BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BABI PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. setelah dua tahun sebelumnya sempat mengalami goncangan akibat krisis ekonomi

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Peran pemerintah dalam perekonomian menurut Adam Smith (1776) dalam

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. GDP baik secara keseluruhan maupun per kapita. Tujuan dari pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Adanya resesi

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

Determinan simpanan masyarakat di perbankan wilayah Eks-Karesidenan F

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

I. PENDAHULUAN. hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata. pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan peningkatan total output dalam suatu perekonomian. Struktur. perekonomian Indonesia didominasi oleh Pulau Jawa.

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dalam suatu negara dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Inflasi

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur ditempatkan sebagai sector vital dalam proses mencapai

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB I PENDAHULUAN. membuat pilihan yang menyangkut alokasi mereka.

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara sedang berkembang yang sedang giat-giat

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB I PENDAHULUAN. dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, PENDAPATAN, TINGKAT INFLSI, TINGKAT INVESTASI, KONSUMSI TERHADAP TABUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN PESISISR SELATAN TAHUN

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya bahwa sebagian besar dari pendapatan yang diterima masyarakat akan dibelanjakan kembali untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup ini disebut konsumsi rumah tangga. Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi yang merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan. Keputusan konsumsi rumah tangga mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek (Mankiw,2007:446). Hal ini diakibatkan karena konsumsi agregat merupakan penjumlahan dari pengeluaran seluruh rumah tangga yang ada dalam perekonomian merupakan pengeluaran agregat yang terpenting. Dimana konsumsi adalah komponen terbesar pengeluaran agregat yang secara normal mencapai sekitar 65% dari GNP (Dernsburg, 1994:71). Sejalan dengan Dornbusch and Fischer (2004:307) menyatakan bahwa konsumsi menempati lebih dari 60% permintaan agregat, lebih dari jika semua sektor lain digabungkan. Keputusan konsumsi jangka panjang penting karena peranannya dalam pertumbuhan ekonomi. Dan keputusan konsumsi jangka pendek penting karena 1

2 peranannya dalam menentukan permintaan agregat. Dimana konsumsi adalah dua per tiga dari GDP sehingga fluktuasi dalam konsumsi adalah elemen penting dari booming dan resesi ekonomi (Mankiw, 2007:446). Konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor tetapi faktor yang terpenting adalah penghasilan rumah tangga setelah pajak atau disposible (Dernsburg, 1994:71). Oleh karena itu konsumsi tergantung terutama pada pendapatan (Mc earchern, 2000:172). Hal ini sesuai dengan teori konsumsi Keynes yang mengatakan apabila pendapatan mengalami kenaikan maka konsumsi juga akan mengalami kenaikan tetapi dengan jumlah yang lebih kecil (Nanga, 2005:109). Keynes berpendapat bahwa pengeluran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh besarnya pendapatan nasional yang maknanya bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga akan naik secara proporsional bila terjadi peningkatan pendapatan nasional, dengan fungsi dasar konsumsi C = f(y) atau konsumsi merupakan fungsi pendapatan disposible. Jadi semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Sebaliknya, semakin kecil pendapatan seseorang maka semakin berkurang pengeluaran konsumsinya. Perkembangan masyarakat yang begitu cepat menyebabkan perilaku konsumsi juga berubah cepat sehingga pembahasan tentang konsumsi rumah tangga akan tetap relevan. (Sukirno,2003). Perkembangan pengeluaran konsumsi masyarakat provinsi Sumatera Utara dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan dari tahun ketahun, seiring dengan peningkatan pendapatan nasional dari tahun ketahun. Kebutuhan masyarakat atas barang dan jasa juga menunjukkan peningkatan dari

3 tahun ketahun. Perkembangan konsumsi masyarakat provinsi Sumatera Utara dari tahun 1993 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Rupiah 90,000,000.00 80,000,000.00 70,000,000.00 60,000,000.00 50,000,000.00 40,000,000.00 30,000,000.00 20,000,000.00 10,000,000.00-1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: BPS Prov. Sumatera Utara, 1993-2012 (data diolah). Gambar1.1.Perkembangan Konsumsi Masyarakat di Provinsi Sumatera Utara tahun 1993 2012 Dari Gambar 1.1. diatas dapat diketahui bahwa perkembangan konsumsi di provinsi Sumatera Utara dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena kondisi perekonomian yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Namun jika dilihat dari segi laju pertumbuhannya maka perkembangan konsumsi di provinsi Sumatera Utara mengalami tren peningkatan yang sangat berfluktuatif dari tahun 1993 2012. Adanya fluktuasi pertumbuhan konsumsi masyarakat tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktor faktor yang mempengaruhi perubahan konsumsi masyarakat. Kemudian pada tahun 2009 sampai dengan 2012 konsumsi masyarakat Sumatera Utara menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Indikator untuk menilai pertumbuhan ekonomi regional adalah

4 dengan melihat kondisi produk domestik regional bruto. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 1993-2012 (dalam Milyar Rupiah ) TAHUN PDRB LAJU PERTUMBUHAN (%) 1993 58.215,45-1994 61.942,02 6,40 1995 64.753,80 4,53 1996 67.714,73 4,57 1997 68.065,40 0,51 1998 66.332,68-2,54 1999 68.910,08 3,88 2000 71.116,21 0,35 2001 71.908,35 3,98 2002 75.189,50 4,56 2003 78.806,68 4,80 2004 83.328,94 5,73 2005 87.897,79 5,48 2006 93.347,40 6,19 2007 99.792,27 6,90 2008 106.172,36 6,39 2009 111.559,22 5,07 2010 118.640,90 6,34 2011 126.590,21 6,70 2012 134.460,10 6,22 Sumber: BPS Prov. Sumatera Utara, 1993-2012 (data diolah). Tabel diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi Sumatera Utara dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2012, dan pertumbuhan PDRB tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 6,90% dibandingkan tahun yang lainnya. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat tersebut dipengaruhi oleh daya beli atau pendapatan masyarakat yang menunjukkan peningkatan. Sedangkan pertumbuhan PDRB terendah terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar -2,54% dimana hal ini diakibatkan oleh krisis ekonomi.

5 Dari tabel tersebut juga menunjukkan bahwa laju pertumbuhan PDRB Sumatera Utara juga mengalami peningkatan yang berfluktuatif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini: 12 10 8 6 4 (%) 2 Kons PDRB 0-2 -4 Tahun Gambar 1.2. Laju Pertumbuhan Konsumsi dan Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 1993 2010 (dalam %) Dari gambar 1.2.diatas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan konsumsi dan laju pertumbuhan PDRB provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan yang berfluktuatif mulai tahun 1993 sampai dengan tahun 2012. Dan dari gambar tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa terjadi peningkatan yang tidak berbanding lurus atau positif antara pertumbuhan konsumsi dengan pertumbuhan PDRB. Sedangkan menurut Keynes bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatannya (Mankiw, 2007). Jika dilihat dari segi rata-rata petumbuhan mulai tahun 1993 sampai dengan tahun 2010 maka rata-rata pertumbuhan konsumsi sebesar 5,05% lebih besar dari pada rata-rata pertumbuhan PDRB yaitu sebesar 4,06%. Sedangkan

6 menurut teori konsumsi Keynes mengatakan apabila pendapatan mengalami kenaikan maka konsumsi juga akan mengalami kenaikan tetapi dengan jumlah yang lebih kecil (Nanga, 2005:109). Hal ini menyatakan bahwa konsumsi tidak hanya dipengaruhi oleh PDRB tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lainnya. Disamping produk domestik regional bruto, suku bunga deposito dan inflasi juga memiliki pengaruh terhadap konsumsi. Tabungan merupakan pendapatan yang tidak dibelanjakan. Tabungan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, sedangkan suku bunga juga berhubungan positif dengan laju inflasi. Kenaikan laju inflasi menyebabkan efek substitusi antara pengeluaran konsumsi dengan tabungan. Apabila laju inflasi tinggi maka akan melemahkan daya beli masyarakat, terutama terhadap produksi dalam negeri yang selanjutnya akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang nasional. Tingkat bunga tabungan berperan penting dalam mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat. Bila tingkat suku bunga tinggi maka masyarakat cenderung lebih memilih menabung serta mengurangi pengeluaran konsumsinya karena mengharapkan bunga yang besar dari tabungannya dan sebaliknya. Pendapatan, konsumsi dan tabungan semuanya amat berkaitan. Dimana tabungan adalah bagian dari pendapatan setelah pajak yang tidak dikonsumsi atau tabungan sama dengan pendapatan dikurangi dengan konsumsi. Dan setiap orang yang menabung akan menerima hasil dalam bentuk bunga. Perkembangan inflasi dan suku bunga deposito perbankan di provinsi Sumatera Utara selama tahun 1993 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

7 Tabel 1.2. Perkembangan Inflasi Kumulatif dan Suku Bunga Deposito Perbankan Provinsi Sumatera Utara Tahun 1993-2012 (% ) TAHUN INFLASI (%) SUKU BUNGA DEPOSITO (%) 1993 9,75 14,2 1994 8,28 12,99 1995 7,24 16,28 1996 8,70 16,7 1997 13,10 15,74 1998 83,56 16,06 1999 1,37 17,62 2000 5,73 10,90 2001 14,79 14,26 2002 9,59 11,03 2003 4,23 5,59 2004 6,80 6,03 2005 22,41 10,63 2006 6,11 8,56 2007 6,60 6,91 2008 10,72 9,93 2009 2,61 6,65 2010 8,00 6,29 2011 3,67 2,55 2012 3,86 2,76 Sumber: BPS Prov. Sumatera Utara, 1993-2012 (data diolah). Dari tabel 1.2 diatas menunjukkan bahwa tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 83,56% dibandingkan tahun tahun yang lainnya dan tingkat inflasi terendah yaitu sebesar 1,37% terjadi pada tahun 1999. Untuk suku bunga deposito pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 1999 dimana suku bunga deposito perbankan di Sumatera Utara mencapai 17,62%, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2011 yang hanya sebesar 2,55%. Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi adalah jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relatif rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, jika jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi.

8 Tabel 1.3. Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 1993-2012 (jiwa) TAHUN JUMLAH PENDUDUK (JIWA) 1993 10.813.400 1994 10.981.100 1995 11.145.300 1996 11.306.300 1997 11.463.400 1998 11.754.100 1999 11.955.400 2000 11.513.973 2001 11.722.548 2002 11.847.075 2003 11.890.399 2004 12.123.360 2005 12.326.678 2006 12.643.494 2007 12.643.494 2008 13.042.317 2009 13.248.386 2010 12.982.204 2011 13.104.013 2012 13.215.401 Sumber: BPS Prov. Sumatera Utara, 1993-2012 (data diolah). Jika dianalisis lebih jauh, konsumsi rumah tangga selama tahun 1993 hingga tahun 2012 terus mengalami peningkatan yang signifikan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Disisi lain, pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 selama tahun 1993 hingga tahun 2012, meskipun mengalami peningkatan namun di beberapa tahun terutama tahun 1997, 1998 dan 2000 serta 2009 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sementara itu tingkat inflasi dan suku bunga deposito selama periode 1993 hingga tahun 2012 mengalami fluktuatif. Peningkatan inflasi yang cukup signifikan terjadi justru pada saat PDRB mengalami penurunan yang drastis. Sedangkan suku bunga deposito dari data yang ada selama tahun 1993 hingga tahun 2012 menunjukkan penurunan, namun di beberapa tahun terjadi fluktuatif.

9 Pengaruh dari variabel-variabel diatas seperti, PDRB atas dasar harga konstan 2000, jumlah penduduk, tingkat inflasi dan suku bunga deposito terhadap tingkat konsumsi masyarakat di Sumatera Utara, berdasarkan data yang ada memiliki arah yang berbeda dan bervariasi. Atas dasar uraian dan data-data diatas serta pendapat yang dikemukakan oleh beberapa peneliti, maka penulis tertarik untuk membuat sebuah kajian tentang konsumsi di provinsi Sumatera Utara yang penulis tuangkan dalam sebuah penelitian yang berjudul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi di Provinsi Sumatera Utara. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh PDRB, inflasi, suku bunga deposito dan jumlah penduduk terhadap konsumsi masyarakat provinsi Sumatera Utara? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk menganalisis pengaruh PDRB, inflasi, suku bunga deposito dan jumlah penduduk terhadap konsumsi masyarakat provinsi Sumatera Utara.

10 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan diperoleh melalui penulisan tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menambah wawasan dan pemantapan teori dan ilmu yang penulis peroleh selama kuliah di Magister Ilmu Ekonomi Universitas Negeri Medan. 2. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan sumber referensi bagi peneliti yang berminat dengan pembahasan yang sejenis di masa mendatang.