BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

128 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 77 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEPADA KORBAN MUSIBAH KEBAKARAN WARGA KOTA SURABAYA

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sehat melalui pelayanan kesehatan yang bermutu dan

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

BAB I PENDAHULUAN. dan kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Walikota Tasikmalaya

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG BANTUAN TERHADAP KORBAN BENCANA PADA SAAT TANGGAP DARURAT BENCANA BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN AKIBAT BENCANA DI KABUPATEN BLORA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif bagi perkembangan dunia industri di Indonesia. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Penilaian risiko..., Adis Arzida Lanin, FKMUI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. bangunan kesehatan diklasifisikan bahaya kebakaran ringan, mengingat bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. sakit karena pekerjaan tersebut, baik itu berupa cidera, luka-luka, atau

PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN MELALUI OPTIMALISASI TATA KELOLA LAHAN KAWASAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERKOTAAN

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 78 TAHUN 2006 TENTANG SANTUNAN KEPADA KORBAN MUSIBAH KEBAKARAN WARGA KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROSEDUR PEMADAM KEBAKARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAN PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 42 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran memiliki visi dan misi sebagai berikut. Visi dan misi Dinas Kebakaran yaitu:

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko yang tinggi terhadap

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 43 Tahun : 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional dan keramaian pembeli serta pedagang didalamnya

2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kebutuhan tanah untuk tempat tinggal dan kegiatan aktifitas lainnya.

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD dr. SLAMET GARUT Nomor : Tentang : PEMBENTUKAN TIM KESELAMATAN KERJA, KEBAKARAN DAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

Kompetensi Dasar 2 : Keadaan darurat. Presented by : Anita Iskhayati, S. Kom NIP

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API

KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2014

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan K3 secara umum merupakan syarat utama didalam setiap proses bekerja, karena itu seiring dengan bertambah pesatnya sektor perindustrian sekarang ini serta penerapan teknologi yang sudah sangat modern maka bidang K3 juga harus diperhatikan. Dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 disebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat, selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sehingga dapat hidup layak sesuai dengan hak dan martabat manusia. Menurut WHO (2007), keadaan darurat utama, bencana dan krisis lainnya tidak mengidahkan perbatasan Negara dan tidak pernah terjadi pada saat yang tepat. Besarnya penderitaan manusia yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa ini sangat besar, dan termasuk banyak aspek kehidupan masyarakat lainnya yang terkait kesehatan, keamanan, perumahan, akses ke makanan, air dan komoditas kehidupan lain, dll. Kebakaran merupakan suatu peristiwa oksidasi dimana bertemunya tiga unsur kebakaran yakni bahan yang terbakar, oksigen yang terdapat dalan udara dan panas, mengakibatkan kerugian harta benda, cidera bahkan kematian (Perda DKI Jakarta,1992). Kebakaran sering menimbulkan berbagai akibat yang tidak diinginkan baik yang menyangkut kerugian material, terhentinya kegiatan usaha, kerusakan lingkungan maupun menimbulkan ancaman terhadap keselamatan jiwa 1

2 manusia. Rumah Sakit adalah salah satu tempat yang tidak terlepas dari bahaya kebakaran, untuk mengurangi dan mencegah kerugian materil dan korban jiwa maka diperlukan suatu rancangan dan tanggap darurat terhadap bahaya kebakaran. (Fitria Ningsih, 2008). Menurut Iskandar (2008), salah satu aspek penting dalam penanggulangan kebakaran ditempat kerja adalah penyediaan alat proteksi kebakaran aktif. Namun pada kenyataannya penyediaan alat proteksi aktif sebagian tidak sesuai dengan standar, akibatnya jika terjadi kebakaran dapat mengakibatkan kerugian baik fisik dan financial. Peristiwa kebakaran dapat terjadi setiap saat, dengan mata rantai terahir berupa kerugian perusahaan baik kerugian langsung maupun tidak langsung yaitu antara lain dalam bentuk terganggunya kelancaran produksi, kerusakan bahan atau alat, hilangnya waktu kerja, cacat bagi karyawan, meninggal dunia dan kerusakan lingkungan masyarakat sekitar (Suma mur, 1996). Keselamatan dan kesehatan kerja dirumah sakit sampai saat ini belum menjadi prioritas utama. Manajemen rumah sakit masih lebih mementingkan kelangsungan usaha, keuntungan, pemenuhan kebutuhan logistic, sumber daya manusia dan pengembangan jenis pelayanan baru. Kebakaran menurut SK Menakertans No.158 tahun 1978 adalah timbulnya api yang tidak dikehendaki akibat kebakaran adalah kerugian yang berupa harta benda atau korban jiwa dan raga. Dilihat dari dampak yang ditimbulkan, pihak perusahaan memiliki kewajiban untuk mencegah terjadinya kebakaran tersebut. Untuk mencegah terjadinya kebakaran dan meminimalisir dampak yang ditimbulkan, pihak perusahaan harus memproteksi asset yang mereka miliki termasuk karyawan dan penyelenggaraan pelatihan kebakaran untuk para karyawan. Penatalaksanaan pelatihan kebakaran merupakan salah satu cara dari pencegahan bahaya kebakaran bahkan bisa menjadi pegangan pengetahuan para

3 karyawan jika suatu saat terjadi bencana kebakaran. Hanya sebagian perusahaan yang dapat melaksanakan pelatihan ini, karena terkait dana anggaran yang terlalu besar. Tetapi sangat berpengaruh besar terhadap keselamatan penghuni perusahaan. Penatalaksanaan pelatihan kebakaran dilakukan satu kali dalam setahun. Pelatihan diadakan di tempat perusahaan itu sendiri atau di tempat lain yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan. Pelaksanaan pelatihan diselenggarakan selama 2-3 hari, dalam pelatihan kebakaran peserta diberikan pembekalan pengetahuan sebanyak 2 sesi. Pada sesi pertama peserta diberikan pengetahuan berupa materi dan diskusi kemudian di sesi kedua peserta melakukan praktek lapangan atau disebut role play yang diinstruksikan oleh petugas pemadaman kebakaran. Sebagai konsekuensi dari fungsi rumah sakit maka potensi munculnya bahaya kesehatan dan keselamatan kerja tidak dapat dihindari, seperti bahaya pemajanan radiasi, bahan kimia toksik, bahaya biologis, temperatur ekstrim, bising, debu, termasuk juga bahaya kebakaran. (Sjahrul, 2004). Berdasarkan hasil studi dari The International Association for the Study of Insurance Economics atau yang dikenal dengan The Geneva Association, diketahui bahwa kerugian akibat kebakaran dibanyak negara maju di dunia sebesar 1% dari GDP (Gross Domestic Product) (The International Association for the Study of Insurance Economics, 2009). Di Amerika Serikat, berdasarkan laporan U.S. Fire Administration diketahui bahwa setiap tahunnya terjadi 2 (dua) juta kebakaran yang menyebabkan ribuan orang meninggal, puluhan ribu orang cidera, dan milyaran dolar kerugian properti. Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI Jakarta angka kebakaran di Jakarta cukup menghawatirkan. Di tahun 2010 tercatat sekitar 769 kasus kebakaran dan total kerugian Rp. 253 Milyar dengan korban meninggal sebanyak 31 orang dan luka-luka sebanyak 35 orang, luas area yang terbakar 85.779 m², dan sebanyak 6.457 jiwa kehilangan tempat tinggal. Di tahun 2011

4 hingga bulan oktober tercatat sebanyak 779 kasus kebakaran dan total kerugian 180 milyar, korban meninggal sebanyak 13 orang dan luka-luka sebanyak 67 orang, luas area yang terbakar seluas 689 m² (www.kebakaran.org). Kejadian di Indonesia pernah melanda Rumah Sakit Jiwa Grogol, Jakarta Barat pada November 2008. Kejadian kebakaran tersebut membuat panik sekitar 30 petugas yang harus mengevakuasi sekitar 160 pasien gangguan jiwa dan berdasarkan data terakhir tidak terdapat korban jiwa.(www.kompas.com, 2008) Rumah sakit merupakan suatu usaha yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan. Perubahan pola penyakit serta kemajuan diberbagai bidang menyebabkan rumah sakit dalam kegiatannya harus menyesuaikan pada berbagai kemajuan teknologi yang mutakhir. Berbagai fasilitas berteknologi mutakhir juga memberikan konsekuensi terhadap potensi bahaya dan kejadian yang tidak dikehendaki berupa kejadian kebakaran. Rumah sakit merupakan tempat yang bila terjadi kebakaran sulit dilakukan pengevakuasian karena adanya pasien yang lemah dan mobilitasnya sulit, dan kecenderungan rumah sakit sekarang berbentuk bangunan bertingkat. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 72/Menkes/SK/I/1993 tanggal 25 Januari 1993 tentang organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Kanker Dharmais adalah rumah sakit milik pemerintah yang pengelolaannya diserahkan kepada Yayasan Dharmais, Dewan Penyantun Rumah Sakit Kanker Dharmais diresmikan pada 1 januari 2002 (PP No 128 tahun 2000). Di dalam bidangnya rumah sakit Dharmais mempunyai sarana dan prasarana yang bertekhnologi tinggi dan berbagai jenis bahan kimia, instalasi listrik, dan peralatan canggih lainya yang memiliki banyak potensi terjadinya kebakaran. Berdasarkan struktur gedung RS Dharmais yang sudah tua dan sistem pelaksanaan serta pencegahan kebakaran yang mulai menurun, RS. Dharmais mempunyai potensi terjadinya kebakaran. Walaupun di RS Dharmais belum

5 pernah terjadi peristiwa kebakaran, namun dengan banyaknya kegiatan baik mekanikal maupun elektrikal RS Dharmais berpotensi terhadap bencana kebakaran. Bencana kebakaran bisa datang kapan saja, RS Dharmais telah mempersiapkan petugas yang siap tanggap terhadap bencana seperti kebakaran. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan dalam penatalaksanan pelatihan kebakaran di rumah sakit dharmais, agar seluruh karyawan dapat tanggap terhadap suatu bahaya yang terjadi seperti kebakaran dan terampil dalam mengoperasikan alat pemadam kebakaran dan penanganan P3K, serta dapat melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran non-radiasi dan pertolongan korban, sehingga keselamatan juga semakin terjamin. Maka pelatihan dan training simulasi kebakaran harus terpenuhi secara optimal berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan ketentuan peraturan yang berlaku, agar seluruh karyawan mampu dan tanggap apabila terjadi bencana kebakaran serta dapat melatih keterampilan dan ketangkasan karyawan dalam mengoperasikan alat pemadam kebakaran. Dalam kesempatan magang ini, penulis ingin mendapatkan gambaran yang lebih mendalam tentang Penatalaksanaan Pelatihan Kebakaran di Rumah Sakit Dharmais. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran penatalaksanaan pelatihan kebakaran di RS. Dharmais 1.2.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui tujuan pelatihan kebakaran di RS. Dharmais b. Mengetahui peserta yang mengikuti pelatihan kebakaran di RS. Dharmais c. Mengetahui materi pelatihan kebakaran di RS. Dharmais d. Mengetahui metode pelatihan kebakaran di RS. Dharmais

6 1.3 Manfaat Magang 1.3.1 Bagi Rumah Sakit Dharmais Menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara perusahaan tempat magang serta dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan masukan antara perusahaan tempat magang dengan program S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat. 1.3.2 Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul a. Terbinanya kerjasama dengan instansi perusahaan guna menambah pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan. b. Meningkatkan kualitas pendidikan dan melibatkan tenaga-tenaga terampil dan tenaga lapangan dalam kegiatan magang. 1.3.3 Bagi Mahasiswa a. Dapat mengaplikasikan ilmu K3 dan pengetahuan yang telah diperoleh diperkuliahan pada tempat kerja yang sesungguhnya. b. Mengenal secara dekat dan nyata karakteristik dan kondisi lingkungan kerja sesungguhnya.