BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

MAKNA PERAYAAN LIMBE DALAM MASYARAKAT DENGKA DULU DAN SEKARANG

PERTEMUAN KE 8 POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual)

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. akan memunculkan sebuah budaya dan musik baru. Walaupun biasanya terkadang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

A. LATAR BELAKANG MASALAH

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

dan Pertunangan Pernikahan

Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebelum agama-agama besar (dunia), seperti Agama Islam, katolik, Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, ternyata di Indonesia telah terdapat agama suku atau di kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah suatu kepercayaan yang dianut oleh nenek moyang, yang kemudian diteruskan dari generasi ke generasi. Agama suku itu timbul spontan dan tumbuh serta hidup dalam suatu suku tertentu sehingga memiliki sifat yang khas, sebab tidak dipengaruhi oleh ajaran agama primitif dari bangsa lain. YWM Bekker mengatakan bahwa agama yang paling tua di Indonesia adalah agama asli. 2 Agama ini sampai berabad-abad bahkan sampai kini tetap dipegang teguh oleh masyarakat sebagai pedoman hidup dan masih terasa pengaruhnya. Agama asli atau yang dikenal juga dengan sebutan kerohanian asli akan nampak dalam praktek kepercayaan, kesusilaan, adat, nilai, upacara serta perayaan. Berbicara mengenai praktek keagamaan dalam agama suku, tidak dapat lepas dari adat suatu masyarakat, sebab adat termasuk bagian dari praktek agama tersebut. Kata adat berasal dari bahasa Arab yang kemudian diambil alih oleh bangsa-bangsa lain di Asia Tenggara, sebagian dengan sedikit perubahan. Kata adat berasal dari kata kerja ada yang berarti berbalik kembali, datang kembali. Dengan demikian, adat dapat 1 2 Rahmnat subagya, agama dan Alam kerohanian Asli di Indonesia, 1979, 13 YWM Bekker, Agama asli di Indonesia, tanpa tahun, 1-2

diartikan sebagai suatu sikap atau tingkah laku, kebiasaan, kelaziman yang adalah sesuai dengan norma yang diturun-alihkan. Karena terjadi secara berulang-ulang, mendapat sifat sebagai sudah ada. Dan itu membuat adat memperoleh kedudukan atau status sebagai sesuatu yang mengkait, yang tidak terletakkan baik untuk individu maupun golongan. Adat hampir merangkumkan seluruh lapangan kehidupan, hukum, hubunganhubungan keluarga, kehidupan dan kematian suatu suku bangsa. Adat bukan hanya memberi penetapan sebagai seksama untuk setiap hal satu-persatu, misalnya bagaimana menghukum pencuri, melainkan juga dengan cara bagaimana seorang pemuda melamar seorang gadis, bagaimana si gadis menjawab lamaran si pemuda tersebut 3. Setiap suku bangsa memiliki adat yang diterapkan dalam suatu masyarakat. Penerapan adat dalam suatu masyarakat tentu memiliki tujuan. 4 Tujuan dari penerapan adat adalah: a. Meningkatkan kualitas hidup, baik bagi perorangan maupun kelompok. b. Masyarakat tidak mengambil keputusan sendiri, sebab setiap keputusan yang diambil harus beracuan dan sesuai dengan adat yang berlaku. c. Tercipta ketertiban hidup dalam masyarakat, sebab adat sifatnya mewajibkan. 3 4 Lothar Scheiner, Adat dan Injil, Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak, cetakan 3, 1996, 18-20 Ibid., 18-20.

d. Memberi kehidupan dan jalan menuju keselamatan yaitu menjamin kehidupan dan mempertinggi kesejahteraan, jika masyarakat memahami dan menerapkan adat dengan benar. e. Masyarakat dapat menemukan kabahagiaan dan keselarasan hidup. Kebudayaan merupakan cara-cara manusia mengekspresikan dirinya, menelusuri jejak pencarian makna tentang siapa dirinya, orang lain dan dirinya bersama orang lain (masyarakat). Pada awalnya, culture dekat pengertiannya dengan kultivasi, yaitu tentang pemeliharaan ternak, hasil bumi, dan upacara-upacara religius (yang darinya diturunkan istilah kultus atau cult ). Namun sejak abad ke-16 hingga 19, istilah ini mulai diterapkan secara luas untuk pengembangan akal budi manusia individu dan sikap prilaku pribadi lewat pembelajaran. Raymond Williams memberikan 3 istilah budaya salah satunya ia mengatakan bahwa kebudayaan mengambarkan seluruh cara hidup, berkegiatan, keyakinan-keyakinan, dan adat kebiasaan sejumlah orang, kelompok atau masyarakat. 5 Berbicara mengenai kebudayaan dalam konteks masyarakat Indonesia maka yang menjadi fokus utama adalah pengertian kebudayaan yang dipahami sebagai usaha manusia untuk mengembangkan kreativitasnya (kesenian tradisional) dan usaha manusia untuk memperkenalkan indentitasnya serta menggambarkan keyakinankeyakinannya. Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia melahirkan berbagai macam agama lokal beserta ritual-ritualnya yang masih dilakukan hingga sekarang. 5 Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto (editor), Teori-Teori Kebudayaan, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), 7,8.

Ritual-ritual tersebut merupakan cara untuk mengafirmasikan keyakinan masyarakat dan dalam rangka mempertahankan kebudayaan yang diwarisi dari leluhur. Salah satu suku yang masih sangat kental dengan kebudayaannya ialah suku Karo. Suku Batak Karo mempunyai adat, bahasa dan tulisan sendiri serta memiliki ciri khas yaitu menggunakan marga turun-temurun sebagai asalnya. Setiap orang Batak Karo mempunyai merga buat laki-laki dan beru buat perempuan. 6 Sama seperti suku-suku bangsa lainnya di Indonesia, masyarakat Karo memiliki agama suku yang dikenal dengan nama Agama Perbegu atau Agama Pemena. 7 Agama ini adalah kepercayaan mula-mula (primitif) yang dianut oleh masyarakat Karo sebelum agamaagama besar lainnya datang dan masuk kemudian dianut oleh masyarakat Karo. Memang ada pengaruh kebudayaan Hindu, tapi kemudian kebudayaan itu diambil alih oleh kebudayaan Karo sendiri. 8 Agama Perbegu masih ada hingga kini, apalagi bagi masyarakat yang masih tetap terikat pada kepercayaan tradisionalnya, masih terus berkembang usaha penghormatan kepada nenek moyang, roh-roh orang mati, dan upacara pemanggilan begu. 9 Contoh upacara yang masih dilakukan masyarakat Karo dalam hubungannya dengan agama Perbegu atau agama Pemena adalah penampeken Jinujung yang berati pelepasan roh gaib pelindung atau penolong dari diri seseorang. Kebudayaan karo yang berhubungan dengan pelaksanaan upacara-upacara adat dan masih dilakukan sampai saat ini oleh masyarakat karo secara umum tanpa mengenal 6 7 8 9 P.Tamboen, Adat-Istiadat Karo, (Jakarta: Balai Pustaka, 1952), 1. Pemena berasal dari perkataan atau bahasa karo yang artinya pertama atau mula-mula. Jadi, Agama Pemena adalah Agama mula-mula atau Agama pertama yang tumbuh dan hidup dalam masyarakat perbegu. Penganut Agama ini disebut masyarakat pemena atau masyarakat perbegu. Harun Hadiwijono, Religi Suku Murba di Indonesia, 1967, 70-71. Begu adalah arwah atau roh orang yang telah meninggal dunia.

perbedaan status dan keyakinan adalah upacara adat perkawinan. Upacara adat perkawinan dilakukan oleh masyarakat karo tanpa terkecuali bagi mereka yang beragama Kristen maupun Islam. Puncak adat perkawinan biasanya dilakukan pada malam hari setelah pemberkatan nikah bagi yang beragama Kristen. Upacara adat perkawinan dilakukan dengan cara keluarga besar mempelai memanjatkan doa agar kedua mempelai dapat hidup bahagia. Dalam upacara adat tersebut, kedua mempelai akan mengekspresikan kegembiraan dan kebahagiaannya dengan cara menari dan bernyanyi. Pada saat kedua mempelai menari dan bernyanyi, keluarga besar yang hadir dalam pesta adat perkawinan akan memberi uang kepada kedua mempelai dengan cara ikut menari sambil menyelipkan uang di jari kedua mempelai atau meletakkannya di keranjang yang ada di depan kedua mempelai. Istilah dalam bahasa Karo, adat memberikan uang disebut dengan cokong-cokong. Cokongcokong pada umumnya tidak hanya dilakukan pada pesta adat perkawinan tetapi dilakukan juga pada pesta-pesta adat lainnya. Melalui fakta itulah penulis melakukan penelitian terhadap cokong-cokong ditinjau dari perspektif Identitas Sosial. Bagi masyarakat Karo, mengapa cokong-cokong masih dilakukan hingga saat ini? Dan apakah cokong-cokong termasuk kedalam Identitas Sosial? Apakah sebagai orang Kristen yang hidup di dalam budaya dan beradaptasi dengannya mampu mengaplikasikannya atau memunculkan dualisme pemikiran terhadap budaya tersebut. Berdasarkan permasalahan inilah, maka penulis mengangkat judul sebagai berikut: Cokong-Cokong Ditinjau Dari Perspektif Identitas Sosial

II. RUMUSAN MASALAH 1. Apa makna cokong-cokong bagi masyarkat Karo? 2. Bagaimana makna cokong-cokong di lihat dari Perspektif Identitas Sosial? III. TUJUAN PENELITIAN 1. Mendeskripsikan makna cokong-cokong bagi masyarakat Karo. 2. Menghubungkan makna cokong-cokong dengan prespekif Identitas Sosial. IV. METODE PENELITIAN 1. Penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu sumber data yang digunakan tidak hanya pendapat yang disampaikan oleh seseorang (melalui wawancara), tetapi dapat pula dari sumber-sumber tertulis yang diinterprestasikan. Penelitian kualitatif juga efektif untuk mengkaji nuansa dari sikap dan prilaku, dan proses-proses sosial. Yang menjadi beberapa topik/tipe penelitian kualitatif, diantaranya ialah : makna (meanings), pola-pola perilaku yang khusus (practices), suatu peristiwa (episodes). 10 2. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dengan wawancara dan mengumpulkan data melalui studi kepustakaan dengan berbagai buku atau dokumen, sebagai tolak ukur untuk menganalisa penelitian. Studi kepustakaan bermanfaat untuk menyusun landasan teoritis yang akan menjadi tolak ukur untuk menganalisa hasil interprestasi data penelitian lapangan untuk menjawab 10 Jacob Daan Engel, Metodologi Penelitian Sosiologi dan Teologi Kristen, (Salatiga: Widya Press, 2005); 20,21.

persoalan pada rumusan dan tujuan masalah yang diteliti. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data primer dan sekunder tentang masalah yang akan diteliti melalui percakapan dan tatap muka, yang bertujuan mendapat keterangan yang lebih akurat. 3. Satuan pengamatan dan analisa Daerah penelitian di Kabanjahe. karena penulis ingin mengetahui makna cokong-cokong bagi masyarakat Karo yang berada di Kabanjahe. Satuan pengamatan ialah masyarakat Karo. Satuan analisa adalah pandangan dan pemahaman cokong-cokong bagi masyarakat Karo. V. MANFAAT PENELITIAN 1. Kepada Fakultas Teologi - Universitas Kristen Satya Wacana : diharapkan penulisan ini bermanfaat bagi Fakultas Teologi dalam memperkaya wawasan tentang kebudayaan dan merupakan sumbangan untuk mata kuliah agama suku maupun agama dan kebudayaan. 2. Untuk gereja memberikan sumbangan pemikiran kepada gereja dalam membangun sikap yang selektif untuk menerima kebudayaan. VI. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I. PENDAHULUAN Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, signifikansi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI Untuk memulai suatu penelitian, penulis memerlukan landasan teori yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Landasan teori ini dimaksudkan untuk menjelaskan konsep-konsep yang digunakan penulis sebagai pedoman penelitian di lapangan untuk menganalisis masalah. BAB III. HASIL PENELITIAN Mendeskripsikan hasil penelitian mengenai makna cokong-cokong bagi masyarakat Karo. BAB IV. ANALISA HASIL PENELITIAN Menganalisa hasil penelitan mengenai makna cokong-cokong bagi masyarakat Karo dan Bagaimana makna tersebut di lihat dari perspektif Identitas Sosial BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan dari seluruh bab dan masukan bagi Gereja, Fakultas Teologi - Universitas Kristen Satya Wacana dan penulis sendiri.