LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 03 B TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEPADA KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI BANDUNG BARAT

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN AKIBAT BENCANA DI KABUPATEN BLORA

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2014

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 43 Tahun : 2014

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATIPANDEGLANG,

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAN PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 42 TAHUN 2018 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG SANTUNAN DAN BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK KORBAN BENCANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG BANTUAN TERHADAP KORBAN BENCANA PADA SAAT TANGGAP DARURAT BENCANA BUPATI MALANG,

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

QANUN ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA GUBERNUR ACEH,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

Powered by TCPDF (

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PROSEDUR DAN MEKANISME PENYALURAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH UNTUK PENANGANAN TANGGAP DARURAT

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

No.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KORBAN BENCANA

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN BANYUMAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

9 Oktober 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Nomor 7 Seri A Menimbang : a. bahwa Pemerintah Daerah bertanggung jawab dan wajib melindungi segenap warga masyarakat dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan termasuk perlindungan atas bencana, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum; b. bahwa wilayah daerah Kabupaten Blitar memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana alam maupun bencana nonalam yang menimbulkan kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dampak psikologis, dan korban jiwa; c. bahwa untuk meringankan beban penderita dan mempercepat proses pengembalian fungsi sosial bagi para penderita dan/atau korban akibat bencana alam

serta penanggulangan bencana dapat diupayakan pemberian bantuan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Bantuan Bencana; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Dati II Surabaya dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 140 Tahun 2005, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578) 6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 165 tahun 2005, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593) 7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang

Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapakali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan daerah; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 12. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar; 13. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Bencana Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian dan Besaran Bantuan Santunan Duka Cita; 14. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pedoman Bantuan Logistik; 15. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Bantuan Peralatan; 16. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pedoman Mekanisme Pemberian Bantuan Perbaikan Darurat; 17. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 6A Tahun 2011 tentang Penggunaan Dana Siap Pakai; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 3 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2013 Nomor 2).

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BLITAR dan BUPATI BLITAR Menetapkan MEMUTUSKAN: :PERATURAN DAERAH TENTANG BANTUAN BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Blitar. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah kabupaten Blitar. 3. Bupati adalah Bupati Blitar. 4. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,kerugian harta benda, dan dampak psikologis bagi manusia. 5. Bantuan Bencana adalah bantuan sosial atau bantuan lainnya yang diberikan kepada korban bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. 6. Bantuan Santunan adalah bantuan berbentuk uang yang diberikan olah Pemerintah Daerah kepada korban bencana. 7. Korban Bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia (termasuk didalamnya tempat tinggal) akibat bencana.

8. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disingkat BPBD adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Blitar. 9. Tim Penilai adalah tim kaji cepat BPBD untuk melakukan penilaian kerugian apabila terjadi bencana. BAB II HAK, KEWAJIBAN, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG Bagian Kesatu Hak dan Kewajiban Masyarakat Pasal 2 (1) Setiap orang yang terkena bencana berhak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar. (2) Setiap orang berhak untuk memperoleh ganti kerugian karena terkena bencana yang disebabkan oleh kegagalan konstruksi. (3) Setiap orang yang terkena bencana memberikan informasi yang benar tentang keadaan yang diderita akibat bencana. Bagian Kedua Tanggung Jawab dan Wewenang Pemerintah Daerah Pasal 3 (1) Pemerintah Daerah menjadi penanggungjawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. (2) Tanggungjawab Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi: a. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum;

b. pelindungan masyarakat dari dampak bencana; c. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan; dan d. pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan belanja daerah yang memadai. (3) Wewenang pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi: a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana pada wilayahnya selaras dengan kebijakan pembangunan daerah; b. pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsurunsur kebijakan penanggulangan bencana; c. pelaksanaan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan provinsi dan/atau kabupaten/kota lain; d. pengaturan penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana pada wilayahnya; e. perumusan kebijakan pencegahan penguasaan dan pengurasan sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam pada wilayahnya; dan f. pengendalianpengumpulan dan penyaluran uang atau barang. (4) Tata cara pengendalianpengumpulan dan penyaluran uang atau barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf f diatur dalam Peraturan Bupati. BAB III JENIS BENCANA DAN BENTUK BANTUAN BENCANA Bagian Kesatu Umum Pasal 4

(1) Jenis bencana meliputi: a. bencana alam, b. bencana non alam, c. bencana sosial. (2) Bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor. (3) Bencana nonalam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. (4) Bencana sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Pasal 5 (1) Jenis Bantuan Bencana yang diberikan Pemerintah Daerah terdiri atas: a. bantuan dalam hal terjadi kondisi tanggap darurat; b. bantuan dalam hal terjadi kondisi pasca bencana; c. bantuan santunan duka cita dan kecacatan bagi korban bencana; dan d. bantuan bagi korban bencana yang kehilangan mata pencaharian. (2) Prinsip-prinsip dalam pemberian bantuan bencana: a. cepat dan tepat

b. transparan dan akuntabel ; c. non diskriminatif. (3) Unsur masyarakat dapat berpartisipasi dalam penyediaan bantuan. Bagian Kedua Bentuk Bantuan dalam Hal Terjadi Kondisi Tanggap Darurat Pasal 6 (1) Dalam hal terjadi kondisi tanggap darurat, Pemerintah Daerah memberikan bantuan berupa: a. pemenuhan kebutuhan dasar; b. pelindungan terhadap kelompok rentan yang meliputi: 1. bayi, balita, dan anak-anak; 2. ibu yang sedang mengandung atau menyusui; 3. penyandang cacat; dan 4. orang lanjut usia; dan/atau c. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital. (2) Pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi bantuan penyediaan: a. kebutuhan air bersih dan sanitasi; b. pangan; c. sandang; d. pelayanan kesehatan; e. pelayanan psikososial; dan f. penampungan dan tempat hunian.

(3) Pelindungan terhadap kelompok rentan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa: a. penyelamatan; b. evakuasi; c. pengamanan; dan d. pelayanan kesehatan dan psikososial. (4) Pemulihan fungsi prasarana dan sarana vital sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana. Bagian Ketiga Bentuk Bantuan Dalam Hal Terjadi Kondisi Pasca Bencana Pasal 7 (1) Dalam hal terjadi kondisi pasca bencana, Pemerintah Daerah memberikan bantuan berupa perbaikan rumah masyarakat. (2) Korban bencana yang menderita kerusakan tempat tinggal adalah pemilik rumah tinggal yang bangunannya mengalami kerusakan akibat bencana yang terjadi di wilayah Daerah. (3) Kriteria kerusakan tempat tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. rusak ringan adalah bangunan rumah utama masih berdiri, tidak ada kerusakan struktur, hanya terdapat kerusakan komponen arsitektural, yaitu bangunan masih berdiri, retak-retak pada dinding plesteran, penutup atap/ genteng lepas, sebagian penutup langit-

langit rusak, sebagian instalasi rusak, instalasi listrik rusak sebagian, pintu/ jendela rusak sebagian; b. rusak sedang adalah bangunan rumah utama masih berdiri, sebagian kecil komponen struktur rusak dan komponen arsitektural rusak, yaitu bangunan masih berdiri, sebagian rangka atap patah, balok kolom sebagian kecil patah, sebagian dinding rusak, sebagian penutup/ rangka langit-langit lepas, sebagian instalasi listrik rusak/terputus, pintu/ jendela rusak sebagian; dan c. rusak berat adalah bangunan rumah utama roboh atau sebagian besar komponen struktur rusak, yaitu bangunan roboh total, atap runtuh, sebagian besar kolom, balok, dan/atau atap rusak, sebagian besar dinding dan langit-langit roboh, instalasi listrik rusak total, pintu/ jendela rusak total. Pasal 8 Besaran bantuan bagi korban bencana alam yang mengalami kerusakan tempat tinggal: a. rusak berat diberikan bantuan paling banyak sebesar Rp4.000.000,00 (empat juta rupiah); b. rusak sedang diberikan bantuan paling banyak sebesar Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah); c. rusak ringan diberikan bantuan paling banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah); dan d. Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran bantuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c diatur dalam Peraturan Bupati.

Bagian Keempat Bantuan Santunan Pasal 9 (1) Pemerintah Daerah menyediakan santunan duka cita dan kecacatan bagi korban bencana. (2) Santunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada korban bencana alam yang : a. menderita sakit; b. menderita kecacatan; atau c. meninggal dunia. (3) Korban Bencana Alam yang menderita sakit, menderita kecacatan atau meninggal dunia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. warga masyarakat Daerah maupun luar Daerah yang pada saat kejadian bencana badan dan/atau jiwanya terkena dampak bencana yang terjadi di wilayah Daerah; atau b. petugas atau relawan yang pada saat kejadian bencana badan dan atau jiwanya terkena dampak bencana saat melakukan tugas dalam penanganan bencana di wilayah Daerah. Pasal 10 Besaran santunan dukacita dan kecacatan bagi korban bencana alam yang: a. menderita sakit: 1. rawat jalan diberikan santunan sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) diberikan satu kali sekaligus; atau 2. rawat inap diberikan santunan Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) diberikan satu kali sekaligus.

b. menderita kecacatan : 1. cacat berat sebesar Rp.5.000.000,00 (lima juta rupiah); atau 2. cacat ringan sebesar Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah). c. meninggal dunia diberikan uang dukacita paling sedikit Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) per orang. d. Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran santunan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c diatur dalam Peraturan Bupati. Bagian Kelima Bantuan Pinjaman Lunak Pasal 11 (1) Korban bencana yang kehilangan mata pencaharian dapat diberi pinjaman lunak untuk usaha produktif. (2) Ketentuan lebih lanjut tata cara pemberian pinjaman lunak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati. BAB IV PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA Bagian Kesatu Umum Pasal 12 (1) Pengelolaan bantuan kepada korban bencana dilakukan oleh Bupati. (2) Bupati menunjuk BPBD untuk melakukan pengelolaan bantuan dibantu oleh tim penilai yang beranggotakan instansi teknis terkait. (3) Tim penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 13 Dalam melaksanakan pengelolaan bantuan bagi korban Bencana BPBD bertugas: a. melakukan pengkajian cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; b. mengidentifikasi dampak bencana; dan c. melaksanakan pemberian bantuan dengan diketahui Camat dan Kepala Desa/Lurah setempat. Bagian Kedua Mekanisme Pengajuan dan Pencairan Bantuan Pasal 14 (1) Masyarakat, korban bencana, atau pejabat setempat menyampaikan usulan tertulis kepada Bupati diketahui Camat dan Kepala Desa/Lurah setempat. (2) Bupati memerintahkan BPBD untuk melakukan evaluasi usulan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Kepala BPBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan hasil evaluasi berupa rekomendasi persetujuan atau penolakan permohonan serta menentukan besaran bantuan yang akan diberikan kepada masyarakat/korban Bencana berdasarkan laporan dari Tim Penilai. (4) Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari unsur Pemerintah Daerah dan ahli/akademisi. (5) Ketentuan lebih lanjut tentang susunan dan tugas Tim Penilai diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 15 (1) Penyerahan bantuan bagi korban Bencana dilaksanakan oleh BPBD berkoordinasi dengan Camat Kepala Desa/Lurah setempat. (2) Penyerahan bantuan dilengkapi dengan surat tanda terima bantuan berupa kuitansi yang ditandatangani oleh penerima atau ahli waris dan diketahui oleh aparat Kecamatan dan Pemerintah Desa setempat. Bagian Ketiga Pelaporan Pasal 16 Kepala BPBD melaporkan pengelolaan bantuan bencana kepada Bupati. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Blitar.

Ditetapkan di Blitar pada tanggal 3 juni 2014 BUPATI BLITAR, ttd HERRY NOEGROHO Diundangkan di Blitar pada tanggal 6 Oktober 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BLITAR ttd PALAL ALI SANTOSO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2014 NOMOR : 6/E

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TENTANG BANTUAN BENCANA I. Umum Bahwa keberadaan pemerintah adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.kesejahteraan masyarakat sebagai kewajiban pemerintah tersebut membawa konsekuensi pada dibebankannya hal-hal tertentu yang menjadi kewajiban pemerintah.kewajiban-kewajiban tersebut meliputi kewajiban dalam bidang keuangan ataupun lainnya yang kesemuanya digunakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kehadiran pemerintah dalam upaya untuk mewujudkan kesejahteraan bukan hanya dalam keadaan masyarakat aman, tetapi juga dalam keadaan yang tidak aman seperti ketika masyarakat mengalami gangguan kesehatan ataupun gangguan lainnya seperti gangguan akibat bencana alam.dengan dilakukannya hal tersebut, maka tujuan yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) dapat terwujudkan. Dalam tataran Peraturan Perundang-undangan, beberapa peraturan juga mengatur mengenai bantuan kepada warga negara jika mengalami bencana alam. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008

tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana adalah peraturan yang dimaksud. Hal tersebut menunjukkan bahwa bantuan terhadap masyarakat yang mengalami bencana adalah penting. Dalam konteks Pemerintahan Daerah, maka Pemerintah Kabupaten Blitar adalah salah satu pihak yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan wajib untuk hadir kepada masyarakat sebagai representasi negara.kehadiran pemerintahan daerah dalam bencana tersebut selain sebagai bentuk kehadiran negara juga sebagai pelaksanaan perintah dari peraturan perundangundangan yang telah disebutkan sebelumnya. Di dalam UU Nomor 24 Tahun 2007 pasal 5 yang menyebutkan Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Dengan demikian jelas Pemerintah Daerah yang dalam hal ini adalah Pemerintah Kabupaten Blitar wajib atas penyelenggaraan penanggulangan bencana yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Dengan melihat pada beberapa aspek tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Blitar memandang perlu untuk segera menetapkan regulasi yang mengatur secara lebih teknis mengenai bantuan bencana alam.regulasi tersebut adalah berbentuk Peraturan Daerah yang diharapkan dengan ditetapkannya Peraturan Daerah tersebut mampu untuk menyelenggarakan bantuan jika masyarakat menghadapi bencana alam dengan lebih maksimal.

II. Pasal per Pasal Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Huruf a

Huruf b Relawan sebagaimana dimaksud dalam huruf b ini termasuk petugas atau relawan yang secara administratif bukan masyarakat Daerah tetapi terdaftar atau belum terdaftar sebagai relawan pada BPBD yang pada saat terjadi bencana alam turut melakukan penanganan bencana alam yang terjadi di Daerah. Pasal 10 Huruf a Paling sedikit merupakan batas minimum pemberian santunan sedangkan paling banyak adalah batas maksimum santunan yang dapat diberikan oleh Pemerintah Daerah. Huruf b Cacat berat adalah kondisi kecacatan yang mengakibatkan seseorang tidak bisa bekerja atau beraktifitas melaksanakan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Cacat ringan adalah kondisi kecacatan yang masih memungkinkan seseorang dapat bekerja atau beraktifitas melaksanakan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Huruf c Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Ayat (1) Dalam hal masyarakat atau korban bencana tidak dapat menyampaikan usulan tertulis akibat bencana yang terjadi maka pejabat setempat yaitu Ketua RT, Ketua RW, Perangkat Desa, Kepala Desa/Lurah, atau Camat dapat membuat usulan tertulis. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Pasal 15

Pasal 16 Pasal 17 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR : 6/E