki peran sebagai teman, pemberi kasih sayang, pasangan, pelindung, model atau teladan, pemandu moral, pendidik dan pencari nafkah. Persepsi terhadap peran ayah yang positif ditunjukkan dengan penilaian positif terhadap kemampuan ayah dalam memerankan peran dalam keluarga seperti sebagai teman, pemberi kasih sayang, pasangan, pelindung, model atau teladan, pemandu moral, pendidik dan pencari nafkah. Ayah yang memiliki kemampuan memerankan peran dalam keluarga sesuai dengan harapan-hrapan akan menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif. Lingkungan keluarga yang kondusif dengan situasi rumah yang aman dan nyaman akan menghindari remaja awal dari perilaku-perilaku yang negatif. 9

Salah satu cara ayah agar remaja awal terhindar dari perilaku-perilaku negatif adalah dengan mengajarkan, membimbing dan mendorong untuk mampu mengungkapkan diri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2008, h. 2) menyebutkan ada hubungan antara pengungkapan diri dengan kematangan emosi pada remaja. Remaja awal yang mampu mengungkapkan diri dapat meningkatkan kematangan emosional, sehingga mampu menyelesaikan masalah tanpa mencari atau menyelesaikan dengan hal-hal yang negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan diri subjek pada saat penelitian berada pada kategori tinggi. Kondisi tersebut diperlihatkan oleh gambaran umum skor variabel yang menunjukkan bahwa mean empirik variabel pengungkapan diri adalah sebesar 67,14 yang berada pada rentang antara skor 57,5-70,5 (tinggi). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek memiliki pengungkapan diri yang tergolong tinggi. Buhrmester & Prager mengatakan bahwa pengungkapan kepada teman sebaya meningkat selama masa remaja awal (dalam Rotenberg, 1995, h. 32). Menurut Johnson (1981) menyebutkan bahwa mengungkapkan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat, sehingga hal tersebut merupakan upaya untuk mengawali hubungan ke arah akrab (dalam Supratiknya, 1995, h. 15). Menurut hasil penelitian yang mengatakan bahwa hubungan yang sehat dengan saudara dan teman-teman, ditandai dengan kedekatan, kepedulian dan saling mendukung, yang terpenting untuk meningkatkan perkembangan sosial-emosional dan penyesuaian anak serta kesejahteraan secara keseluruhan (Martinez & Howe, 2013, h. 288). Martinez & Howe (2013, h. 274) menyebutkan juga bahwa remaja awal yang tidak mengungkapkan kepada teman-teman mereka melaporkan konflik persahabatan yang lebih besar. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi terhadap peran ayah dengan pengungkapan diri pada remaja awal. Semakin positif persepsi terhadap peran ayah, maka semakin tinggi pengungkapan diri, dan sebaliknya semakin negatif persepsi terhadap peran 10

ayah, maka semakin rendah pengungkapan diri. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa hipotesis penelitian dapat diterima. Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa 4,8% variasi pengungkapan diri dipengaruhi oleh persepsi terhadap peran ayah, sedangkan sisanya 95,2% dijelaskan oleh sebab lain. Adapun saran yang dapat diberikan antara lain kepada : 1. Subjek diharapkan mampu mempertahankan pengungkapan diri dengan meningkatkan persepsi positif terhadap peran ayah. Persepsi positif terhadap peran ayah dapat ditingkatkan melalui interaksi bersama ayah dengan melakukan kegiatan bersama, seperti saling berbagi cerita, berdiskusi, dan mengerjakan pekerjaan bersama. Subjek diharapkan dapat melihat kelebihan dan pentingnya peran ayah melalui kegiatan tersebut. 2. Peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian tentang pengungkapan diri perlu mempertimbangkan sebab-sebab lain yang mempengaruhi pengungkapan diri pada remaja awal seperti lingkungan sekolah, masyarakat atau tempat tinggal atau diri individu sendiri. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2013). Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Buhrmester, D. & Prager, K. (1995). Patterns and functions of self disclosure during childhood and adolescence. In Rotenberg, K.J. (Ed) Disclosure processes in children and adolescents (pp. 10-56). New York : Cambridge University Press. Cobb, N.J. (2007). Adolescence : Continuty, change, diversity. New York : McGraw Hill Coren, S. (2003). Sensation and perception. In Freedheim, D.K., & Weiner, I.B. (Eds) Handbook of psychology : Volume 1 history of psychology (pp. 85-108). Canada : John Wiley & Sons. Dagun, S. M. (2002). Psikologi keluarga. Jakarta : Rineka Cipta. Dayakisni, T., & Hudaniah. (2009). Psikologi sosial. Malang: UMM Press. Devito, J. A. (2011). Komunikasi antar manusia. Jakarta : Kharisma Publising Group. Hargie, O. (2011). Skilled interpersonal communication : Research, theory and practice. New York : Routledge. Hidayati, F., Kaloeti, D.V.S., & Karyono. (2011). Peran ayah dalam pengasuhan anak. Jurnal Psikologi Undip, 9, 1-10. 11

Hurlock, E.B. (1996). Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga. Kerlinger, F.N. (2006). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta : Gadja Mada University Press. Lam, M.E. (2010). How do father influence children's development? let me count the ways. In M.E. Lamb (Ed). The role of the father in child development (5rd ed., pp. 1-26). Canada : John Wiley & Sons. Martinez, B., & Howe, N. (2013). Canadian early adolescents self disclosure to siblings and best friends. International Journal of Child, Youth and Family Studies, 2, 274-300. Michener, H.A., & Delamater, J.D. (1999). Social psychology. New York : Harcourt Brace College Publishers. Notosoedirdjo, M., & Latipun. (2007). Kesehatan mental : Konsep dan penerapan. Malang : UMM Press. Nurvita, M. (2008). Kepercayaan diri pada anak ditinjau dari persepsi terhadap peran pengasuhan ayah. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : UNIKA. Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Human development : Perkembangan manusia. Jakarta : Salemba Humanika. Papu, J. (2002, Desember 07). Pengungkapan diri. Retrieved September 24, 2013, from Jakarta: http://www.epsikologi.com. Pertiwi, A. (2008). Hubungan antara pengungkapan diri dengan kematangan emosi pada siswa [Abstract]. Retrieved from http://archive.eprints.uad.ac.id Rakhmat, J. (2010). Psikologi komunikasi. Bandung : Rosda. Santrock, J. W. (2007). Remaja jilid 1. Jakarta: Erlangga.. (2007). Remaja jilid 2. Jakarta : Erlangga. Saputra, H.D., Prastuti, E., & Sulistiyorini, D. (2011). Hubungan kepercayaan diri dan pengungkapan diri siswa sma terbuka kepanjen [Abstract]. Retrieved from http://karya-ilmiah.um.ac.id Sari, R.P., Andayani, T.R., & Masykut, A.M. (2006). Pengungkapan diri mahasiswa tahun pertama universitas diponegoro ditinjau dari harga diri dan jenis kelamin. Jurnal Psikologi, 3, 11-25. Slameto. (2003, Mei 24). Peranan ayah dalam pendidikan anak dan hubungannya dengan prestasi belajarnya. Retrieved Maret 17, 2014, from Salatiga : http://re-searchengines.com/slameto2.html Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antar pribadi tinjauan psikologis. Yogyakarta : Kanisius. Taylor, S.E., Peplau, L.A., & Sears, D.O. (2009). Psikologi sosial. Jakarta : Kencana. West, R., & Turner, L.H. (2008). Pengantar teori komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika. Yusuf, S. (2001). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : Rosda. 12