IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENTING ASURANSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG TINGGI PERKANTORAN DI DKI JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
DESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

128 Universitas Indonesia

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

1.1. LATAR BELAKANG. Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung Di Kota Semarang Tahun 2010

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Aspek Kemanusiaan Aspek Pencegahan Kerugian: Aspek Komersial:

KONSEP DAN RENCANA PENANGANAN BANGUNAN GEDUNG DAN PROTEKSI KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

BAB V PEMBAHASAN. Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung di Kota Semarang Tahun 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

Pemeriksaan Keandalan dan Kelaikan Bangunan Gedung di Kota Semarang Tahun 2010

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

PELATIHAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI


EVALUASI KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

MENCERMATI STANDAR PENGAMANAN GEDUNG UNTUK ANTISIPASI BAHAYA KEBAKARAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

BAB II LANDASAN TEORI

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pemerintah, baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah. Dalam

WALI KOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 204 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DI KABUPATEN KENDAL

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 5 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

STUDI TREATMENT FACTORS terhadap RISIKO KEBAKARAN pada BANGUNAN TINGGI PERKANTORAN di DKI JAKARTA 1

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 10 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

STUDI TINGKAT KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN APARTEMEN (Studi Kasus Apartemen Di Surabaya)

gedung bioskop berbeda tingkat kerawanannya dibandingkan dengan perumahan. Jika

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pemahaman terhadap resiko-resiko yang dapat terjadi pada bangunan

Nama Githa Maharani Sembiring NPM : Mata kuliah : hukum asuransi ASURANSI KEBAKARAN. Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Pasal 1 :

BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

Walikota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit

Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS

BAB IX ASURANSI ANEKA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI TINGKAT KEANDALAN ELEMEN-ELEMEN PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN GEDUNG PD PASAR JAYA DI DKI JAKARTA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS KATA PENGANTAR

FRAMEWORK STRATEGI PROTEKSI TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN DI DKI JAKARTA PASCA 2008

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

Analisis Kelayakan Fire Safety Management ( FSM ) Pada Bangunan Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau

PROVINSI ACEH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia.

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

ANALISA KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG (Studi Kasus Gedung Kantor Gubernur Riau Kota Pekanbaru)

PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN MELALUI OPTIMALISASI TATA KELOLA LAHAN KAWASAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 16 TAHUN 2012 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta. Bagian Tata Usaha. Bidang Tata Operasional

ANALISA KEANDALAN SISTEM KESELAMATAN BANGUNAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN (Studi Kasus Gedung Surya Dumai Group dan Bank Tabungan Negara Kota Pekanbaru)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

K3 Konstruksi Bangunan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 25/PRT/M/2007 TANGGAL 9 AGUSTUS 2007 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG. izingedung.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

MENGENAI SUCOFINDO. 1. Perusahaan inspeksi pertama yang didirikan pada 22 Oktober 1956 oleh Negara Republik Indonesia

PEDOMAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BANGUNAN /BUILDING REGULATION

BAB I PENDAHULUAN. dan kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN.

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2011 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

SURAT PERMOHONAN PENUTUPAN ASURANSI (SPPA)

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat

Transkripsi:

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENTING ASURANSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG TINGGI PERKANTORAN DI DKI JAKARTA Manlian Ronald. A. Simanjuntak, Paulus. S. Whanarahardja* Program Studi Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Konstruksi Universitas Pelita Harapan *Email: paulus.whanaradja@uph.edu ABSTRAK Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesiamemiliki peran penting dan sentral dalam rangka penyelenggaraan administrasi negara Indonesia. Dalam rangka penataan ruang, Jakarta selain memiliki peran vital sebagai ibu kota negara, sekaligus juga memiliki risiko tinggi secara khusus dalam rangka penyelenggaraan bangunan gedung. Melalui Perda DKI Jakarta No. 7 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Bangunan Gedung di DKI Jakarta dan Perda DKI Jakarta No. 8 tahun 2008 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di DKI Jakarta, memberikan landasan hukum yang kuat dalam rangka penyelenggaraan bangunan gedung secara khusus di Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang serta Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung juga mendorong kuat untuk dapat terselenggaranya bangunan gedung di DKI Jakarta secara handal. Salah satu risiko bangunan gedung yang pasti hingga saat ini di DKI Jakarta adalah risiko kebakaran.bangunan gedung tinggi perkantoran sebagai salah satu fungsi bangunan gedung tinggi yang sangat sibuk dan memiliki potensi kerugian jika terjadi kebakaran, memerlukan kajian khusus agar penyelenggaraan bangunan gedung tinggi perkantoran dapat berjalan baik dan lancar.salah satu treatment terhadap kajian risiko kebakaran yang paling potensial yaitu Asuransi Kebakaran. Penelitian ini selanjutnya memiliki permasalahan penelitian yaitu penelitian ini akan mengkaji faktor-faktor dan diturunkan dalam sejumlah variabel sehubungan dengan Asuransi Kebakaran secara khusus pada bangunan gedung tinggi perkantoran di lingkungan DKI Jakarta. Dari berbagai referensi pendukung, kajian ini akan mencakup faktor-faktor: keandalan bangunan gedung, keandalan lingkungan, keandalan pelaku jasa konstruksi, dan keandalan aspek hukum konstruksi, yang seluruhnya akan diturunkan dalam sejumlah variabel penting, agar arah penelitian sehubungan dengan asuransi kebakaran konstruksi dapat tercapai. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dan survey, yang akan mengkaji dari berbagai referensi dan hasil penelitian yang relevan (jurnal), serta akan mengkaji dari opini para pakar yang terkait, serta melalui proses survey lapangan awal. Hasil penelitian ini sangat penting untuk selanjutnya menjadi masukan bagi analisis implementasi asuransi kebakaran secara khusus pada bangunan gedung tinggi perkantoran di DKI Jakarta. Kata kunci: asuransi, kebakaran, perkantoran PENDAHULUAN Risiko dalam proses penyelenggaraan fungsi bangunan gedung tinggi di DKI Jakarta memiliki keunikan dibandingkan fungsi bangunan gedung tinggi lainnya. Bangunan gedung tinggi perkantoran di DKI Jakarta memiliki keunikan baik dari segi penataan ruang secara vertikal, sistem struktur, sistem transportasi vertikal, sistem komunikasi bangunan gedung, sistem proteksi kebakaran dan sistem lainnya yang mendukung fungsi operasional bangunan gedung tinggi perkantoran. Bangunan gedung tinggi perkantoran di DKI Jakarta tersebar di 5 (lima) area, yang terhubung dengan sistem infratruktur kota. 27

Dalam proses operasional bangunan gedung tinggi perkantoran di DKI Jakarta, para pelaku jasa konstruksi berusaha untuk mencegah terjadinya risiko yang berpotensi menghambat keandalan operasional. Beberapa risiko yang dapat terjadi pada bangunan gedung tinggi perkantoran di DKI Jakarta, yaitu: kegagalan bangunan gedung, kebakaran, gempa, dll. Kebakaran sebagai salah satu risiko memiliki dampak yang merugikan jiwa manusia, aset bangunan gedung, serta potensi masa depan operasional perkantoran yang mampu menghambat seluruh program aktifitas perkantoran yang telah dibangun. Melihat dampak inilah, maka pelaku jasa konstruksi seharusnya sangat peduli dan berusaha semaksimal mungkin mencegah risiko kebakaran.inilah kunikan dari suatu pemahaman tentang risiko dibandingkan bencana.risiko dapat dicegah, ditanggulangi dan dikendalikan, sedangkan bencana hanya dapat ditanggulangi dan dikendalikan.namun risiko yang sangat besar dapat mengakibatkan bencana yang jauh lebih besar menghasilkan kerugian yang luar biasa. Dalam studi manajemen konstruksi, secara umum, manajemen risiko berperan untuk mengidentifikasi risiko ( identify the risk), menganalisis risiko ( analyze the risk), dan mengantisipasi risiko ( treat the risk). Penelitian ini memiliki posisi untuk mengidentifikasi risiko, secara khusus risiko kebakaran yang kemudian akan memberikan rekomendasi indikator-indikator risiko apa saja sehubungan dengan asuransi kebakaran sebagai salah satu risk treatment pada bangunan gedung tinggi perkantoran di wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini akan mengidentifikasi dan mengkaji faktor-faktor yang diturunkan dalam sejumlah variabel sehubungan dengan asuransi kebakaran secara khusus pada bangunan gedung tinggi perkantoran di lingkungan DKI Jakarta. Didalam penelitian ini akan dikaji, dicermati dan didata unsur unsur yang telah ditentukan berdasarkan peraturan peraturan dan berbagai standar yang relevan. METODE PENELITIAN a. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey.penelitian ini meneliti dari beberapa sumber data primer, baik itu Asosiasi, Perusahaan, dll, dan juga mengkaji dari bahan dari sumber referensi dan hasil penelitian yang relevan. b. Proses Penelitian Proses penelitian ini selanjutnya dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini c. Instrumen Penelitian - Data Primer Gambar 1. Proses Penelitian Data Primer penelitian ini selanjutnya diperoleh dari hasil survey dan kajian beberapa hasil penelitian yang relevan. - Data Sekunder Data sekunder penelitian ini diperoleh dari beberapa bahan kajian teori dan hasil penelitian pendukung yang relevan. 28

HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum membahas faktor dan variabel dari asuransi kebakaran sebagai salah satu treatment risiko, penulisan ini akan dimulai dengan membahas tentang kajian beberapa polis standard kebakaran di Indonesia a. Polis Standard Kebakaran Indonesia tahun 1982 Polis ini lebih dikenal dengan PSKI, yang menjelaskan mengenai polis ganti rugi penanggung terhadap tertanggung apabila objek tertanggung mengalami musibah seperti yang telah dikategorikan dalam kelompok bahaya sebagai berikut: kebakaran, petir, peledakan, kejatuhan pesawat terbang.pasalpasal yang mengandung klausul untuk asuransi kebakaran termuat di dalam Pasal 290 292 KUHD yang hanya penting diterapkan untuk penafsiran. Beberapa pasal yang menjelaskan keterkaitan dan tanggung jawab antara pihak penanggung dan tertanggung diatur dalam; - Pasal I Tentang Pembayaran Premi - Pasal XVIII tentang gugurnya hak ganti rugi tertanggung. - Pasal XIX tentang Pembatalan Polis. - Pasal XXI tentang Arbitrase, yang menjelaskan bahwa PSKI menghendaki agar perselisihan antara penanggung dan tertanggung mengenai pelaksanaan dan penafsiran perjanjian asuransi diselesaikan dengan arbitrase. Beberapa pasal seperti tersebut di atas memuat arti penting mengenai kelayakan dan keandalan tertanggung sehingga dapat terjadinya pengikatan penanggungan asuransi ataupun sebaliknya. Khususnya pada PSKI 1982 penjelasan susunannya cukup sistematis mengenai pencantuman informasi mengenai tertanggung, yaitu: - tertanggung (nama, alamat) - jangka waktu pertanggungan - faktor faktor penentu tarip premi (kelas konstruksi bangunan, okupasi) - jaminan tambahan (resiko khusus) yang ada - nomor kode butir tarip premi dalam buku tarip - uraian harta benda yang menjadi obek asuransi, dengan jumlah asuransi (harga penanggungan) masing masing ; dan - premi ang harus dibayar b. Polis Standard Kebakaran Indonesia tahun 1996 Polis ini merupakan perbaikan dari PSKI 1982 yang memaparkan lebih detil tentang abitrase. Selain itu ada beberapa perubahan dan penambahan klausul terkait pertanggungan kebakaran yaitu mengenai bahaya asap dan secara keseluruhan dalam penjelasan mengenai PSKI H. Gunarto, SH memberikan keterangan dalam buku Asuransi Kebakaran Indonesia pada bab IX yang dalam 15 butir butir 2, 3 dan 7 mengenai unsur unsur kebakaran dan pembahasan pembahasan terkait. c. Polis Standard Kebakaran Indonesia tahun 2000 Polis ini yang berlaku hingga sekarang lebih memberikan rincian yang lebih detil pada tiap pasalnya. Pada PSKI 2000 sistematiknya tidak banyak perubahan, dimana pembahasan resiko resiko yang dijamin PSKI terkait kebakaran yang termasuk dalam 5 jenis utama bahaya (peril) ditulis juga mengenai Asap. Bahaya asap merupakan tambahan pada PSKI 1982. Pada PSKI 2000 ini pengajuan klaim disertai dengan pengecualian-pengecualian yang landasan kuat untuk proses pengadilan selanjutnya.. Faktor dan Variabel Penelitian Penelitian ini selanjutnya merekomendasikan beberapa faktor penting, yaitu: - Faktor administrasi Dalam konteks administrasi, beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu dimulai adanya dokumen kelaikan kepemilikan asset bangunan gedung termasuk lahan ( site) sebagai place bangunan gedung berada. - Faktor teknis - Faktor lingkungan alam 29

- Faktor future value (nilai-nilai di masa mendatang) - Faktor masyarakat Variabel penelitian selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini: Tabel 1.Faktor dan Variabel Penelitian No Faktor Penelitian Variabel Penelitian A Faktor Administrasi 1. Dokumen Penataan Ruang (RUTR, dll) 2. Surat Hak Kepemilikan Bangunan 3. Sertifikat IMB 4. Dokumen Kontrak 5. As Built Drawings 6. Sertifikasi Profesional Profesi Pelaku Jasa Konstruksi 7. Sertifikasi Kelaikan Alat Konstruksi 8. Sertifikasi Kelaikan Bahan Bangunan 9. Sertifikasi Organisasi Pelaku Jasa Konstruksi 10. Sertifikasi Sistem Metode Pelaksanaan Pembangunan B Faktor Teknis Sistem Proteksi Aktif 11. Sistem deteksi panas 12. Sistem deteksi asap 13. Sistem alarm bangunan 14. Sistem sprinkler 15. Sistem hidran di dalam bangunan 16. Sistem hidran di luar bangunan 17. Sistem APAR 18. Sistem alat pemadam api khusus Sistem Proteksi Pasif a. Arsitektonis Bangunan 19. Desain tata ruang dalam bangunan 20. Desain ruang berkumpul untuk penyelamatan 21. Desain ruang evakuasi 22. Desain tata ruang luar bangunan 23. Desain kulit bangunan (fasade) yang tahan api 24. Desain pencahayaan darurat bangunan yang mampu mengarahkan proses penyelamatan 25. Desain sarana transportasi bangunan yang mampu medukung proses penyelamatan 26. Desain kompartemenisasi bangunan b. Sistem Struktur Bangunan Gedung c. Bahan Bangunan Gedung Tahan Api Manajemen Keselamatan Bangunan Terhadap Risiko Kebakaran 27. Sistem struktur atas bangunan 28. Sistem struktur bawah bangunan 29. Sistem struktur khusus 30. Standar kualitas bahan bangunan 31. Sertifikasi kualitas bahan bangunan 32. Sistem dan penempatan/pemasangan bahan bangunan yang tepat guna 33. Sistem fabrikasi bahan bangunan 34. Organisasi penyelamatan bangunan 35. Sistem audit keselamatan bangunan terhadap risiko kebakaran 36. Sistem pelatihan mencegah dan menanggulangi kebakaran (fire safety training) 37. Sistem komunikasi darurat 38. Tim/organisasi Fire Safety Management 39. Fire drill 30

40. Fire safety signage 41. Fire safety housekeeping 42. SOP penyelamatan penghuni terhadap risiko kebakaran 43. Fire Emergency Plan 44. Penanggung jawab lantai bangunan terhadap risiko kebakaran C Faktor Lingkungan Alam 45. Aspek tapak lahan bangunan 46. Aspek Amdal 47. Aspek geografis D Faktor Future Value 48. Prosedur pemeliharaan bangunan gedung 49. Prosedur penilaian kelaikan fungsi bangunan gedung 50. Prosedur evaluasi kinerja bangunan gedung E Faktor Masyarakat 51. Potret Masyarakat di Dalam Lingkungan Site Bangunan 52. Potret Masyarakat di Luar Lingkungan Site Bangunan 53. Potret Masyarakat Umum Sumber: Hasil analisis Simanjuntak Whanarahardja (2015) KESIMPULAN Penelitian selanjutnya telah mengidentifikasi dan mengkaji faktor-faktor yang diturunkan dalam sejumlah variabel sehubungan dengan asuransi kebakaran secara khusus pada bangunan gedung tinggi perkantoran di lingkungan DKI Jakarta, yaitu: faktor administrasi, faktor teknis, faktor lingkungan alam, faktor future value, aktor masyarakat. DAFTAR PUSTAKA dcktr.surabaya.go.id PP no. 36 tahun 2005 tentang Pengaturan Pelaksanaan UU no. 28 tentang Bangunan Gedung dcktr.surabaya.go.id/peraturan/ UU no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung H. Gunanto, SH., Asuransi Kebakaran Indonesia Ir.Sulistijo Sidarto Mulyo, MT., Bangunan yang Runtuh - Kegagalan Bangunan Suatu Konstruksi Manlian Ronald, Manajemen Pembangunan Sarwono, A. (n.d.). Kriteria Kelayakan Penerapan Fire System Management (FSM) Pada Bangunan Gedung Dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhi. Simanjuntak, Manlian R.A., Safriandi, Trikomara R, Sebayang M. (n.d.). Analisa Keandalan System Keselamatan Simanjuntak, Manlian R.A., Suawa, M. (n.d.).analisis Sistem Manajemen Mutu Dan Penagruhnya Dalam Meningkatkan Kinerja Operasional Bangunan Gedung Tinggi Perkantoran di Jakarta Pusat. Soeprato, Sistem Proteksi Kebakaran Pasif Kaitannya dengan Aspek Keselamatan Jiwa.(n.d.). Susilo Supandji, Abidin, Trigunarsyach, M. (n.d.).treatment Factors terhadap Risiko kebakaran pada bangunan tinggi, perkantoran di DKI Jakarta. Rahmad, A. (n.d.). Pengaruh Fire Safety Management Terhadap Kehandalan Bangunan Dalam Mengantisipasi Bahaya Kebakaran Waskito, I. Dani (n.d.). Analisis System Manajemen Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran www.pmdik.blogspot.com, UU no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja www.bkprn.org UU no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang www.minerba.esdm.go.idpp no. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 31