Novie E. Mauliku. (Kata Kunci : lama kerja, APD (masker), Kapsitas Vital Paksa paru). Jurnal Kesehatan Kartika/ LPPM 70

dokumen-dokumen yang mirip
Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya. Terutama industri tekstil, industri tersebut menawarkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 23 April Penelitian dilakukan pada saat pagi hari yaitu pada jam

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA PENYAPU PASAR JOHAR KOTA SEMARANG. Audia Candra Meita

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi, dan motorisasi (Dharmawan, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. secara luas di hampir setiap sektor industri. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara

PENGARUH DEBU KAPAS TERHADAP FUNGSI PARU PARU PEKERJA PABRIK TEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

PENDAHULUAN. Ruti Wiyati 1, Handoyo 2, Hartati 3

HUBUNGAN MASA KERJA DAN PENGGUNAAN APD DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PEKERJA TEKSTIL BAGIAN RING FRAME SPINNING I DI PT.X KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kawasan penambangan kapur

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PEKERJA BAGIAN RING SPINNING

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) NON KONTAINER DI IPC TPK KOTA PONTIANAK

DETERMINAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PADA PEKERJA PENGRAJIN KERAMIK DI KECAMATAN KLAMPOK BANJARNEGARA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan

Kadar Debu Kayu, Kebiasaan Merokok, Masa Kerja Dan Volume Ekspirasi Paksa Pada Tenaga Kerja Industri Mebel CV Bandengan Wood Desa Kalijambe Sragen

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Faal Paru Pada Perusahaan Galangan Kapal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI UNIT BOILER INDUSTRI TEKSTIL X KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

Hubungan Lama Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru pada Operator SPBU Sampangan Semarang

BAB 1. Pendahuluan. Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

Kapasitas Vital Paru pada Karyawan di Unit Boiler PT. Apac Inti Corpora Semarang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumokoniosis merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).

PROSIDING. Seminar Nasional Conference of Indonesian Occupational Safety and Health (CIOSH)

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

Kata Kunci: Lama Kerja, Penggunaan Alat Pelindung Diri, Kapasitas Vital Paru

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

The difference of forced vital capacity (FVC) on workers between foundry and fitting-shop in ED aluminium cast industry, Giwangan Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli


HUBUNGANN KAPASITAS PARU TERHADAP FAKTOR INDIVIDU DAN LINGKUNGAN PADA PEKERJA UNIT WEAVING BAGIAN LOOM 1 DAN LOOM 3 PERUSAHAAN TEKSTIL X TAHUN 2016

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

BAB III METODE PENELITIAN

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit saluran nafas banyak ditemukan secara luas dan berhubungan

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari tahun ke tahun. Peningkatan dan perkembangan ini

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN KADAR DEBU BATU BARA DENGAN PENURUNAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA DI UNIT BOILER

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Unnes Journal of Public Health

HUBUGAN PAPARAN DEBU KAPAS DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN GEJALA PENYAKIT BISINOSIS PADA PEKERJA SPINNING 1 PT. X KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sehari-hari pajanan dan proses kerja menyebabkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013.

IDENTIFIKASI KADAR DEBU DI LINGKUNGAN KERJA DAN KELUHAN SUBYEKTIF PERNAFASAN TENAGA KERJA BAGIAN FINISH MILL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang


BAB 1 PENDAHULUAN. udara termasuk oksigen. Secara alamiah paru-paru orang yang tinggal di

PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA LAMA KERJA DAN PEMAKIAN ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) DENGAN KAPASITAS VITAL PAKSA PARU TENAGA KERJA PADA UNIT SPINNING PT.VONEX INDONESIA Novie E. Mauliku ABSTRAK Debu kapas yang mencemari lingkungan kerja dapat mempengaruhi harga volume udara ekpirasi pada detik pertama/fev1 tenaga kerja sehingga menyebabkan gangguan fungsi paru. Salah satu gangguan paru tersebut adalah penyakit byssinosis. Pemaparan debu pada tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor lama kerja dan kebiasaan menggunakan APD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara lama kerja dan pemakaian APD (masker) dengan kapasitas vital paksa paru tenaga kerja pada Unit Weaving V PT. Apac Inti Corpora Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah expalatory research dengan pendekatan cross sectional. Data penelitian diperoleh dari hasil pengukuran dan wawancara dengan sampel adalah total populasi yaitu seluruh karyawan pada unit spining yang berjumlah 38 orang. Analisis yang digunakan meliputi analisis univariabel dengan proporsi dan bivariabel dengan uji kai kuadrat dengan tingkat kemaknaan P<0.05. Dari hasil pengukuran kapasitas vital paksa paru tenaga kerja rata-rata adalah 78,46% sedangkan lama kerja rata-rata responden adalah 4,3 tahun. Dan berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kapasitas vital paksa paru tenaga kerja. Namun terdapat hubungan antara pemakian APD (masker) dengan kapasitas vital paksa paru tenaga kerja. (Kata Kunci : lama kerja, APD (masker), Kapsitas Vital Paksa paru). Jurnal Kesehatan Kartika/ LPPM 70

PENDAHULUAN Pembangunan di Indonesia dewasa ini telah mencapai tahap industrialisasi. Pembangunan Industrialisasi ini telah membawa berbagai dampak positif, yaitu terbukanya lapangan pekerjaan, membaiknya sarana transportasi dan komunikasi serta meningkatnya taraf hidup masyarakat. Tetapi selain memberikan dampak positif, pembangunan industrialisasi juga memberikan dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan adalah pencemaran udara dalam bentuk debu yang dihasilkan dari proses pengolahan industri tekstil. Debu kapas tidak hanya dapat mencemari lingkungan umum, tetapi juga mencemari lingkungan kerja sehingga para pekerja dapat terpapar dan menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang ditembulkan dari debu kapas adalah gangguan fungsi paru, dimana debu masuk ke organ tubuh melalui saluran nafas dan mulut, sehingga lambat laun debu tersebut akan tertimbun dalam paru-paru dan akan mempengaruhi kapasitas fungsi paru(suma mur,1996) Pemafaran debu kapas ini akan mempengaruhi harga volume Udara Ekspirasi pada detik pertama/fev1 tenaga kerja pada unit spinning dan weaving (pemintalan), sehingga menimbulkan penyakit bysinosis. Ciri khusus dari penyakit bysinosis adalah perasaan hari senin (hari pertama masuk kerja) dengan gejala batuk, sakit dada dan sesak nafas (Suma mur,1996). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Valic dan Zuskin dapat diketahui bahwa prevalensi tertinggi dari penyakit bysinosis adalah pada unit pemintalan, tetapi tidak ada bukti beratnya penyakit akibat pemaparan debu kapas dengan lamanya pemaparan (Yunus,1997). Pemaparan debu kapas ke tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; lama kerja, kebiasaan menggunakan alat pelindung diri, kadar debu dalam ruangan, ventilasi dan ruang kerja. Di lingkungan kerja seperti unit spinning, tenaga kerja di Unit Weaving V PT. Apac Inti Corpora Semarang akan menghadapi faktor beban kerja, beban tambahan akibat lingkungan kerja dan kapasitas fisik, kimia, biologis dan fisiologis serta mental psikologis, yang dapat berpengaruh terhadap kesehatannya. Berdasarkan hasil pengukuran awal menggunakan personal dust sampler, kadar debu kapas di unit spiining adalah + 2,2 mg/m 3, dimana kadar tersebut telah melibihi NAB yang ditentukan yaitu sebasar 0,2 mg/m 3 (SE Menaker No.1 / MEN / 1997). Dan menurut data poliklinik perusahaan, dari 10 (sepuluh) besar penyakit menunjukan bahwa 63,34 % karyawan yang berobat men-derita penyakit influensa/ispa dan 10,12 % menderita penyakit kulit. Penyakit ini mungkin disebabkan oleh adanya paparan debu kapas di lingkungan kerja. Atas dasar fenomena di atas dan dampak yang akan timbul terhadap kesehatan tenaga kerja, maka peneliti meneliti lebih lanjut tentang pengaruh lama kerja dan penggunaan alat pelindung diri (masker) terhadap kondisi fungsi paru, khususnya kapasitas vital paksa paru / FVC tenaga kerja. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara lama kerja dan pemakian alat pelindung diri (masker) dengan kapasitas vital paksa paru tenaga kerja pada bagian Unit Weaving V PT. Apac Inti Corpora Semarang METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan tentang hubungan lama kerja dan pemakian alat pelindung diri (masker) dengan kapasitas vital paksa paru tenaga kerja pada Unit Weaving V PT. Apac Inti Corpora Semarang. Metode yang digunakan adalah survey dengan pendekatan crosssectional, yaitu mengukur dan Jurnal Kesehatan Kartika/ LPPM 71

mengobservasi variabel-variabel secara serentak pada individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau periode tertentu dan tidak diikuti secara terus menerus. (sudigdo, 1995). Kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut : Pemakaian APD Lama Kerja Umur Pendidikan Jenis Kelamin Status Kesehatan Status Gizi Kapasitas Vital Paksa Paru Variabel yang diteliti hanya variabel independen yaitu pemakian APD dan lama kerja, sedangkan variabel pengganggu untuk umur, jenis kelamin, dan status kesehatan merupakan variabel yang dikendalikan. Untuk umur responden dikendalikan dengan memilih batas umur antara 20-24 tahun, karena pada umur diatas 40 fungsi paru seseorang akan terus menurun. Untuk jenis kelamin dikendalikan dengan memilih responden perempuan. Sedangkan status kesehatan, dikendalikan dengan memilih responden yang tidak sakit/sudah sembuh dari sakit, karena kondisi tersebut dapat menurunkan kapsitas paru. Sampel dari penelitian ini adalah total populasi, yaitu seluruh pekerja yang ada di bagian spinning sebanyak 38 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengukuran terhadap kadar debu kapas pada tenaga kerja di Unit Weaving V PT. Apac Inti Corpora Semarang dengan menggunakan spirometer dan hasil wawancara langsung dengan responden. Analisa data menggunakan analisis univariat untuk mencari distribusi frekuensi dari masingmasing variabel dan analisis bivariat untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel. Untuk Mengetahui ada tidaknya hubungan antara pemakian alat pelindung diri dengan kapasitas vital paksa paru digunakan uji chi-square, sedangkan untuk mengetahui hubungan antara lama kerja dengan kapasitas vital paksa paru digunakan uji korelasi person. Penelitian dilaksanakan di Perusahaan Tekstil PT. Apac Inti Corpora Semarang HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara tentang lama kerja, ternyata para pekerja bekerja berkisar antara 1 8 tahun, dengan rata-rata lama kerja adalah 4.3 tahun. Sedangkan kebiasaan penggunaan APD pada pekerja dapat dikatakan seimbang, karena dari seluruh responden, 50% pekerja rutin menggunakan APD yang berupa masker dan 50% lagi tidak rutin menggunakan APD. Pengukuran kapasitas vital paksa paru terhadap responden dengan menggunakan Spirometer adalah antara 38.5% - 127%, dengan rata-rata 78.46% dan standart deviasi 19.66% serta nilai minimum 38.5% dan nilai maksimum 127.0% sebagaimana tabel di bawah ini : Dari hasil uji hubungan antara variable lama kerja dengan kapasitas vital paksa paru dengan korelasi 0.081, dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kapasitas vital paksa paru. Hal ini dimungkinkan oleh beberapa faktor antara lain umur tenaga kerja rata-rata masih muda, sehingga kondisi paru relative setara. Dalam penelitian ini responden yang diambil merupakan usia produktif yaitu berkisar antara 20 40 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa di usia yang muda dimana fungsi organ pernafasan masih bekerja dengan baik dan cenderung lebih baik. Jurnal Kesehatan Kartika/ LPPM 72

Lama kerja responden relative masih pendek dibandingkan dengan masa inkubasi penyakit paru (byssinosis) yaitu rata-rata adalah 4.3 tahun. Menurut Suma mur efek debu kapas khususnya byssinosis akan muncul pada lama kerja lebih dari 5 tahun, tetapi hal ini tergantung dari dosis paparan dan sifat debu yang terhirup tiap harinya. Santoso juga mengatakan bahwa pada byssinosis sering terjadi pada pekerjaan yang berhubungan dengan proses menenun. Masa inkubasi penyakit Byssinosis adalah 5 tahun yaitu pada pekerjaan Blowing dan Carding. Dan bagi tenaga kerja dibagian lainnya (Spinning & Weaving) lebih dari 5 tahun. Hasil wawancara melalui kuesioner didapatkan bahwa terdapat 5 (13.2%) responden yang menyatakan pernah bekerja di lingkungan berdebu. Selain itu status gizi responden juga mempengaruhi daya tahan responden dimana ratarata status gizi responden adalah normal. Dikatakan oleh Setyakusuma bahwa secara teoritis status gizi dapat mempengaruhi daya tahan responden terhadap efek debu, sehingga pada seseorang dengan status gizi baik kemungkinan menderita penyakit pernafasan lebih kecil dari pada seorang yang mempunyai status gizi kurang. (Setyakusuma,1997). Postur tubuh yang normal juga mendukung kondisi fungsi paru yang baik. Dari hasil pengukuran rata-rata berat badan responden 51.55 kg dengan interval antara 39-60 kg. Sedangkan pengukuran tinggi badan berkisar antara 150-163 cm dengan rata-rata tinggi badan 157.08 cm. Apabila dibandingkan dengan rata-rata berat badan dengan tinggi badan maka didapatkan status gizi baik (postur tubuh normal). Hal ini sesuai dengan nilai BMI (Body Mass Index) rata-rata 20.7. Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan rata-rata nilai kapasitas vital paksa paru menunjukkan bahwa nilai rata-rata berada dalam kondisi normal sehingga dalam penelitian ini lama kerja belum mempengaruhi turunnya nilai kapasitas vital paksa paru. Sedangkan dari hasil uji hubungan antara pemakaian masker dengan kapasitas vital paksa paru didapatkan korelasi 0,020, sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara pemakaian masker dengan kapasitas vitak paksa paru tenaga kerja. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat diketahui bahwa 50% tenaga kerja teratur dalam pemakaian masker pada saat bekerja. Walaupun tenaga kerja sebagian besar sudah menggunakan masker secara teratur, namun dimungkinkan karena jenis masker yang dipakai tidak memenuhi syarat (terbuat dari kain) sehingga debu kapas masih bisa terhirup oleh pekerja. Dalam mengendalikan kadar debu di lingkungan kerja bagian Unit Weaving V PT. Apac Inti Corpora Semarang meng-gunakan sistim ventilasi dan AC control untuk pengaturan kelembaban. Sistim ventilasi yang digunakan adalah ventilasi keluar setempat yaitu ventilasi diantara mesin-mesin kerja dan untuk membersihkan debu yang menempel pada mesin-mesin, Perusahaan menggunakan kompresor yaitu udara disemprotkan kebagian mesin-mesin yang kotor oleh debu sehingga debu akan berterbangan di ruangan tersebut dan secara langsung udara tersebut akan terihirup oleh pekerja. Secara teoritis timbulnya efek dari paparan debu dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi dan lamanya kontak serta sifat dari debu (Sylvia dan Lorraine, 1984). Sehingga semakin besar kadar debu kemungkinan untuk menimbulkan gangguan fungsi paru semakin besar, apalagi didukung oleh kadar debu yang melebihi NAB. Debu yang masuk ke Alveoli dan tertimbun akan menyebabkan pengerasan jaringan yang disebut fibrosis (Ahmad,1990). Diketahui bahwa proses fibrosis paru merupakan salah satu penyebab utama berkurangnya compliance, yaitu Jurnal Kesehatan Kartika/ LPPM 73

menyebabkan bertambahnya kekakuan paru dan rongga dada serta membatasi rongga paru (Sylvia dan Lorraince,1984) yang dapat ditunjukkan dengan penurunan KVP dan FEV1. Nilai KVP/FVC merupakan refleksi dari kemampuan elastisitas jaringan paru atau kekakuan pergerakan dinding thoraks (Alssagaf, 1993). Selain itu debu organic dapat menimbulkan asma yang bersifat obstruktif (Speizer,1986) atau terjadi penyempitan pada jalan nafas seperti pada asma bronchitis yaitu penyempitan bronchus. 3. Adanya pengawasan terhadap penggunaan alat pelindung diri (masker) oleh pekerja saat bekerja. 4. Peningkatan gizi kerja bagi tenaga kerja untuk mencegah terjadinya penyakit yang ditimbulkan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kapasitas Vital paksa Pru responden rata-rata adalh 78,46%. 2. Kadar debu di lingkungan kerja telah melebihi NAB adalah 1,399 mg/m3. 3. Tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kapasitas vital paksa paru tenaga kerja di unit weaving V PT, Apac Inti Corpora Semarang, karena rata-rata lama kerja tenaga kerja adalah 4,3 tahun sedangkan efek debu akan terlihat setelah lama kerja diatas 5 tahun. 4. Ada hubungan antara pemakaian APD (masker) dengan kapasitas vital paksa paru pada tenaga kerja di unit spinning dengan korelasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan,peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut : 1. Perlu adanya pemeriksaan awal fungsi paru tenaga kerja, sehingga dapat diketahui apakah calon tenaga kerja sudah menderita gangguan fungsi paru atau belum dan dilakukan pula pemeriksaan berkala bagi pekerja untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja sedini mungkin, minimal 1 tahun sekali. 2. Pemberian penyuluhan dan promosi K3 tentang pentingnya alat pelindung diri saat bekerja. Jurnal Kesehatan Kartika/ LPPM 74

DAFTAR PUSTAKA 1. Heryuni, Pemeriksaan Kadar Debu Di Dalam Udara Lingkungan Kerja dan Spirometri paru-paru tenaga kerja, Majalah Hiperkes, Vol.XXIV, No. 2 Jakarta, Depnaker RI. 2. Santoso.1983, Pengaruh Pemaparan Debu Kapas Terhadap FEV Pada Tenaga Kerja Di Perusahaan Tekstil, Thesis FK UI, Jakarta 3. Ahmadi, 1993. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia, Jakarta, DEPKES RI. 4. Anderson, Kim, dan Ronald Scott, 1982, Fundamentals of Industri Toxicology. England. Ann Arbor Science. 5. Suma mur. PK, 1973. Bisionosis Di Indoonesia, Majalah Hiegiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan dan Jaminan Sosial, Edisi VI No. 1, Depnaker Ri, Jakarta. 6. Mottet, N, 1985. Environment Pathology, New York. Oxford University Press. 7. Achmadi, 1990, Kesehatan Lingkungan Kerja Lingkungan Fisik. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia. Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, Depkes RI, Jakarta. 8. Soeripto, 1992, Majalah Hiperkes Vo.XXIV, No. 2 hal 31. Jakarta 9. Yunus F. Dampak debu industri pada paru dan pengendaliannya, Jurnal Respirologi Indonesia, Januari 1997, Vol.17, o.1, Hal 4-7. 10. Ismail Taufik. 2001, Hubungan Antara Lama Kerja Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (Masker) Dengan Kapasitas Vital Paksa Paru Tenaga Kerja Pada Unit Weaving V PT. Apac Inti Corpora Semarang.Semarang Jurnal Kesehatan Kartika/ LPPM 75