ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

dokumen-dokumen yang mirip
Farel H. Napitupulu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin FT USU. m& = konsumsi bahan bakar (kg/s) LHV = low heating value (nilai kalor bawah) (kj/kg)

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KARAKTERISTIK SERABUT SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PADA BOILER

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PERENCANAAN KETEL UAP TEKANAN 6 ATM DENGAN BAHAN BAKAR KAYU UNTUK INDUSTRI SEDERHANA RUSNOTO

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK CAMPURAN CANGKANG DAN SERABUT BUAH KELAPA SAWIT TERHADAP NILAI KALOR DI PROPINSI BANGKA BELITUNG

ANALISA EFISIENSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON/JAM TEKANAN KERJA 20 BAR DI PABRIK KELAPA SAWIT

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI LIMBAH ABU KETEL, JARAK DAN GLISERIN. Samsudi Raharjo 1. Abstrak

Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO)

ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat digunakan untuk pemanas. menghasilkan uap. Dimana bahan bakar yang digunakan berupa

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENAIKKAN EFISIENSI BOILER DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG UNTUK PEMANAS EKONOMISER

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SKRIPSI MOTOR BAKAR. Disusun Oleh: HERMANTO J. SIANTURI NIM:

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI

PENERAPAN IPTEKS PEMANFAATAN BRIKET SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAANTI MINYAK TANAH. Oleh: Muhammad Kadri dan Rugaya

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN KETEL UAP PIPA API JENIS SCOTCH KAPASITAS. 10 TON UAP Jenuh/jam TEKANAN 15 Kg/cm 2 TUGAS AKHIR

PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya

PENGARUH MOISTURE CONTENT EFB TERHADAP KURVA INPUT OUTPUT PLTBS

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

ANALISA KETEL UAP PIPA AIR BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN FIBER PADA PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS 30 TON TBS/JAM

ANALISA PEMAKAIAN AIR HEATER TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI BOILER UNIT 3 PLTU PT. PLN (PERSERO) SEKTOR BELAWAN

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DENGAN MANUAL. data data dari tabel hasil pengujian performansi motor diesel. sgf = 0,845 V s =

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERFORMANSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 18 TON/JAM DI PKS MERBAUJAYA INDAHRAYA

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

ANALISA PERFORMANSI KETEL UAP DENGAN KAPASITAS 260 TON/JAM DAN TEKANAN 86 BAR DI UNIT 3 PADA PLTU SEKTOR PEMBANGKIT BELAWAN

ANALISIS PENGARUH KANDUNGAN KARBON TETAP PADA BATUBARA TERHADAP EFISIENSI KETEL UAP PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

BAB III PROSES PEMBAKARAN

PENGARUH PENGGUNAAN CETANE PLUS DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMANSI MOTOR DIESEL

BAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di

BAB II LANDASAN TEORI. Ketel uap pada dasarnya terdiri dari bumbung (drum) yang tertutup pada

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Ketel Bertenaga Listrik (Electric Boiler)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan bahan baku biodiesel dilakukan di laboratorium PIK (Proses

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya demikian juga perkembangannya, bukan hanya untuk kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan memakai bahan bakar antara lain bahan bakar padat dan bahan bakar cair,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

BAB III METODE PENELITIAN

BOILER MINI TEKANAN RENDAH BERBAHAN BAKAR SAMPAH PERKEBUNAN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER EVALUASI KINERJA BOILER 10 TPH(TON/HOUR) MILIK FSO CINTA NATOMAS

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

PERANCANGAN KETEL UAP LANCASHIRE DENGAN KAPASITAS 10 TON PER JAM SKRIPSI

PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI PADA BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP NILAI KALORI

Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi

BAB I PENDAHULUAN I-1

PERANCANGAN KETEL UAP KAPASITAS UAP 216 KG / 3 JAM

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

ANALISIS PERANCANGAN TUNGKU PENGECORAN LOGAM (NON-FERO) SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN TEKNIK PENGECORAN

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

RATIH VOL.1 Edisi 1 ISSN

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

RUBBER CRUDE OIL PRODUCT KNOWLEDGE

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil pengujian dan analisa limbah plastik PP (Polypropyline).

Analisis Variasi Suhu Tekan Pada Karakteristik Briket Arang Ampas Tebu sebagai Bahan Bakar Alternatif

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

PENGUJIAN PERFORMANSI MOTOR DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL CAMPURAN MINYAK JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS) DENGAN CRUDE PALM OIL (CPO)

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

III. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM Harry Christian Hasibuan 1, Farel H. Napitupulu 2 1,2 Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Jalan Almamater Kampus USU Medan 20155 Email : kristian.hasibuan@yahoo.com ABSTRAK Ketel uap adalah pesawat untuk memproduksi uap pada suatu jumlah tertentu pada setiap jamnya dengan suatu tekanan dan suhu yang telah ditentukan besarnya. Boiler atau ketel uap adalah suatu bejana/wadah yang di dalamnya berisi air atau fluida lain untuk dipanaskan. Proses pendidihan memerlukan energi panas yang diperoleh dari sumber panas misalnya dari pembakaran bahan bakar yang berupa padat, cair dan gas, bahan bakar utama yang digunakan pada PGSS adalah ampas tebu, fiber (cangkang + serabut), dan minyak bakar residu MFO. Nilai kalor tiap tiap bahan bakar dihitung dengan mengetahui komposisi tiap-tiap bahan bakar dengan menggunaka persamaan-persamaan yang ada dari literatur, perhitungan konsumsi bahan bakar, volume ruang bakar, efisiensi dari tiap-tiap bahan bakar terhadap boiler dan efisiensi biaya dari tiap-tiap bahan bakar yang digunakan. Dari perhitungan tiap-tiap bahan bakar maka didapat hasil bahwa. Efisiensi bahan bakar menggunakan bahan bakar ampas lebih kecil dibandingkan dari bahan bakar fiber dan minyak bakar residu MFO. Kemudian dari segi biaya bahan bakar ampas tebu lebih efisien dari pada bahan bakar fiber dan minyak bakar residu MFO. Kata Kunci : Ketel Uap, Nilai Kalor Bahan Bakar, Efisiensi Ketel 1. PENDAHULUAN Ketel uap adalah pesawat untuk memproduksi uap pada suatu jumlah tertentu pada setiap jamnya dengan suatu tekanan dan suhu yang telah ditentukan besarnya. Proses pendidihan memerlukan energi panas yang diperoleh dari sumber panas misalnya dari pembakaran bahan bakar yang berupa padat, cair dan gas. Banyak pabrik atau perusahaan yang sudah menerapkan penggunaan bahan bakar alternatif untuk bahan bakar ketelnya salah satunya Pabrik Gula Sei Semayang yang menggunakan bahan bakar fiber Atau cangkang untuk pembakaran awal boiler sebelum adanya ampas kemudian bagasse (ampas tebu) sebagai bahan bakar utamanya dan residu sebagai bahan bakar pembantunya untuk bahan bakar ketel uap. Dan saat ini Pabrik Gula Sei Semayang mempunyai ketel uap merek Yoshimine tahun pembuatannya 1981 dengan kapasitas uap 60 ton/jam. Dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap unjuk kerja dari ketel uap maka ditelitilah bahan bakar yang digunakan pada Pabrik Gula Sei Semayang yaitu fiber, ampas tebu dan bahan bakar residu (kg/jam), kebutuhan udara pembakaran (m3/jam), serta efisiensi dari ketel uap terhadap bahan bakar tesebut(%). Pada skripsi akhir ini adalah analisa bahan bakar yang digunakan pada boiler Pabrik Gula Sei Semayang, adapun bahan bakar yang di gunakan di Pabrik Gula Sei Semayang adalah Fiber (cangkang + serabut), Ampas tebu dan residu. Pada saat ini bahan bakar boiler pada Pabrik Gula Sei Semayang ada 3 jenis bahan bakar dalam sistem pembakarannya, yang pertama fiber (cangkang + serabut) 239

untuk pembakaran awal, yang kedua bagasse (ampas tebu) digunakan langsung pada furnace dan yang ke tiga residue oil digunakan pada burner boiler. Bahan bakar ampas tebu merupakan bahan bakar primer. Ampas tebu atau lazimnya disebut bagase, adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari Pabrik Gula Sei Semayang dihasilkan ampas tebu dari berat tebu yang digiling. Pada umumnya, pabrik gula di Indonesia memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar bagi pabrik yang bersangkutan, setelah ampas tebu tersebut mengalami pengeringan. Pengeringan ampas dilakukan dengan memanfaatkan dari mesin gilingan yang memeras tebu yang telah dicacah hingga kadar air dan niranya berkurang. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Boiler Boiler atau ketel uap adalah suatu bejana/wadah yang di dalamnya berisi air atau fluida lain untuk dipanaskan. Energi panas dari fluida tersebut selanjutnya digunakan untuk berbagai macam keperluan, seperti untuk turbin uap, pemanas ruangan, mesin uap, dan lain sebagainya. Secara proses konversi energi, boiler memiliki fungsi untuk mengkonversi energi kimia yang tersimpan di dalam bahan bakar menjadi energi panas yang tertransfer ke fluida kerja. Bejana bertekanan pada boiler umumnya menggunakan bahan baja dengan spesifikasi tertentu yang telah ditentukan dalam standard ASME (The ASME Code Boilers), terutama untuk penggunaan boiler pada industriindustri besar. Dalam sejarah tercatat berbagai macam jenis material digunakan sebagai bahan pembuatan boiler seperti tembaga, kuningan, dan besi cor. Namun bahan-bahan tersebut sudah lama ditinggalkan karena alasan ekonomis dan juga ketahanan material yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Panas yang diberikan kepada fluida di dalam boiler berasal dari proses pembakaran dengan berbagai macam jenis bahan bakar yang dapat digunakan, seperti kayu, batubara, solar/minyak bumi, dan gas. Dengan adanya kemajuan teknologi, energi nuklir pun juga digunakan sebagai sumber panas pada boiler. Beban Sepesifik Ruang Bakar : Banyak kalor yang dilepaskan persatuan volume ruang bakar persatuan waktu (Q bb ).. (Btu/ft 3 jam atau kkal/m 3 jam)[1]. Jika susunan bahan bakar diketahui, maka dapat dihitung jumlah kebutuhan udara pembakaran untuk pembakaran yang sempurna. [2] 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel yang Diambil Pada pengujian ini variabel pengujian untuk mendapatkan nilai kalor bahan bakar yaitu high heating value (HHV) dan low heating value (). 3.2 Prosedur Pengujian 1. Membersihkan tabung bom dari sisa pengujian sebelumnya 2. Menimbang bahan bakar yang akan diukur dengan timbangan sebesar 0,15 gram 3. Mengukur volume bahan bakar 4. Menyiapkan kawat untuk penyala dengan menggulungnya dan memasangnya pada tangkai penyala yang terpasang pada penutup bom 5. Menempatkan cawan berisi bahan bakar pada ujung tangkai penyala 6. Menutup bom dengan kuat setelah dipasang ring-o dengan memutar penutup tersebut 7. Mengisi Oksigen kedalam bom dengan tekanan 30 bar 8. Menempatkan bom yang telah terpasang kedalam calorimeter 9. Memasukkan air pendingin sebanyak 1250 ml. 10. Menutup kalorimeter dengan penutupnya. 240

11. Menghidupkan pengaduk air pendingin selama 5 (lima) menit sebelum penyalaan dilakukan. 12. Membaca dan mencatat suhu air pendingin 13. Menghidupkan penyalaan 14. Mengaduk air pendingin selama 5 (lima) menit setelah penyalaan berlangsung. 15. Membaca dan mencatat kembali suhu air pendingin. 16. Mematikan pengaduk. 17. Menyiapkan kembali peralatan untuk pengujian selanjutnya 18. Melakukan kembali pengukuran sebanyak 5 (lima) kali berturutturut untuk suatu bahan bakar yang di uji/di ukur. Hasil pengujian adalah harga ratarata dari hasil kelima pengukuran yang dilakukan. 3.3 Rumus- rumus yang Digunakan Adapun rumus-rumus yang digunakan dan mendukung adalah sebagai berikut : 1. Nilai kalor atas (HHV) dapat dihitung dengan rumus HHV = (T 2 -T 1 -T kp )x C v [3] 2. Nilai kalor bawah () dapat dihitung dengan rumus = HHV 3240 kj/kg [3] 3. Bila dilakukan n kali pengujian, maka : n I=1 HHV HHV rata-rata = [3] n rata-rata = HHV rata-rata 3240 kj/kg [34] Dimana : T 1 = Suhu air dingin sebelum dinyalakan 27,42 0 C T 2 = Suhu air pendingin setelah penyalaan 27,69 0 C T kp = kenaikan suhu akibat kawat menyala 0,05 0 C C v = Panas jenis bom calorimeter 73529,6 kj/kg 0 C 4. Kebutuhan bahan bakar Ws ( h sup ha) w f = [4] nk ( ) 5. Analisa ( volume ruang bakar W )( ) f V rb = [4] Hrv 6. Jumlah udara pembakaran bahan bakar 100 U og = x (2,67 C + 8 H 23,1 O + S) kg udara/kg bb [5] 7. Efisiensi boiler (η b ) Q( hg hf) η b = x 100 % [6] q 5. ANALISA DATA NILAI KALOR BAHAN BAKAR 4.1 Bahan Bakar Bahan bakar adalah bahan yang dapat dibakar untuk menghasilkan panas (kalor). Proses pembakaran merupakan proses kimia antara bahan bakar, udara dan panas. Proses pembakaran yang terjadi di dalam ruang bakar ketel (boiler) bertujuan untuk merubah fasa air menjadi fasa uap.. Berbagai jenis bahan bakar (seperti bahan bakar cair, padat, dan gas) yang tersedia tergantung pada berbagai faktor seperti biaya, ketersediaan, penyimpanan, handling, polusi dan peletakan boiler, tungku dan peralatan pembakaran lainnya. Pengetahuan mengenai sifat bahan bakar membantu dalam memilih bahan bakar yang benar untuk keperluan yang benar dan untuk penggunaan bahan bakar yang efisien. Uji laboratorium biasanya digunakan untuk mengkaji sifat dan kualitas bahan bakar. Jadi untuk melakukan pembakaran diperlukan tiga unsur, yaitu : Bahan bakar Oksigen Suhu untuk memulai pembakaran Panas (kalor) yang timbul karena pembakaran bahan bakar tersebut disebut hasil pembakaran atau nilai bakar (heating value) 4.2 Nilai Kalor Bahan Bakar 241

Nilai kalor (heating value) adalah banyaknya energi panas yang diperoleh dari hasil pembakaran 1 kg bahan bakar. Nilai kalor ini dibagi menjadi dua : a. Nilai kalor tinggi atau High Heating Value (HHV) adalah banyaknya kalor yang dihasilkan pada proses pembakaran 1 kg bahan bakar, tanpa adanya kandungan air pada bahan bakar. b. Nilai kalor rendah atau Low Heating Value () adalah banyaknya kalor yang dihasilkan pada proses pembakaran 1 kg bahan bakar dan sebagian dimanfaatkan untuk penguapan sehingga kandungan air pada bahan bakar akan habis. Tabel 1. hasil percobaan nilai kalor Bom kalorimeter ampas tebu (bagasse) 1 25,88 26,14 15441,216 12201,216 2 26,26 26,52 15441,216 12201,216 3 26,65 26,92 16176,512 12936,512 4 27,02 27,29 16176,512 12936,512 5 27,42 27,69 16176,512 12936,512 Tabel 2. hasil percobaan nilai kalor Bom kalorimeter fiber (serabut 75% + cangkang 25 %) 1 25,93 26,27 21323,584 18083,584 2 26,44 26,78 21323,584 18083,584 3 26,94 27,77 20588,288 17348,288 4 27,38 27,73 22058,88 18818,88 5 27,96 28,30 21323,584 18083,584 Tabel 3. hasil percobaan nilai kalor Bom kalorimeter Minyak Residu MFO 1 25,55 26,37 56617,792 53377,792 2 26,43 27,27 58088,384 54848,384 3 27,35 28,17 56617,792 53377,792 4 28,29 29,12 57353,088 54113,088 5 25,13 25,95 56617,792 53377,792 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil perhitungan dan pembahasan skripsi dengan judul analisa pemakaian bahan bakar dengan melakukan pengujian nilai kalor dan gas buang terhadap performansi boiler type water tube dengan kapasitas uap 60 Ton/Jam maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai Kalor HHV dan bahan bakar yang digunakan : a. Nilai HHV rata-rata dan rata-rata ampas tebu HHV = 15882,3936 kj/kg = 12642,3936 kj/kg b. Nilai HHV rata-rata dan rata-rata fiber (cangkang + serabut) HHV = 21323,584 kj/kg = 18083,584 kj/kg c. Nilai HHV dan Minyak Residu MFO HHV = 57058,9696 kj/kg = 53818,9696 kj/kg 2. Kebutuhan bahan bakar yang digunakan : a. Kebutuhan bahan bakar ampas tebu W f = 19284,47 kg b.bakar /jam b. Kebutuhan bahan bakar fiber (cangkang + serabut) W f = 13481,94 kg b.bakar /jam c. Kebutuhan bahan bakar minyak residu MFO W f = 4530,034 kg b.bakar /jam 3. Volume Ruang Bakar V rb = 10902,48 m 3 4. Jumlah Udara Pembakaran Bahan bakar a. Jumlah udara pembakaran bahan bakar ampas tebu. U og = 21,604 kg udara /kg bb b. Jumlah udara pembakaran bahan bakar fiber (cangkang + serabut) U og = 23,316 kg udara /kg bb c. Jumlah udara pembakaran minyak residu MFO U og = 59,25 kg udara /kg bb 242

Tabel 4. perbandingan variasi bahan bakar dari segi konsumsi bahan bakar, efisiensi boiler dan biaya bahan bakar. Bahan Bakar Efisiensi Boiler (%) Minyak Residu MFO 73 Faiber (cangkang + 65 serabut ) Ampas Tebu 62 (bagase) 6. Nilai kalor ampas tebu lebih kecil dari nilai kalor campuran serabut dan cangkang sawit. Nilai kalor campuran serabut dan cangkang sawit jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai kalor bahan bakar minyak residu. Namun penggunaan bahan bakar ampas tebu, serabut dan cangkang sawit sebagai bahan bakar pada PGS masih cukup ekonomis, mengingat persediaannya yang cukup banyak dan gratis, sedangkan minyak residu jauh lebih mahal. 7. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil nilai kalor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan bahan bakar. Semakin besar nilai semakin sedikit bahan bakar yang digunakan dan mempengaruhi nilai efisiensi boiler. 5.2 Saran Adapun saran saran yang dapat diajukan bagi pabrik maupun pembaca untuk menyempurnakan penelitian tentang analisa variasi bahan bakar terhadap performansi boiler dikemudian hari ialah sebagai berikut : 1. Di karenakan umur boiler yang sudah lama atau tua maka harus dilakukan perawatan yang optimal agar kinerja boiler tetap optimal 2. Untuk meningkatkan efisiensi pada boiler sebaiknya digunakan bahan bakar fiber atau minyak residu MFO sebagai bahan bakar pembantu 3. Dalam penelitian perencanaan bahan bakar terhadap performansi boiler selanjutnya, diperlukan pengujian Bom Kalorimeter Oksigen, sehingga hasil perhitungan yang didapatkan lebih realistis atau mendekati kenyataan 4. Penelitian perencanaan bahan bakar alternatif terhadap performansi boiler selanjutnya dengan menggunakan bahan bakar yang lain, misalnya sekam padi, dan sampah kertas maupun plastik. TINJAUAN PUSTAKA [1] http://www.scribd.compengetahuan- Umum Boiler/ 9 oktober 2012. [2] Setyardjo M.J. Djoko. 1932. Ketel Uap, Edisi Ke-2, hal 71. Jakarta: Pradya Paramitha. [3] Panduan Percobaan Bom Kalorimeter Oksigen Laboratorium Mesin FT USU Medan [4] Setyardjo M.J. Djoko. 1932. Ketel Uap, Edisi Ke-2, hal 84 85. Jakarta: Pradya Paramitha. [5] Muin A. Syamsir. 1988. Pesawat-pesawat Konversi Energi I (Ketel Uap), Edisi Ke-1. Hal 47-48. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali. [6] http://repository.usu.ac.id/16 Desember 2012. 243