DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1956 TENTANG TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH CUKAI TEMBAKAU (STAATSBLAD 1932 NO.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Tentang: PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA TENGAH *) PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM. PROPINSI SUMATERA TENGAH.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tentang: PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA NEGARA DENGAN DAERAH-DAERAH, YANG BERHAK MENGURUS RUMAH- TANGGANYA SENDIRI *)

PEMAKAIAN BUS SEKOLAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Rep

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF RANTAU PRAPAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1956 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KOTA BESAR DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BIREUEN DAN KABUPATEN SIMEULUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

Presiden Republik Indonesia, Mengingat : a. pasal-pasal 96, 131 dan 142 Undang-undang Dasar Sementara; b. Undang-undang No. 22 tahun 1948.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR PENERIMA SURAT Kelompok I

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II DESKRIPSI LOKASI PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Sumatera Utara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1956 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KOTA KECIL DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA TENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UU 9/1956, PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KOTA-BESAR DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPISI SUMATERA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA

PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KOTA-KECIL DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA TENGAH *) SUMATERA TENGAH. OTONOM KOTA-KECIL PEMBENTUKAN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1956 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA TENGAH

Presiden Republik Indonesia, Mengingat : a. pasal-pasal 96, 1 31 dan 142 Undang-undang Dasar Sementara; b. Undang-undang No.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. A. Sejarah Umum UPT Medan Utara/ Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 1958 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117 TAHUN 2015 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 64 TAHUN 1958 (64/1958) Tanggal: 11 AGUSTUS 1958 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 12 TAHUN 2008 T E N T A N G KERJA SAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. A. Sejarah Umum UPT Medan Selatan / Dinas Pendapatan Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BATU BARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Unit Pelaksana Teknis (UPT) Sistem Administrasi. Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA. A. Sejarah Umum UPT. SAMSAT Medan Utara/Dinas Pendapatan Provinsi

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1957 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT I SUMATERA BARAT, JAMBI DAN RIAU

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Indeks: ANGKATAN PERANG. IKATAN DINAS SUKARELA (MILITER SUKARELA). ANGGOTA.

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH

PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM PROPINSI ACEH DAN PERUBAHAN PERATURAN PEMBENTUKAN PROPINSI SUMATERA UTARA *)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ALTERNATIP MODA TRANSPORTASI UDARA SEBAGAI SOLUSI MENGATASI KETERISOLASIAN WILAYAH PANTAI BARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

UU 48/1999, PEMBENTUKAN KABUPATEN BIREUEN DAN KABUPATEN SIMEULUE. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 48 TAHUN 1999 (48/1999)

LAPORAN JUMLAH PERKARA PERDATA YANG DITERIMA DAN PUTUS SE WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI BANDA ACEH BULAN : JANUARI TAHUN 2011

DAFTAR RUTE LELANG JASA ANGKUTAN DARAT TAHUN DI WILAYAH DISTRIBUSI PT. PUPUK ISKANDAR MUDA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PANITIA PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada hakekatnya pembangunan adalah kegiatan memanfaatkan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1959 TENTANG PENETAPAN PRESENTASI DARI BEBERAPA PENERIMAAN NEGARA UNTUK DAERAH

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UU 64/1958, PEMBENTUKAN DAERAH DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR *)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1959

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

PELANGGARAN ASAS KEPASTIAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR. Tengku Erwinsyahbana

JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PUSAT STATISTIK

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR MILITER IBU KOTA. PENCABUTAN KEMBALI. PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG

Transkripsi:

Menimbang UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1956 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KABUPATEN-KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang No. 14tahun 1956 (Lembaran-Negara tahun 1956 No. 30) tentang pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah Daerah Peralihan di Kabupaten-kabupaten otonom yang ada di dalam Provinsi Sumatera Utara sekarang ini telah diadakan persiapan-persiapan juga untuk membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Pemerintah Daerah Peralihan dimaksud untuk menggantikan dewan-dewan perwakilan rakyat daerah lama yang masih ada atau untuk menjalankan pemerintahan daerah Kabupaten dimana masih saja belum ada dewandewannya daerah, walaupun hak-hak kewenangan pemerintah-pemerintah daerah Kabupaten ituyang termasuk dalam lapangan urusan rumah-tangganya ternyata belum tegas diaturdalam peraturan-peraturan pembentukannya; b. bahwaberhubung dengan perkembangan ketatanegaraan dan untuk melancarkan jalannya pemerintahan Kabupaten-kabupaten otonom dimaksud, perlu segera kepada Kabupatenkabupaten otonom dimaksud diberikan dasar-dasar hukum yang tegas danyang semestinya dengan jalan membentuk Kabupaten-kabupaten otonom itu dengan Undang-undang sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang No. 22tahun 1948; c. bahwaberhubung dengan keadaan yang mendesak, pengaturan pembentukankabupatenkabupaten tersebut perlu dilakukan dengan Undang-undang Darurat. Mengingat: a. pasal-pasal 96, 131, dan 142Undang-Undang Dasar Sementara; b. Undang-undang No. 22 tahun, 1948; Mendengar: Dewan Menteri dalam rapatnya yang ke-33 pada tanggal 4 Oktober 1956; MEMUTUSKAN: Menetapkan: Undang-Undang Darurat Tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam lingkungandaerah Provinsi Sumatera-Utara. BAB I PERATURAN UMUM

Pasal 1 Daerah-daerah seperti tersebut di bawahini, nomor 1 sampai dengan nomor 17, masing-masing dibentuk menjadi Kabupaten-Kabupaten yang berhak mengatur dan mengurus rumah-tangganya sendiri,dengan nama dan batas-batas seperti berikut: 1. AcehBesar, dengan nama Kabupaten Aceh Besar, dengan batas-batas yang meliputi kewedanaan-kewedanaan Kotaraja, Seulimeum dan Sabang sebagai dimaksud dalam Ketetapan Gubernur Sumatera-Utara tanggal 27 Januari 1949 No. 5/GSO/ OE/49,kecuali wilayah yang termasuk Kota Besar Kotaraja, 2. Pidie, dengan nama Kabupaten Pidie, dengan batas-batas yang meliputi kewedanaankewedanaan Sigli, Kota Bakti dan Meureudu, sebagai dimaksud dalam Ketetapan Gubernur Sumatera- Utara tanggal 27 Januari 1949 No. 5/GSO/OE/49; 3. Aceh-Utara,dengan nama Kabupaten Aceh Utara, dengan batas-batas yang meliputi kewedanaan-kewedanaan Lho'Seumawe, Bireuen dan Lho'Sukon, sebagai dimaksud dalam Ketetapan Gubernur Sumatera-Utara tanggal 27 Januari 1949/No. 5/GSO/OE/49; 4. Aceh Temur, dengan nama Kabupaten Aceh Timur, dengan batas-batas yang meliputi kewedanaan-kewedanaan Langsa, Idi dan Temieng, sebagai dimaksud dalam Ketetapan Sumatera-Utara tanggal 27 Januari 1 949 No. 5/GSO/OE/49; 5. Aceh Tengah, dengan nama Kabupaten Aceh Tengah, dengan batas-batas yang meliputi kewedanaan-kewedanaan Takengon, Blang Kejeren dan Kota Cane, sebagai dimaksuddalam Ketetapan Gubernur Sumatera-Utara tanggal 27 Januai 1949 No.51/GSO/OE/49; 6. Aceh Barat, dengan nama Kabupaten Aceh Barat, dengan batas-batas yang meliputi kewedanaan-kewedanan Meulaboh, Calang dan Simeulue, sebagai dimaksud dalam Ketetapan Gubernur Sumatera-Utara tanggal 27 Januari 1949 No. 5/GSO/ OE/49: 7. Aceh Selatan, dengan nama Kabupaten Aceh Selatan, dengan batas-batas yang meliputi kewedanaan-kewedanan Tapak tuan, Bakongan dan Singkel, sebagai dimaksud dalam Ketetapan Gubernur Sumatera-Utara tanggal 27 Januari 1949 No. 5/GSO/ OE/49; 8. Tapanuli Tengah, dengan nama Kabupaten Tapanuli Tengah, dengan batas-batas yang meliputi wilayah afdeling Sibolga dulu (Staatsblad 1937 No. 563) ditambah dengan wilayah Negeri- negeri Aek Raisan dan Tuka Holbung, sebagai dimaksud dalam Ketetapan Gubernur Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur tanggal 18 Januari 1950 No.19/pn/dpdta/50, sejak telah ditambah menurut ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera Utara tanggal 19 Mei 1951 No. 20/I/PSU/ jo. Keputusan Panitia Penyelenggara Pembentukan Provinsi Sumatera-Utara tanggal 19 Agustus 1950 No.4/D yang diperbaiki dengan ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera-Utara tanggal31 Januari 1952 tidak bernomor, kecuali wilayah yang termasuk Kota Besar Sibolga,

9. Tapanuli Utara, dengan nama Kabupaten Tapanuli Utara, dengan batas-batas yang meliputi wilayah afdeling Tanah Batak dulu (Staatsblad 1937 No. 563), terkecuali wilayah Negeri-negeri Aek Raisan dan Tuka Holbung dimaksud dalam sub 8 di atas, sebagai dimaksud dalam Ketetapan Gubernur Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur tanggal 18 Januari 1950 No. 19/pn/ dpdta/50, sejak telah ditambah menurut ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera-Utara tanggal 19 Mei 1915 No. 20/I/PSU/jo keputusanpanitia Penyelenggara Pembentukan Provinsi Sumatera-Utara tanggal 19 Agustus 1950 No. 4/D yang diperbaiki dengan ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera-Utaratanggal 31 Januari 1952 tidak bernomor: 10. Tapanuli Selatan, dengan nama Kabupaten Tapanuli Selatan, dengan batas-batas yang meliputi wilayah afdeling Padang Sidompuan dulu (Staatsblad 1937 No.563),sebagai dimaksud dalam Ketetapan Gubernur Provinsi Tapanuli/Sumatera Timurtanggal 18 Januari 1950 No. 19/pn/dpdta/50, sejak telah ditambah menurut ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera-Utara tanggal 19 Mei 1951 No. 20/I/PSU jo.keputusan Panitia Penyelenggara Pembentukan Provinsi Sumatera-Utara tanggal 19 Agustus 1950 No. 4/D yang diperbaiki dengan ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera-Utara tanggal 31 Januari 1952 tidak bernomor; 11. Nias dengan nama Kabupaten Nias, dengan batas-batas yang meliputi wilayah afdeling Nias dulu (Staatsblad 1937 No. 563) sebagai dimaksud dalam Ketetapan Gubernur Provinsi Tapanuli/Sumatera Timur tanggal 18 Januari 1950 No. 19/pn/ dpdta/50, sejaktelah ditambah menurut ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera-Utara tanggal 19 Mei 1951 No. 20/I/PSU jo. keputusan Panitia Penyelenggara Pembentukan ProvinsiSumatera-Utara tanggal 19 Agustus 1950 No. 4/D yang diperbaiki dengan ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera-Utara tanggal 31 Januari 1952 tidak bernomor; 12. Langkat, dengan nama Kabupaten Langkat, dengan batas-batas yang meliputi wilayah afdeling Langkat dulu (Staatsblad 1900 No. 64 sejak telah beberapa kali dirubahdan ditambah, terakhir dengan Bijblad No. 14491), sebagai dimaksud dalam keputusan Panitia Penyelenggara Pembentukan Provinsi Sumatera-Utara tanggal 19 Agustus 1950 No. 5/D yang diperbaiki dengan ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera-Utara tanggal 31 Januari 1952 tidak bernomor; 13. Karo, dengan nama Kabupaten Karo, dengan batas-batas yang meliputi wilayah onderafdeling Karo dulu (Staatsblad 1900 No. 64 sejak telah beberapa kali diubah dan ditambah, terakhir dengan Bijblad No. 14491) sebagai dimaksud dalam keputusan Panitia Penyelenggara Pembentukan Provinsi Sumatera-Utara tanggal 19 Agustus 1950 No. 5/D yang diperbaiki dengan ketentuan Gubernur Provinsi Sumatera Utara tanggal 31 Januari 1952 tidak bernomor; 14. Deli-Serdang, dengan nama Kabupaten Deli-Serdang, dengan batas-batas yang meliputi wilayah afdeling Deli-Serdang dulu (Staatsblad 1900 No. 64 sejak telah beberapa kalidirubah dan ditambah, terakhir dengan Bijblad No. 14491), sebagai dimaksuddalam keputusan Panitia Penyelenggara Pembentukan Provinsi Sumatera-Utara tanggal 19 Agustus 1950 No. 5/D yang diperbaiki dengan ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera Utara tanggal 31 Januari 1952 tidak bernomor, kecuali wilayah yang termasuk Kota Besar Medan; 15. Simelungun, dengan nama Kabupaten Simelungun, dengan batas-batas yang meliputi wilayah onderafdeling Simelungun dulu (Staatsblad 1900 No. 64 sejak telah beberapa kali dirubah dan ditambah, terakhir dengan Bijblad No. 14491), sebagai dimaksud dalam keputusan Panitia Penyelenggara Pembentukan Provinsi Sumatera-Utaratanggal 19 Agustus 1950 No. 5/D yang diperbaiki dengan ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera Utara tanggal 31 Januari 1952 tidak bernomor, kecuali wilayah Kota Besar Pematang Siantar;

16. Asahan, dengan nama Kabupaten Asahan, dengan batas-batas yang meliputi wilayah afdeling Asahan dulu dikurangi dengan wilayah onderafeling Labuhan Batu dulu (Staatsblad 1900 No. 64 sejak telah beberapa kali dirubah dan ditambah, terakhir denganbijblad No. 14491), sebagai dimaksud dalam keputusan Panitia Penyelenggara Pembentukan Provinsi Sumatera Utara tanggal 19 Agustus 1950 No. 5/D yang diperbaiki dengan ketetapan Gubernur Sumatera Utara tanggal 31 Januari 1952 tidak bernomor; 17. Labuhan Batu, dengan nama Kabupaten Labuhan Batu, dengan batas-batas yang meliputionderafdeling Labuhan Batu dulu (Staatsblad 1900 No. 64 sejak telah beberapakali dirubah dan ditambah, terakhir dengan Bijblad No. 14491), sebagai dimaksud dalam keputusan, terakhir dengan Bijblad No. 14491), sebagai dimaksud dalam keputusan Panitia Penyelenggara Pembentukan Provinsi Sumatera Utara tanggal 19Agustus 1950 No. 5/D yang diperbaiki dengan ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera Utara tanggal 31 Januari 1952 tidak bernomor. Pasal2 (1) Pemerintah Daerah: 1. Kabupaten Aceh Besar berkedudukan di Kutaraja, 2. Kabupaten Pidie berkedudukan di Sigli 3. Kabupaten Aceh Utara berkedudukan dilhok Seumawe 4. Kabupaten Aceh Timur berkedudukan di Langsa, 5. Kabupaten Aceh Tengah berkedudukan di Takengon, 6. Kabupaten Aceh Barat berkedudukan di Meulaboh, 7. Kabupaten AcehSelatan berkedudukan di Tapaktuan, 8. Kabupaten Tapanuli Tengah berkedudukan di Sibolga, 9. Kabupaten TapanuliUtara berkedudukan di Tarutung, 10. Kabupaten Tapanuli Selatan berkedudukan di Padang Sidempuan, 11. Kabupaten Nias berkedudukan di Gunung Sitoli, 12. Kabupaten Langkat berkedudukan di Binjai, 13. Kabupaten Karo berkedudukan di Kabanjahe, 14. Kabupaten Deli-Serdang berkedudukan di Pematang-Medan, 15. Kabupaten Simelungan berkedudukan dipematang- Siantar, 16. Kabupaten Asahan berkedudukan di Tanjung Balai, 17. Kabupaten Labuhan Batu berkedudukan di Rantau Prapat. (2) Jika perkembangan keadaan di daerah menghendakinya, maka tempat kedudukan pemerintahdaerah Kabupaten, atas usul Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten yangbersangkutan, setelah mendengar pertimbangan Dewan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara dengan keputusan Menteri Dalam Negeri dapat dipindahkan ke satutempat lain dalam lingkungan daerah yang bersangkutan.

(3) Dalam keadaan luar biasa tempat kedudukan pemerintah daerah seperti tersebut dalam ayat (1) di atas, untuk sementara waktu dapat dipindahkan ke lain tempat oleh Gubernur Kepala Daerah Sumatera-Utara. Pasal 3 (1) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah: 1.Kabupaten Aceh Besar terdiri dari 20 orang, 2. Kabupaten Pidie terdiri dari 20 orang, 3. Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 20 orang, 4. Kabupaten Aceh Timur terdiri dari 20 orang, 5. Kabupaten Aceh Tengah terdiri dari 20 orang, 6. Kabupaten Aceh Barat terdiri dari 20 orang, 7. Kabupaten Aceh Selatan terdiri dari 20 orang, 8. Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri dari 20 orang, 9. Kabupaten Tapanuli Utara terdiri dari 30 orang, 10. Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 27 orang, 11. Kabupaten Nias terdiri dari 20 orang, 12. Kabupaten Langkat terdiri dari 20 orang, 13. Kabupaten Karo terdiri dari 20 orang, 14. Kabupaten Deli-Serdang terdiri dari 30 orang, 15. Kabupaten Simelungun terdiri dari 30 orang, 16. Kabupaten Asahan terdiri dari 20 orang, 17. Kabupaten Labuhan Batu terdiri dari 20 orang, Pasal 3a Menteri Keuangan, setelah mendengar panitia ahli untuk cukai tembakau yang dimaksud dalam pasal 38 Ordonansi CukaiTembakau (Staatsblad 1932 No. 517) dan semufakat dengan Menteri Perekonomian, menetapkan: a. Jenisatau jenis-jenis hasil tembakau yang dimaksud dalam pasal 4a Ordonansi Cukai Tembakau (Staatsblad 1932 No. 517), yang harus dimasukkan dalam pembebasansebagian. b. taripcukai untuk hasil tembakau yang dimaksud pada sub a di atas dan masa tarip itu berlaku. Pasal3b

Menteri Keuangan dapat menetapkan peraturan mengenai pembungkusan dan penetapan harga eceran dari hasil tembakauyang berdasarkan pasal 3a diberikan pembebasan sebagian dan mengenai hal-hal lain yang berkenaan dengan pembebasan sebagian itu. Pasal3c Tidak menaati atau tidak menyuruh mengindahkan peraturan- peraturan yang dimaksud dalam pasal 3b dan dengan sengaja tidak meneliti kewajiban-kewajiban yang berdasarkan peraturanperaturan Ordonansi Cukai Tembakau (Staatsblad 1932 No. 517) dibebankan kepada para pengusaha pabrik,dengan sendirinya mengakibatkan penghentian pembebasan sebagian dari cukai atashasil-hasil dari pengusaha pabrik yang bersangkutan. PASALII Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 November 1956. Presiden Republik Indonesia, SOEKARNO. Menteri Keuangan, JUSUF WIBISONO Menteri Perekonomian, BURHANUDDIN Diundangkan di Jakarta pada tanggal 24 November 1956 Menteri Kehakiman, MOELJATNO LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHANLEMBARAN NEGARA TAHUN 1954 YANG TELAH DICETAK ULANG