Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

dokumen-dokumen yang mirip
B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTECH

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

LOMBA KEBERSIHAN ANTAR RUKUN TETANGGA SE- BOGOR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

1. Pendahuluan ABSTRAK:

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

Widya Anantya, ST, M.EnvMan

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BUPATI POLEWALI MANDAR

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan responden pemukiman elite

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

PENGELOLAAN SAMPAH KANTOR SECARA TERPADU: (Studi Kasus Kantor BPPT)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MAGELANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Lay out TPST. ke TPA. Pipa Lindi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh: Auliya Ul Fikry Staf Subdit Kebijakan dan Strategi Dit. Bina Program

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PEDOMAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Konsep penanganan sampah dengan sistem koperasi. Oleh Kelompok 9

BAB III PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIREBON DALAM PENGOLAHAN SAMPAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

OLEH : SIGIT NUGROHO H.P

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

'., 1 "i~' ,} '/' ~%~.' ~.-,...~~.~.'*''? ._~l. «:,J:;;:f?Ij~ .-, /J><:,.::' 'h'l.,:,.(/' vr:~ -..-:>~ "'~J",. 8J~PJ>~Pl5~ ~ d"kkh~

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2012

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan.

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 129 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Transkripsi:

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

KATA PENGANTAR Bertambahnya produksi sampah diberbagai kota dewasa ini tidak lepas dari perubahan pola hidup masyarakatnya serta pelaksanaan pengelolaan sampah yang masih mengandalkan pola lama yaitu sistem Kumpul-Angkut-Buang, sehingga menyebabkan beban pencemaran di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) semakin berat. Dengan adanya keterbatasan lahan untuk TPA serta belum memadainya teknologi pemrosesan di TPA, diperlukan upaya pengurangan sampah sejak dari sumbernya secara lebih memadai. Pengurangan dan penanganan sampah dari sumber ini telah diamanatkan dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dalam Rangka mendorong upaya pengurangan sampah sejak dari sumbernya, maka penanganan sampah berbasis Reduce, Reuse, Recycle (3R) perlu dilaksanakan semaksimal mungkin. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, diperlukan suatu gerakan bersama yang bertujuan untuk meningkatkan kebersihan yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dan kesejahteraan sosial. Setelah dicanangkannya Gerakan Budaya Bersih secara nasional oleh Bapak Presiden RI, akan diawali dengan percontohan pengelolaan sampah berbasis 3R di lingkungan Kementerian PU (Perkantoran, Balai, Perumahan dan Aset lainnya diseluruh Indonesia). Untuk melaksanakan kegiatan ini disadari tidaklah mudah, karena diperlukan tidak saja fasilitas yang memadai tetapi juga masalah perubahan perilaku. Kemauan dan partisipasi seluruh masyarakat Pekerjaan Umum sangat diharapkan dalam mewujudkan lingkungan kerja dan hunian Kementerian Pekerjaan Umum yang bersih, asri, nyaman dan sehat. Untuk memudahkan pelaksanaan Gerakan Budaya Bersih ini, telah disusun suatu pedoman /Prosedur Operasional sebagai panduan pada unit masing-masing baik perkantoran maupun perumahan. Saya berharap agar kegiatan ini nantinya dapat menyebar luas dan dilaksanakan masyarakat kita demi turut menjaga kesehatan dan kelestarian lingkungan. Jakarta, 31 Oktober 2011 Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi pengelolaan persampahan di Indonesia saat ini masih cukup jauh dari kondisi ideal. Pada umumnya penanganan sampah masih mengandalkan pola kumpul angkut -buang dan berakhir di TPA, meskipun masih ada saja sampah yang dibuang ke saluran, TPA liar dan dibakar. Kecenderungan praktek pengoperasian TPA secara open dumping harus segera dihentikan termasuk membenahi proses penanganan sampah sejak dari sumbernya. Sumber sampah berasal dari perumahan, perkantoran, pertokoan, sekolah dan lain-lain. Perumahan merupakan penghasil sampah yang cukup besar karena 75 % sampah dihasilkan dari perumahan, sedangkan dari sumber lain hanya 25 %. Apabila timbulan sampah dari perumahan dapat dikurangi dan dikelola sebaik mungkin mulai dari sumbernya, maka hal tersebut akan sangat mengurangi beban di TPA yang akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas lingkungan secara umum. Mengacu pada kondisi pengelolaan sampah yang ada saat ini, sudah saatnya dilakukan gerakan nasional yang dapat memperbaiki pola penanganan sampah yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan merubah cara pandang terhadap sampah, bahwa sampah merupakan suatu sumber daya. Gerakan Budaya Bersih yang dicanangkan oleh Presiden RI kiranya dapat dijadikan momentum perubahan yang signifikan dalam memperbaiki pola penanganan sampah permukiman yang dapat mewujudkan lingkungan bersih dan sehat. Gerakan budaya bersih bertujuan untuk meningkatkan kondisi lingkungan permukiman dan kesehatan masyarakat. Mengawali gerakan tersebut, akan dilakukan percontohan penanganan sampah berbasis 3R di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum baik komplek perkantoran maupun perumahan, yang nantinya dapat dikembangkan keseluruh kawasan di Indonesia. Sebagai panduan dalam pelaksanaan pengelolaan persampahan di perkantoran dan permukiman tersebut, maka disusun petunjuk operasi pengelolaan persampahan untuk perkantoran, kompleks perumahan, dan aset lainnya di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Buku ini berisi standar prosedur operasional mulai dari pemilahan, pewadahan, pengolahan, pengumpulan, serta pengangkutan sampah mulai dari sumbernya menuju TPS atau TPS 3R. 1.2. Maksud dan Tujuan 1.2.1. Maksud : Meningkatkan pengelolaan persampahan di komplek perkantoran, balai, perumahan dan aset di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum

1.2.2. Tujuan : - Mengelola sampah secara baik untuk mewujudkan lingkungan perkantoran, balai, kompleks perumahan, serta aset kementerian PU lainnya yang berwawasan lingkungan - Mengelola sampah dengan penerapan 3R di lingkungan perkantoran, balai, kompleks perumahan, serta aset kementerian PU lainnya secara bertahap 2. KONSEPSI PENGELOLAAN SAMPAH 2.1. Penanganan Sampah Berbasis 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) 2.1.1. Kawasan Perkantoran KOMPOS KOMPOS LAPAK KOMPOSTER TPS 3R MATERI DAUR ULANG ORGANIK RESIDU KERTAS / PLASTIK RUANG LANTAI TPS LOKAL TPS KOTA TPA NON ORGANIK B3 PENANGANAN B3 LANJUTAN Gambar 1. Skema Pengelolaan Persampahan di Lingkungan Perkantoran R1 (Reduce) : upaya meminimalkan timbulan sampah R2 (Reuse) : upaya untuk menggunakan kembali sampah secara langsung R3 (Recycle) : upaya memanfaatkan kembali sampah setelah melalui proses terlebih dahullu

2.1.2. Kawasan Permukiman TERCAMPUR TPS Kota KOMPOS KOMPOSTER KOMPOS RUMAH ORGANIK B3 RUMAH TANGGA GEROBAK /MOTOR 3R TPS 3R MATERI DAUR ULANG LAPAK NON ORGANIK KERAJINAN TANGAN RESIDU PENANGANAN B3 LANJUTAN TPA SKALA SUMBER SKALA KAWASAN Gambar 2. Skema Pengelolaan Sampah dengan Konsep 3R untuk Kawasan Permukiman Untuk permukiman yang belum memiliki sistem pemilahan sampah, timbulan sampah dari tiap rumah akan diambil oleh petugas pengumpul sampah dengan menggunakan kendaraan pengumpul berukuran kecil (gerobak, motor sampah). Kendaraan pengumpul menempuh rute sesuai rencana yang dibuat kemudian sampah dari setiap sumber dikumpulkan ke dalam kendaraan pengumpul. Setelah penuh, kendaraan pengumpul akan membawa sampah menuju lokasi TPS lokal/kota untuk dipindahkan ke kegiatan pengangkutan menuju TPA.

Sedangkan untuk permukiman yang sudah memiliki sistem pemilahan sampah, sampah sudah akan terpilah dari sumbernya. Terdapat beberapa alternatif pengumpulan untuk sampah terpilah, yaitu: a. Petugas pengumpul menggunakan kendaraan pengumpul yang telah menggunakan sekat atau dengan karung-karung terpisah. b. Terdapat jadwal pengumpulan sendiri untuk mengumpulkan sampah yang telah terpilah. Petugas pengumpul menggunakan kendaraan pengumpul biasa yang digunakan bergantian untuk mengumpulkan jenis sampah yang berbeda setiap harinya. c. Khusus untuk sampah B3 Rumah Tangga yang telah terpilah, dikumpulkan secara terpisah dan diserahkan kepada Dinas Lingkungan Hidup untuk proses penanganan lebih lanjut. Selanjutnya sampah yang telah terkumpul akan diangkut ke TPS 3R untuk pengolahan selanjutnya dengan metode composting (sampah organic) dan daur ulang (plastic, kertas, logam, kaca dan lain-lain) 2.1.3. Tahapan Peralihan Mengingat saat ini sebagian masyarakat baik di lingkungan perkantoran maupun perumahan masih belum sepenuhnya melakukan pemilahan sampah dan menerapkan pola 3R, maka gerakan budaya bersih diawali dengan melaksanakan standar kebersihan terlebih dahulu, yaitu sampah diwadahi, dikumpulkan dan diangkut ke TPA ( terintegrasi dengan system kota). Selanjutnya secara bertahap diarahkan untuk menerapkan pemilahan sampah dan penanganan sampah berbasis 3R Untuk melaksanakan proses pemilahan sampah dan penanganan sampah 3R, perlu diawali dengan proses pemberdayaan yang lebih memadai dengan melibatkan fasilitator yang handal. Proses pemberdayaan tersebut, meliputi : - Persiapan - Seleksi lokasi TPS 3R - Penyiapan masyarakat (sosialisasi, survey, pemilihan teknologi pengolahan sampah) - Penyusunan perencanaan dan RKM (rencana kerja masyarakat) - Pembangunan dan penyediaan fasilitas 3R baik untuk tingkat sumber maupun kawasan (bin, kantong plastic, composter individu, TPS 3R, gerobak / motor sampah) - Uji coba dan pelatihan - Pendampingan untuk keberlanjutan (tahapan proses pemberdayaan dapat dilihat pada gambar berikut)

Pemberdayaan PERSIAPAN SELEKSI LOKASI PENYIAPAN MASYARAKAT Sosialisasi 3R Verifikasi Teknologi Pengolahan Pemilihan Lokasi TPST kawasan Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat PENDAMPINGAN FASILITATOR PENYUSUNAN RENCANA KERJA MASYARAKAT SURVAI LAPANGAN (SAMPAH DAN SOSIAL) PEMILIHAN METODA DAN TEKNOLOGI PERENCANAAN DAN DED SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT Aspek Teknis Operasional Aspek Kelembagaan Aspek Pengaturan Aspek Pendanaan Aspek Peran Serta Masyarakat PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT MONITORING DAN EVALUASI KEBERLANJUTAN PROGRAM

2.1.4. Peran Masyarakat a. Kawasan Perkantoran Dalam melaksanakan pengelolaan sampah berbasis 3 R maka setiap orang sangat diharapkan berpartisipasi untuk mengurangi, menggunakan dan memilah sampah dengan memasukkan ketempat sampah sesuai peruntukannya secara sukarela. Diharapkan para pegawai semaksimal mungkin : Menggunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotocopy Mencetak kertas bilamana perlu, karena selain akan menghemat kertas juga akan menghemat tinta Menggunakan kembali map, ordner atau file box Memasukkan sampah sesuai dengan warna bin yang diperuntukan b. Kawasan Permukiman Dalam melaksanakan pengelolaan sampah berbasis 3 R maka diharapkan para penghuni dapat semaksimal mungkin : Melakukan Pemilahan Sampah Memasukkan sampah ke dalam tempat sampah yang sesuai dengan peruntukannya Turut menjaga kebersihan kompleks Membayar Retribusi/Iuran sampah secara teratur 3. PEDOMAN OPERASIONAL Untuk memudahkan operasional penanganan sampah, diperlukan : - Pengelola sampah yang ditunjuk dan disepakati (untuk perkantoran maupun perumahan) - Sosialisasi kepada masyarakat dilingkungan perkantoran maupun perumahan - Biaya operasional sesuai kebutuhan - Ketersediaan prasarana dan sarana persampahan (pewadahan, pengumpulan, TPS atau TPS 3R, unit pengolahan sampah) - Kordinasi dengan pihak pengelola sampah kota dalam hal pengangkutan sampah atau residu sampah termasuk untuk penanganan lanjutan sampah B3

rumah tangga serta pemanfaatan produk daur ulang (kompos dan metrial daur ulang) - Untuk lokasi yang sudah berhasil menerapkan pola 3R, perlu melaksanakan 3.1. PELAKSANAAN OPERASIONAL PENANGANAN SAMPAH Kawasan Perkantoran Pemilahan & Pewadahan 1. Pemilahan dimulai pada setiap ruangan. 2. Sampah anorganik/ kering harus dipisahkan dengan sampah organik/ basah. 3. Sampah kertas, kardus, koran, majalah, dll sejenisnya dimasukkan ke dalam bin kuning yang tersedia di ruangan 4. Sampah sisa makanan, tea bag, dll sejenisnya dimasukkan kedalam bin hijau (komposter) 5. Sampah botol, kaleng, botol plastik dibawa sendiri dan dimasukkan ke dalam bin biru yang tersedia di setiap lantai. 6. Sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) dibawa sendiri dan dimasukkan langsung ke bin merah yang tersedia di setiap lobby gedung. 7. Sampah hasil pemilahan di tiap ruangan dipindahkan oleh petugas pengumpul ke bin besar di setiap lantai untuk selanjutnya dipilah lagi sesuai dengan peruntukan setiap bin. Pengumpulan: 1. Pengumpulan dimulai di setiap lantai. 2. Sampah dari setiap bin besar dimasukkan secara terpisah masing-masing ke dalam plastik sampah, diikat dan dikumpulkan. Pemindahan: 1. Sampah yang telah dimasukkan ke dalam plastik sampah di setiap lantai dapat dipindahkan langsung atau dengan menggunakan kereta dorong sampah ke TPS sesuai dengan TPS yang ditentukan untuk setiap gedung (lihat lay out pada Gambar 4) 2. Sampah yang dipindahkan ke TPS harus diletakkan pada bak/ kontainer sesuai dengan peruntukkannya. 3. Sampah organik dari bin besar warna hijau harus setiap hari dipindahkan ke TPS 4. Sampah anorganik dapat dipindahkan ke TPS setiap 2 hari sekali kecuali bila dalam satu hari bin sudah penuh. Pengangkutan: 1. Di TPS, sampah yang dapat digunakan kembali (reuse) dan didaur ulang (recycle) akan diambil oleh petugas yang diijinkan oleh Kementerian PU 2. Sampah organik/ basah yang terkumpul di TPS selanjutnya dikelola dengan pengomposan oleh petugas yang ditunjuk oleh Kementerian PU 3. Sisa sampah di TPS yang tidak dapat dikelola dengan upaya 3R diangkut dengan menggunakan becak motor ke TPS Jalan Bakti, Blok A, Jakarta Selatan oleh petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) DKI Jakarta.

Prinsip Pemilahan dan Pewadahan a. Pada prinsipnya setiap orang yang berada di lingkungan kompleks Kementerian PU adalah pengelola sampah. Pengelolaan sampah dimulai dari setiap ruangan. b. Di setiap gedung/ bangunan harus mempunyai 1 (satu) orang petugas pengawas kebersihan. c. Setiap direktorat/bagian atau lantai harus mempunyai 1 (satu) orang petugas pengumpul/ pemindah sampah. d. Tersedianya minimal 2 (dua) bin berwarna kuning dan hijau pada setiap ruang, 3 (tiga) bin besar pada setiap lantai yang berwarna biru, kuning, hijau dan 1 (satu) bin berwarna merah di setiap lobby gedung. e. Tersedianya minimal 1 (satu) kereta dorong sampah di setiap gedung/ bangunan.

Kawasan Perumahan Pemilahan & Pewadahan 1. Pemilahan dimulai pada setiap rumah. 2. Sampah anorganik/ kering harus dipisahkan dengan sampah organik/ basah. 3. Sampah kertas, kardus, koran, majalah, dll sejenisnya dimasukkan ke dalam bin kuning yang tersedia di rumah 4. Sampah sisa makanan, tea bag, dll sejenisnya dimasukkan kedalam bin hijau (komposter) 5. Sampah botol, kaleng, botol plastik dimasukkan ke dalam bin biru yang tersedia di rumah. 6. Sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) ditempatkan di wadah terpisah. Pengumpulan: 1. Pengumpulan dimulai di setiap rumah. 2. Sampah hasil pemilahan di tiap ruangan dipindahkan oleh petugas pengumpul ke TPS 3R. Pemindahan: 1. Petugas pengumpul mendatangi sumber dengan menggunakan kendaraan pengumpul bersekat berukuran kecil 2. Kendaraan pengumpul menempuh rute sesuai rencana yang dibuat 3. Sampah dari setiap sumber dikumpulkan ke dalam kendaraan pengumpul 4. Setelah penuh, kendaraan pengumpul akan membawa sampah menuju lokasi pemindahan untuk dipindahkan ke lokasi TPS 3R Pengangkutan: 1. Di TPS 3R, sampah yang dapat digunakan kembali (reuse) dan didaur ulang (recycle) akan dijual kepada Lapak. 2. Sampah organik/ basah yang terkumpul di TPS 3R selanjutnya akan dikomposkan 3. Sisa sampah di TPS 3R yang tidak dapat dikelola dengan upaya 3R diangkut oleh petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) DKI Jakarta.

Prinsip Pemilahan dan Pewadahan a. Pada prinsipnya setiap penghuni yang berada di lingkungan kompleks PU adalah pengelola sampah. Pengelolaan sampah dimulai dari setiap rumah. b. Di setiap rumah harus mempunyai 1 (satu) orang yang bertanggung jawab atas pengelolaan sampah. c. Tersedianya minimal 3 (tiga) wadah berwarna kuning, hijau, dan biru di setiap rumah dan sepanjang jalan kompleks perumahan. d. Bin khusus untuk sampah B3 rumah tangga ditempatkan di TPS 3R. Bin atau tong sampah adalah wadah yang disediakan untuk menampung sampah yang dihasilkan setiap orang/rumah. Pemilahan dan pewadahan sampah dapat dilakukan secara bertahap: a. Tahap Awal, Penyediaan 2 bin/wadah sampah yang digunakan untuk memisahkan: sampah organik seperti sisa makanan, sayur, buah, kantung teh, dan sampah organik lainnya sampah anorganik, seperti kaleng, plastik, kertas, kayu, majalah, dan lainnya b. Tahap Lanjut. Penyediaan minimal 3 bin/wadah sampah berbeda warna sesuai dengan peruntukkannya. Warna bin yang disediakan:

Kertas bekas, Koran, majalah, karton, box kertas Kaleng, botol gelas, botol air mineral, cartridge Sisa makanan, sayur, buah, kantung teh, sampah organik Baterai, bohlam, neon, tube mengandung lem/minyak Gambar 3. Contoh Pewadahan Keterangan : Pewadahan untuk sampah terpilah tidak harus menggunakan bin khusus sampah, penggunaan wadah-wadah lain seperti plastik, tong bekas, drum bekas, atau yang lainnya masih dimungkinkan selama terdapat perbedaan yang jelas akan peruntukkan masing-masing wadah sampah tersebut.

3.1.2. PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN Pewadahan Alat Pengumpul Sampah TPS 3R Alat Pengangkut Sampah PEMILAHAN DAN PEWADAHAN PENGUMPULAN TPS 3R PENGANGKUTAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR Gambar 4. Skema Pengangkutan Sampah

3.2. PENGELOLA 3.2.1. Kawasan Perkantoran DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PPLP BIRO UMUM KABAG UMUM TPS/TPS 3R TPS KOTA KASUBAG TU PEWADAHAN PETUGAS KEBERSIHAN PEMILAHAN PENGOLAHAN

3.2.2. Kawasan Perumahan KETUA KOMPLEK KETUA RW TPS / TPST 3R TPS KOTA KETUA KETUA RT RT KETUA RT PENGUMPUL PETUGAS KEBERSIHAN

Agar pengelolaan sampah di kompleks perumahan dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan beberapa personil yang nantinya bertanggung jawab atas terlaksananya pengelolaan sampah di lingkungan kompleks perumahan tersebut. Adapun personil yang dibutuhkan adalah: a. Petugas Pengumpul Sampah. Petugas ini akan mendatangi setiap rumah dan akan mengambil sampah dari tiap rumah untuk kemudian dibawa ke TPS 3R. Jumlah petugas pengumpul sampah yang dibutuhkan sangat bergantung dari luas daerah pelayanannya. b. Penanggung Jawab di TPS 3R Apabila TPS 3R dikelola oleh KSM, maka ketua KSM tersebut akan bertindak sebagai penanggung jawab di TPS 3R. Ketua KSM akan mengkoordinasikan beberapa petugas yang harus ada di TPS 3R yaitu: Petugas pemilah sampah, adalah personil yang akan memilah sampah yang masuk ke TPS 3R. Petugas komposting, adalah personil yang akan mengolah sampah organik yang telah terpilah menjadi kompos. 3.2. DASAR HUKUM Diperlukan Surat Keputusan berkaitan dengan penetapan pengelola, ketentuan teknis penanganan sampah dan iuran (retribusi). 3.3. PEMBIAYAAN Penghuni kompleks perumahan harus membayar retribusi/iuran sampah untuk dapat menjamin keberlangsungan pengelolaan sampah yang baik di lingkungan tersebut. Pada tahap awal perhitungan iuran hanya diprhitungkan untuk menutup biaya operasi dan pemeliharaan saja (tanpa memperhitungkan biaya depresiasi). Adapun retribusi/iuran sampah secara umum dapat dihitung berdasarkan hal-hal sebagai berikut: - Jumlah rumah yang akan dihitung sebagai wajib retribusi - Jumlah timbulan sampah per har atau per bulan - Biaya investasi pembelian P/S persampahan (gerobak/motor sampah, wadah komunal /TPS atau TPS 3R, dan lain-lain) - Biaya operasi dan pemeliharaan yang terdiri dari biaya gaji upah, bahan bakar, listrik, air, penggantian suku cadang, biaya pengangkutan residu ke TPA kota dan lain-lain - Apabila ada hasil penjualan dari kompos atau produk daur ulang, tidak perlu diperhitungkan. - Dari biaya operasi pemeliharaan total yang dibutuhkan setiap bulan harus dibagi dengan jumlah rumah, sehingga didapat iuran/rumah/bulan.

Asumsi : - Jumlah rumah 300 unit - Volume sampah + 3 m3/hari - Fasilitas : bin, composter/takakura, gerobak 1 unit, bangunan TPS 3R - Jumlah petugas gerobak 2 orang, petugas TPS 3R 3 orang - Biaya gaji upah Rp. 1 juta/orang/bulan PENGUMPULAN SAMPAH Kebutuhan Jumlah Harga Satuan Total 1. Gerobak Sampah 1 4.000.000 * 2. Motor Sampah 1 15.000.000 * 3. Peralatan kebersihan (kantong plastic, sapu, sekop dll) 4. Honor petugas pengumpul (1 orang) LS 1.000.000 1.000.000 Rp./bulan 1.000.000 1.000.000 5. BBM untuk motor sampah Rp./bulan 3.000.000 - TPS 3R 1. Mesin pencacah sampah LS 500.000 500.000 2. Mesin pencacah plastik LS 500.000 500.000 3. BBM untuk mesin LS 1.000.000 1.000.000 4. Biaya Listrik LS 1.000.000 1.000.000 5. Honor Ketua KSM Rp/bulan 1.000.000 1.000.000 6. Honor petugas pemilah Rp/bulan 1.000.000 1.000.000 7. Honor petugas komposting Rp./bulan 1.000.000 1.000.000 TOTAL KEBUTUHAN BIAYA (Rp/bulan) 8.000.000

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dibutuhkan iuran dari warga kira-kira Rp. 27.000./kk/bulan. Biaya tersebut masih bisa dikurangi apabila ada hasil penjualan kompos dan material daur ulang. Adapun pendapatan yang dapat diambil dari kegiatan TPS 3R adalah: No. Pendapatan Jumlah Harga Satuan Total 1. Penjualan Kompos 2. Penjualan Plastik 3. Penjualan Logam 4. Penjualan Kertas TOTAL PENDAPATAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DJOKO KIRMANTO